• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman tomat (Solanus lycopersicum) tidak sesuai standart.

2. Aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman tomat (Solanus lycopersicum) tidak sesuai standart.

3. Sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman tomat (Solanus lycopersicum) di daerah penelitian adalah positif.

4. Sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman tomat(Solanus lycopersicum )di daerah penelitian adalah positif.

3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan ditigakecamatan di KabupatenKaro. Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil dari tujuan penelitian.Berikutadalahketigakecamatan di KabupatenKaropenghasilkomodititomattertinggipadatahun 2015.

Tabel 3.1. Luas Lahan, Produksi, Panen TanamanTomatdiKabupaten Karo Tahun 2015

Kabupaten Karo 1.287 36.763 365.18

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, 2015

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam tanamantomat yang terdiri dari tigakecamatan di Kabupaten Karo yaitu Kecamatan Munte, Barusjahe, dan Kabanjahe. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo jumlah petani tomat di Kecamatan Munte yaitu 1200 petani, di Kecamatan Barusjahe yaitu 1090 petani dan di Kecamatan Kabanjahe yaitu 900 petani, sehingga jumlah populasi mencapai 3.190 petani.

Penentuan sampel untuk masing-masing kecamatan menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling atau metode pengambilan sampel berstrata proporsional berdasarkan kecamatan. Jumlah sampel yang diambil menurut strata tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2. Pengambilan Jumlah Sampel dengan Metode Berstrata Proporsional No Kecamatan Populasi (Petani) Sampel (Petani)

1. Munte 1.200 1.200/3.190 x 90 = 34

2. Barusjahe 1.090 1.090/3.190 x 90 = 31

3. Kabanjahe 900 900/3.190 x 90 = 25

Jumlah 3.190 90

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, maka untuk Kecamatan Munte diambil 34 petani sampel, Kecamatan Barusjahe diambil 31 petani sampel dan Kecamatan Kabanjahe diambil 25 petani sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari petani sampel dengan cara menyebarkan kuesioner kepada setiap petani sampel. Kuesioner ini berisi

pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya dan petanisampel mengisi pernyataan dalam skala ordinal dengan menggunakan bobot tertentu pada setiap pernyataan. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dilakukan dengan menggunakan skala Likert.Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis (1) dan (2), dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mengamati dan mencatat cara pengaplikasian pestisida dan pupuk yang dilakukan oleh petani sampel terhadap tanaman tomat(Solanum lycopersicum)di Kabupaten Karo sesuai standar atau tidak.

Untuk membuktikan hipotesis (3) dan (4),dianalisis dengan menggunakan teknik penskalaan likert. Skala likert merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Menurut Nazir (2003), skala likert telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau persepsi yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada petani sampel. Kemudian petani diminta memberi jawaban atau dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Untuk pertanyaan positif, dapat diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kategori Jawaban Pertanyaan Sikap Positif Petani Terhadap Penggunaan Pestisida dan Pupuk Pada Tanaman Tomat

No. Kategori Jawaban Skor

1. SS (Sangat Setuju) 5

2. S (Setuju) 4

3. KS (Kurang Setuju) 3

4. TS (Tidak Setuju) 2

5. STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Untuk pertanyaan negatif juga diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kategori Jawaban Pertanyaan Sikap Negatif Petani Terhadap Penggunaan Pestisida dan Pupuk Pada Tanaman Tomat

No. Kategori Jawaban Skor

1. STS (Sangat Tidak Setuju) 5

2. TS (Tidak Setuju) 4

3. KS (Kurang Setuju) 3

4. S (Setuju) 2

5. SS (Sangat Setuju) 1

Untuk mengukur skala likert tersebut digunakan rumus sebagai berikut:

( ̅ Kategori Interpretasi nilai T, apabila:

T > 50 = Sikap Positif

T ≤ 50 = Sikap Negatif (Mueller, 1992)

Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut apakah positif atau negatif terhadap penggunaan pestisida pada tanamantomat di daerah penelitian. Jika petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dengan takaran atau sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh pemerintah dan sebaliknya jika petani memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa penggunaan pestisida dan tidak sesuai takaran atau tidak sesuai dengan anjuran pemerintah.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

Definisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran kata penelitian.

1. Tanaman tomat (Solanuslycopersicum) termasuk jenis tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah, daunnya berbentuk segitiga , bunganya berwarna kuning, buahnya buah buni , hijau waktu muda dan kuning atau merah waktutua, berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu.

2. Pestisida adalah semua zat atau bahan kimia beracun yang digunakan untuk membunuh atau membasmi hama penggangu. Yakni hama berupa organisme hidup/hewan maupun tumbuhan liar (gulma).

3. Pupuk merupakan sumber hara yang berfungsi sebagai input produksi untuk pertumbuhan tanaman.

4. Pengalaman berusaha tani merupakan salah satu faktor yang dapat di kategorikan sebagai penunjang keberhasilan suatu usahatani.

5. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau obyek.

6. Lama Pendidikan adalah hasil prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.

7. Luas lahan adalah areal pertanaman yang dimiliki oleh petani.

8. Lama Berusahatani adalah pengalaman seorang petani dalam berusahatani tanaman tomat.

9. Pengaplikasian pestisida adalah cara memberikan pestisida yang mengikuti 5 kaidah yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat metode (cara penggunaan).

10. Pengaplikasian pupuk adalah cara memberikan pupuk yang mengikuti 5 kaidah yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat metode (cara penggunaan).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian adalah petani tomat yang menanam tanaman tomat.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan 97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280–1.420 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang,

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir, 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun, dan

4. Sebelah Barat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Pada tahun 2013 sebesar 363.755 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km².

Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa/km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17 persen per tahun. Tahun 2013 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan. Laki-laki berjumlah 180.535 jiwa dan Perempuan berjumlah 183.220 jiwa.

Kabupaten Karo terbagi atas 17 kecamatan dan 258 desa. Pada penelitian mengenai analisis dan sikap petani terhadap pemakaian pestisida dan pupuk pada tanaman tomat ini lokasinya berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Munte,dan Kabanjahe.

Berikut ini penjelasan mengenai deskripsi Kecamatan Munte, Kabanjahe, dan Barusjahe.

4.1.1. Kecamatan Munte

Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Munte merupakan kecamatan di Kabupaten Karo yang mempunyai luas wilayah sekitar 125,64 km2. Kecamatan Munte terdiri dari 22 desa.

Adapun batas-batas Kecamatan Munte adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Payung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juhar 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tigabinanga Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Munte yaitu sebesar 21.180 jiwa yang terdiri dari 22 desa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu dengan persentase 50,05%, sedangkan jumlah penduduk laki-laki memiliki persentase 49,95%. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1.1.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 10543 49,95

2 Perempuan 10.637 50,05

Total 21.180 100

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan keadaan umur produktif, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Muntedapat dilihat pada Tabel 4.1.1.2

Tabel 4.1.1.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Umur Produktif

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.1.2 diketahui jumlah penduduk yang berusia 0 – 19 tahun berjumlah 7.957 jiwa atau 39,77%. Sedangkan penduduk dengan usia produktif (20 - 59 tahun) mencapai 10.444 jiwa atau 52,19%, yang berarti bahwa lebih dari setengah penduduk di Kecamatan Munte ini berusia produktif.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Munte dapat dilihat pada Tabel 4.1.1.3

Tabel 4.1.1.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 4.100 33,97

SLTP 4.280 35,46

SLTA 2.790 23,11

Perguruan Tinggi 900 7,46

Total 12.070 100

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.1.3 diketahui tingkat pendidikan penduduk yang tertinggi yaitu SLTP sebanyak 4.280 jiwa atau 35,46%.

Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Muntedapat dilihat pada Tabel 4.1.1.4 .

Tabel 4.1.1.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 11.540 94,49

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.1.4 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk sebagai petani mencapai 94,49% atau berjumlah 11.540 jiwa. Hal ini menandakan penduduk di Kecamatan Munte mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani.

Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan tertentu. Prasarana merupakan segala sesuatu yang mendukung terselenggaranya suatu proses terutama yang menunjang perubahan di Kecamatan Munte. Sarana dan prasarana di Kecamatan Muntedapat dilihat pada Tabel 4.1.1.5 Tabel 4.1.1.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Munte

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 SD 20

7 Pustu (Puskesmas Pembantu) 16

8 Mesjid 14

9 Gereja Protestan 34

10 Gereja Katholik 5

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

4.1.2. Kecamatan Kabanjahe Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Kabanjahe merupakan kecamatan di Kabupaten Karo yang terdiri dari 13 desa dengan luas wilayah 44,65 km2. Dari luas wilayah tersebut lahan pertanian yang bukan sawah mencapai 618ha (terdiri dari kebun, perkebunan, dan hutan rakyat), lahan pertanianyang berupa sawah sebesar 63,50 ha .

Adapun batas-batas Kecamatan Kabanjahe adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Berastagi

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Munte

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Kabanjahe yaitu sebesar 62.142 jiwa yang terdiri dari 13 desa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 31.271 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 30.871 jiwa. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1.2.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 30.871 49,68

2 Perempuan 31.271 50,32

Total 62.142 100

Sumber: Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

Berdasarkan keadaan umur, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahedapat dilihat pada Tabel 4.1.2.2

Tabel 4.1.2.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Umur Produktif

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.2 diketahui jumlah penduduk yang berusia 0 – 19 tahun berjumlah 26.456 jiwa atau 42,57%. Sedangkan penduduk yang berusia produktif (20 - 59 tahun) sebanyak 31.129 jiwa dengan persentase 51,07% yang berarti bahwa lebih dari setengah penduduk di Kecamatan Kabanjahe ini berusia produktif.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahedapat dilihat pada Tabel 4.1.2.3 .

Tabel 4.1.2.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 9.792 44,97

SLTP 5.297 24,33

SLTA 5.963 27,39

Perguruan Tinggi 720 3,31

Total 21.772 100

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.3 diketahui tingkat pendidikan penduduk yang tertinggi yaitu SD sebanyak 9.792 jiwa atau 44,97%. Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.2.4 .

Tabel 4.1.2.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 13.079 58,99

2 PNS/ABRI 2.392 10,79

3 Industri Rumah Tangga 358 1,61

4 Bidan 54 0,24

5 Dokter 17 0,08

6 Perawat 50 0,23

7 Lainnya 6.222 28,06

TOTAL 22.172 100

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.4 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk yang tertinggi yaitu sebagai petani yang mencapai 13.079 jiwa atau 58,99%. Hal ini menandakan penduduk di Kecamatan Kabanjahe mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Kabanjahedapat dilihat pada Tabel 4.1.2.5

Tabel 4.1.2.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kabanjahe

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 SD 37

2 SMP 14

3 SMU 12

4 Puskesmas 1

5 Posyandu 14

6 Pustu (Puskesmas Pembantu) 23

7 Mesjid 19

8 Gereja Protestan 43

9 Gereja Katholik 10

10 BKIA 1

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

4.1.3. Kecamatan Barusjahe Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Barusjahe merupakan kecamatan di Kabupaten Karo yang terdiri dari 19 desa dengan luas wilayah 13.485 ha. Dari luas wilayah tersebut 1.219 ha merupakan lahan sawah dan 12.266 ha merupakan lahan kering.

Kecamatan Barusjahe berada pada ketinggian 1.200-1.350 m dpl dan suhu berkisar antara 180-220, dengan curah hujan rata-rata 2.600 mm/tahun. Topografi wilayah Kecamatan Barusjahe yaitu datar-bergelombang. Ditinjau dari agroklimat dan ketinggian tempatnya, maka komoditi yang potensial untuk dibudidayakan di Kecamatan Barusjahe adalah sayuran (cabai, buncis, kentang, kubis) dan beberapa jenis buah-buahan (jeruk manis, markisah, strowberry, alpukat).

Adapun batas-batas Kecamatan Simpang Empat adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Merek/Kabupaten Simalungun

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

Lahan di Kecamatan Barusjahe hampir seluruhnya merupakan lahan kering. Lahan sawah hanya sekitar 9,04% dari luas seluruh wilayah. Berikut ini merupakan pola penggunaan lahan di Kecamatan Barusjahe.

Tabel 4.1.3.1 Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Barusjahe

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Ladang 7.679 56,94

7 Perumahan/Pemukiman 217 1,61

8 Sementara tidak diusahai 216 1,60

9 Hutan Negara 151 1,12

10 Hutan Rakyat 121 0,90

Total 13.485 100

Sumber: BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Barusjahe yaitu sebesar 22.137 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.322 KK yang terdiri dari 19 desa. Jumlah penduduk laki-laki lebih banyak yaitu dengan persentase 50,07%, sedangkan jumlah penduduk perempuan memiliki persentase 49,93%. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1.3.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 11.085 50,07

2 Perempuan 11.052 49,93

Total 22.137 100

Sumber:BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan keadaan umur produktif, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.3

Tabel 4.1.3.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Umur Produktif

Umur (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

17 – 50 10.431 64,71

51 – 65 5.688 35,29

Total 16.119 100

Sumber :BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.3.3 diketahui jumlah penduduk yang berusia produktif (17-50 tahun) sebanyak 10.431 jiwa dengan persentase 64,71% yang berarti bahwa hampir dari setengah penduduk di Kecamatan Barusjahe ini berusia produktif.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.4

Tabel 4.1.3.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 3.908 24,90

SLTP 5.946 37,88

SLTA 5.402 34,41

Perguruan Tinggi 441 2,81

Total 15.697 100

Sumber :BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.3.4 diketahui tingkat pendidikan penduduk yang tertinggi yaitu SLTP sebanyak 5.946 jiwa atau 37,88%.

Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.5

Tabel 4.1.3.5 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 5.598 85,19

Sumber : BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.5 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk yang tertinggi yaitu sebagai petani yang mencapai 5.598 jiwa atau 85,19%. Hal ini menandakan penduduk di Kecamatan Barusjahe mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.6.

Tabel 4.1.3.6 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Barusjahe

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Puskesmas 1

2 Pustu (Puskesmas Pembantu) 18

3 Poskesdes 11

4 Posyandu 26

5 Mesjid 9

6 Musholla 4

7 Gereja Protestan 45

8 Gereja Katholik 18

9 BKIA 1

Sumber : Kecamatan Barusjahe dalam Angka 2015

4.2. Karakteristik Petani Sampel 4.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui sikap dan perilaku seseorang terhadap suatu fenomena. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan umur seperti pada Tabel 4.2.1

Tabel 4.2.1. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No

Tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa, sebagian besar petani sampel tergolong dalam kelompok umur 41 – 50 tahun, yang berjumlah 56 orang atau mencapai 62,22%.

4.2.2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2.2.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMA yang berjumlah 43 orang atau 47,78%.

Sedangkan jumlah petani sampel yang paling sedikit yaitu yang berpendidikan sarjana sebanyak 10 orang atau 11,11%. Ini menunjukkan bahwa pendidikan petani sampel sudah tinggi.

4.2.3. Lama Berusahatani

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lama berusahatani yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2.3.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Berusahatani No

Tabel 4.2.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman usahatani petani sampel memiliki rentang 11 – 20 tahun yang berjumlah 51 jiwa atau 56,67%. Hal ini menandakan bahwa petani tomat memiliki pengalaman bertani yang cukup lama.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1 – 1,5 ha. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2.4.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan

(ha)

Kecamatan Jumlah

(Jiwa)

Persentase Munte Kabanjahe Barusjahe (%)

1 ≤0,5 18 22 21 61 67,78

2 0,6 – 1 14 8 4 26 28,89

3 ≥1 2 1 - 3 3,33

Jumlah (Jiwa) 34 31 25 90 100

Sumber: Lampiran 1, 2, dan 3

Berdasarkan Tabel 4.2.4 di atas, luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani sampel yaitu ≤0,5 ha yang berjumlah 61 petani atau 67,78%, luas lahan yang berkisar 0,6 – 1 ha berjumlah 26 petani atau 28,89%, dan luas lahan ≥1 ha hanya berjumlah 3 petani atau 3,33%.

5.1. Aplikasi Pestisida yang dilakukan Petani Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum) di Kabupaten Karo

Pengaplikasian pestisida yang benar haruslah mengikuti 5 kaidah yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat metode (cara penggunaan).

