• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP PEMAKAIAN PESTISIDA DAN PUPUK PADA TANAMAN TOMAT DI KABUPATEN KARO SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP PEMAKAIAN PESTISIDA DAN PUPUK PADA TANAMAN TOMAT DI KABUPATEN KARO SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH:

PUTRA PERSADANTA TARIGAN 100304117

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ANALISIS SIKAP PETANI TERHADAP PEMAKAIAN PESTISIDA DAN PUPUK PADA TANAMAN TOMAT

DI KABUPATEN KARO

SKRIPSI

OLEH:

PUTRA PERSADANTA TARIGAN 100304117

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S) (Dr.Ir Rahmanta Ginting, M.Si) NIP. 196411021989032001 NIP.196300928199803100

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(3)

Putra Persadanta (100304117) with the title of thesis“Analysis of Farmers Attitude Against Use of Pesticides and Fertilizers On Tomato Plant in Karo Regency”.Guided by IbuDr. Ir. Tavi Supriana, M.S and BapakDr.Ir.Rahmanta Ginting, M.Si.

The purpose of this study is to analyze the application of pesticides and fertilizers conducted by farmers on potato plants , to analyze the attitude of farmers to the use of pesticides and fertilizers in tomato plants . The research area determined purposively.The sample determined byproportionate stratified random sampling method .The method of analysis used descriptive method and Likert scaling method.

The results showed that : (1) The application of pesticides by farmers on potato plants in not standard. (2) The application of fertilizers by farmers on potato plant is not standard. (3) The attitude of farmers to the use of pesticide in tomato plants is positive .(4)The attitude of farmers to the use fertilizer in potato plants is negative

Keywords : Pesticide Application , Fertilizer Application , Farmer’s Attitude

(4)

Putra Persadanta (100304117) dengan judul skripsi “Analisis Sikap Petani Terhadap Pemakaian Pestisida dan Pupuk Pada Tanaman Tomat di Kabupaten Karo”.Dibimbing oleh Dr. Ir. Tavi Supriana, M.S dan Dr.Ir.Rahmanta, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis aplikasi pestisida dan pupuk yang dilakukan petani pada tanaman tomat, untuk menganalisis sikap petani terhadap penggunaan pestisida dan pupuk pada tanaman tomat di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara purposive. Sampel ditentukan dengan metode proportionate stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode penskalaan likert .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman tomat tidak sesuai standar. (2) Aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman tomat tidak sesuai standar. (3) Sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman tomat di daerah penelitian adalah positif.(4)Sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman tomat di daerah penelitian adalah negatif.

Kata Kunci: Aplikasi Pestisida, Aplikasi Pupuk, Sikap Petani

(5)

Putra Persadanta Tarigan, lahir di Kota Medan, Kecamatan Medan Tuntungan , Kabupaten Kota Medan pada tanggal 15 November 1992. Anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Lam lam Tarigan dan Ibu Herlina Purba.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Santo Petrus Medan dan lulus pada tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Raksana Medan dan lulus pada tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 17 Medan dan lulus pada tahun 2010.

4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

5. Pada bulan Juli-Agustus 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Pulau Banyak, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat.

6. Pada bulan April 2016 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Kutambaru , Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

(6)

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Sikap Petani Terhadap Pemakaian Pestisida Dan Pupuk Pada Tanaman Tomat Di Kabupaten Karo”.Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Ibu Ir. Tavi Supriana,M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir.

Rahmanta Ginting, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program StudiAgribisnis, FP-USU dan Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, FP-USU yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan selama masa perkuliahan.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. SeluruhPegawaidan Staff Program StudiAgribisnis FP-USU, yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

(7)

selalu memberikan doa, motivasi, kasih sayang serta dukungan baik materi maupun non materi selama masa perkuliahan penulis.

6. Abang dan kakak saudara sepupu tersayang Freza Purba, Risanda Tarigan, Newin Silalahi, Florina Purba, dan Cindy Purba yang selalu memotivasi penulis. Serta rekan sepelayanan Irma Sika Girsang , Shanta Ginting , Welly Sanjaya, dan Wulan Hutasoit yang membantu dalam doa dan motivasi .

7. Adik terkasih Manta Arsita Ginting yang selalu memberikan motivasi, semangat, doa serta arahan selama masa penulisan skripsi ini .

8. Teman-teman Agribisnis FP-USU Stambuk 2010, terutama untuk Voldo Maruli Sidauruk ,Kevin Nathanael Lase, , Boiperiandi Rajagukguk, Rani Purba , Andrew Silaban serta kawan-kawan yang selalu ada untuk membantu penulis selama masa perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sumbangan saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Agustus 2016

Penulis

(8)

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Identifikasi Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tomat ... 6

2.2. Pestisida ... 6

2.3. Pupuk ... 11

2.4. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Sikap Petani ... 14

2.2.2. Luas Lahan ... 15

2.2.3. Pendidikan ... 16

2.2.4. Lama Berusaha Tani ... 16

2.5. Penelitian Terdahulu ... 17

2.4. Kerangka Pemikiran ... 18

2.5. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Analisis Data ... 24

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 26

3.5.1. Definisi ... 26

3.5.2. Batasan Operasional ... 27

(9)

4.1.1. Kecamatan Munte ... 29

4.1.2. Kecamatan Kabanjahe ... 32

4.1.3. Kecamatan Barusjahe ... 36

4.2. Karakteristik Petani Sampel ... 40

4.2.1. Umur ... 40

4.2.2. Pendidikan ... 41

4.2.3. Lama Berusaha Tani ... 42

4.2.4. Luas Lahan ... 42

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1. Aplikasi Pestisida yang dilakukan Petani Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum) di Kabupaten Karo ... 44

5.2. Aplikasi Pupuk yang dilakukan Petani Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum) di Kabupaten Karo ... 46

5.3. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Tomat(Solanum Lycopersicum) di Kabupaten Karo ... 47

5.4. Sikap Petani Terhadap Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Tomat(Solanum Lycopersicum) di Kabupaten Karo ... 49

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

6.1. Kesimpulan ... 51

6.2. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

Tabel Judul Halaman 3.1 Luas Lahan, Produksi, Panen TanamanTomatdiKabupaten

Karo Tahun 2015

21 4.1.1.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Jenis

Kelamin

30 4.1.1.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Umur

Produktif

30 4.1.1.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Tingkat

Pendidikan 31

4.1.1.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Mata Pencaharian

31 4.1.1.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Munte 32 4.1.2.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan

Jenis Kelamin

33 4.1.2.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan

Umur Produktif

34 4.1.2.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan

Tingkat Pendidikan 34

4.1.2.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Mata Pencaharian

35 4.1.2.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kabanjahe 36 4.1.3.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan

Jenis Kelamin

37 4.1.3.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan

Umur Produktif 38

4.1.3.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Tingkat Pendidikan

38 4.1.3.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan

Mata Pencaharian

39 4.1.3.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Barusjahe 40 4.2.1 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur 41

(11)

4.2.4 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan 43 5.3 Sikap Petani Tomat Terhadap Penggunaan Pestisida 48 5.4 Sikap Petani Tomat Terhadap Penggunaan Pupuk 50

(12)

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya masyarakat di tanah Karo adalah petani. Tanaman yang paling banyak kita jumpai disana adalah tanaman jeruk. Selain itu juga banyak masyarakat yang menanam tanaman lainnya, seperti cabe, kol, tomat, sayuran dan lain sebagainya.

Tanaman tomat merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga Solanaceae. Ada beberapa jenis tomat, yaitu tomat biasa (Lycopersicum commune), tomat apel (Lycopersicum pyriforme), tomat kentang (Lycopersicum grandifolium), dan tomat keriting (Lycopersicum validum).

Perluasan daerah penanaman tomat sangat potensial di Karo. Hal ini disebabkan oleh minat petani terhadap penanaman tanaman tomat yang tinggi, suasana kondisi iklim yang mendukung, ketersediaan lahan dan pengenalan petani akan teknologi penanaman tumbuhan ini.

Tomat adalah jenis tanaman yang mengandung vitamin A dan C yang tinggi dan sehubungan dengan kandungan vitamin yang tinggi, maka tomat pada umumnya digunakan untuk perawatan kerongkongan atau gangguan saluran pernapasan dan penglihatan yang kurang terang.

Dalam pembudidayaan tanaman tomat,banyak petani mengalami kesulitan dalam menanam, mengendalikan hama penyakit dan gulma. Kebanyakan petani

(13)

menggunakan bahan kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit, yaitu dengan pestisida.

Pestisida merupakan salah satu hasil teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Hal ini terbukti di beberapa negara sedang berkembang dengan penggunaan pestisida menyebabkan produksi pertanian melimpah. Namun apabila pengelolaan pestisida tidak baik maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap beberapa aspek kehidupan yang pada akhirnya langsung ataupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia (Panut,2004) .

Petani masih menyepelekan bagaimana cara menyemprot dengan baik, bagaimana takaran pas dan berapa banyak kerugian yang akan ditimbulkan. Bahaya keracunan dan potensi pencemaran lingkungan oleh pestisida merupakan akumulasi dari perilaku penggunaan yang kurang baik.Penggunaan pestisida yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan. Penggunaan pestisida yang kurang terkendali juga menyebabkan peningkatan residu pestisida pada hasil-hasil pertanian dan juga dalam lingkungan pertanian.(Sudaryono, 1997).

Resiko keracunan dapat diperkecil apabila para petani dapat mengetahui perilaku dan cara bekerja yang aman dan tidak mengganggu kesehatan, seperti taat kepada prosedur yang telah ditetapkan. Perilaku penggunaan pestisida yang tidak sesuai anjuran dimungkinkan oleh faktor yang ada dalam diri petani, yaitu persepsi dan pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida sesuai anjuran yang masih keliru atau rendah. Persepsi dan pengetahuan yang benar akan memberikan apresiasi

(14)

dan pertimbangan yang mengarah pada perilaku yang baik dalam penggunaan pestisida dan penanganan oleh petani (Sastro, 1992).

Pola penggunaan pupuk di kalangan petani sayuran juga menjadi sebuah masalah.Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K dengan penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi pemupukan sesuai dosis berimbang (Izhar,2010).

Penggunaan dosis pemupukan yang belum tepat oleh petani sayuran secara tidak langsung mengakibatkan kerusakan pada lapisan tanah. Dalam jangka panjang, hal ini berdampak pada berkurangnya tingkat kesuburan tanah dan hal ini tentu akan mengurangi jumlah produksi sayuran. Misalnya, untuk sayuran kubis diperlukan pupuk buatan maksimal berupa Urea sebanyak 100 kg/ha, ZA 250 kg/ha. TSP atau SP-36 250 kg/ha dan KCl 200 kg/ha. Untuk tiap tanaman diperlukan Urea sebanyak 4 g + ZA 9g, TSP (SP-36) 9 g, dan KCl 7 g, namun ada saja petani sayuran yang menambah jumlah dosis pupuk dengan harapan dapat meningkatkan jumlah produksi (Tim Prima Tani Balitsa, 2007).

(15)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dan permasalahan yang ada diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum) sesuai standart?

2. Apakah aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum) sesuai standart?

3. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum)di daerah penelitian?

4. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum)di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum).

2. Untuk mengetahui aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum).

3. Untuk mengetahui sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum)di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman tomat(Solanum lycopersicum)di daerah penelitian.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi petani tanaman tomat (Solanum lycopersicum) di Kabupaten Karo sehingga meningkatkan sikap petani pada penggunaan pestisida pada tanaman tomat.

2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura diKabupaten Karo.

3 .Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan dan penelitian-penelitian lain yang berhubungan.

(17)

2.1 Tomat, Pestisida dan Pupuk 2.1.1 Tomat

Tanaman tomat merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga Solanaceae. Ada beberapa jenis tomat, yaitu tomat biasa (Lycopersicum commune), tomat apel (Lycopersicumpyriforme), tomat kentang (Lycopersicumgrandifolium), dan tomat keriting (Lycopersicumvalidum). Di dalam tomat banyak terkandung zat- zat yang berguna bagi tubuh manusia, yaitu vitamin A (karoten), vitamin C, dan mineral.

Penanaman tomat dimulai dari penyemaian benih, pengolahan tanah untuk menanam tomat, pemindahan bibit dari penyemaian kekebun yang telahdiolah, pemberian pupuk, pemberian ajir atau lanjaran agar tanaman tidak roboh, dan juga pemungutan hasil.

2.1.2 Pestisida

Pestisida secara umum berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide:

membunuh). Pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk beberapa tujuan berikut :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian.

2. Memberantas rerumputan.

3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.

(18)

4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman (tetapi tidak termasuk dalam golongan pupuk).

5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak.

