• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN (Studi Kasus: Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN (Studi Kasus: Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN

(Studi Kasus: Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan)

SKRIPSI

OLEH : RIANA 160304044 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN

(Studi Kasus: Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan)

SKRIPSI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Riana (160304044), dengan judul skripsi Analisis Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020

dibawah bimbingan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si dan Ibu Dr. Sri Fajar Ayu, SP.,MM. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk menganalisis tingkat pendapatan nelayan di Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I,Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I,Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Metode analisis data yang digunakan model analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian diperoleh hasil dengan rata-rata Rp. Rp.1.429.551,- dan dapat disimpulkan pendapatan nelayan di daerah penelitian adalah rendah karena lebih kecil dari UMP dan UMK Kota Medan Tahun 2021. Yaitu UMP sebesar Rp.2.499.500,- dan UMK Kota Medan sebesar Rp.3.222.556 pada tahun 2020 dan Rp.3.329.867 pada tahun 2021. Modal melaut berpangaruh positif atau berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Sedangkan pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kampung Nelayan Seberang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan.

Kata Kunci: nelayan, tingkat pendapatan, faktor pendapatan, regresi linier berganda.

(6)

ABSTRACT

Riana (160304044), with her thesis title Fisherman Income Analysis (Case Study: Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan). This research was conducted in 2020 under the guidance of Ibu. Ir. Lily Fauzia, M.Si and Ibu. Dr. Sri Fajar Ayu, SP., MM. Agribusiness Study Program, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra.

The purpose of this study was to analyze the income level of fishermen in Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. To analyze what factors affect the income level of fishermen in Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. The data analysis method used was descriptive analysis model and multiple linear regression analysis. The results showed that the income level of traditional fishermen in the study area obtained an average of Rp. Rp. 1,429,551, - and it can be concluded that the income of fishermen in the study area is low because it is smaller than the UMP and UMK of Kota Medan in 2021. Namely the UMP of Rp. 2,499,500, - and the UMK of Kota Medan of Rp. 3,222,556 in 2020 and Rp. 329,867 in 2021. Capital from fishing has a positive or significant and significant effect on fishermen's income. Meanwhile, experience at sea, boat engine and time to go to sea do not affect the income of fishermen in Kampung Nelayan Seberang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan

Keywords: fishermen, income level, income factor, multiple linear regression.

(7)

RIWAYAT HIDUP

RIANA lahir di Belawan pada tanggal 06 september 1998, sebagai anak yang pertama dari empat bersaudara, seorang putri dari Bapak Rajab dan Ibu Rositah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2010 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Dabun Gelang.

2. Tahun 2013 lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1Dabun Gelang.

3. Tahun 2016 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Blangkejeren.

4. Tahun 2016 diterima sebagai Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Medan di Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis, melalui jalur SNMPTN.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama masa perkuliahan antara lain sebagai berikut:

1. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada Bulan Juli – Agustus tahun 2019.

2. Bendahara Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) komisariat Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara tahun 2018-2019.

3. Anggota di Organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2016-2020.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segalarahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pendapatan Nelayan” (Studi Kasus : Kampung Nelayan Seberang, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan). Yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Sri Fajar Ayu, SP.,MM. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing, mengarahkan, dan memberi kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. M.

Jufri, M. Si Selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

4. Seluruh dosen di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Agribisnis yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis untuk menjadi bekal penulis di masa yang akan datang.

(9)

5. Kepada orang tua saya Bapak Rajab dan Ibu Rositah untuk segala doa, materi, dukungan dan motivasi yang sangat luar biasa yang diberikan untuk penulis.

6. Saudara kandung saya Risky, Hamdani Akbar dan Ilham Akbar yang selalu mendoakan kelancaran skripsi ini, memberi saran dan motivasi, serta membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.

7. Teman akrab saya yaitu Indah Juliani, Fenty Gracia Manurung, Verawati, Alda Soraya br. Ginting, Hadyanti serta Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2016 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi ini.

8. Terimakasih kepada kepala lingkungan daerah penelitian yang banyak membantu saya dalam proses penelitian serta seluruh instansi dan responden penelitian yang terkait dengan penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu dan kesempatannya untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data demi kesempurnaan penelitian penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih dan berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2021

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nelayan ... 12

2.2. Upah Minimum Privinsi (UMP) ... 14

2.3. Landasan Teori ... 15

2.3.1. Teori Pendapatan ... 15

2.3.2. Teori Produksi ... 17

2.3.3. Fungsi Produksi ... 17

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan ... 19

2.4.1. Modal dan Biaya Produksi ... 23

2.4.2. Pengalaman ... 24

2.4.3. Mesin Perahu ... 25

2.4.4. Waktu melaut Melaut ... 26

2.5. Penelitian Terdahulu ... 27

2.6. Kerangka Pemikiran ... 30

2.7. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 32

3.2. Metode Pengumpulan Sampel ... 32

3.3. Metode Pengumpulan Data... 34

3.4. Metode Analisis Data ... 34

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 35

3.4.2. Uji Hipotesis ... 39

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 41

3.5.1. Definisi ... 41

3.5.2. Batasan Operasional... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 43

4.2. Keadaan Geografis... 44

4.3. Kependudukan dan Jumlah Nelayan ... 45

4.4. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

4.5. Keberagamaan Penduduk ... 48

4.6. Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis ... 49

(11)

4.7. Pemukiman Daerah Penelitian ... 50

4.8. Sarana dan Prasarana Umum/Publik ... 51

4.8.1. Sarana dan Prasarana Jalan ... 51

4.8.2. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 51

4.8.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 52

4.8.4. Sarana dan Prasarana Air Bersih... 52

4.8.5. Sarana dan Prasarana Ibadah ... 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Pendapatan Nelayan ... 53

5.2. Modal/Biaya ... 54

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian ... 54

5.4. Hasil Analisis Pengaruh Variabel Modal Melaut, Pengalaman, Mesin Perahu, dan Waktu melaut Melaut Terhadap Pendapatan Nelayan ... 55