Pengaplikasian pestisida yang benar sebagai berikut :

1.Tepat Sasaran

Sebelum kita menyemprotkan pestisida, maka kita harus mengetahui jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang. Berikut jenis OPT yang menyerang dan jenis pestisida yang digunakan:

Tabel 5.1. Aplikasi Pestisida yang Tepat Sasaran

OPT yang Menyerang Jenis Pestisida yang digunakan Serangga (Ulat, wereng, semut, dll) Insektisida

Cacing Nematisida

Binatang Pengerat Rodentisida

Rumput Liar/Gulma Herbisida

Fungi/Jamur Fungisida

Tungau Akarisida

2. Tepat Jenis

Setelah diketahui OPT sasaran yang akan dikendalikan dan jenis pestisida yang sesuai, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pestisida yang tepat. Contoh:

Untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura), digunakan insektisida Lufenuron, Sihalotrin, dsb.

3. Tepat Waktu

Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari tetapi sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena pada umumnya OPT (Khususnya serangga hama) pada tanaman tomat aktif pada sore/malam hari.

4.Tepat Dosis /Konsentrasi

Dosis pestisida adalah banyaknya pestisida atau larutan semprot yang digunakan dalam setiap satuan luas, sedangkan konsentrasi pestisida adalah takaran pestisida yang harus dilarutkan dalam setiap liter air (bahan pelarut). Daya bunuh pestisida terhadap OPT ditentukan oleh dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang dianjurkan akan memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan. Dalam pengaplikasian pestisida dosis yang harus digunakan biasanya tertera pada bungkus pestisida yang kita beli. Petunjuk penggunaan pestisida pada bungkus tersebut harus kita ikuti dosis dan takarannya dengan benar.

5.Tepat Metode ( Cara Penggunaan )

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :

a.Peralatan Semprot

Sprayer yang baik adalah ukuran butiran semprot berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot minimal memiliki tekanan sebesar 3 atmosfir, dan tidak bocor.

b.Keadaan Cuaca

Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika keadaan cuaca cerah , kelembapan udara dibawah 70% dengan kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam .

c. Cara Penyemprotan

Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin , kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4km/jam dan jarak sprayer dengan bidang semprot atau tanaman sekitar 30 cm .

Aplikasi pestisida yang sesuai standart haruslah memenuhi kelima kaidah seperti yang di atas. Jika hanya 3 kaidah yang dipenuhi maka aplikasi pestisida masih belum sesuai standart. Berdasarkan hasil penelitian, petani tomat di Kabupaten Karo dalam pengaplikasian pestisida masih belum memenuhi kelima kaidah di atas. Rata-rata pengaplikasian pestisida yang dilakukan petani hanya memenuhi kaidah tepat sasaran dan tepat jenis. Dari 90 petani sampel, 49 petani menggunakan pestisida yang tidak sesuai standart dan hanya 41petani yang menggunakan pestisida sesuai standart (Lampiran 4).

Kaidah yang selalu dilanggar petani yaitu kaidah tepat waktu, tepat dosis/konsentrasi dan tepat metode. Sebagian petani masih mempercayai semakin banyak pestisida yang digunakan maka hama dan penyakit tanaman akan semakin cepat dihilangkan. Hal ini sangatlah keliru, karena dosis yang lebih tinggi dari yang dianjurkan akan menyebabkan bahaya residu dari pestisida yang akan semakin tinggi.

Residu pestisida ini bisa masuk ke dalam tanah dan bisa terserap ke dalam buah tomat itu sendiri. Keadaan ini akan merugikan bagi petani itu sendiri karena apabila kandungan pestisida pada buah tomat itu tinggi maka tomat Indonesia tidak bisa diekspor ke luar negeri karena beberapa negara telah menerapkan pembelian sayuran yang bebas dari pestisida.

Bahaya residu dari pestisida ini sebenarnya telah disadari oleh sebagian petani tomat, namun mereka seperti tidak memiliki pilihan lain karena jika dosis pestisida yang disemprotkan pada tanaman tomat dikurangi maka produksi tomat akan

Bahaya residu dari pestisida ini sebenarnya telah disadari oleh sebagian petani tomat, namun mereka seperti tidak memiliki pilihan lain karena jika dosis pestisida yang disemprotkan pada tanaman tomat dikurangi maka produksi tomat akan

Dokumen terkait