• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Hipotesis Penelitian

A. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE) terhadap Return on Asset (ROA)

Human Capital merupakan asset yang dimiliki oleh perusahaan yang berbentuk seperti kemampuan intelektual, kreatifitas, dan inovasi-inovasi yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut konsep Knowledge-Based View (KBV), pengetahuan yang dimiliki setiap karyawan dapat dianggap sebagai aset yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk mengukur Human Capital dapat digunakan suatu indikator yaitu Human Capital Efficiency (HCE).

“HCE dapat menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan dana yang

CEE (X3) Kinerja Perusahaan : ROA (Y) HCE (X1) SCE (X2)

dikeluarkan untuk tenaga kerja (Ulum, 2008)”. Value Added (VA) adalah toal penjualan dan pendapatan lain-lain dikurangi dengan beban penjualan dan beban lain-lain (kecuali beban karyawan). HCE diperoleh jika gaji dan tunjangan yang diberikan dapat menghasilkan penjualan yang ditargetkan atau dengan gaji dan tunjangan yang lebih besar dapat diiringi dengan penjualan yang semakin meningkat pula.

Gaji dan tunjangan yang diberikan kepada karyawan yang lebih besar diharapkan mampu memotivasi karyawan untuk meningkatkan produktivitas kinerjanya hingga mampu menghasilkan penjualan yang semakin meningkat. Hal tersebut akan mempengaruhi laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan yang diukur dengan Return on Asset (ROA). Semakin tinggi HCE, maka semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Human Capital Efficiency (HCE) berpengaruh positif terhadap ROA.

B. Pengaruh Structural Capital Efficiency (SCE) terhadap Return on

Asset (ROA)

“Structural Capital mencakup semua pengetahuan dalam perusahaan selain pengetahuan yang ada pada modal manusia, yang mencakup database, bagan organisasi, proses manual, strategi, rutinitas, dan sesuatu yang nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai materi (Bontis et al., 2000)”. Structural Capital merupakan sarana pendukung Human Capital dalam meningkatkan kinerja

perusahaan. Untuk mengukur Structural Capital dapat digunakan suatu indikator yaitu Structural Capital Efficiency (SCE).

“SCE dapat mengukur jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari Value Added (VA) dan merupakan indikasi bagaimana Structural Capital dalam penciptaan nilai (Tan et al, 2007)”. Structural Capital dapat diukur dari Value Added (VA) dikurangi dengan Human Capital (HC). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total pendapatan) dikurangi dengan total beban (kecuali beban karyawan). SCE menunjukkan berapa banyak jumlah Structural Capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan Value Added (VA) secara efisien. Semakin tinggi SCE maka akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Structural Capital Efficiency (SCE) berpengaruh positif terhadap ROA.

C. Pengaruh Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on

Asset (ROA)

“Modal yang digunakan (Capital Employed) didefinisikan sebagai total modal yang dimanfaatkan dalam setiap aset tetap dan lancar suatu perusahaan (Pulic, 1998; Firer dan Williams, 2003)”. Untuk mengukur Capital Employed dapat digunakan suatu indikator yaitu Capital Employed Efficiency (CEE).

CEE menunjukkan berapa banyak Value Added (VA) yang dapat dihasilkan oleh suatu perusahaan dengan modal yang digunakan (Capital Employed). Value Added (VA) adalah hasil penjualan (total

pendapatan) dikurangi dengan total beban (kecuali beban karyawan). Capital Employed diukur dengan nilai buku aset bersih yaitu selisih antara total aset dengan total kewajiban dalam suatu perusahaan.

CEE diperoleh jika modal yang digunakan dapat menghasilkan penjualan yang ditargetkan atau dengan modal yang lebih besar dapat diiringi dengan penjualan yang semakin meningkat pula. Semakin tinggi CEE akan semakin tinggi pula ROA perusahaan tersebut. Oleh karena itu, Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh positif terhadap ROA.

D. Pengaruh Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital

Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Return on Asset (ROA).

Pulic (1998) menjelaskan bahwa “VAICTM sebagai ukuran efisiensi modal intelektual terdiri dari tiga komponen variabel, yaitu modal manusia/Human Capital Efficiency (HCE), modal struktural/Structural Capital Efficiency (SCE) dan sumber daya

physical and financial/Capital Employed Efficiency (CEE)”. Kombinasi antara ketiga komponen variabel tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan yang disebut modal intelektual.

Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen variabel modal intelektual, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset. Pengelolaan aset yang baik dapat meningkatkan laba atas sejumlah aset yang dimiliki perusahaan yang

diukur dengan Return on Asset (ROA). Modal intelektual diakui sebagai aset perusahaan karena mampu menghasilkan keunggulan kompetitif dalam kinerja keuangan.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan hal-hal yang telah dijelaskan dalam Bab I, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebagai berikut :

H1: Human Capital Efficiency (HCE),Structural Capital Efficiency (SCE), Capital Employed Efficiency (CEE) berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Return on Asset (ROA).

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada zaman globalisasi para pelaku bisnis dihadapkan oleh tantangan yang beragam. Persaingan antar pelaku bisnis yang meningkat dan bertambahnya tuntutan pelanggan kepada produsen semakin banyak mendorong para pelaku bisnis untuk memperbaiki diri hingga mampu menguasai dan mempertahankan pasar.

