• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2009 – 2013)"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT SWITCHING, AUDIT CAPACITY STRESS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN INDEPENDENSI KOMITE

AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN

2009 – 2013)

OLEH

MAYA SARTIKA 120522102

PROGRAM STUDI STRATA-I EKSTENSI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan

sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013) adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban

akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 12 Maret 2015 Yang Membuat Pernyataan

(3)

ABSTRAK

PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT SWITCHING, AUDIT CAPACITY STRESS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN INDEPENDENSI KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009

- 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh audit tenure, audit switching, audit capacity stree, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit terhadap kualitas audit (studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2013.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 – 2013. Variabel penelitian ini terdiri dari audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit sebagai variabel bebas dan kualitas audit sebagai variabel terikat. Dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dengan aplikasi program SPSS 16, penelitian ini mencoba untuk menguji pengaruh audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit terhadap kualitas audit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (2) audit switching tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (3) audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (4) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dan (5) independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(4)

ABSTRACT

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF AUDIT TENURE, AUDIT SWITCHING, AUDIT CAPACITY STRESS, FIRM SIZE, AND THE INDEPENDENCE OF AUDIT COMMITTEE ON AUDIT QUALITY IN

BANKING COMPANIES LISTED IN BEI (INDONESIA STOCK EXCHANGE) IN THE

PERIOD OF 2009-2013

The objective of the research was to find out and to analyze some factors which influenced audit quality; i.e., audit tenure, audit switching, audit capacity stress, firm size, and the independence of audit committee.

The research used secondary data. The population was all banking companies listed in BEI in the period of 2009-2013, and all of them were used as the samples. The independent variables were audit tenure, audit switching, audit capacity stress, firm size, the independence of audit committee, and the dependent variable was audit quality at the significance level of 5%.

The result of the research showed that audit tenure had no significant influence on audit quality, audit switching had no significant influence on audit quality, audit capacity stress had no significant influence on audit quality, firm size had significant influence on audit quality, and the independence audit committee independence had no significant influence on audit quality of the banking companies listed in BEI.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT, Dzat yang

menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya dan Pemilik dari segala ilmu

pengetahuan, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity

Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas

Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun

2009 – 2013)”. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Ekstensi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh

dukungan, bimbingan, semangat, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Sumatera Utara dan Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris

Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

(6)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan

Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1

Akuntasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak selaku dosen pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan,

bantuan, dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi

ini dan Bapak Drs. Erwin, MBA, Ak selaku dosen pembanding atas saran

dan nasehat yang diberikan kepada penulis.

5. Orangtua yang sangat saya cintai Bapak H. Darwis dan Ibu Setiawaty

Rosmida Hsb, SH dan juga kakak saya dr. Fitri Silvia dan abang saya

Harry Irawan, ST, MM.

6. Teman – teman terbaik Putri Anggreini, Shufia, Karina, Muthmainah, dan

Umriza Makrufan.

7. Seluruh teman – teman Ekstensi Akuntansi 2012 dan pihak – pihak lain

yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan dan pengulasan skripsi. Akhir kata, penulis berharap

agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2015 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Batasan Penelitian ... 8

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4.1Tujuan Penelitian ... 9

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1 Teori Kepatuhan ... 11

2.1.2 Teori Sinyal ... 13

2.1.3 Audit ... 13

2.1.4 Kualitas Audit ... 16

2.1.5 Ukuran KAP ... 18

2.1.6 Audit Tenure ... 19

2.1.7 Audit Switching ... 20

2.1.8 Audit Capacity Stress ... 22

2.1.9 Ukuran Perusahaan... 23

2.1.10 Independensi Komite Audit... 24

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

2.3 Kerangka Konseptual ... 30

2.4 Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Batasan Operasional Penelitian ... 40

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 40

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 43

3.6 Teknik Analisis Data ... 44

3.6.1 Statistik Deskriptif ... 44

3.6.2 Analisis Regresi Logistik ... 44

(8)

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Perbankan... 49

4.1.1 Deskripsi Sampel Penelitian... 50

4.2 Hasil Penelitian... 51

4.2.1 Statistik Deskriptif... 51

4.2.2 Hasil Pengujian Hipotesis... 53

4.2.2.1 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)... 53

4.2.2.2 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)... 54

4.2.2.3 Menguji Kelayakan Model Regresi... 55

4.2.2.4 Uji Multikolinieritas... 55

4.2.2.5 Matriks Klasifikasi... 56

4.2.2.6 Model Regresi Logistik yang Terbentuk... 58

4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis... 58

4.3.1 Pengaruh Audit Tenure terhadap Kualitas Audit... 59

4.3.2 Pengaruh Audit Switching terhadap Kualitas Audit.... 60

4.3.3 Pengaruh Audit Capacity Stress terhadap Kualitas Audit... 61

4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit... 61

4.3.5 Pengaruh Independensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 64

5.1 Kesimpulan... 64

DAFTAR PUSTAKA... 67

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu... 26

3.1 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian... 41

4.1 Proses Seleksi Sampel dengan Kriteria... 50

4.2 Sampel Penelitian... 51

4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif... 52

4.4 Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)... 54

4.5 Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)... 54

4.6 Menguji Kelayakan Model Regresi... 55

4.7 Uji Multikolinieritas... 56

4.8 Matriks Klasifikasi... 57

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

(12)

ABSTRAK

PENGARUH AUDIT TENURE, AUDIT SWITCHING, AUDIT CAPACITY STRESS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN INDEPENDENSI KOMITE AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2009

- 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh audit tenure, audit switching, audit capacity stree, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit terhadap kualitas audit (studi empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2013.

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan – perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009 – 2013. Variabel penelitian ini terdiri dari audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit sebagai variabel bebas dan kualitas audit sebagai variabel terikat. Dengan menggunakan regresi logistik (logistic regression) dengan aplikasi program SPSS 16, penelitian ini mencoba untuk menguji pengaruh audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit terhadap kualitas audit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (2) audit switching tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (3) audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (4) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dan (5) independensi komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(13)

ABSTRACT

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF AUDIT TENURE, AUDIT SWITCHING, AUDIT CAPACITY STRESS, FIRM SIZE, AND THE INDEPENDENCE OF AUDIT COMMITTEE ON AUDIT QUALITY IN

BANKING COMPANIES LISTED IN BEI (INDONESIA STOCK EXCHANGE) IN THE

PERIOD OF 2009-2013

The objective of the research was to find out and to analyze some factors which influenced audit quality; i.e., audit tenure, audit switching, audit capacity stress, firm size, and the independence of audit committee.

The research used secondary data. The population was all banking companies listed in BEI in the period of 2009-2013, and all of them were used as the samples. The independent variables were audit tenure, audit switching, audit capacity stress, firm size, the independence of audit committee, and the dependent variable was audit quality at the significance level of 5%.

The result of the research showed that audit tenure had no significant influence on audit quality, audit switching had no significant influence on audit quality, audit capacity stress had no significant influence on audit quality, firm size had significant influence on audit quality, and the independence audit committee independence had no significant influence on audit quality of the banking companies listed in BEI.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan keobjektifan dalam tugas profesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Peran pihak ketiga yang kompeten dan independen dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan (Al – Thuneibat, Ibrahim Isa,

dan Ata Baker,2011).

Independensi auditor merupakan landasan dalam profesi auditor. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor : independence in fact dan

independence in appearance. Independence in fact menuntut auditor agar membentuk opini dalam laporan audit seolah – olah auditor itu pengamat profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia tidak mempertahankan pola pikiran yang adil (Porter et.al., 2003).

Audit laporan keuangan diharapkan dapat mengurangi risiko informasi dan memperbaiki pengambilan keputusan (Al – Thuneibat et.al., 2011). Proses audit didesain untuk menentukan apakah gambaran yang dilaporkan dalam laporan keuangan menunjukkan hasil operasional perusahaan dan posisi keuangan yang sebenarnya dalam cara yang jujur (Al – Thuneibat et.al., 2011).

Peningkatan kualitas adalah fungsi tidak hanya deteksi auditor dalam hal salah saji material, tetapi juga deteksi terhadap perilaku auditor. Oleh karena itu, jika auditor menemukan salah saji material, menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi, sedangkan kegagalan untuk memperbaiki salah saji material melalui deteksi dan sebelum mengeluarkan laporan audit (atau terlebih kegagalan yang tidak mengungkap salah saji material) menghalangi peningkatan kualitas audit (Al – Thuneibat et.al., 2011).

(15)

Kualitas audit akan berpengaruh pada laporan audit yang dikeluarkan oleh auditor. Terdapat lima kategori laporan audit menurut Mulyadi (2002) yaitu wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan kalimat penjelasan atau modifikasi kalimat, wajar dengan pengecualian, tidak wajar, dan menolak memberikan pendapat. Masing-masing dari laporan audit tersebut dikeluarkan dengan kondisi yang berbeda-beda. Auditor dituntut untuk menggunakan kompetensi dan independensinya semaksimal mungkin dalam melakukan proses audit agar menghasilkan laporan audit yang sesuai karena reputasi auditor juga ikut dipertaruhkan ketika opini ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.

Skandal keuangan terjadi tidak hanya di Amerika, tetapi juga terjadi di Indonesia. Dampak skandal tersebut adalah adanya pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat seperti diterbitkannya

Sarbanes Oxley Act (SOX) pada bulan Juli 2002. Sarbanes Oxley Act (SOX)

melakukan perbaikan dan pengetatan pada komponen audit maupun pendukungnya. Usaha peningkatan kualitas audit ini dilakukan dengan mensyaratkan pendidikan minimum per tahun, membatasi masa perikatan (tenure) auditor dengan kliennya, serta membentuk komite audit yang membawahi auditor intern.

Runtuhnya perusahaan besar seperti perusahaan Enron di Amerika Serikat tahun 2001 silam dikaitkan dengan kurangnya independensi dari auditor. Kejadian di perusahaan Enron melibatkan KAP Arthur Andersen sehingga semakin menyadarkan pentingnya independensi auditor dalam suatu KAP. Oleh sebab itu, dikeluarkanlah kebijakan baru tentang peraturan pengauditan di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 tahun dan rotasi KAP setiap 6 tahun. Peraturan ini dimaksudkan untuk menimimalkan terjadinya skandal keuangan yang melibatkan auditor.

Al – Thuneibat et.al (2011) berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit.

(16)

akrual. Berbeda dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh Al-Thuneibat et al.

(2011), Jackson et al. (2008) menemukan bahwa kualitas audit akan meningkat terkait dengan lamanya hubungan auditor-klien, ketika diproksikan dengan kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern, dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual. Berdasarkan temuan tersebut mereka menyimpulkan bahwa rotasi KAP tidak akan meningkatkan kualitas audit dan berpendapat bahwa rotasi KAP yang dilakukan oleh perusahaan

klien hanya akan memunculkan biaya-biaya yang tidak penting, baik bagi kantor akuntan maupun bagi perusahaan dengan manfaat yang minimal. Jackson et.al.

(2008) mendukung teori bahwa semakin panjang hubungan auditor dan klien, maka akan tercipta audit yang lebih berkualitas.

De Angelo (1998) berpendapat independensi dalam auditor besar lebih mungkin terjaga karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien tidak begitu besar bagi auditor besar, dan auditor besar berpeluang besar untuk mengalami kerugian yang lebih besar (misalnya kerugian yang lebih tinggi dalam kehilangan reputasi) pada kasus kegagalan audit, bila dibandingkan dengan auditor kecil sehingga jaminan atas kualitas audit lebih ditingkatkan.

Choi et.al (2010) menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) terhadap kualitas audit. Hasil analisis mereka mendukung pandangan yang menyatakan bahwa kantor audit yang lebih besar menyediakan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan kantor audit yang berukuran kecil.

Dong yu (2007) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda -beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor.

(17)

Permana (2012) melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit dan ukuran KAP terhadap kualitas audit. Hasil menunjukkan masa perikatan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran KAP berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap kualitas audit.

Leonora et.al (2012) melakukan penelitian hubungan masa perikatan audit dengan kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan masa perikatan audit tidak berhubungan dengan opini audit berkaitan dengan going concern sebagai proksi kualitas audit.

Febriyanti et.al (2012) melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan ukuran perusahan klien berpengaruh positif dan sigmifikan terhadap kualitas audit di perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2009 – 2012.

Ferdinan (2010) melakukan penelitian pengaruh tenur kantor akuntan publik (KAP) dan reputasi KAP terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan tenur KAP secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit yang dihitung dengan akrual lancar. Reputasi KAP berpengaruh signifikan ketika diuji sebagai variabel tunggal.

Hartadi (2009) melakukan penelitian pengaruh fee audit, rotasi KAP, dan reputasi auditor terhadap kualitas audit di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan rotasi KAP dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Perdana (2014) melakukan penelitian pengaruh rotasi kantor akuntan publik dan rotasi akuntan publik (partner auditor) terhadap kualitas audit (studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013). Hasil penelitian menunjukkan rotasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan rotasi akuntan publik (partner auditor) tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Ardianingsih (2013) melakukan penelitian pengaruh komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

(18)

variabel penelitian yang sama, hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ulang terhadap faktor yang sama. Adapun faktor – faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah audit tenure, audit capacity stress, dan komite audit.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Febrianti (2012) dan Ardianingsih (2013), perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode waktu penelitian yaitu periode 2009 – 2013. Pada Penelitian Febrianti (2012) yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2009 – 2012 dan penelitian Ardianingsih (2013) menggunakan perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2008 – 2012. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2013. Penelitian Febrianti (2012) menggunakan proksi opini going concern pada kualitas audit, Ardianingsih (2013) menggunakan proksi ukuran KAP pada kualitas audit. Sehingga penelitian ini menggunakan proksi ukuran KAP pada kualitas audit. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas audit dengan judul “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 – 2013)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah audit tenure pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?

2. Apakah audit switching pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit ?

3. Apakah audit capacity stress pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?

4. Apakah ukuran perusahaan pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?

(19)

1.3 Batasan Penelitian

Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini, batasan penelitiannya antara lain adalah :

1. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan data yang diteliti adalah pada tahun 2009 sampai dengan 2013.

2. Faktor – faktor yang diteliti diperkirakan dapat mempengaruhi Kualitas Audit yaitu audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan dan independensi komite audit.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan dan pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan permasalahan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa audit tenure

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa audit switching

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

3. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa audit capacity stress

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

4. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.

5. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa independensi komite

(20)

1.4.2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat kepada beberapa pihak yaitu :

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas auditpada perusahaan perbankan.

b. Bagi Peneliti selanjutnya

Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi yang bermanfaat untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan dan independensi komite auditpada perusahaan perbankan.

c. Bagi Investor

Memberikan informasi agar mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan perbankan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri dalam berinvestasi.

d. Bagi Ilmu Pengetahuan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada peraturan.

Tuntutan akan kepatuhan dalam mematuhi peraturan dalam rangka peningkatan kualitas audit sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 (tiga) tahun dan rotasi KAP setiap 6 (enam) tahun. Peraturan ini dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya skandal keuangan yang melibatkan auditor.

Regulasi tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap auditor maupun klien untuk mematuhi peraturan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu – ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu.

Menurut Tyler (1990) terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan – perubahan dalam tangibel, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan dan berlawan dengan kepentingan pribadi mereka.

(22)
(23)

2.1.2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005).

Signalling Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik positif maupun negatif) kepada para penggunanya. Signalling Theory

juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antara perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh pihak (auditor) independen dapat digunakan sebagai dasar informasi yang independen dalam menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Scott (2001), manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasarkan dengan anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik.

2.1.3. Audit

Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2010). Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke (2009) adalah:

suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

(24)

a. Standar umum

Audit dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor. Dalam semua hal yang berhubungan dengan independensi dan perikatan dalam sikap mental harus dipertahankan. Dalam penyusunan laporan dan pelaksanaan audit, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.

b. Standar pekerjaan lapangan

Pekerjaan direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar pelaporan

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus memadai kecuali dinyatakan dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

Jenis – jenis audit umumnya digolongkan menjadi tiga (Mulyadi, 2002:30) yaitu:

a. Audit laporan keuangan

(25)

Dalam audit laporan keuangan, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuainnya dengan prinsip akuntansi berterima umum.

b. Audit kepatuhan

Audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang dengan membuat kriteria dan dijumpai dalam pemerintahan.

c. Audit operasional

Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan perusahaan dan bagian dari perusahaan atau organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

2.1.4. Kualitas Audit

Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar – benar harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik (IAI, 2001).

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.

(26)

memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten.

Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual Quality (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.

Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.

Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitas audit yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit (Al-Thuneibat et.al.,

2011). Dalam penelitian ini, ukuran KAP digunakan sebagai proksi kualitas audit.

2.1.5. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).

(27)

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. Beliau menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik.

Ukuran Kantor Akuntan Publik biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm (Big 4). Kategori KAP the big four di Indonesia:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP

Haryanto Sahari dan rekan.

2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang

bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.

3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP

Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP

Osman Bing Satrio dan rekan.

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa variabel ukuran KAP dapat mengukur kualitas audit karena KAP yang mempunyai klien yang lebih banyak akan berusaha menjaga nama baiknya dengan tetap mempertahankan kualitas audit yang dihasilkannya.

2.1.6. Audit tenure

(28)

auditor paling lama 3 tahun berturut – turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien. Hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan independensinya. Masa penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).

Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Al-Thuneibat et.al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et.al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et.al. (2011). Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien.

Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of Certified Accountants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al., 2011, ditemukan bahwakegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebut melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit.

2.1.7. Audit Switching

Adanya regulasi yang mengatur mengenai auditor switching

menyebabkan terdapat batasan lamanya masa perikatan audit sehingga akan

terjadi auditor switching secara mandatory. Pergantian auditor dapat dibagi

menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah

yang mengikat (mandatory) dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan

alasan lain diluar regulasi (voluntary). Perusahaan melakukan audit

switching secara mandatory umumnya dikarenakan kewajiban ataupun

peraturan yang membatasi masa jabatan auditor. Sedangkan Perusahaan

(29)

tinggi dengan tujuan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna

laporan keuangan.

Kebijakan rotasi Kantor Akuntan Publik dan rotasi Akuntan Publik

(Partner Auditor) tercantum dalam KMK Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

Jasa Akuntan Publik tanggal 30 September 2002 yang mengatur bahwa

rotasi Akuntan Publik harus dilakukan setiap 3 tahun dan rotasi Kantor

Akuntan Publik setiap 5 tahun. Peraturan ini kemudian direvisi dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008

tanggal 5 Februari 2008 dimana rotasi Akuntan Publik tetap 3 tahun dan

rotasi Kantor Akuntan Publik menjadi setiap 6 tahun. Bapepam-LK melalui

peraturan VIII.A.2 tanggal 12 November 2002 juga mulai memberlakukan

rotasi KAP dengan cooling-off 3 tahun. Siregar et.al (2011) menyatakan

bahwa peraturan rotasi auditor dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas

audit. Hal tersebut didukung dengan asumsi bahwa semakin lama hubungan

antara auditor (baik Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik)

dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor. Namun demikian,

dari segi kompetensi adanya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas

audit. Ketika auditor harus menghadapi perusahaan baru sebagai kliennya

maka akan diperlukan lebih banyak waktu baginya untuk mempelajari klien

barunya daripada Auditor melanjutkan penugasan dari klien terdahulu

(Chen et.al, 2004). Penelitian ini fokus pada kajian tentang pergantian

(30)

2.1.8. Audit Capacity Stress

Audit Capacity Stress adalah tekanan terhadap auditor (AP) sehubungan dengan banyaknya klien audit umum yang harus

ditanganinya. Awal tahun merupakan masa – masa sibuk auditor karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor. Pada

beberapa penelitian, audit capacity stress juga diistilahkan sebagai beban kerja (workload).

Menurut Hansen et.al (2007), audit capacity stress yang tinggi pada suatu KAP dapat menurunkan kualitas audit. Bertambahnya klien baru bagi suatu KAP dapat meningkatkan audit capacity stress bagi auditor seperti dalam kasus Andersen.

Menurut Fitriany (2011), KAP dengan audit capacity stress

yang tinggi dapat menurunkan kualitas audit dan memperbesar manajemen laba di perusahaan.

Menurut Setiawan (2011), beban kerja memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit dan komite audit mengurangi dampak negatif dari

workload terhadap kualitas audit. Tingginya workload dapat

menyebabkan kelelahan sehingga dapat menurunkan kemampuan auditor untuk menemukan kesalahan dan melaporkan penyimpangan.

Pada penelitian ini peneliti mengikuti Hansen et.al (2007) untuk mengukur audit capacity stress.

Audit Capacity Stress = Jumlah klien KAP pada tahun tersebut

Jumlah Akuntan Publik pada KAP

2.1.9. Ukuran Perusahaan

Salah satu indikator yang terkait dengan kualitas audit adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan.

(31)

Menurut Keputusan BAPEPAM No.9 Tahun 1995 menyatakan definisi perusahaan adalah:

perusahaan menengah/kecil adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan tidak lebih dari 20 milyar, bukan merupakan afiliasi oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil, dan bukan merupakan reksa dana. Perusahaan menengah/besar adalah kegiatan ekonomi yang melampaui kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan bukan usaha kecil. Perusahaan menengah/besar meliputi perusahaan nasional (milik negara atau swasta) dan perusahaan asing yang melakukan kegiatan di Indonesia.

Fernando et.al (2010) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan kecil, jika laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan saji material, maka dapat memberikan kepercayaan pengguna laporan serta dapat meningkatkan investasi mereka dan menjadi lebih disorot publik.

Penelitian ini menggunkan ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan pada total asset perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural Total Aset untuk menghindari tidak normalnya data karena angka yang terlalu besar. Pengukuran ukuran perusahaan menggunakan total aset dikarenakan total aset tidak terpengaruh oleh pasar sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Selain itu, total aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan (Purwanto,2011).

2.1.10. Independensi Komite Audit

Menurut keputusan Bapepam-LK Nomor IX.1.5 No. Kep-643/BL/2012 pengertian Komite Audit yaitu:

(32)

orang yang bekerja dan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan, tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan (anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pemegang Saham Utama Perusahaan), dan tidak memiliki hubungan usaha dengan perusahaan.

Komite audit merupakan salah satu komponen good corporate governance yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan yaitu dengan mengawasi manajemen perusahaan dan auditor independen dalam proses penyampaian laporan keuangan yaitu menjaga kualitas audit dan kualitas pelaporan keuangan (Pamudji dan Trihartati, 2010). Komite audit membutuhkan independensi dan efektivitasnya dalam mengawasi pelaporan keuangan, maka kinerja komite audit menjadi efektif jika para anggotanya memiliki kemandirian yang tepat.

Menurut Mulyadi (2002) ada beberapa hal yang sering mengganggu sikap mental independen auditor yaitu auditor dibayar klien atas jasa tersebut, auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan klien, dan mempertahankan sikap mental independen seringkali menyebabkan lepasnya klien. Oleh karena itu, untuk memastikan reliabilitas dan kualitas yang tinggi dari laporan keuangan suatu perusahaan Bapepam-LK mengeluarkan aturan tentang pembentukan dan pelaksanaan kerja Komite Audit dalam Nomor IX.1.5 No. Kep.643/BL/2012.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (dalam Purwati, 2006) menyatakan bahwa independensi Dewan Komisaris di Indonesia sangat diragukan mengingat posisi anggota Dewan Komisaris diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Komite audit diukur dengan proporsi jumlah anggota yang berasal dari luar Emiten yaitu Komisaris Independen dengan jumlah anggota Komite Audit.

(33)

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

[image:33.595.116.526.157.760.2]

Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Analisis Hasil

Arum Ardianingsih (2013) Pengaruh Komite Audit, Lama Perikatan Audit, dan Audit Capacity Stress terhadap Kualitas Audit Independen: Komite Audit, Lama Perikatan Audit, dan Audit Capacity Stress Dependen: Kualitas Audit Analisis Regresi Logistik Komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Al -Thuneibat, Ibrahim Al Isa dan Ata Baker (2011)

Do Audit Tenure and Firm Size Contribute to Audit Quality ?