6. Memberantas hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan alat-alat angkutan.

8. Memberantasataumencegahbinatang-binatang yang dapatmenyebabkan penyakit pada manusia.

Pestisida berdasarkan hama sasaran dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Insektisida

Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi hewan serangga, seperti ulat, semut, belalang, lalat, kecoa, nyamuk, wereng dan sebagainya.

Contohnya adalah basmion, basudin, diazinon, tiodan, timbel arsenat, dan propoksur.

2. Nematisida

Nematisida adalah jenis pestisida untuk membasmi hama cacing. Hama ini sering merusak bagian umbi tanaman atau akar. Contohnya adalah oksamil dan natrium metam.

3. Rodentisida

Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas binatang pengerat, contohnya adalah tikus. Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.

(19)

4. Herbisida

Herbisida adalah pestisida untuk membasmi tumbuhan liar atau gulma pengganggu tanaman. Contohnya adalah amonium sulfonat, pentaklorefenol, gramoxone dan totacol.

5. Fungisida

Fungisida merupakan jenis pestisida yang digunakan untuk memberantas fungi atau jamur. Contohnya adalah natrium dikromat, timbel (I) oksida, tembaga oksiklorida dan carbendazim.

Selama 20 tahun (1973-1993) penggunaan pestisida di Indonesia terusmeningkat dan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran per satuan luaslebih tinggi dari pada tanaman pangan (Sastrosiswojo, 1990). Meskipun sistem perlindungan tanaman telah menganut konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), namun dalam prakteknya banyak petani menggunakan pestisida terutama insektisida secara tidak benar. Bahkan banyak petani yang masih menggunakan insektisida yang telah dilarang (Suyatno, et al.,1994; Kartaatmadja et al., 1997).

Dalam pengendalian OPT secara kimiawi, sebaiknya dipilih pestisida yang memiliki sifat selektif, selektivitas pestisida adalah pengaruh maksimum suatu jenis pestisida terhadap organisme sasaran, dengan pengaruh minimum terhadap manusia, hewan, serangga berguna dan kualitas lingkungan hidup. Selektivitas pestisida dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) selektivitas fisiologi dan (2) selektivitas ekologi, yaitu selektivitas penggunaan pestisida yang berdasarkan pada pengetahuan ekologi OPT. Contoh selektivitas ekologi, yaitu aplikasi pestisida berdasarkan

(20)

Ambang Ekonomi (Ambang Pengendalian) hama, penggunaan pestisida sistemik, perlakuan benih dan sebagainya.

Dengan demikian, pestisida yang berspektrum lebar dapat digunakan secara selektif (selektivitas ekologi). Namun demikian, dalam kaitan dengan Konsepsi PHT, yang diinginkan adalah penggabungan keduanya, yaitu penggunaan pestisida selektif (fisiologi) dansecara ekologi juga selektif.

Berdasarkan konsepsi PHT, pestisida hanya digunakan kalau memang benar- benar diperlukan (sesuai dengan hasil pengamatan egroekosistem). Selain itu, penggunaannya harus berhati-hati dan sekecil mungkin gangguannya terhadap lingkungan. Secara umum, penggunaan pestisida harus mengikuti lima kaidah, yaitu:

1. Tepat Sasaran

Tepat sasaran artinya OPT sasaran harus diketahui jenisatauspesies nyasecara cepat. Dengan demikian dapat ditentukan jenis pestisida yang tepat yang perlu digunakan. Contoh: Apabila OPT yang menyerang adalah serangga, maka dipilih insektisida. Apabila yang menyerang adalah tungau, maka dipilih akarisida.

2. Tepat Jenis

Setelah diketahui OPT sasaran yang akan dikendalikan dan jenis pestisida yang sesuai, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pestisida yang tepat. Contoh, yaitu untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura), digunakan insektisida Lufenuron, Sihalotrin, dsb.

3. Tepat Waktu

Penggunaan pestisida berdasarkan konsepsi PHT harus dilakukan berdasarkan hasil pemantauan/pengamatan rutin, yaitu jika populasi hama atau kerusakan yang

(21)

ditimbulkannya telah mencapai Ambang Ekonomi (Ambang pengendalian). Hal ini disebabkan karena keberadaan hama atau penyakit pada pertanaman belum tentu secara ekonomis akan menimbulkan kerugian. Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari tetapi sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena pada umumnya OPT (Khususnya serangga hama) pada tanaman tomat aktif pada sore/malam hari.

4. Tepat Dosis/Konsentrasi

Dosis pestisida adalah banyaknya pestisida atau larutan semprot yang digunakan dalam setiap satuan luas, sedangkan konsentrasi pestisida adalah takaran pestisida yang harus dilarutkan dalam setiap liter air (bahan pelarut). Daya bunuh pestisida terhadap OPT ditentukan oleh dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang dianjurkan akan memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan.

5. Tepat cara penggunaan

Keberhasilan pengendalian OPT ditentukan pula oleh cara penggunaan atau penyemprotan pestisida. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :

a. Peralatan Semprot

Yang dimaksud dengan peralatan semprot adalah : sprayer, alat semprot, dan alat pelindung keamanan penyemprotan. Sprayer yang baik adalah ukuran butiran semprot berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot minimal memiliki tekanan sebesar 3 atmosfir,dan tidak bocor.

(22)

b. Keadaan Cuaca

Yang dimaksud dengan keadaan cuaca adalah intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara. Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika keadaan cuaca cerah, kelembaban udara di bawah 70% dengan kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam.

c. Cara Penyemprotan

Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak sprayer dengan bidang semprot atau tanaman sekitar 30 cm.

Pada umumnya, OPT yang menyerang tanaman tomat adalah dari golongan serangga, tungau dan cendawan. Dengan demikian, pestisida yang digunakan adalah insektisida, akarisida dan fungisida. Insektisida dan akarisida selektif yang digunakan hendaknya memiliki sifat selektivitas fisiologi. Sampai saat ini belum banyak diketahui fungisida yang memiliki sifat selektivitas fisiologi.Oleh karena itu penggunaannya dapat dilakukandengancarayangbersifatselektivitas ekologi.

2.1.3 Pupuk

Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency level) yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally friendliness) yang

(23)

tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman, terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.

Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering digunakan petani sayuran antara lain seperti :

1. ZA ( Zwavelzure ammoniak)

a. ZA mengandung + 21 % zat lemas b. Mudah hancur dalam air

c. Agak mudah hanyut

d. Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan

e. Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan.

f. Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam 2. Ureum atau Urea

a. Mengandung zat lemas 45%-46%

b. Mudah hancur dalam air c. Agak mudah hanyut

d. Cepat pengaruhnya terhadap tanaman e. Mudah menarik air dari dalam udara

f. Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah g. Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.

(24)

3. Sendawa Chili ( Chilisalpeter) a. Mengandung zat lemas + 15%

b. Mudah hancur dalam air c. Mudah hanyut akibat air hujan d. Cepat pengaruhnya terhadap tanaman

e. Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah menjadi padat.

f. Baik untuk tanaman sayuran.

4. DS ( Dubbel Super- Posphat)

a. Mengandung 34%- 38% asam phosphor.

b. Agak mudah hanyut dalam air

c. Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan d. Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran 5. Phosphat Cirebon

a. Mengandung asam phosphor 25%-28%

b. Tidak mudah hancur dalam air

c. Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di dalam tanah (AAK, 1992).

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air dan eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang berlebihan

(25)

saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan menerapkan aplikasi pemupukan yang lebih efisien dan efektif.

Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku (POB) atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut. Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan hasil sayuran secara maksimal.

Disamping itu, status kecukupan hara tanaman khususnya P dan diperlukan sebagai dasar untuk menentukan rekomendasi penggunaan pupuk (Izhar, 2010).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sikap Petani

Menurut Ahmadi (1999), sikap dapat dibedakan sebagai berikut: sikap positif, sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Dan sikap negatif, sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan seseorang. Sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.

(26)

Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.

Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek), (2) Merespon (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelsaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (3) Mengharagai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau meendiskusikan dengan orang lain terhadap sesatu masalah merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga, (4) Bertanggung jawab (responsible) terhadap segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

2.2.2 Luas Lahan

Petani yang mengusahakanluaslahan yang lebihtinggiakanlebihmudah merespon metode-metode penyuluhan pertanian karena mereka ingin memperoleh hasil-hasil pertanian yang lebih meningkat dari sebelumnya. Petani yang sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak dari pada petani pemula, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan terhadap anjuran penyuluh. Petani yang berusia lanjut berumur lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pngertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991).

(27)

2.2.3 Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan kepribadian dengan jalan membina potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta, rasa dan karsa) dan jasmani (panca indra dan keterampilan). Pendidikan meupakan hasil prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Cara pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun secara nonformal untuk meberi pengertian dan mengubah perilaku.

Pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan dan pemahaman terhadap nilai baru yang ada dilingkungannya. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah untuk memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan menyerap perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya. Seseorang yang pernah mengenyam pendidikan formal diperkirakan akan lebih mudah menerima dan mengerti tentang pesan-pesan yang disampaikan (Budioro B, 2002).

2.2.4. Lama Berusaha Tani

Pengalaman seseorang dalam berusaha tani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Lamanya berusaha tani untuk setiap orang berbeda-beda, oleh karena itu lamanya berusaha tani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat dilakukan hal yang baik untuk waktu berikutnya (Anonimous, 2013).

Lama waktu berusaha tani seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut.

Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk berusaha tani. Pengalaman berusaha tani biasanya dihubungkan

(28)

dengan lamanya seseorang berusaha tani dalam bidang tertentu, hal ini disebabkan karena semakin lama orang tersebut bekerja, berarti pengalaman berusaha tani tinggi sehingga secara langsung akan mempengaruhi peningkatan produksi (Suwita, 2011).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan adalah Rotua (2005) dengan judul Pengetahuan,Sikap , Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida dan Aktivitas Cholinesterase Pada Darah di Desa Senpajaya Kecamatan Berastagi.

Penelitian lain yang menjadi rujukan adalah Tengku(2014) dengan judul Hubungan, Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Petani Dalam Penggunaan Pestisida Pada Lingkungan di Kelurahan Maharatu Kota Pekanbarudengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi berpengaruh secara nyata terhadap pengetahuan, persepsi dan perilaku petani . Persepsi dan perilaku penanganan resiko pada lingkungan cukup baik , namun beberapa hal masih potensial sebagai masalah dan sumber pencemaran oleh penggunaan pestisida .

Serta penelitian lain yang juga menjadi rujukan adalah Zuraida (2011) dengan judul Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Keracunan Pestisida Pada Petani di Desa Srimahi Tambun Utara Bekasi dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keracunan pestisida di Desa Srimahi Tambun Utara Bekasi tahun 2011 sebesar 6,1%. Penelitianinijugamenunjukkanbahwa berdasarkan penggunaan peralatan dan perlengkapan kerja, yaitualat pelindung diri mempunyai hasil yang kurang baik.

(29)

2.4 Kerangka Pemikiran

Usahatani tomat adalah kegiatan yang banyak dilakukan petani di daerah Kabupaten Karo. Dalam pembudidayaan tanaman tomat, petani masih banyak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama, penyakit dan gulma. Pestisida merupakan salah satu faktor produksi usaha tani tanaman tomat. Tujuan petani menggunakan pestisida pada tanaman tomat karena petani menganggap pestisida dapat mempertahankan produksi tanaman tomat mereka meski ada serangan gulma dan serangga, untuk itu perlu menganalisis sikap petani tentang pengetahuan penggunaan pestisida pada tanaman tomat.

Pupuk juga berperan dalam pembudidayaan tanaman tomat. Untuk memberikan hasil panen yang bagus dan tinggi petani menggunakan pupuk yang bagus dan cepat. Salah satunya pupuk anorganik. Pupukanorganikdigunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan mudah diperoleh di toko-toko pupuk.

Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani tomat di dalam penggunaan pestisida dan pupuk. Adapun faktor-faktor pada penggunaan pestisida yaitu pendidikan, luas lahan, dan lama berusaha tani.

(30)

Secara sistematika kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagaiberikut :

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap petani Penggunaan Pestisida

Usahatani tomat

Upaya Penanggulangan Penggunaan Pestisida

Penggunaan Pupuk

(31)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, uraian penelitian terdahulu dan landasan teori diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Aplikasi pestisida yang dilakukan petani pada tanaman tomat (Solanus lycopersicum) tidak sesuai standart.

2. Aplikasi pupuk yang dilakukan petani pada tanaman tomat (Solanus lycopersicum) tidak sesuai standart.

3. Sikap petani terhadap penggunaan pestisida pada tanaman tomat (Solanus lycopersicum) di daerah penelitian adalah positif.

4. Sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman tomat(Solanus lycopersicum )di daerah penelitian adalah positif.

(32)

3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan ditigakecamatan di KabupatenKaro. Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil dari tujuan penelitian.Berikutadalahketigakecamatan di KabupatenKaropenghasilkomodititomattertinggipadatahun 2015.

Tabel 3.1. Luas Lahan, Produksi, Panen TanamanTomatdiKabupaten Karo Tahun 2015

No Kecamatan Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-Rata (Ton/Ha)

1 Mardinding 0 0 0

2 Lau Baleng 0 0 0

3 Tiga Binanga 27 403 14.92

4 Juhar 2 20 10

5 Munte 15 556 37.07

6 Kutabuluh 50 1535 30.70

7 Payung 28 403 14.39

8 Tiganderket 32 629 19.65

9 Simpang Empat 119 2817 23.70

10 Barusjahe 99 3362 33.96

11 Kabanjahe 222 7249 32.70

12 Berastagi 147 4503 30.60

13 Tiga Panah 36 1130 31.39

14 Dolatrayat 129 2648 26.53

15 Merek 235 7420 31.57

16 Namanteran 146 4088 28

Kabupaten Karo 1.287 36.763 365.18

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, 2015

(33)

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam tanamantomat yang terdiri dari tigakecamatan di Kabupaten Karo yaitu Kecamatan Munte, Barusjahe, dan Kabanjahe. Menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo jumlah petani tomat di Kecamatan Munte yaitu 1200 petani, di Kecamatan Barusjahe yaitu 1090 petani dan di Kecamatan Kabanjahe yaitu 900 petani, sehingga jumlah populasi mencapai 3.190 petani.

Penentuan sampel untuk masing-masing kecamatan menggunakan metode Proportionate Stratified Random Sampling atau metode pengambilan sampel berstrata proporsional berdasarkan kecamatan. Jumlah sampel yang diambil menurut strata tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2. Pengambilan Jumlah Sampel dengan Metode Berstrata Proporsional No Kecamatan Populasi (Petani) Sampel (Petani)

1. Munte 1.200 1.200/3.190 x 90 = 34

2. Barusjahe 1.090 1.090/3.190 x 90 = 31

3. Kabanjahe 900 900/3.190 x 90 = 25

Jumlah 3.190 90

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas, maka untuk Kecamatan Munte diambil 34 petani sampel, Kecamatan Barusjahe diambil 31 petani sampel dan Kecamatan Kabanjahe diambil 25 petani sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari petani sampel dengan cara menyebarkan kuesioner kepada setiap petani sampel. Kuesioner ini berisi

(34)

pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya dan petanisampel mengisi pernyataan dalam skala ordinal dengan menggunakan bobot tertentu pada setiap pernyataan. Cara penilaian terhadap hasil jawaban kuesioner dilakukan dengan menggunakan skala Likert.Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang relevan, seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis (1) dan (2), dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan mengamati dan mencatat cara pengaplikasian pestisida dan pupuk yang dilakukan oleh petani sampel terhadap tanaman tomat(Solanum lycopersicum)di Kabupaten Karo sesuai standar atau tidak.

Untuk membuktikan hipotesis (3) dan (4),dianalisis dengan menggunakan teknik penskalaan likert. Skala likert merupakan alat yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Menurut Nazir (2003), skala likert telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau persepsi yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada petani sampel. Kemudian petani diminta memberi jawaban atau dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Untuk pertanyaan positif, dapat diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori sebagai berikut:

(35)

Tabel 3.4. Kategori Jawaban Pertanyaan Sikap Positif Petani Terhadap Penggunaan Pestisida dan Pupuk Pada Tanaman Tomat

No. Kategori Jawaban Skor

1. SS (Sangat Setuju) 5

2. S (Setuju) 4

3. KS (Kurang Setuju) 3

4. TS (Tidak Setuju) 2

5. STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Untuk pertanyaan negatif juga diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kategori Jawaban Pertanyaan Sikap Negatif Petani Terhadap Penggunaan Pestisida dan Pupuk Pada Tanaman Tomat

No. Kategori Jawaban Skor

1. STS (Sangat Tidak Setuju) 5

2. TS (Tidak Setuju) 4

3. KS (Kurang Setuju) 3

4. S (Setuju) 2

5. SS (Sangat Setuju) 1

Untuk mengukur skala likert tersebut digunakan rumus sebagai berikut:

( ̅ )

Keterangan:

T = Skor Standar = Skor Responden

̅ = Rata-rata Skor Kelompok S = Deviasi Standar Kelompok Kategori Interpretasi nilai T, apabila:

(36)

T > 50 = Sikap Positif

T ≤ 50 = Sikap Negatif (Mueller, 1992)

Berdasarkan uji T tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap petani tersebut apakah positif atau negatif terhadap penggunaan pestisida pada tanamantomat di daerah penelitian. Jika petani memiliki sikap positif, maka itu menunjukkan bahwa penggunaan pestisida dan pupuk sesuai dengan takaran atau sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh pemerintah dan sebaliknya jika petani memiliki sikap negatif, maka itu menunjukkan bahwa penggunaan pestisida dan tidak sesuai takaran atau tidak sesuai dengan anjuran pemerintah.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1. Definisi

Definisi dan batasan operasional dalam penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menghindari kekeliruan dan kesalahpahaman atas penafsiran kata penelitian.

1. Tanaman tomat (Solanuslycopersicum) termasuk jenis tanaman perdu semusim, berbatang lemah dan basah, daunnya berbentuk segitiga , bunganya berwarna kuning, buahnya buah buni , hijau waktu muda dan kuning atau merah waktutua, berbiji banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu.

2. Pestisida adalah semua zat atau bahan kimia beracun yang digunakan untuk membunuh atau membasmi hama penggangu. Yakni hama berupa organisme hidup/hewan maupun tumbuhan liar (gulma).

3. Pupuk merupakan sumber hara yang berfungsi sebagai input produksi untuk pertumbuhan tanaman.

(37)

4. Pengalaman berusaha tani merupakan salah satu faktor yang dapat di kategorikan sebagai penunjang keberhasilan suatu usahatani.

5. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau obyek.

6. Lama Pendidikan adalah hasil prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia, dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.

7. Luas lahan adalah areal pertanaman yang dimiliki oleh petani.

8. Lama Berusahatani adalah pengalaman seorang petani dalam berusahatani tanaman tomat.

9. Pengaplikasian pestisida adalah cara memberikan pestisida yang mengikuti 5 kaidah yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat metode (cara penggunaan).

10. Pengaplikasian pupuk adalah cara memberikan pupuk yang mengikuti 5 kaidah yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat metode (cara penggunaan).

