BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diturunkan melalui teori, serta suatu pernyataan yang masih diuji kebenarannya secara empiris (Sekaran, 2006).
2.4.1. Hubungan antara audit tenure dengan kualitas audit
Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.
Al – Thuneibat et.al., 2011 berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit.
Pengetahuan auditor akan kinerja perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al., 2008).
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H1 : Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit 2.4.2. Hubungan antara Audit switching dengan kualitas audit
Perlu tidaknya aturan kewajiban rotasi auditor masih diperdebatkan sampai saat ini. Di satu sisi, banyak bukti empiris yang menolak aturan tersebut, sementara di sisi lain banyak juga yang mendukung aturan rotasi tersebut. Knechel (2007) menemukan bukti bahwa tidak ditemukan perbedaan reaksi pasar atas audit tenure dan
audit switching. Selain itu kualitas audit tidak terpengaruh oleh berapa lama hubungan yang terjalin antara auditor dengan klien.
Jackson et.al (2008) menguji pengaruh rotasi wajib KAP pada kualitas audit. Kualitas audit diproksikan dengan kecenderungan pemberian opini going concern dan akrual diskresioner. Mereka menemukan bahwa dengan menggunakan dua proksi kualitas audit, yaitu dengan kecenderungan pemberian opini going concern dan akrual diskresioner, kualitas audit tidak dipengaruhi secara negatif oleh tenure
KAP. Panjangnya tenure secara nyata meningkatkan kualitas audit ketika diproksikan dengan kecenderungan pemberian opini going concern.
Akan tetapi dengan menggunakan tingkat akrual diskresioner tenure
tidak menaikkan atau menurunkan kualitas audit.
Chi et.al (2009) tidak menemukan dukungan bahwa kewajiban rotasi KAP meningkatkan kualitas audit. Mereka meneliti dengan data audit di Taiwan, dengan rotasi lima tahunan secara de facto
menjadi wajib pada tahun 2004. Selain itu, mereka juga tidak menemukan bukti yang konsisten yang mendukung keyakinan bahwa kewajiban rotasi KAP berdasarkan persepsi investor meningkatkan kualitas audit.
Catanach dan Walker (1999) berpendapat bahwa peraturan rotasi KAP akan mencegah terbentuknya hubungan jangka panjang antara klien dan auditor yang dapat menurunkan independensi. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H2 : Audit Switching berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit 2.4.3. Hubungan antara audit capacity stress dengan kualitas audit
Awal tahun merupakan masa – masa sibuk para auditor karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor di masa tersebut sehingga menimbulkan tekanan terhadap auditor untuk menangani banyaknya klien. Hansen et.al (2007) berpendapat bahwa
audit capacity stress berkaitan dengan bertambahnya klien baru yang berasal dari dibubarkannya KAP Andersen setelah terjadinya kasus Enron. Audit Capacity Stress yang tinggi berdampak pada menurunnya kualitas audit dan juga berdampak pada menurunnya kualitas laba.
Fitriany (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh
audit tenure dan spesialisasi audit terhadap kualitas audit. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan kuadratik antara
audit tenure dengan kualitas audit. Sedangkan KAP dengan audit capacity stress yang tinggi dapat menurunkan kualitas audit dan memperbesar manajemen laba di perusahaan.
Setiawan (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh
workload dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit dengan kualitas komite audit sebagai variabel moderasi. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa beban kerja memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H3 : Audit Capacity Stress berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.4. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan. Auditee
yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Nasser et.al., 2006). Semakin besar perusahaan, semakin meningkat pula agency cost yang terjadi. Sehingga perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang profesional, independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih baik (Watts dan Zimmerman, 1986). Bedasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:
H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.5. Hubungan antara independensi komite audit dengan kualitas audit
Komite audit bertugas membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tugas fungsinya. Komite audit membutuhkan independensi dan efektivitasnya dalam mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit minimal terdiri dari tiga orang yang terdiri dari Komisaris Independen dan pihak luar perusahaan yang ahli dalam bidang akuntansi. Perusahaan yang memiliki jumlah anggota yang berasal dari luar emiten yang lebih besar akan mampu bekerja lebih efektif dan mandiri dalam mengawasi jalannya pelaporan keuangan oleh manajemen perusahaan sehingga komite audit menjadikan pertimbangan bagi kantor akuntan publik
(KAP) untuk memberikan jasa atestasi/audit secara lebih berkualitas (Ardianingsih, 2013). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:
H5 : Independensi Komite audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit