• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan analisis dalam penelitian ini, maka diajukan beberapa hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu:

Faktor sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung) berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja) berdasarkan pertimbangan tertentu.

Tabel 3.1. Jumlah Karyawan Pelaksana Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari

No Kegiatan Jumlah Karyawan

Sumber : Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, 2019

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan menjadi sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini seluruh karyawan pemanen Kelompok Tani Setingkat Maju Lestari, yaitu berjumlah 30 orang.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi dilapangan. Data sekunder merupakan

(Orang)

1 Pemeliharaan 13

2 Pemanen 30

3 Herbisida 9

Total 52

data yang diperoleh dari Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dan instansi-instansi yang bersangkutan dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk masalah (I), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengamati tingkat produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit. Produktivitas dihitung dari perbandingan output dan input, dimana output adalah produksi tenaga kerja pemanen kelapa sawit (kg) dan input adalah lama bekerja (HKP).

Untuk hipotesis atau masalah (II), dianalisis dengan metode analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS 24.0 untuk melihat pengaruh faktor sosial, yaitu usia (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman bekerja (X3), gaji (X4), premi (X5), dan sarana pendukung (X6) terhadap produktivitas tenaga kerja pemanen kelapa sawit didaerah penelitian.

3.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.5.1. Uji Normalitas

Tujuan dari Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Adapun kriteria pengujian (Santoso, 2018):

a. Angka signifikansi (Sig) > 0,05, maka data berdistribusi normal.

b. Angka signifikansi (Sig) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

22

3.5.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,10 maka tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% sehingga model tersebut bebas dari multikolinieritas (Wijaya, 2011).

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan uji untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi dalam penelitian, terjadi ketidaksamaan varian dari residual yang diamati. Beberapa cara untuk melihat indikasi heteroskedastisitas, yaitu : (1) Dengan menggunakan program SPSS, mengamati scatter plot antara nilai prediksi terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Apabila titik-titik membentuk pola teratur pada sumbu X dan Y, data terindikasi terjadi heteroskedastisitas.

(2) Dengan menggunakan rumus uji statistik diantaranya : Uji Park, Uji Glejser, Uji White, Uji Goldfeld – Quandt dan Uji Korelasi Peringkat Spearman.

Berikut persamaan untuk pengujian masalah :

LogY= β0+ β1LogX1 + β2LogX2 + β3LogX3 + β4LogX4 + β5LogX5 + β6LogX6 + μ Dimana:

LogY= Produktivitas tenaga kerja pemanen (Kg/HKP/Bulan) β0 = Koefisien Intersep

β1 = Koefisien Usia

β2 = Koefisien Tingkat Pendidikan β3 = Koefisien Pengalaman Bekerja β4 = Koefisien Gaji

β5 = Koefisien Premi

β6 = Koefisien Sarana Pendukung

R LogX1 = Usia (tahun)

LogX2 = Tingkat Pendidikan (tahun) LogX3 = Pengalaman Bekerja (tahun) LogX4 = Gaji (Rp/Bulan)

LogX5 = Premi (Rp/Bulan) LogX6 = Sarana Pendukung (unit) μ = random error

3.6. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

23.6.1. Koefisien Determinasi (R )

2Koefisien determinasi (R ) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat

kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (%) atau menunjukkan seberapa besar persentase Y yang dapat dijelaskan oleh variasi X.

2 2

Digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk mengujisecara serempak hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

H1 = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

24

1. Apabila F hitung signifikan < signifikansi α = 5%, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

2. Apabila F hitung signifikan > signifikansi α = 5%, maka H0 diterima dan H1

ditolak.

3.6.3. Uji Parsial (Uji - t)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Ho = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

H1 = Usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi, dan sarana pendukung berpengaruh nyata terhadap produktivitas karyawan pemanen kelapa sawit.

Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

1. Apabila t hitung signifikan < signifikansi α = 5%, maka H0 ditolak dan H1

diterima.