Independen: Audit tenure dan ukuran perusahaan audit Dependen: Kualitas audit Analisis Regresi Linear Berganda dan Regresi Logistik Audit tenure mempengaruhi kualitas audit secara negatif dan ukuran perusahaan audit tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas audit. Andrew B. Jackson, Michael Moldrich, dan Peter Roebuck (2008) Mandatory Audit Firm Rotation and Audit Quality Independen:

Rotasi Kantor audit

(34)

akrual. Abu Thahir Abdul Nasser, Emelin Abdul Wahid, Sharifah Nazatul F.S.M Nasri, dan Mohammad Hudaib (2006)

Auditor – Client Relationship : The Case of Audit Tenure and Audit Switching in Malaysia

Independen:

Ukuran klien, jenis kantor auditor, dan

financial distress Dependen : Auditor Switching Analisis Regresi Logistik Kemungkinan untuk melakukan praktek switching

akan lebih besar bagi perusahaan – perusahaan besar yang sedang mengalami tekanan dan praktek switching

lebih dipengaruhi oleh jenis kantor audit. Knechel, W. Robert, Vanstraelen, Ann (2007) The Relationship between Auditor Tenure and Audit Quality Implied by Going Concern Opinion Independen: Audit tenure Dependen: Audit Quality Implied by Going Concern Opinion

Analisis Regresi Logistik

Tenure yang panjang tidak mengurangi independensi auditor dan tidak mempengaruhi kualitas audit yang menggunakan indikator opini going concern pada perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan. Michael Dong Yu (2007)

The effect of Big Four office size on audit quality

(35)

Ni Made Dewi Febrianti, I Made Mertha (2014) Pengaruh Masa Perikatan Audit, Rotasi KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Ukuran KAP pada Kualitas Audit Independen: Masa Perikatan Audit, Rotasi KAP, Ukuran Perusahaan Klien, dan Ukuran KAP Dependen: Kualitas Audit Analisis Regresi Logistik Masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit, sedangkan ukuran perusahaan klien berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit.

Sumber : Data diolah

Ardianingsih (2013) melakukan penelitian pengaruh komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008 – 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Al - Thuneibat et.al (2011) melakukan penelitian tentang kualitas audit dengan mengambil objek perusahaan – perusahaan yang listing di Amman Stock Exchange pada periode 2002 - 2006. Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah KAP memberi jasa audit pada laporan keuangan perusahaan tertentu. Kualitas audit diukur dengan menggunakan pendekatan kebijaksanaan akrual (Discretionary Accrual). Ukuran perusahaan audit diukur dengan menghitung nilai pasar saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit tenure

berpengaruh secara negatif terhadap kualitas audit dan ukuran kantor audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit .

(36)

Nasser et.al (2006) melakukan penelitian hubungan auditor – klien dan kegiatan switching serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dengan metode kemungkinan maksimal (maximum – likelihood method) dan menggunakan regresi logistik. Objek penelitian adalah perusahaan – perusahaan yang terdaftar di

Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) pada periode 1990 – 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan untuk melakukan praktek switching

akan lebih besar bagi perusahaan – perusahaan besar yang sedang mengalami tekanan dan praktek switching lebih dipengaruhi oleh jenis kantor audit.

Knechel et.al (2007) melakukan penelitian hubungan antara audit tenure

dan kualitas audit yang diimplikasikan dengan menggunakan opini going concern.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenure yang panjang tidak mengurangi independensi auditor dan tidak mempengaruhi kualitas audit yang diproksikan dengan opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan.

Dong Yu (2007) melakukan penelitian pengaruh ukuran kantor audit Big Four terhadap kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan – perusahaan di Amerika yang diaudit oleh KAP Big Four periode 2003 – 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit.

Febrianti dkk (2014) melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP pada kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI 2009 – 2012 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran perusahaan klien berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

2.3. Kerangka Konseptual

(37)
[image:37.595.124.519.197.436.2]

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Febrianti (2012) dan Ardianingsih (2013), sehingga faktor – faktor yang dianggap mempengaruhi dalam penelitian ini disesuaikan dengan yang digunakan dalam Febrianti (2012) dan Ardianingsih (2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit. Sedangkan variabel terikat adalah kualitas audit.

Hubungan antara variabel-variabel tersebut, penelitian ini menggunakan teori kepatuhan (compliance theory) teori sinyal (signalling theory). Tuntutan akan kepatuhan dalam mematuhi peraturan dalam rangka peningkatan kualitas audit sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 (tiga) tahun dan rotasi KAP setiap 6 (enam) tahun. Peraturan ini dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya skandal keuangan yang melibatkan auditor.

Audit Switching

(X2)

Audit Capacity Stress

(X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

Variabel Dependen Kualitas Audit(Y)

Komite Audit (X5)

Audit Tenure

(38)

Signalling Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik positif maupun negatif) kepada para penggunanya. Signalling Theory juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antara perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas.

Audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan komite audit merupakan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit.

Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Masa penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).

Auditor switching adalah pergantian auditor. Pergantian auditor dapat dibagi menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah yang mengikat (mandatory) dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan alasan lain diluar regulasi (voluntary), auditor switching secara sukarela dilakukan apabila klien mengganti auditornya ketika tidak ada peraturan yang mewajibkannya melakukan auditor switching (Susan dan Trisnawati, 2011).

Audit Capacity Stress berarti masa-masa sibuk pada auditor di masa awal tahun karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor di masa tersebut. Audit Capacity Stress adalah tekanan terhadap auditor (AP) sehubungan dengan banyaknya klien audit umum yang harus ditanganinya. Hansen et.al (2007) menyatakan bahwa audit capacity stress juga berkaitan dengan bertambahnya klien baru yang berasal dari dibubarkannya Anderson.

Ukuran perusahaan menyangkut tentang operasi ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran perusahaan. Fernando et.al (2010) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan kecil, jika laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan saji material, maka dapat memberikan kepercayaan pengguna laporan serta dapat meningkatkan investasi mereka dan menjadi lebih disorot publik.

(39)

dalam mengawasi jalannya pelaporan keuangan oleh manajemen perusahaan sehingga komite audit menjadikan pertimbangan bagi kantor akuntan publik (KAP) untuk memberikan jasa atestasi/audit secara lebih berkualitas (Ardianingsih, 2013).

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diturunkan melalui teori, serta suatu pernyataan yang masih diuji kebenarannya secara empiris (Sekaran, 2006).

2.4.1. Hubungan antara audit tenure dengan kualitas audit

Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.

Al – Thuneibat et.al., 2011 berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit.

Pengetahuan auditor akan kinerja perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al., 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H1 : Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit 2.4.2. Hubungan antara Audit switching dengan kualitas audit

(40)

audit switching. Selain itu kualitas audit tidak terpengaruh oleh berapa lama hubungan yang terjalin antara auditor dengan klien.

Jackson et.al (2008) menguji pengaruh rotasi wajib KAP pada kualitas audit. Kualitas audit diproksikan dengan kecenderungan pemberian opini going concern dan akrual diskresioner. Mereka menemukan bahwa dengan menggunakan dua proksi kualitas audit, yaitu dengan kecenderungan pemberian opini going concern dan akrual diskresioner, kualitas audit tidak dipengaruhi secara negatif oleh tenure

KAP. Panjangnya tenure secara nyata meningkatkan kualitas audit ketika diproksikan dengan kecenderungan pemberian opini going concern.

Akan tetapi dengan menggunakan tingkat akrual diskresioner tenure

tidak menaikkan atau menurunkan kualitas audit.

Chi et.al (2009) tidak menemukan dukungan bahwa kewajiban rotasi KAP meningkatkan kualitas audit. Mereka meneliti dengan data audit di Taiwan, dengan rotasi lima tahunan secara de facto

menjadi wajib pada tahun 2004. Selain itu, mereka juga tidak menemukan bukti yang konsisten yang mendukung keyakinan bahwa kewajiban rotasi KAP berdasarkan persepsi investor meningkatkan kualitas audit.

Catanach dan Walker (1999) berpendapat bahwa peraturan rotasi KAP akan mencegah terbentuknya hubungan jangka panjang antara klien dan auditor yang dapat menurunkan independensi. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H2 : Audit Switching berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit 2.4.3. Hubungan antara audit capacity stress dengan kualitas audit

Awal tahun merupakan masa – masa sibuk para auditor karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor di masa tersebut sehingga menimbulkan tekanan terhadap auditor untuk menangani banyaknya klien. Hansen et.al (2007) berpendapat bahwa

audit capacity stress berkaitan dengan bertambahnya klien baru yang berasal dari dibubarkannya KAP Andersen setelah terjadinya kasus Enron. Audit Capacity Stress yang tinggi berdampak pada menurunnya kualitas audit dan juga berdampak pada menurunnya kualitas laba.

Fitriany (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh

(41)

audit tenure dengan kualitas audit. Sedangkan KAP dengan audit capacity stress yang tinggi dapat menurunkan kualitas audit dan memperbesar manajemen laba di perusahaan.

Setiawan (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh

workload dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit dengan kualitas komite audit sebagai variabel moderasi. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa beban kerja memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H3 : Audit Capacity Stress berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.4. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan. Auditee

yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Nasser et.al., 2006). Semakin besar perusahaan, semakin meningkat pula agency cost yang terjadi. Sehingga perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang profesional, independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih baik (Watts dan Zimmerman, 1986). Bedasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.5. Hubungan antara independensi komite audit dengan kualitas audit

(42)

(KAP) untuk memberikan jasa atestasi/audit secara lebih berkualitas (Ardianingsih, 2013). Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian yang akan diuji adalah:

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausal – komparatif. Menurut Suryabrata (2012 : 84) penelitian kausal – komparatif adalah penelitian untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Ciri – ciri penelitian kausal komparatif yaitu bersifat ex post facto artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang menjadi permasalahan sudah berlangsung (lewat). Adanya dependent variables,

pengujian data melalui kejadian di masa lampau untuk mencari sebab – sebab, saling hubungan, dan makna.

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran perusahaan, dan Independensi Komite Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2009 – 2013)” termasuk penelitian kausal komparatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau berupa data kuantitatif dengan sumber data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh masing-masing perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang merupakan data pooling

atau data panel yang merupakan gabungan antara data runtun waktu (time series) dan data silang (cross section).

3.2. Batasan Operasional Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini agar tujuan penelitian dapat tercapai adalah sebagai berikut:

1. Faktor – faktor yang diteliti diperkirakan dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran

perusahaan, dan independensi komite audit.

2. Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan dengan periode

(44)

3.3. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini definisi operasional yang dikemukakan mencakup variabel audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit.

1. Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah Kualitas

Audit.

2. Variabel independen yaitu variabel yang memengaruhi variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah audit tenure,

audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan

independensi komite audit.

Tabel 3.1

Skala Pengukuran Variabel

Variabel Penelitian Indikator Skala Pengukuran

Variabel Dependen (Y)

Kualitas audit

Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Nominal Jika perusahaan diaudit

oleh KAP the Big 4 =1, jika diaudit oleh KAP

non-Big 4 = 0

Variabel Independen (X)

Audit tenure

Lamanya hubungan kerja sama antara auditor dan klien

Interval Jumlah tahun auditor

(45)

untuk tahun berikutnya

Audit Switching Pergantian Kantor Akuntan Publik

Nominal Melakukan pergantian

KAP selama periode yang diobservasi = 1, tidak melakukan pergantian KAP selama periode yang

diobservasi = 0

Ukuran Perusahaan Total Asset

Rasio LogNatural Total Asset

Audit Capacity Stress Jumlah klien Rasio Perbandingan jumlah klien KAP dengan jumlah AP pada KAP

Independensi Komite Audit

Jumlah komite audit yang

disyaratkan Bapepam

Rasio Perbandingan

komisaris independen dengan jumlah anggota komite audit

Sumber : Data diolah

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan pada tahun observasi 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 sejumlah 41 perusahaan. Pemilihan dan pengumpulan perusahaan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan purposive sampling. Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap analisis. Pemilihan dan pengumpulan sampel dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2009-2013.

(46)

3. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan selama

periode penelitian 2009 - 2013 dan data lengkap yang digunakan sebagai

variabel dalam penelitian.

4. Perusahaan perbankan yang menampilkan profil KAP secara lengkap.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka peneliti memperoleh sampel 25 perusahaan perbankan yang menjadi sampel penelitian adalah 125 unit yaitu (25 perusahaan x 5 tahun). Alasan peneliti memilih perusahaan perbankan adalah karena perusahaan perbankan belum banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya.

[image:46.595.145.483.436.756.2]

Berikut tabel daftar sampel perusahaan perbankan yang ditunjukkan dalam tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Daftar sampel Perusahaan Perbankan

No Nama Perusahaan Tgl Listing

1. Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 08-08-03

2. Bank ICB Bumi Putra Tbk 15-07-02

3. Bank Capital Indonesia Tbk 08-10-07

4 Bank Ekonomi Raharja Tbk 08-01-08

5. Bank Central Asia Tbk 31-05-00

6. Bank Bukopin Tbk 10-07-06

7. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25-11-96

8. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10-01-01

9. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10-11-03

10. Bank Danamon Indonesia Tbk 06-12-89

11. Bank Pundi Indonesia Tbk 13-07-01

(47)

13. Bank Bumi Arta Tbk 31-12-99

14. Bank CIMB Niaga Tbk 21-11-89

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1.
Tabel 3.2.
Tabel 4.2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lain yang mempengaruhi audit delay yaitu kualitas

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan Ke Publik: Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit pada Perusahaan –

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit report lag seperti penerapan wajib IFRS, jenis industri, rugi, anak perusahaan, ukuran

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan klien, ukuran KAP, audit tenure, auditor switching, terhadap kualitas audit yang diproksikan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan klien, ukuran KAP, audit tenure, auditor switching, terhadap kualitas audit yang diproksikan dengan

Pratiwi (2013) meneliti tentang Pengaruh Audit Tenure, Reputasi Kap, Disclosure, Ukuran Perusahaan Klien, dan Opini Audit Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi

Selain audit tenure , faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit adalah. ukuran dari KAP dan spesialisasi

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, AUDIT TENURE, SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, UKURAN PERUSAHAAN DAN KUALITAS AUDIT