5.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 56

5.4.1.1. Uji Normalitas ... 56

5.4.1.2. Uji Linieritas ... 58

5.4.1.3. Uji Multikolinearitas ... 58

5.4.1.4. Uji Heteroskedastisitas ... 59

5.4.2. Uji Hipotesis ... 60

5.4.2.1. Koefisien Determinan (R2) ... 60

5.4.2.2. Uji-F ... 61

5.4.2.3. Uji-t ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

1.1 Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor, 2017 4

1.2 Produksi Ikan Menurut Tangkapan dan Kabupaten/Kota (ton) 2016 6 1.3 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis

Penangkapan di Provinsi Sumatera Utara, 2017 7

1.4 Jumlah Nelayan menurut Kategori (orang), 2007 – 2018 9 2.1 Penetapan UMK 2021 untuk kabupaten/kota di Sumatera Utara 15 4.1 Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Kecamatan

Menurut Kelurahan, 2019 44

4.2 Jumlah Penduduk di Kampung Nelayan Seberang, 2019 45 4.3 Jumlah Kepala Keluarga Kampung Nelayan Seberang, 2019 45 4.4 Komposisi Penduduk Kampung Nelayan Seberang, 2019 46 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2019 48

4.6 Jumlah Penduduk Menurut Agama, 2019 48

4.7 Jumlah Penduduk Menurut Etnis, 2019 49

5.1 Total dan Rataan Pendapatan Nelayan Kampung Nelayan

Seberang (Per trip) 53

5.2 Total dan Rataan Pendapatan Nelayan Kampung Nelayan

Seberang (Per bulan) 53

5.3 Rataan Modal/Biaya Melaut Nelayan Per bulan 54

5.4 Deskripsi Variabel Penelitian 54

5.5 Hasil Regresi 55

5.6 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov 57

5.7 Hasil Linieritas 58

5.8 Hasil Uji Multikolinearitas 59

5.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas 60

5.10 Hasil Uji Serempak (Uji Statistik F) 61

5.11 Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t) 61

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 31

5.1 Grafik Histogram 56

5.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual 56

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan

1. Karakteristik Nelayan di Daerah Kampung Nelayan, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan per trip 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan per bulan 4. Modal /Biaya-biaya Produksi yang diperlukan Untuk Melaut (Per

Trip)

5. Modal /Biaya-biaya Produksi yang diperlukan Untuk Melaut (Per Bulan)

6. Penerimaan Nelayan

7. Pendapatan Nelayan (per-trip) dan (Per-bulan)

8. Hasil Analisis Regresi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kampung Nelayan Seberang

9. Hasil Output SPSS Perbulan

10 Hasil Uji Glejser [Transformasi Data dalam Bentuk LN (Logaritma Natural)]

11. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov Residual LN

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis Indonesia membentang dari 60° LU sampai 110° LS dan 920°

sampai 1420° BT, terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya sekitar 17.504 pulau. Luas wilayah laut 5,4 juta km², mendominasi total luas territorial Indonesia sebesar 7,1 juta km², dengan panjang garis pantai 95.161 km, terpanjang keempat di dunia setelah Amerika, Kanada, dan Rusia. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar (KKP, 2014).

Dengan jumlah pulau sekitar 17.504 dan garis pantai sepanjang 95.161 km, Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi pembangunan. Pembangunan kawasan pesisir kebanyakan diperuntukan bagi desa-desa untuk para nelayan dikawasan pesisir atau lebih dikenal dengan desa nelayan.

Seiring dengan berkembangnya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, beberapa sektor dalam perekonomian mengalami pertumbuhan yang cukup baik salah satunya adalah sektor perikanan dan kelautan. Sektor perikanan juga merupakan salah satu sasaran pemerintah dalam usaha meningkatkan ekspor non migas. Sumberdaya alam sangat berlimpah, baik sumberdaya terbaharukan (renewable resources) seperti perikanan, terumbu karang dan mangrove, maupun sumberdaya tak terbaharukan (nonrenewable resources) seperti minyak bumi, gas,mineral dan bahan tambang lainnya. Dengan potensi yang begitu besar, sektor

(16)

kelautan dan perikanan bisa menjadi leading sector dalam perekonomian nasional (Karof A Lamia, 2013).

Pada dasarnya tujuan pembangunan perikanan antara lain meningkatkan kesejahteraan nelayan, petani ikan dan masyarakat pesisir lainnya (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18/Men/ 2002) melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia, penguatan kelembagaan sosial ekonomi dan mendayagunakan sumberdaya

kelautan dan perikanan secara optimal dan berkelanjutan (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 18/ Men/ 2004).

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Bila sektor dikelola secara serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005).

Salah satunya Sumatera Utara memiliki potensi sumberdaya perikanan melimpah yang dapat meningkatkan peluang memulihkan perekonomian nasional dengan bertumpu pada pengolahan sumber daya perikanan secara baik dan optimal. Hal ini didasarkan pada kecenderungan permintaan baik domestik dan dunia terhadap produk perikanan yang terus meningkat. Sektor perikanan dapat menjadi rumpuan utama dalam membangun kembali perekonomian nasional yang sempat terpuruk akibat krisis ekonomi (Kusumastanto, 2000).

(17)

Dapat di lihat dari data BPS Sumatera Utara tahun 2019, salah satu provinsi di Indonesia yang banyak memproduksi ikan laut adalah Sumatera Utara yang memiliki produksi perikanan laut, produksi perikanan perairan umum dan total produksi yang cukup tinggi. Berdasarkan Tabel 1.1 yang disajikan dibawah ini, Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor, 2017 di Sumatera Utara.

(18)

Tabel 1.1 Produksi Perikanan Menurut Sub Sektor, 2017

Provinsi

Produksi Perikanan Tangkap Menurut Jenis Penangkapan (Ton)

Perikanan Laut 2017

Perikanan Perairan Umum

Daratan

Total 2017

Aceh 236 061 144 236 205

Sumatera Utara 715 442 85 309 800 751

Sumatera Barat 214 144 10 418 224 562

Riau 107 843 21 146 128 989

Menitbi 44 410 7 040 51 449

Sumatera Selatan 9 530 117 963 127 492

Bengkulu 65 755 1 793 67 548

Lampung 172 277 5 827 178 104

Kep.Bangka Belitung 217 912 47 217 959

Kep.Riau 112 433 - 112 433

DKI Jakarta 135 619 - 135 619

Jawa Barat 231 153 43 313 274 466

Jawa Tengah 253 614 21 855 275 469

DI Yogyakarta 5 315 1 509 6 824

Jawa Timur 551 925 12 473 564 399

Banten 108 703 820 109 522

Bali 111 591 1 037 112 628

Nusa Tenggara Timur 179 140 3 855 182 995

Nusa Tenggara Barat 72 226 0 72 226

Kalimantan Barat 128 208 34 205 162 413

Kalimantan Tengah 67 384 46 439 113 823

Kalimantan Selatan 9 184 73 9 257

Kalimantan Timur 41 041 63 41 104

Kalimantan Utara 12 619 4 808 17 427

Sulawesi Utara 393 448 1 249 394 697

Sulawesi Tengah 177 517 921 178 438

Sulawesi Selatan 332 770 29 268 362 038

Sulawesi Tenggara 229 328 3 532 232 861

Gorontalo 134 889 1 267 136 156

Sulawesi Barat 56 100 - 56 100

Maluku 602 953 17 602 970

Maluku Utara 96 528 - 96 528

Papua Barat 421 840 669 422 509

Papua 175 211 10 763 185 974

Indonesia 6 424 114 467 822 6 891 936

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2019

(19)

Dari data Tabel 1.1 di atas diketahui bahwa Provinsi Sumatera Utara adalah pemasok produksi ikan laut terbesar ke 1 dan pemasok ikan perairan umum terbesar ke 2 di Indonesia dengan jumlah 715,442 ton ikan laut dan 85,309 ton ikan perairan umum dengan total 800,751 ton pada tahun 2017.

Sumatera Utara terdiri dari 25 kabupaten dan 8 kota dengan jumlah produksi ikan yang berbeda-beda berdasarkan asal tangkapannya, yaitu laut dan perairan umum.

Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian besar berupa ikan segar yang segera dijual kepada konsumen, namun pada saat produksi melimpah sering kali hasil produksi tidak dapat terjual seluruhnya dan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Adapun jumlah produksi ikan menurut asal tangkapannya dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan tabel 1.3 berikut.

(20)

Tabel 1.2 Produksi Ikan Menurut Tangkapan dan Kabupaten/Kota (ton) 2016

Kabupaten/Kota Perikanan Laut

Perikanan

Perairan Umum Total 2016

Nias 889,1 - 889,1

Mandailing Natal 4 575,2 - 4 575,2

Tapanuli Selatan 72,7 - 72,7

Tapanuli Tengah 39 000,0 2 001,0 4100,1

Tapanuli Utara - 26,3 26,3

Toba Samosir - 939,9 939,9

Labuhan Batu 6 799,2 - 6 799,2

Asahan 45 492,0 2 152,0 4 764,4

Simalungun - - -

Dairi - 239,3 239,3

Karo - 38,0 38,0

Deli Serdang 23 548,0 318,5 23 866,5

Langkat 28 315,0 5,6 28 356,6

Nias Selatan - - -

Humbang Hasundutan - 149,1 149,1

Pakpak Barat - - -

Samosir - 863,0 86,3

Serdang Bedagai 25 667,0 - 25 667,0

Batu Bara 27 810,5 - 27 810,5

Padang Lawas Utara - 2 317,1 2 317,1

Padang Lawas - 83,7 83,7

Labuhan Batu Selatan - 10 713,0 10 713,0

Labuhan Batu Utara 54,3 - 54,3

Nias Utara - - -

Nias Barat 1 959,6 - 1 959,6

Kota Sibolga 48 912,0 - 48 912,0

Kota Tanjung Balai 34 785,8 - 34 785,8

Kota Pematang Siantar - 8,4 8,4

Kota Tebing Tinggi - 3,1 3,1

Kota Medan 88 521,0 - 88 521,0

Kota Binjai - - -

Kota Padangsidimpuan - 41,5 41,5

Kota Gunungsitoli 391,2 72,0 398,4

Sumatera Utara 380 349,4 27 745,5 408 094,5

Sumber : Dinas Kelautan dan Perairan Provinsi Sumatera Utara

(21)

Tabel 1.3 Produksi Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Penangkapan di Provinsi Sumatera Utara, 2017

Kabupaten/Kota

Produksi Perikanan Tangkap Menurut Jenis Penangkapan (Ton)

Perikanan Tangkap di

Laut

Perikanan Perairan Umum

Darat

Total 2017

Nias 12 - 12

Mandailing Natal 8 495 4 613 13 108

Tapanuli Selatan 0 162 162

Tapanuli Tengah 247 934 2 066 250 000

Tapanuli Utara - 34 34

Toba Samosir - 1 001 1 001

Labuhan Batu 17 418 13 17 432

Asahan 7 322 63 717 71 038

Simalungun - 693 693

Dairi - 997 997

Karo - 11 11

Deli Serdang 39 319 207 39 525

Langkat 8 593 13 8 607

Nias Selatan 81 - 81

Humbang Hasundutan - 536 536

Pakpak Barat - - -

Samosir - 4 444 4 444

Serdang Bedagai 28 518 151 28 668

Batu Bara 18 036 2 732 20 768

Padang Lawas Utara - 207 207

Padang Lawas - 219 219

Labuhan Batu Selatan - 122 122

Labuhan Batu Utara 903 - 903

Nias Utara 1 630 - 1 630

Nias Barat 25 - 25

Kota Sibolga 76 288 - 76 288

Kota Tanjung Balai 168 514 - 168 514

Kota Pematang Siantar - 4 4

Kota Tebing Tinggi - 2 2

Kota Medan 91 229 56 91 285

Kota Binjai - 3 289 3 289

Kota Padangsidimpuan - 19 19

Kota Gunungsitoli 1 125 - 1 125

Sumatera Utara 715 442 85 308 800 751

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin), Kelautan Perikanan Dalam Angka 2018. Dalam BPS Provinsi Sumatera Utara Dalam Angka 2019

(22)

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Kota Medan merupakan salah satu sentra produksi perikanan terbesar ketiga setelah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Tanjung Balai berdasarkan asal tangkapan dari laut. Sedangka pada tabel 1.2 dan 1.3 dapat juga dilihat bahwa di Kota Medan jumlahperikanan laut terjadi peningkatan sebesar 88 521,0 pada tahun 2016 dan 91 229 pada tahun 2017.

Jumlah nelayan di Sumatera Utara pada tahun 2018 tercatat mencapai 158.667 nelayan. Terdiri dari 126.933 nelayan penuh, 23.800 nelayan sambilan utama dan 7.934 nelayan sambilan tambahan. Hal ini secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1.4:

Tabel 1.4 Jumlah Nelayan di Provinsi Sumatera Utara menurut Kategori (orang), 2007 – 2018

Tahun

Nelayan

Jumlah Penuh Sambilan

Utama

Sambilan Tambahan

2007 90 864 35 371 5 495 131 730

2008 92 320 39 195 6 539 138 054

2009 90 864 35 371 5 495 131 730

2010 90 305 48 166 10 101 148 572

2011 107 491 51 030 10 521 169 042

2012 136 223 38 369 4 640 179 232

2013 111 603 35 680 7 318 154 601

2014 202 014 55 374 5 207 262 695

2015 180 629 55 308 16 629 252 015

2016 155 646 50 003 13 878 219 527

2017 164 083 58 601 11 721 234 405

2018 126 933 23 800 7 934 158 667

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Utara 2020

Menurut Sastria (2002), nelayan dikelompokkan berdasarkan status penguasaan kapital, yaitu terdiri dari nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah orang yang memiliki sarana penangkapan seperti kapal/perahu, jaring dan alat tangkap lainnya sedangkan nelayan buruh adalah orang yang

(23)

menjual jasa tenaga kerja sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan ikan dilaut, atau sering disebut Anak Buah Kapal (ABK).

Bahkan menurut Retno dan Santiasih (1993:137), jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain disektor pertanian, nelayan (terutama nelayan buruh dan nelayan tradisional) dapat digolongkan sebagai lapisan sosial yang paling miskin, walaupun tidak dapat dikatakan semua nelayan itu miskin.

Kota Medan merupakan salah satu daerah dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara dengan luas 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumareta Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur.Yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang besar sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan. Potensi utama adalah perikanan laut yang diarahkan kepada pengembangan penangkapan ikan, budidaya laut dan pengolahan hasil perikanan.

Kota Medan adalah kota ke 3 memproduksi ikan laut tertinggi setelah Tapanuli Tengah dan Tanjung Balai. Medan Belawan merupakan sebuah kecamatan di kota Medan, provinsi Sumatra Utara, Indonesia yang merupakan salah satu kecamatan yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai nelayan. Satu di antaranya ialah Kampung Nelayan Seberang, jumlah penduduk saat ini diperkirakan 600 kepala keluarga 2281 jiwa, 85% penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan. Yaitu sekitar 697 warga bermata pencaharian sebagai nelayan.

Dari segi perekonomian Kampung Nelayan Seberang termasuk kedalam kelompok penduduk miskin karena semua kebutuhan sehari-hari tergantung

(24)

kepada hasil tangkapan ikan perhari. Perahu yang digunakan untuk menangkap ikan adalah perahu kecil tradisional yang ber PK rendah dan masih ada yang menggunakan dayung pada perahunya. Penduduk yang menetap di Kampung Nelayan Seberang adalah penduduk Kota Medan tetapi daerah yang di tempati adalah kawasan Deli Serdang. Oleh sebab itu masyarakat sulit untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Resesi ekonomi akan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, tidak terkecuali pada produk-produk perikanan. Ketika permintaan menurun, penjualan akan makin berkurang dan berujung harga tangkapan nelayan anjlok. Nelayan skala kecil adalah pihak paling terdampak. Meskipun musim sedang bagus kalau sepi pembeli atau harga ikan anjok, sama saja seperti musim paceklik. Apalagi, kalau resesi terjadi di musim paceklik.

Hal ini yang melatarbelakangi akan dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat pendapatan nelayan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan.

1.2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tingkat pendapatan nelayan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan?

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis bagaimana tingkat pendapatan nelayan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I Kecamatan Medan Belawan

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dalam pemasaran.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya, sebagai bahan acuan maupun bahan pustaka yang dapat digunakan untuk penelitian sejenis.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003).

Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut.

Komunitas nelayan adalah kelompok yang bermata pencaharian hasil laut dan tinggal di desa-desa pantai atau pesisir. Ciri komunitas nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, yaitu:

a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut atau pesisir, atau mereka yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian mereka.

b) Dari cara segi hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.

Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga kerja yang banyak.

c) Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya mereka hanya memiliki keterampilan sederhana.

Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara professional

(Sastrawidjaya, 2002).

(27)

Pada umumnya dalam pengusahaan perikanan laut terdapat tiga jenis nelayan, yaitu; nelayan pengusaha, nelayan campuran, dan nelayan penuh. Nelayan pengusaha yaitu pemilik modal yang memusatkan penanaman modalnya dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan campuran yaitu seseorang nelayan yang juga melakukan pekerjaan yang lain di samping pekerjaan pokoknya sebagai nelayan.

Sedangkan nelayan penuh ialah golongan nelayan yang hidup sebagai penangkap ikan di laut dan dengan memakai peralatan lama atau tradisional. Namun demikian apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari perikanan (darat dan laut) ia disebut sebagai nelayan (Mubyarto, 2002).

Sejalan dengan itu, dalam hal tingkat pendidikan khususnya bagi nelayan tradisional, untuk bekal kerja mencari ikan dilaut, latar belakang seorang nelayan memang tidak penting artinya karena pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, maka setinggi apapun tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah memberikan pengaruh terhadap kecakapan mereka dalam melaut. Persoalan dari arti penting tingkat pendidikan ini biasanya baru mengedepankan jika seorang nelayan ingin berpindah ke pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit nelayan tradisional memilih atau memperoleh pekerjaan lain selain mejadi nelayan (Kusnadi, 2003).

Nelayan di Kampung Nelayan Seberang merupakan nelayan tradisional yang di tandai oleh berbagai keterbatasan, antara lain rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan, terbatasnya pemilikan modal, terbatasnya akses informasi pasar, tidak terjangkau oleh layanan lembaga keuangan resmi, penggunaan Mesin

(28)

Perahu alat tangkap yang sederhana, yang kesemuanya berujung pada rendahnya tingkat pendapatan.

2.2. Upah Minimum Provinsi (UMP)

UMP adalah Upah Minimum Provinsi yang menggantikan UMR. Cakupan wilayahnya adalah seluruh wilayah dalam satu provinsi baik kota maupun kabupaten. UMK adalah Upah Minimum Kabupaten/Kota yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten tertentu.

Dalam melakukan penetapan UMK itu, hanya upah pekerja di Kota Medan yang mengalami kenaikan. Sedangkan daerah lainnya masih tetap sama dengan upah pada tahun 2020.

Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja Sumatera Utara, Maruli Silitonga mengatakan, kenaikan UMK di Medan sebesar Rp 107.341. Sehingga, jika upah yang diterima pada tahun 2020 sebesar Rp 3.222.526 naik menjadi Rp 3.329.867. Kenaikan upah ini sekitar 3,3 persen dari UMK pada tahun sebelumnya di daerah tersebut.

Penetapan UMK ini berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara, berdasarkan Nomor 188.44/528/KPTS /2020 tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi Sumut Tahun 2021 sebesar Rp 2.499.423,06, (25/1/2021). Menurut Maruli, keputusan gubernur menindaklanjuti keputusan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2015 tentang Pengupahan dan setelah memperhatikan usulan UMK bupati dan wali kota tentang nilai UMK 2021.

Berikut, penetapan UMK 2021 untuk kabupaten/kota di Sumatera Utara:

(29)

Tabel 2.1 Penetapan UMK 2021 untuk Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Nomor. Kabupaten/Kota Upah Minimum Kabupaten/Kota

2021 (Rp)

1. Medan 3.329.867

2. Deli Serdang 3.118.592

3. Asahan 2.814.734

4. Binjai 2.614.781

5. Dairi 2.504.195

6. Humbang Hasundutan 2.524.032

7. Karo 3.070.354

8. Labuhan Batu 2.895.289

9. Labuhan Batu Selatan 2.930.970

10. Labuhanbatu Utara 2.869.292

11. Langkat 2.710.988

12. Mandailing Natal 2.691.808

13. Nias 2.560.336

14. Padang Sidempuan 2.676.209

15. Pematang Siantar 2.501.519

16. Samosir 2.648.577

17. Serdang Bedagai 2.869.291

18. Batu Bara 3.191.570

19. Tanjungbalai 2.822.425

20. Tapanuli Selatan 2.903.042

21. Tapanuli Utara 2.542.836

22. Tapanuli Tengah 2.830.884

23. Toba 2.668.614

24. Gunung Sitoli 2.668.614

25. Padang Lawas 2.735.827

26. Tadang Lawas Utara 2.767.874

27. Tebing Tinggi 2.767.874

28. Sibolga 3.003.922

Sumber: Beritasatu.com 2.3. Landasan Teori 2.3.1. Teori Pendapatan

Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC).

Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan Biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang

(30)

diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).

Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:

1) Pendapatan pribadi. yaitu: semua jenis pndapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.

2) Pendapatan disposibel, yaitu; pcndapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel.

3) Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan:

1) Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dan upah, gaji.

(31)

2) Pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang.

2.3.2. Teori Produksi

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga Mesin Perahu dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Produksi atau memproduksi menambah kegunaan suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input

untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dan Fathorrosi, 2003).

2.3.3. Fungsi Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi.

Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah

(32)

maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi tertentu (Joesron dan Fathorrosi, 2003)

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses produksi tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.

Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3, … Xn) secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = f(X1, X2, X3, … , Xn)

dimana : Q = output Xi = input

Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk

mempelajari pola hubungan antara input dan output (Joesron dan Fathorrosi, 2003).

(33)

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang terefleksi dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kurang berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lain yang tidak mengandung modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan sangat dipengaruhi oleh pola piker nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain proses produksi didominasi oleh toke pemilik perahu atau modal dan sifat pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok dalam bentuk pasar monopsoni (Kusnadi, 2003).

Menurut Kusnadi, 2003 ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan dan diuraikan sebagai berikut :

1. Teknologi

Teknologi dan kendalanya:

Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi) adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin yang kecil (motorisasi), jaring dan pancing.

Peralatan/ modal nelayan adalah nilai dari pada peralatan yang digunakan seperti :

• Harga perahu, apakah mempergunakan mesin atau tidak yang dimiliki nelayan.

• Harga dari peralatan penangkapan ikan misalnya jaring, pancing, dan lain-lain.

• Bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan di rumah. Ini semua adalah merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan).

(34)

Tenaga kerja, banyak atau sedikit tenaga kerja yang digunakan dalam melaut (menangkap ikan), digaji atau tidak tenaga tersebut atau bagi hasil, atau keluarga misalnya istri, anak (keluarga) sehingga tidak dibayar gajinya.

2. Soaial Ekonomi

Umur, seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia turut melaut tidak disebut sebagai nelayan.

Pendidikan, biasanya sebelum menjadi nelayan pada umumnya mereka telah menempuh pendidikan, misalnya : sampai tingkat SMA, SMP, SD atau tidak menempuh pendidikan sama sekali.

Pengalaman, apabila seseorang yang dianggap nelayan yang telah berumur 15 tahun sampai 30 tahun, diatas 30 tahun telah dianggap sebagai nelayan yang berpengalaman (pawing). Hal ini juga merupakan kategori atau klasifikasi untuk menentukan banyaknya jumlah tangkapan ikan dilaut.

Peralatan, apakah nelayan itu mempunyai peralatan sendiri dalam melaut dan menangkap ikan atau tidak, jadi apabila ia tidak memiliki peralatan sendiri dan hanya menerima gaji maka dikatakanlah ia buruh nelayan.

Musim, musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu musim barat dan musim timur. Dalam satu tahun ada dua musim yaitu musim timur dari bulan Maret sampai Agustus, umumnya gelombang besar, pasang tinggi, arus deras, curah hujan selalu terjadi, keadaan demikian ini pada umumnya nelayan sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan harga ikan akan tinggi. Pada musim barat biasanya dari September sampai Februari keadaan pasang tidak terlalu tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak terlampau besar. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Disamping

(35)

kedua musim tersebut dalam setahun, ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang akan tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua keadaan ini nelayan akan kurang mendapatkan ikan dan harga ikan akan tinggi apalagi pada musim timur keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun turun melaut hanya dipinggir saja.

Kegiatan spekulatif dalam penangkapan ikan semakin meningkat ketika kondisi tangkap melanda. Dalam keadaan yang demikian, sulit membedakan antara masa musim ikan dan masa paceklik (Kusnadi, 2003).

3. Tata Niaga

Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya dari produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitasnya atau kondisinya tidak rusak atau bsuk kalau ikan itu tidak diolah. Kondisi atau keadaan ikan ini sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi dalam hal ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut, dari produsen ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata niaganya dan kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Panjang atau pendek saluran distribusi yang dilalui oleh hasil produksi dalam hal ini ikan (karena tangkapan) dari nelayan (produsen/ sampai ke konsumen akhir agar jangan sampai rusak).

2) Banyak atau sedikit dari jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran distribusi tersebut. Apabila banyak mengakibatkan panjangnya (jauhnya)

(36)

jarak antara produsen dan konsumen sedangkan kalau pendek (dekat) jarak antara produsen dan konsumen akhir yang artinya makin efisien.

3) Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos saluran distribusi tersebut apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan. Dalam hal ini kita bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan meneliti apakah ada korelasi antara hal-hal di atas, apakah ke tiga hal di atas tadi akan menambah atau memperbesar pendapatan nelayan.

Meningkatnya tangkapan ikan nelayan berarti meningkatnya kesejahteraan nelayan tersebut. Demikian juga hal tersebut menunjang program pemerintah yaitu pengentasan kemiskinan

4) Saluran distribusi

Hasil tangkapan (produksi) nelayan itu selanjutnya kita lihat cara pemasarannya, khususnya saluran distribusi dari produsen (nelayan) kepada pemakai akhir atau konsumen. Saluran distribusi dari hasil laut ini dapat dibagi sebagai berikut :

• Saluran distribusi untuk konsumen akhir

• Saluran distribusi untuk rumah tangga

• Saluran distribusi untuk pengawetan

• Saluran distribusi untuk coldstorage (pedagang besar atau eksportir)

2.4.1. Modal dan Biaya Produksi

Modal (Capital) adalah barang yang diproduksi oleh sistem ekonomi yang di gunakan sebagai input untuk memproduksi barang dan jasa di masa depan.

Definisi modal tersebut terdiri dari dua jenis modal. Modal terbagi menjadi

(37)

dua jenis yaitu modal berwujud dan modal tak berwujud. Modal tersebut merupakan modal yang digunakan dalam perusahaan. Modal berwujud adalah modal yang dapat dirasakan langsung dan modal tak berwujud di tentukan oleh setiap individu (Case & Fair, 2007).

Friedman memberikan definisi kekayaan meliputi segala sesuatu yang merupakan sumber pendapatan. Salah satu sumber pendapatan ini berasal dari diri manusia itu sendiri, yaitu keahlian (skill). Milton Friedman ternyata membagi kekayaan dengan lima kategori, yaitu uang, kas obligasi, saham, kekayaan yang berbentuk fisik, dan kekayaan yang berbentuk manusia atau keahlian (skill). Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan di tabung dan di investasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari.

Pengadaan pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan bahan baku meningkatkan stock modal secara fisik (yakni nilai riil atas seluruh barang modal produktif secara fisik) dan hal ini jelas memungkinkan akan terjadinya peningkatan output di masa mendatang (Sukirno,2000).

Setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau makin intensif. Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya produksi atau biaya operasi yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi),biaya operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil

(38)

tangkapan (produksi) ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal (Sukirno,2000).

Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprecition cost dan bunga modal.

Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak.

Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan (produksi) diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan (produksi) yang diperoleh, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC (Manurung, 2006).

2.4.2. Pengalaman Kerja

Menurut Notoadmojo (2003) dalam Darmayunita (2012) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.

Dari uraian tersebut pengalaman kerja dapat memberikan keuntungan bagi seseorang dalam melaksanakan kegiatan kerja sehingga seseorang tersebut tidak merasa kesulitan dalam berkerja.Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Rofi (2012), pengalaman kerja didefinisikan

(39)

sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1991). Pengalaman bekerja merupakan modalutama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu (Sastrohadiwiryo, 2005).

Selain itu pendapat tokoh lain yaitu Pengalaman kerja adalah sesuatu atau kemampuan yang dimiliki oleh para karyawan dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan. Artinya kemudahan dan kesulitan yang dimiliki seseorang dalam suatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa seseorang tersebut memiliki pengalaman kerja (Nitisemito,2000).

2.4.3. Mesin Perahu

Mesin Perahu terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Peralatan atau biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaut.

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang pekerjaannya menangkap ikan dengan mengunakan alat tangkap yang sederhana, mulai dari pancing, jala, jaring, pukat, dan lain sebagainya. Namun dalam perkembangannya dikategorikan sebagai seorang yang berprofesi menangkap ikan dengan alat yang lebih modern ialah kapal ikan dengan alat tangkap modern. Semakin canggih teknolgi yang digunakan nelayan maka akan semakin meningkatkan produktivitas hasilnya lebih

(40)

meningkatkan produksi, yang didalamnya tersirat kesimpulan bahwa masyarakat akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Menurut Satria (2002), keberadaan nelayan digolongkan menjadi 4 tingkatan dilihat dari kapasitas Mesin Perahu (alat tangkap dan armada), orientasi pasar dan karakteristik pasar. Keempat kelompok tersebut, antara lain nelayan tradisional (peasant-fisher) yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri; post peasant-fisher atau nelayan yang menggunakan Mesin Perahu penangkapan ikan yang lebih maju, seperti motor tempel atau kapal motor; commercial fisher atau nelayan

yang telah berorientasi pada peningkatan keuntungan, dan industrial fisher yang memiliki beberapa ciri, seperti terorganisasi, padat modal, pendapatan lebih tinggi, dan berorientasi ekspor.

2.4.4. Waktu Melaut

Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh nelayan yaitu :

Pertama, pola penangkapan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut.

Kedua, pola penangkapan ikan satu hari. Biasanya nelayan berangkat melaut sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya. Penangkapan ikan seperti ini biasanya dikelompokkan juga sebagai penangkapan ikan lepas pantai.

Ketiga, pola penangkapan ikan tengah hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai. Umumnya mereka berangkat sekitar

(41)

jam 03.00 dini hari atau setelah subuh, dan kembali mendarat pagi harinya sekitar jam 09.00. Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu melaut yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai.

2.5. Penelitian Terdahulu

Sujarno (2008) hasil penelitiannya tentang “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat”. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa modal kerja, jumlah tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja merupakan faktor yang memberikan pengaruh besar dibanding 3 faktor lain terhadap pendapatan nelayan. Modal kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan nelayan.

R. Gosyen C. H (2015), meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Terhadap Program Peningkatan Pendapatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Modal dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. sedangkan pengalaman dan harga jual tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan.

Program pemerintah yang ada di Desa Jaring Halus untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP). Dari 10 sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 9 nelayan atau 90% memliki persepsi negatif terhadap program

(42)

PUMP. Sedangkan 10 nelayan yang mendapat program PUMP, 7 nelayan (70%) memiliki persepsi positif terhadap program PUMP, dan 3 nelayan (30%) memiliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Secara keseluruhan, nelayan di Desa Jaring Halus, Kecamatan Tanjung Tiram, memiliki persepsi negatif terhadap Program PUMP.

Constantin G. Panggabean (2014), meneliti tentang Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan dan Persepsi Nelayan Pada Program Peningkatan Pendapatan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Teknologi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan nelayan. Menit kerja dan pengalaman melaut tidak berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai Program pemerintah yang ada di Desa Kuala Lama dan Desa Pekan Tanjung Beringin untuk meningkatkan pendapatan nelayan adalah Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan Perikanan Tangkap (PUMP). Dari keseluruhan sampel nelayan yang tidak mendapatkan program PUMP, 93,33% memliki persepsi negatif terhadap program PUMP. Sedangkan nelayan yang mendapat program PUMP, 73,33% dari keseluruhan sampel memiliki persepsi positif terhadap program PUMP. Maka secara keseluruhan, nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin dan Desa Kuala Lama, memiliki persepsi negatif terhadap Program PUMP.

Peby Anggi Syah Umar Nasution (2014) meneliti tentang Analisis Pendapatan Nelayan Tradisional Dibandingkan Dengan Upah Minimum Regional Di Kecamatan Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa adapun tingkat pendapatan nelayan tradisional di daerah penelitian

(43)

diperoleh Nilai dengan rata-rata Rp. 4.211.542,67 dan dapat disimpulkan pendapatan di Daerah penelitian adalah tinggi. Pengalaman melaut dan biaya produksi berpengaruh nyata terhadap variabel Pendapatan. Sedangkan variabel umur, pendidikan, jumlah tanggungan, dan biaya Investasi tidak berpengaruh nyata secara parsial terhadap variabel pendapatan. Pendapatan nelayan sampel di daerah penelitian berada diatas upah minimum regional provinsi NAD, dimana rata-rata pendapatan nelayan sampel sebesar Rp. 4.211.542,67.

Manuel Roxes, Khairul Saleh, Rahma Sari Siregar (2017) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Tradisional di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan. Kesimpulan hasil penelitian Rata-rata pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Medan sebesar Rp 771.757 perbulan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan tradisional adalah modal kerja,penerimaan, pengalaman kerja, jarak tempuh melaut. Hasil uji F diperoleh bahwa keempat faktor diatas secara bersama-samaberpengaruh nyata/signifikan terhadap pendapatan nelayan tradisional di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Hasil uji t diperoleh bahwa modal kerja, dan penerimaan berpengaruh nyata/signifikan terhadap pendapatan nelayan tradisional, sedangkan pengalaman kerja, dan jarak tempuh melaut tidak berpengaruh nyata/tidak signifikan.

Muhammad Arliman (2013) hasil penelitiannya tentang Pengaruh Modal, Menit Kerja, Pengalaman dan Teknologi Terhadap Pendapatan Nelayan di Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa variabel modal, Menit kerja, pengalaman, dan teknologi

(44)

secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan nelayan.

2.6. Kerangka Pemikiran

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan yaitu, perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin (motorisasi), jaring dan pancing.

Modal kerja masuk kedalam penelitian ini karena secara teoritis modal kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan untuk melaut, misalnya: bahan bakar minyak, makanan, rokok, makanan ringan, peralatan menangkap ikan (umpan).

Semakin lama waktu melaut yang digunakan dalam proses produksi maka semakin banyak output yang dihasilkan.

Mesin Perahu terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Semakin canggih teknologi yang digunakan nelayan maka masyarakat akan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi.

Pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun, dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut bisa meningkatan pendapatannya.

(45)

Secara sistematik kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

2.7. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Perbandingan tingkat pendapatan nelayan tradisional diduga lebih rendah dari pada Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) yang telah ditetapkan di daerah penelitian.

2. Modal, Pengalaman, Mesin Perahu dan Waktu Melaut diduga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan nelayan.

Modal

Pengalaman

Pendapatan Nelayan

Waktu Melaut Mesin Perahu

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampung Nelayan Seberang Kelurahan Belawan I yang berada di Kecamatan Medan Belawan, Provinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja). Alasan memilih lokasi penelitian ini adalah karena di Kampung Nelayan Seberang merupakan salah satu kampung yang berada di daerah pesisir Kelurahan Medan Belawan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kepala lingkungan, Kampung Nelayan Seberang dihuni 600 KK (Kepala Keluarga) dengan jumlah penduduk 2281 orang, sebagian besar penduduk berprofesi sebagai nelayan. Kampung Nelayan Seberang adalah kampung pesisir dengan jumlah nelayan terbanyak di Kelurahan Belawan I.

Kelurahan Belawan I sendiri memiliki potensi perikanan yang terbilang besar sehingga banyak penduduknya yang bekerja sebagai nelayan dan menempatkan Kelurahan Belawan I pada posisi pertama jumlah nelayan terbanyak di Kecamatan Medan Belawan.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Belawan I . Menurut Arikunto (2008), apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10%-15% atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari :

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu melaut, tenaga dan biaya.

(47)

2. Sempit luasnya wilayah pengambilan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya dana

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar hasilnya akan lebih baik.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti. Menurut Sugiono (2011) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karaktristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” berdasarkan hasil prasurvey pada bulan Oktober 2020 Kampung Nelayan Seberang memiliki populasi yang bermata pencaharian sebagai nelayan sebanyak 697 jiwa dari data kepala lingkungan Kampung Nelayan Seberang. Metode penentuan sampel diambil dengan metode accidental sample.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus slovin yaitu:

𝐧 = 𝑵

𝟏 + 𝑵(𝒆)𝟐

Dimana:

n : Jumlah Sampel N : Jumlah Populasi

e : Tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (α : 10%)

Berdasarkan jumlah populasi nelayan di Kampung Nelayan yaitu 697 nelayan maka diperoleh sampel:

n = 697

1 + 697(0,1)2 = 87 Sampel

(48)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang bersumber yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari pedagang melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti. Data sekunder yaitu data yang bersumber dari dokumen resmi, buku pustaka, jurnal atau artikel ilmiah, dan publikasi dari dinas atau instansi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode disajikan dengan mengintrepestasikan dan mendiskripsikan data yang diperoleh.Semua data yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasi, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis.

Untuk rumusan masalah pertama, adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu penelitian yang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana tingkat pendapatan nelayan di lokasi penelitian apakah lebih rendah dari Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kota Medan atau lebih tinggi dari Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Kota Medan.

Untuk rumusan masalah kedua, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan nelayan digunakan Analisis Regresi Linier Berganda (Sugiyanto, 2004:195). Dimana sebuah variabel terikat (Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (X). Untuk mengetahui variabel bebas (modal, pengalaman melaut, Mesin Perahu dan waktu melaut melaut) terhadap variabel

(49)

terikat yakni jumlah pendapatan nelayan. Model regresi linier berganda yang akan digunakan :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan :

Y = Jumlah pendapatan nelayan (Rp/bulan) Bo = intercept atau konstanta

b1, b2, b3, b4 = koefisien regresi X1 = Modal (Rp/bulan)

X2 = Pengalaman Melaut (Tahun)

X3 = Mesin Perahu (Mesin/PK (Paard Kracht)) X4 = Waktu melaut Melaut (Menit/Bulan) e = Standar Eror

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap pendapatan nelayan, digunakan uji F dengan kriteria uji sebagai berikut :

• Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak ; H1 diterima

• Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima ; H1 ditolak

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap pendapatan nelayan, digunakan uji t dengan kriteria uji sebagai berikut :

• Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak ; H1 diterima

• Jika thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima ; H1 ditolak

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Grafik  Histogram  pada  Gambar  5.1  menunjukkan  bahwa  distribusi  data  adalah  normal,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  model  regresi  memenuhi  asumsi  normalitas
Gambar  5.2  menunjukkan  bahwa  data  menyebar  di  sekitar  garis  diagonal  dan  mengikuti  arah  garis  diagonal,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  model  tersebut  memenuhi asumsi normalitas
Tabel 5.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Program pertukaran pelajar merupakan salah satu bentuk kerja sama dalam bidang pendidikan. Melalui kegiatan ini, pelajar dapat meningkatkan penguasaan bahasa asing dan

j um lah pegaw ai dilakukan sebagai ber ikut. 38 Lam pir an I Angka I V Per at ur an Ment er i Pendayagunaan Apar at ur Negar a dan Refor m asi Bir ok r asi Nom or Nom or 26

Setelah merancang alat dan bahan yang dibutuhkan, selan- jutnya menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan untuk pengolahan ikan air tawar/payau/laut. Kamu

[r]

Sesuai dengan Keput usan Ment eri Keuangan RI Nom or 115/ KMI K.06/ 2001 t ent ang Tat a Cara Penggunaan Penerim aan Negara Bukan Paj ak ( PNBP) pada Perguruan Tinggi Negeri (

b.. pun dibuat dengan diperhalus dan diperindah, baik dari segi penampilannya, ukuran, maupun hiasannya. Pada akhirnya, masyarakat mem- produksi kerajinan perkakas

Pada tabel model summary diatas, terlihat nilai besaran koefisien korelasi yang ditunjukan dari nilai R sebesar 0,962 yang artinya pada penelitian ini varibel Pertumbuhan

Kedua, kekuatan kecamatan lebih berorientasi kepada fungsi kewenangan yang dilimpahkan oleh Walikota dibandingkan fungsi koordinasi, artinya, koordinasi dapat tidak