Upaya untuk memperbaiki bisnis dilakukan antara lain dengan melihat kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam menggambarkan tingkat kinerja suatu perusahaan, khususnya perusahaan go public. Tingkat kinerja perusahaan tersebut dapat kita lihat dari perkembangan rasio profitabilitas, yaitu

Return On Asset (ROA) pada perusahaan perbankan yang akan dipilih

sebagai jenis industri perusahaan dalam penelitian ini.

Tabel 1.1

Perkembangan Rasio Return On Asset (ROA) Perbankan Tahun

2012-2014 (dalam persen)

Indikator 2012 2013 2014

Return On Asset (ROA) 3,11 3,08 2,85

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa ROA perbankan dalam perkembangannya selama tahun 2012-2013 mengalami penurunan 0,03% dan selama tahun 2013-2014 juga mengalami penurunan 0,23%. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunanan kinerja perusahaan atas pertumbuhan ROA, sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi ROA agar dapat diambil langkah perbaikan kinerja perusahaan untuk meningkatkan ROA perbankan selanjutnya.

Selain hal tersebut dalam menghadapi persaingan dan menjaga eksistensinya, perusahaan-perusahaan seharusnya dapat mengubah strategi bisnisnya, yaitu dari bisnis yang berbasis tenaga kerja ( labor-based business) menjadi bisnis berbasis pengetahuan (knowledge-based business), yang akan membuat karakter utama perusahaan menjadi berbasis ilmu pengetahuan.

Dalam penerapan knowledge-based business, penciptaan nilai perusahaan akan berubah. Berkembangnya bisnis perusahaan akan bergantung pada bagaimana kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan untuk menciptakan nilai sehingga akan memberikan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan.

“Sejak tahun 1990-an perhatian terhadap praktik pengelolaan aset tidak berwujud (intangible assets) telah meningkat secara dramatis menurut Harrison dan Sullivan (2000)”. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud tersebut adalah Intellectual Capital (IC) yang telah menjadi fokus perhatian dalam

berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi.

“Salah satu area yang menjadi perhatian baik akademis maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan Intellectual Capital (IC) sebagai salah satu instrument untuk menilai kinerja perusahaan menurut Edvinsson dan Malone (1997)”.

International Federation of Accountants (IFAC) menyatakan bahwa, “intellectual capital sinonim dengan intellectual property (kekayaan intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (aset pengetahuan)”. Modal ini dapat dipahami sebagai modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan. Meningkatnya peran dari knowledge sebagai aset pengetahuan yang vital bagi perusahaan, identifikasi, dan pengelolaannya dalam bentuk aset tidak berwujud (intangible assets) dirasa semakin penting. Di Indonesia, Intellectual Capital muncul sejak diterbitkannya PSAK No.19 (revisi 2009) tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun tidak dinyatakan secara langsung sebagai intellectual capital.

Hal tersebut menunjukkan bahwa intellectual capital telah mendapat perhatian. Meluasnya penerimaan atau pengakuan intellectual

capital dengan berbagai isu sebagai keunggulan kompetitif dan

menciptakan nilai perusahaan menyebabkan metode pengukuran yang tepat masih terus dikembangkan. Pengukuran terhadap intangible asset suatu perusahaan menjadi sulit karena sifat dari aktiva pembentuknya

seperti human capital (HC), structural capital (SC), dan capital employed (CE) yang tidak dapat dipastikan nilainya. Oleh sebab itu untuk mengukur intellectual capital dalam penelitian ini digunakan metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998), yaitu metode Value Added Intellectual Coeffisient (VAICTM) yang terdiri dari tiga komponen yang akan menjadi variabel dalam penelitian ini, ialah Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE).

Penelitian pengungkapan intellectual capital telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya, Ihyaul Ulum (2008), Kin Gan dan Zakiah Saleh (2008), Hasna Fatima (2012), Fierda Shofa (2014), dan Arly Ichmawan (2014). Beragam penelitian atas intellectual capital tersebut dengan tema berbeda, mencoba untuk menghubungkan intellectual

capital dengan kinerja perusahaan. Beberapa penelitian yang telah

dilakukan umumnya mengukur kinerja keuangan yang diukur dengan Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), dan sebagainya.

Berdasarkan fenomena dan tidak konsistenan hasil penelitian terdahulu, maka penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Wasliana Jafar (2014) yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital

terhadap Profitabilitas Keuangan dan Capital Gain Saham Perusahaan (Studi Empiris Pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014)”. Perbedaannya terletak pada variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, serta tahun penelitian.

Dalam penelitian ini, variabel independen yang akan digunakan adalah komponen-komponen dari modal intelektual yaitu, Human Capital

Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE), dengan menggunakan Return on Asset (ROA)

sebagai variabel dependen dalam menilai kinerja perusahaan. Populasi dan sampel yang akan digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan kurun waktu penelitian tahun 2012-2014.

Jenis perusahaan pada penelitian ini adalah industri perbankan, karena pasa umumnya industri perbankan merupakan industri yang menawarkan bidang penelitian intellectual capital yang ideal. Dimana layanan pelanggan sangat bergantung pada intelek/akal/kecerdasan modal manusia.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh

Human Capital Efficiency (HCE), Structural Capital Efficiency (SCE), dan Capital Employed Efficiency (CEE) terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

Dokumen terkait