2. Apabila t hitung signifikan > signifikansi α = 5%, maka H0 diterima dan H1

ditolak.

3.7. Definisi dan Batasan Operasional

3.7.1. Definisi

1. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari tenaga kerja pemanen per satuan waktu. Produktivitas tenaga kerja ini diukur dalam kg/HKP/bulan.

2. Tenaga kerja pemanen adalah karyawan pemanen yang bekerja di kelapa sawit Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. dan melakukan kegiatan memotong tandan buah segar kemudian mengutip tandan dan brondolan yang berceceran di dalam dan diluar piringan.

3. Usia adalah usia tenaga kerja pemanen (tahun)

4. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tenaga kerja pemanen, yaitu jenjang pendidikan SD, SMP, SMA.

5. Pengalaman bekerja adalah masa kerja yang telah ditempuh karyawan pemanen dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pemanen kelapa sawit.

6. Gaji adalah pendapatan pokok yang diterima tenaga kerja pemanen kelapa sawit setiap bulan (Rp/bulan).

7. Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila hasil pekerjaan telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan/basis borong (Rp/bulan).

8. Sarana pendukung adalah kelengkapan alat-alat yang digunakan karyawan dalam melakukan proses pemanenan kelapa sawit.

3.7.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

2. Sampel penelitian adalah tenaga kerja pemanen kelapa sawit di Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari, Desa Sungai Sarik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau 3. Penelitian dilakukan pada tahun 2020.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

Kelompok tani merupakan suatu wadah bagi para petani untuk berkumpul, bertukar pikiran, dan bekerjasama dalam mengembangkan usaha tani di Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Kelompok tani dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Desa, guna meningkatkan sektor pertanian desa melalui swadaya masyarakat. Di Desa Sungai Sarik sendiri terdapat beberapa kelompok tani yang menaungi jenis unit usahanya masing-masing, mulai dari kelapa sawit, pertanian, peternakan, perikanan dan lain-lain. Kelompok tani ini dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat sesuai dengan minat dan tujuan bersama dalam mengembangkan usahanya masing- masing.

Adapun fungsi dan kegiatan dalam kelompok tani tersebut diantaranya adalah :

1. Sebagai kelas belajar

Kelompok tani difungsikan sebagai kelas belajar bagi para petani dan peternak dalam menggali infomasi untuk mengembangkan usaha tani mereka.

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya seperti pelatihan/penyuluhan, diskusi, dan saling bertukar ilmu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan para petani agar dapat membantu meningkatkan hasil usaha tani mereka.

2. Wahana kerja sama

Kelompok tani juga bisa menjadi media/tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani dan antar kelompok tani serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

3. Unit produksi

Usaha tani yang dilaksanakan oleh masing masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Dengan adanya kelompok tani di Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. ini diharapkan dapat meningkatkan sektor pertanian desa serta dapat memberikan sumbangsihnya untuk memajukan Desa.

4.2 Letak Geografis Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri secara geografis berlokasi di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

Kondisi Geografi kontur tanah berupa tanah datar dengan areal seluas 255 Ha dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Sarik

b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan kebun masyarakat (Haji Idris) c. Sebelah Barat, berbatasan dengan kebun masyarakat (Rino)

d. Sebelah Timur, berbatasan dengan kebun Kelompok Tani Setingkai Lestari

28

4.3. Karakteristik Responden 4.3.1. Status

Distribusi responden berdasarkan status pernikahan tenaga kerja pemanen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Status Pernikahan

Status Jumlah (Orang) Persentase (%)

Belum menikah 18 60,0

Menikah 12 40,0

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki status belum menikah, yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). Status pemanen yang belum menikah tidak dibebani tanggungan keluarga, sehingga tidak terlalu berambisi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

4.3.2. Jumlah Tanggungan

Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan tenaga kerja pemanen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%)

0 Orang 18 60,0

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit tidak memiliki jumlah tanggungan, yaitu sebanyak 18 orang (60,0%). Status pemanen yang tidak memiliki jumlah tanggungan tidak

dibebani tanggungan keluarga. Jumlah tanggungan akan mempengaruhi perekonomian keluarga. Hal ini berakibat pada meningkatnya kebutuhan ekonomi yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Kurniawati et al.

2008). Pemanen yang mempunyai jumlah tanggungan lebih banyak akan lebih bertanggungjawab untuk meningkatkan kualitas hidup dan menyejahterakan kehidupan keluarga, sehingga memacu kerja lebih keras agar mendapat premi yang lebih banyak. Dalam penelitian ini ditemukan pemanen dengan jumlah tanggungan 1-3 orang memiliki rata-rata upah dan premi yang lebih besar dibandingkan pekerja yang belum memiliki tanggungan.

4.3.3. Usia

Distribusi responden berdasarkan kelompok usia tenaga kerja pemanen kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

21-32 Tahun 17 56,6

33-44 Tahun 11 36,7

45-53 Tahun 2 6,7

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit berada pada kelompok usia 21-32 tahun, yaitu sebanyak 17 orang (56,6%). Usia memiliki peran penting dalam melakukan pekerjaan panen kelapa sawit. Kegiatan panen kelapa sawit merupakan jenis pekerjaan yang berat dan memerlukan kondisi fisik yang prima. Kondisi fisik erat kaitannya dengan tingkat usia. Pada umumnya produktivitas tenaga kerja akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Tenaga kerja pemanen berusia muda umumnya memiliki fisik kuat, akan tetapi sebagian belum menikah, sehingga

30

tidak terlalu berambisi untuk meningkatkan kinerja. Premi yang didapat sudah mencukupi kehidupannya.

4.3.4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi produktivitas kerja seorang karyawan.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha yang secara sadar dalam menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran maupun dengan pelatihan bagi peranannya di masa mendatang. Kegiatan ini diharapkan mampu membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan luas, berpengalaman dan berkualitas. Adapun distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Tammat SD 2 6,7

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki tingkat pendidikan tammat SD, yaitu sebanyak 13 orang (43,3%). Keterampilan, kekuatan fisik, dan ketelitian sangat diutamakan dalam kegiatan panen kelapa sawit. Pemanen harus melakukan panen dengan cara yang tepat serta mengetahui tingkat kematangan buah agar mendapat hasil yang maksimal. Panen dengan cara yang tepat dapat mempengaruhi kuantitas output yang dihasilkan sedangkan panen dengan waktu yang tepat dapat mempengaruhi kualitas output yang dihasilkan (Suyastiri et al. 2007).

4.3.5. Pengalaman Bekerja

Produktivitas tenaga kerja panen kelapa sawit dipengaruhi oleh lama kerja.

Lama kerja akan mempengaruhi tingkat ketrampilan dan pengalaman bekerja.

Bertambahnya lama kerja akan diikuti dengan peningkatan kinerja, sehingga produktivitas kerja akan meningkat. Adapun distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja

Pengalaman Bekerja Jumlah (Orang) Persentase (%)

1-4 Tahun 20 66,7

5-8 Tahun 10 33,3

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki pengalaman bekerja 1-4 Tahun, yaitu sebanyak 20 orang (66,7%), sementara terdapat sedikit pekerja dengan pengalaman bekerja yang lama. Pekerja dengan pengalaman bekerja yang lama memiliki banyak pengalaman, lebih terampil menyelesaikan pekerjaannya, lebih paham akan tugasnya dan lebih taat terhadap peraturan yang diterapkan perusahaan, sehingga dapat meningkatkan kinerja.

4.3.6. Gaji

Gaji adalah pendapatan pokok yang diterima tenaga kerja pemanen kelapa sawit setiap bulannya (Rp/bulan). Adapun distribusi responden berdasarkan gaji dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Gaji

Gaji Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rp.1.200.000-1.386.000 4 13,3

Rp.1.386.001-1.572.000 9 30,0

Rp.1.572.001-1.800.000 17 56,7

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

32

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki gaji berkisar Rp.1.572.001-1.800.000, yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Tenaga panen umumnya mendapat basis panen, sehingga produktivitas kerja sebesar 1.650 Kg/HK yang didapat dari 150 janjang dikali Berat Janjang Rata-Rata (BJR) 11 Kg.

4.3.7. Premi

Premi adalah pendapatan yang diperoleh tenaga kerja pemanen kelapa sawit apabila hasil pekerjaan telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan perusahaan (Rp/bulan). Adapun distribusi responden berdasarkan premi dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Premi

Premi Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rp.100.800-347.200 22 73,3

Rp.347.201-593.600 6 20,0

Rp.593.601-840.000 2 6,7

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki premi berkisar Rp.100.800-347.200, yaitu sebanyak 22 orang (73,3%). Tenaga kerja pemanen umumnya mendapat premi apabila hasil panen yang diperoleh melebihi basis panen, yang didapat dari lebih basis dikali Rp. 800 per janjang. Kondisi buah yang banyak dan basis panen yang tinggi menyebabkan pemanen meninggalkan buah lepas di piringan untuk memenuhi basis panen. Saat terjadi panen puncak maka dilakukan sistem family harvesting yang mengikutsertakan istri pemanen untuk membantu pemanen dengan catatan basis panen menjadi dua kali lipat, yaitu harus mendapat 300

janjang. Sistem ini lebih efektif karena perusahaan tidak perlu menyediakan atau melakukan penambahan fasilitas.

4.3.8. Sarana Pendukung

Sarana pendukung adalah kelengkapan alat-alat yang digunakan pemanen dalam melakukan proses memanen kelapa sawit. Adapun distribusi responden berdasarkan sarana pendukung dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Pendukung

Sarana Pendukung Jumlah (Orang) Persentase (%)

Tidak Lengkap 5 16,7

Lengkap 25 83,3

Total 30 100,0

Sumber: Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja pemanen kelapa sawit memiliki sarana pendukung kategori lengkap, yaitu sebanyak 25 orang (83,3%). Pemanen diwajibkan membawa peralatan panen dan menggunakan alat perlindungan diri (APD) secara lengkap agar pelaksanaan panen berjalan lancar dan keselamatan kerja pun terjaga, sehingga mendapatkan hasil pasnen yang maksimal. Alat-alat panen disediakan semua oleh pihak perusahaan, kecuali kereta sorong dimana pengadaannya oleh perusahaan akan tetapi pemanen harus menanggung setengah harga. Pemanen di lapangan kerap melanggar peraturan, peralatan panen sering ditinggalkan di rumah dan APD tidak dikenakan secara lengkap yang dapat menyebabkan pemanen terluka akibat kecelakaan kerja, sehingga kegiatan panen menjadi terhambat.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit

Tenaga kerja panen bertugas memotong TBS (Tandan Buah Segar), memungut / mengumpulkan berondolan dan mengangkut ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil). Pemanen kelapa sawit pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau mulai apel kerja pada pukul 06.30 s/d 07.00 Wib, dan mulai bekerja pada jam 07.00 s/d 16.00 Wib (rata- rata 10 jam kerja).

Persiapan panen yang perlu dilakukan ialah taksasi atau taksiran produksi harian, peralatan panen yang digunakan, Alat Pelindung Diri (APD), pembagian seksi panen, hancak panen dan kebutuhan pemanen. Tugas asisten adalah mengarahkan dan menghimbau agar tenaga kerja pemanen bekerja sesuai prosedur dan aturan yang telah ditetapkan, membahas dan mengevaluasi hasil kerja pemanen. Seksi panen ialah luasan areal yang harus di panen dan diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga rotasi panen normal, memudahkan pindah hancak dari satu blok ke blok yang lain, memudahkan kontrol mandor dan asisten, transportasi buah lebih efisien, serta hasil kerja tenaga kerja pemanen lebih optimal. Rotasi yang digunakan adalah 10 hari yang berarti selama 10 hari kerja harus dapat menyelesaikan satu seksi panen.

Kriteria matang panen, yaitu indikator buah sawit yang layak untuk dipanen secara tepat. Buah layak panen menurut perusahaan ialah terdapat minimal ada 5 buah berondolan lepas per TBS di piringan. Pemotongan buah mentah akan merugikan perusahaan sebab minyak yang dihasilkan sedikit dan

dapat menyerap minyak yang sudah diolah, sehingga meningkatkan losses minyak di pabrik, sementara itu juga menyebabkan pokok sawit mengalami cekaman akibat buah dipanen sebelum waktunya. Penerapan satu buah lepas per tandan sebagai kriteria matang panen ditujukan untuk menjaga rotasi panen tetap normal.

Tangkai buah dipotong rapat dan tidak melukai tandan. Kemudian TBS dan berondolan yang sudah jatuh diangkut menggunakan kereta sorong dan diletakkan di TPH.

Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau menetapkan target produktivitas pemanen, yaitu sebesar 1.650 Kg. dan memberikan premi untuk memotivasi pemanen dalam meningkatkan produktivitas, yang terdiri atas premi panen dan premi brondolan. Premi panen dan brondolan diberikan secara terpisah dengan harga yang berbeda. Premi panen diberikan secara perorangan berdasarkan jumlah tandan lebih basis borong sesuai dengan tahun tanam TBS. Sementara basis borong adalah batas minimum TBS yang harus dipanen oleh pemanen setiap hari tanpa diberi premi. Basis borong untuk pemanen adalah 150 janjang atau 1.650 Kg/TBS.

Berdasarkan sistem panen dan sistem premi yang ditetapkan pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau maka hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pemanen relatif tinggi, yaitu melebihi target dari produktivitas perusahaan. Produktivitas Rata-Rata Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit dapat dilihat pada Tabel 5.1.

36

Tabel 5.1. Produktivitas Rata-Rata Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar per Bulan

Uraian Rata - rata

Produksi per Bulan (Kg/Bulan) 36.673,3

Curahan Tenaga Kerja per Bulan (HKP/Bulan) 19,6 Produktivitas Tenaga Kerja per Bulan (Kg/HKP/Bulan) 1.867,8

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata produksi yang diperoleh pemanen adalah 36.673,3 Kg/Bulan dan curahan tenaga kerja adalah 19,6 HKP/Bulan, sehingga rata-rata produktivitas pemanen adalah sebesar 1.867,8 Kg/HKP/Bulan. Hal ini berarti produktivitas yang dihasilkan setiap karyawan pemanen kelapa sawit relatif tinggi. Salah satu penyebab tingginya produktivitas tenaga kerja pemanen adalah adanya keharmonisan team work antara pekerja panen, pekerja pengangkutan TBS dan buah lepas.

5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pemanen Kelapa Sawit pada Kelompok Tani Setingkai Maju Lestari Desa Sungai Sarik Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar

Terdapat 6 (enam) faktor yang mempengaruhi produktivitas dalam penelitian ini, yaitu usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, gaji, premi dan sarana pendukung. Namun, sebelum dilakukan pengujian secara statistik dengan bantuan program komputer, harus diketahui jika data yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya tidak boleh menyimpang dari asumsi BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan Estimator).

5.2.1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai α=0,05, maka model tidak melanggar asumsi normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Hasil Uji Normalitas

No Uji Sig. Kriteria

1 Kolmogorov-Smirnov 0,914 Data berdistribusi normal

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada uji normalitas sebesar 0,914. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran asumsi normalitas pada data penelitian.

b. Uji Multikoloniearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara satu variabel bebas terhadap variabel bebas lainya dalam model regresi.

Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar, sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang

Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar, sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang

Dokumen terkait