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian adalah petani tomat yang menanam tanaman tomat.

3. Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun 2016.

(38)

KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Secara Geografis letak Kabupaten Karo berada diantara 2º50’-3º19’ Lintang Utara dan 97º55’-98º38’ Bujur Timur dengan luas 2.127,25 km2 atau 2,97 persen dari luas Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo terletak pada jajaran Bukit Barisan dan sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi. Dua gunung berapi aktif terletak di wilayah ini sehingga rawan gempa vulkanik. Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 280–1.420 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang,

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir, 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten

Simalungun, dan

4. Sebelah Barat dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam.

Pada tahun 2013 sebesar 363.755 yang mendiami wilayah seluas 2.127,25 km².

Kepadatan penduduk diperkirakan sebesar 171 jiwa/km². Laju Pertumbuhan Penduduk Karo Tahun 2010 – 2013 adalah sebesar 1,17 persen per tahun. Tahun 2013 di Kabupaten Karo Penduduk laki-laki lebih sedikit dari Perempuan. Laki-laki berjumlah 180.535 jiwa dan Perempuan berjumlah 183.220 jiwa.

(39)

Kabupaten Karo terbagi atas 17 kecamatan dan 258 desa. Pada penelitian mengenai analisis dan sikap petani terhadap pemakaian pestisida dan pupuk pada tanaman tomat ini lokasinya berada di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Munte,dan Kabanjahe.

Berikut ini penjelasan mengenai deskripsi Kecamatan Munte, Kabanjahe, dan Barusjahe.

4.1.1. Kecamatan Munte

Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Munte merupakan kecamatan di Kabupaten Karo yang mempunyai luas wilayah sekitar 125,64 km2. Kecamatan Munte terdiri dari 22 desa.

Adapun batas-batas Kecamatan Munte adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Payung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juhar 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tigabinanga Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Munte yaitu sebesar 21.180 jiwa yang terdiri dari 22 desa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu dengan persentase 50,05%, sedangkan jumlah penduduk laki-laki memiliki persentase 49,95%. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

(40)

Tabel 4.1.1.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 10543 49,95

2 Perempuan 10.637 50,05

Total 21.180 100

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan keadaan umur produktif, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Muntedapat dilihat pada Tabel 4.1.1.2

Tabel 4.1.1.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Umur Produktif

Umur (tahun)

Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

0 – 19 4.101 3.856 7.957 39,77

20 – 39 3.089 2.995 6.084 30,40

40 – 59 2.119 2.241 4.360 21,79

60 – 75 685 923 1.608 8,04

Total 10.543 10.637 21.180 100

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.1.2 diketahui jumlah penduduk yang berusia 0 – 19 tahun berjumlah 7.957 jiwa atau 39,77%. Sedangkan penduduk dengan usia produktif (20 - 59 tahun) mencapai 10.444 jiwa atau 52,19%, yang berarti bahwa lebih dari setengah penduduk di Kecamatan Munte ini berusia produktif.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Munte dapat dilihat pada Tabel 4.1.1.3

(41)

Tabel 4.1.1.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 4.100 33,97

SLTP 4.280 35,46

SLTA 2.790 23,11

Perguruan Tinggi 900 7,46

Total 12.070 100

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.1.3 diketahui tingkat pendidikan penduduk yang tertinggi yaitu SLTP sebanyak 4.280 jiwa atau 35,46%.

Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Muntedapat dilihat pada Tabel 4.1.1.4 .

Tabel 4.1.1.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Munte Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 11.540 94,49

2 PNS/ABRI 544 4,45

3 Industri Rumah Tangga 96 0,79

4 Bidan 27 0,22

5 Dokter 5 0,04

6 Perawat 1 0,01

TOTAL 12.213 100

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.1.4 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk sebagai petani mencapai 94,49% atau berjumlah 11.540 jiwa. Hal ini menandakan penduduk di Kecamatan Munte mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani.

(42)

Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan tertentu. Prasarana merupakan segala sesuatu yang mendukung terselenggaranya suatu proses terutama yang menunjang perubahan di Kecamatan Munte. Sarana dan prasarana di Kecamatan Muntedapat dilihat pada Tabel 4.1.1.5 Tabel 4.1.1.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Munte

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 SD 20

2 SMP 3

3 SMA 1

4 Poskesdes 1

5 Puskesmas 25

6 Posyandu 22

7 Pustu (Puskesmas Pembantu) 16

8 Mesjid 14

9 Gereja Protestan 34

10 Gereja Katholik 5

Sumber : Kecamatan Munte dalam Angka 2015

4.1.2. Kecamatan Kabanjahe Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Kabanjahe merupakan kecamatan di Kabupaten Karo yang terdiri dari 13 desa dengan luas wilayah 44,65 km2. Dari luas wilayah tersebut lahan pertanian yang bukan sawah mencapai 618ha (terdiri dari kebun, perkebunan, dan hutan rakyat), lahan pertanianyang berupa sawah sebesar 63,50 ha .

(43)

Adapun batas-batas Kecamatan Kabanjahe adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Berastagi

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Munte

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Kabanjahe yaitu sebesar 62.142 jiwa yang terdiri dari 13 desa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak yaitu 31.271 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 30.871 jiwa. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.1.2.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 30.871 49,68

2 Perempuan 31.271 50,32

Total 62.142 100

Sumber: Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

(44)

Berdasarkan keadaan umur, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahedapat dilihat pada Tabel 4.1.2.2

Tabel 4.1.2.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Umur Produktif

Umur (tahun)

Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

0 – 19 13.597 12.859 26.456 42,57

20 – 39 9.767 10.103 19.870 31,97

40 – 59 5.512 5.747 11.259 18,11

60 –64 798 875 1.673 2,69

>65 1.197 1.687 2.884 4,66

Total 30.871 31.271 62.142 100

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.2 diketahui jumlah penduduk yang berusia 0 – 19 tahun berjumlah 26.456 jiwa atau 42,57%. Sedangkan penduduk yang berusia produktif (20 - 59 tahun) sebanyak 31.129 jiwa dengan persentase 51,07% yang berarti bahwa lebih dari setengah penduduk di Kecamatan Kabanjahe ini berusia produktif.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahedapat dilihat pada Tabel 4.1.2.3 .

Tabel 4.1.2.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 9.792 44,97

SLTP 5.297 24,33

SLTA 5.963 27,39

Perguruan Tinggi 720 3,31

Total 21.772 100

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

(45)

Berdasarkan Tabel 4.1.2.3 diketahui tingkat pendidikan penduduk yang tertinggi yaitu SD sebanyak 9.792 jiwa atau 44,97%. Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.2.4 .

Tabel 4.1.2.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Kabanjahe Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 13.079 58,99

2 PNS/ABRI 2.392 10,79

3 Industri Rumah Tangga 358 1,61

4 Bidan 54 0,24

5 Dokter 17 0,08

6 Perawat 50 0,23

7 Lainnya 6.222 28,06

TOTAL 22.172 100

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.4 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk yang tertinggi yaitu sebagai petani yang mencapai 13.079 jiwa atau 58,99%. Hal ini menandakan penduduk di Kecamatan Kabanjahe mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Kabanjahedapat dilihat pada Tabel 4.1.2.5

(46)

Tabel 4.1.2.5 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Kabanjahe

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 SD 37

2 SMP 14

3 SMU 12

4 Puskesmas 1

5 Posyandu 14

6 Pustu (Puskesmas Pembantu) 23

7 Mesjid 19

8 Gereja Protestan 43

9 Gereja Katholik 10

10 BKIA 1

Sumber : Kecamatan Kabanjahe dalam Angka 2015

4.1.3. Kecamatan Barusjahe Luas Daerah dan Letak Geografis

Kecamatan Barusjahe merupakan kecamatan di Kabupaten Karo yang terdiri dari 19 desa dengan luas wilayah 13.485 ha. Dari luas wilayah tersebut 1.219 ha merupakan lahan sawah dan 12.266 ha merupakan lahan kering.

Kecamatan Barusjahe berada pada ketinggian 1.200-1.350 m dpl dan suhu berkisar antara 180-220, dengan curah hujan rata-rata 2.600 mm/tahun. Topografi wilayah Kecamatan Barusjahe yaitu datar-bergelombang. Ditinjau dari agroklimat dan ketinggian tempatnya, maka komoditi yang potensial untuk dibudidayakan di Kecamatan Barusjahe adalah sayuran (cabai, buncis, kentang, kubis) dan beberapa jenis buah-buahan (jeruk manis, markisah, strowberry, alpukat).

Adapun batas-batas Kecamatan Simpang Empat adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Merek/Kabupaten Simalungun

(47)

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tiga Panah

Lahan di Kecamatan Barusjahe hampir seluruhnya merupakan lahan kering. Lahan sawah hanya sekitar 9,04% dari luas seluruh wilayah. Berikut ini merupakan pola penggunaan lahan di Kecamatan Barusjahe.

Tabel 4.1.3.1 Pola Penggunaan Lahan di Kecamatan Barusjahe

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 Ladang 7.679 56,94

2 Kebun Buah-Buahan 1.828 13,56

3 Lahan Persawahan 1.219 9,04

4 Tanaman Perkebunan 983 7,29

5 Sarana Fasilitas Umum 587 4,35

6 Lahan Kritis 484 3,59

7 Perumahan/Pemukiman 217 1,61

8 Sementara tidak diusahai 216 1,60

9 Hutan Negara 151 1,12

10 Hutan Rakyat 121 0,90

Total 13.485 100

Sumber: BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Barusjahe yaitu sebesar 22.137 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.322 KK yang terdiri dari 19 desa. Jumlah penduduk laki- laki lebih banyak yaitu dengan persentase 50,07%, sedangkan jumlah penduduk perempuan memiliki persentase 49,93%. Berikut ini dijelaskan kondisi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.

(48)

Tabel 4.1.3.2 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki – Laki 11.085 50,07

2 Perempuan 11.052 49,93

Total 22.137 100

Sumber:BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan keadaan umur produktif, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.3

Tabel 4.1.3.3 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Umur Produktif

Umur (tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

17 – 50 10.431 64,71

51 – 65 5.688 35,29

Total 16.119 100

Sumber :BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.3.3 diketahui jumlah penduduk yang berusia produktif (17-50 tahun) sebanyak 10.431 jiwa dengan persentase 64,71% yang berarti bahwa hampir dari setengah penduduk di Kecamatan Barusjahe ini berusia produktif.

Berdasarkan tingkat pendidikan, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.4

Tabel 4.1.3.4 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

SD 3.908 24,90

SLTP 5.946 37,88

SLTA 5.402 34,41

Perguruan Tinggi 441 2,81

Total 15.697 100

Sumber :BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

(49)

Berdasarkan Tabel 4.1.3.4 diketahui tingkat pendidikan penduduk yang tertinggi yaitu SLTP sebanyak 5.946 jiwa atau 37,88%.

Berdasarkan mata pencaharian, distribusi jumlah penduduk Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.5

Tabel 4.1.3.5 Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 5.598 85,19

2 Buruh Tani 256 3,90

3 PNS/Karyawan Swasta 339 5,16

4 Wiraswasta 226 3,44

5 Pensiunan 152 2,31

TOTAL 6.571 100

Sumber : BPP Kecamatan Barusjahe, 2015

Berdasarkan Tabel 4.1.2.5 diketahui bahwa mata pencaharian penduduk yang tertinggi yaitu sebagai petani yang mencapai 5.598 jiwa atau 85,19%. Hal ini menandakan penduduk di Kecamatan Barusjahe mata pencaharian utamanya adalah sebagai petani.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Kecamatan Barusjahe dapat dilihat pada Tabel 4.1.3.6.

Tabel 4.1.3.6 Sarana dan Prasarana di Kecamatan Barusjahe

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Puskesmas 1

2 Pustu (Puskesmas Pembantu) 18

3 Poskesdes 11

4 Posyandu 26

5 Mesjid 9

(50)

6 Musholla 4

7 Gereja Protestan 45

8 Gereja Katholik 18

9 BKIA 1

Sumber : Kecamatan Barusjahe dalam Angka 2015

4.2. Karakteristik Petani Sampel 4.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui sikap dan perilaku seseorang terhadap suatu fenomena. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan umur seperti pada Tabel 4.2.1

Tabel 4.2.1. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur No

Kelompok Umur (tahun)

Kecamatan Jumlah

(Jiwa)

Persentase Munte Kabanjahe Barusjahe (%)

1 31 – 40 8 13 8 21 23,33

2 41 – 50 31 25 11 56 62,22

3 51 – 60 8 5 6 13 14,45

Jumlah (Jiwa) 34 31 25 90 100

Sumber: Lampiran 1, 2, dan 3

Tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa, sebagian besar petani sampel tergolong dalam kelompok umur 41 – 50 tahun, yang berjumlah 56 orang atau mencapai 62,22%.

4.2.2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu sebagai berikut:

(51)

Tabel 4.2.2.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat

Pendidikan

Kecamatan Jumlah

(Jiwa)

Persentase Munte Kabanjahe Barusjahe (%)

1 Tamat SD 2 2 7 11 12,22

2 Tamat SMP 9 10 7 26 28,89

3 Tamat SMA 19 15 9 43 47,78

4 Sarjana 4 4 2 10 11,11

Jumlah (Jiwa) 34 31 25 90 100

Tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMA yang berjumlah 43 orang atau 47,78%.

Sedangkan jumlah petani sampel yang paling sedikit yaitu yang berpendidikan sarjana sebanyak 10 orang atau 11,11%. Ini menunjukkan bahwa pendidikan petani sampel sudah tinggi.

4.2.3. Lama Berusahatani

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lama berusahatani yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2.3.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Berusahatani No

Lama Berusahatani

(tahun)

Kecamatan Jumlah

(Jiwa)

Persentase Munte Kabanjahe Barusjahe (%)

1 ≤10 3 2 4 9 10

2 11 – 20 22 20 9 51 56,67

3 21 – 30 8 8 10 26 28,89

4 ≥31 1 1 2 4 4,44

Jumlah (Jiwa) 34 31 25 90 100

Sumber: Lampiran 1, 2, dan 3

(52)

Tabel 4.2.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman usahatani petani sampel memiliki rentang 11 – 20 tahun yang berjumlah 51 jiwa atau 56,67%. Hal ini menandakan bahwa petani tomat memiliki pengalaman bertani yang cukup lama.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1 – 1,5 ha. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani tomat yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2.4.Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan

(ha)

Kecamatan Jumlah

(Jiwa)

Persentase Munte Kabanjahe Barusjahe (%)

1 ≤0,5 18 22 21 61 67,78

2 0,6 – 1 14 8 4 26 28,89

3 ≥1 2 1 - 3 3,33

Jumlah (Jiwa) 34 31 25 90 100

Sumber: Lampiran 1, 2, dan 3

Berdasarkan Tabel 4.2.4 di atas, luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani sampel yaitu ≤0,5 ha yang berjumlah 61 petani atau 67,78%, luas lahan yang berkisar 0,6 – 1 ha berjumlah 26 petani atau 28,89%, dan luas lahan ≥1 ha hanya berjumlah 3 petani atau 3,33%.

(53)

5.1. Aplikasi Pestisida yang dilakukan Petani Pada Tanaman Tomat (Solanum Lycopersicum) di Kabupaten Karo

Pengaplikasian pestisida yang benar haruslah mengikuti 5 kaidah yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat waktu, tepat dosis, dan tepat metode (cara penggunaan).

Pengaplikasian pestisida yang benar sebagai berikut :

1.Tepat Sasaran

Sebelum kita menyemprotkan pestisida, maka kita harus mengetahui jenis OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang menyerang. Berikut jenis OPT yang menyerang dan jenis pestisida yang digunakan:

Tabel 5.1. Aplikasi Pestisida yang Tepat Sasaran

OPT yang Menyerang Jenis Pestisida yang digunakan Serangga (Ulat, wereng, semut, dll) Insektisida

Cacing Nematisida

Binatang Pengerat Rodentisida

Rumput Liar/Gulma Herbisida

Fungi/Jamur Fungisida

Tungau Akarisida

2. Tepat Jenis

Setelah diketahui OPT sasaran yang akan dikendalikan dan jenis pestisida yang sesuai, maka perlu dilakukan pemilihan jenis pestisida yang tepat. Contoh:

(54)

Untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura), digunakan insektisida Lufenuron, Sihalotrin, dsb.

3. Tepat Waktu

Penyemprotan pestisida dilakukan pada pagi hari tetapi sebaiknya dilakukan pada sore hari, karena pada umumnya OPT (Khususnya serangga hama) pada tanaman tomat aktif pada sore/malam hari.

4.Tepat Dosis /Konsentrasi

Dosis pestisida adalah banyaknya pestisida atau larutan semprot yang digunakan dalam setiap satuan luas, sedangkan konsentrasi pestisida adalah takaran pestisida yang harus dilarutkan dalam setiap liter air (bahan pelarut). Daya bunuh pestisida terhadap OPT ditentukan oleh dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan. Dosis atau konsentrasi yang lebih rendah atau lebih tinggi daripada yang dianjurkan akan memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan. Dalam pengaplikasian pestisida dosis yang harus digunakan biasanya tertera pada bungkus pestisida yang kita beli. Petunjuk penggunaan pestisida pada bungkus tersebut harus kita ikuti dosis dan takarannya dengan benar.

5.Tepat Metode ( Cara Penggunaan )

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :

a.Peralatan Semprot

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran  Sikap petani Penggunaan Pestisida  Usahatani tomat  Upaya Penanggulangan Penggunaan Pestisida  Penggunaan Pupuk
Tabel 4.1.3.5   Distribusi Penduduk Kecamatan Barusjahe Berdasarkan Mata  Pencaharian
Tabel 4.2.1. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur  No  Kelompok Umur  (tahun)  Kecamatan  Jumlah (Jiwa)  Persentase Munte Kabanjahe  Barusjahe (%)
Tabel 5.1. Aplikasi Pestisida yang Tepat Sasaran

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data untuk menguji hipotesis pertama yaitu bahwa sikap petani terhadap penggunaan pupuk blotong adalah positif dengan menggunakan perhitungan model Fishbein..

pupuk pada tanaman sayuran Kubis (Brassica Oleracea) di daerah penelitian?..

Pengetahuan, Sikap, Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida dan Aktivitas Cholinesterase Pada Darah di Desa Senpajaya Kecamatan Berastagi.. Universitas

Hasil Olahan SPSS Pada Faktor Luas Lahan, Lama Pendidikan dan Lama Berusahatani Yang Mempengaruhi Penggunaan Pestisida..

(Capsicum annum L) di daerah penelitian, untuk menganalisis sikap petani terhadap penggunaan pupuk pada tanaman cabai (Capsicum annum L) di daerah

Risalah Seminar Perlindungan sumber daya tanah untuk mendukung kelestarian pertanian tangguh-Edisi khusus Balai Penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian.. Balai

[r]

Pestisida dari golongan karbamat adalah racun saraf yang bekerja dengan.. cara menghambat