• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5.1 Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah:

Ho : b1 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Ho diterima jika F hitung < F tabel pada α = 5% Ho ditolak jika F hitung > F tabel pada α = 5%

Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut:

df (Pembilang) = k – 1 df (Penyebut) = n – k

Keterangan:

n = jumlah sampel penelitian k = jumlah variabel bebas dan terikat

Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel (n) 70 dan jumlah keseluruhan variabel (k) adalah 3, sehingga diperoleh:

1. df (pembilang) = 3 – 1 = 2 2. df (penyebut) = 70 – 3 = 67

Nilai Fhitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS, kemudian akan dibandingkan dengan Ftabelpada tingkat α = 5%.

Tabel 4.13

Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 287.707 2 143.853 13.429 .000a

Residual 717.736 67 10.712

Total 1005.443 69

a. Predictors: (Constant), MOTIVASI, KOMUNIKASI b. Dependent Variable: KINERJA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa hasil perolehan Fhitung pada kolom F yakni sebesar 13,429 dengan tingkat signifikansi = 0.000, lebih besar dari nilai Ftabel yakni 3,134, dengan tingkat kesalahan α = 5%, atau dengan kata lain Fhitung> Ftabel (13,429>3,134).

Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis jika Fhitung> Ftabel dan tingkat signifikansinya (0.000< 0.05), menunjukkan bahwa variabel bebas (komunikasi, dan motivasi) secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat (kinerja karyawan).

4.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah:

Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dansignifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengambilan keputusan adalah: Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5% Ho ditolak jika t hitung > t tabel pada α = 5% Hasil pengujian adalah:

Tingkat kesalahan (α) = 5% dan derajat kebebasan (df) = (n-k) n = jumlah sampel, n = 70

k = jumlah variabel yang digunakan, k = 3

Derajat kebebasan / degree of freedom (df) =(n-k) = 70 -3 = 67

Uji-t yang dilakukan adalah uji satu arah, maka ttabel yang digunakan adalah t0,05 (67) = 1,668

Tabel 4.14

Hasil Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.163 7.183 1.415 .162

KOMUNIKASI .298 .097 .318 3.084 .003

MOTIVASI .291 .068 .440 4.265 .000

a. Dependent Variable: KINERJA

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah) Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa: 1. Variabel Komunikasi (X1)

Nilai thitung variabel komunikasi adalah 3,084 dan nilai ttabel 1,668 maka thitung> ttabel (3,084> 1,668) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi berpengaruh positif dan signifikan (0,003< 0,05) secara parsial terhadap kinerja karyawan. Artinya, jika variabel komunikasi meningkat, maka kinerja karyawan akan meningkat.

2. Variabel Motivasi (X2)

Nilai thitung variabel motivasi adalah 4,265dan nilai ttabel 1,668 maka thitung> ttabel

(4,265> 1,668) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan (0,000< 0,05) secara parsial terhadap kinerja karyawan. Artinya, jika variabel motivasimeningkat, maka kinerja karyawan akan menigkat.

Pengujian koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu (0 ≤ R² ≥ 1). Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya.

Tabel 4.15

Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2)

Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .535a .286 .265 3.27299

a. Predictors: (Constant), MOTIVASI, KOMUNIKASI

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa:

1. R = 0,535 berarti hubungan antara variabel komunikasi (X1), dan motivasi (X2) terhadap kinerja karyawan (Y)adalah sebesar 53,5%. Artinya hubungannya kuat.

2. Nilai R Square sebesar 0,286(28,6%), variabel kinerja karyawan (Y) dapat dijelaskan oleh variabel komunikasi (X1), dan motivasi (X2). Sedangkan sisanya 71,4% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

3. Standard Error of Estimated (Standar Deviasi) artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar3,27299. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang variabel Komunikasi dan variabel Kinerja Karyawan yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang variabel Komunikasi untuk keseluruhan item/butir pernyataan secara umum didominasi oleh jawaban Setuju (S). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel Komunikasi secara umum telah mampu mendorong karyawan untuk berusaha memberikan kinerja yang optimal bagi perusahaan, namun masih terdapat jawaban Kurang Setuju (KS) untuk beberapa pernyataan namun jumlahnya relatif kecil. Dengan adanya komunikasi yang efektif, karyawan akan mudah untuk melaksanakan tugasnya masing – masing sesuai arahan pimpinan dan bisa bekerjasama dengan baik antar karyawan dan akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan.

Hal ini sejalan dengan teori dari Effendy (2011:9) mengatakan bahwa komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan, dengan kata lain mengerti bahasanya belum tentu menimbulkan kesamaan makna, maka jika komunikasi antar atasan dan bawahan, atau antara perusahaan dan karyawan tidak berjalan baik maka akan menimbul rendahnya kesadaran kerja para karyawan di perusahaan.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nugroho (2011) bahwa komunikasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan pada PT. Kresnatel Indonesia. Dari hasil teori dan penelitian terdahulu terlihat jelas bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kinerja, semakin baik komunikasi yang terjadi diperusahaan maka semakin tinggi pula kinerja karyawan di perusahaan tersebut.

4.6.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang variabel motivasi dan variabel Kinerja Karyawan yang telah diuraikan sebelumnya, terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang variabel motivasi untuk keseluruhan item/butir pernyataan secara umum didominasi oleh jawaban Setuju (S). Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel motivasi secara umum telah mampu mendorong karyawan untuk berusaha memberikan kinerja yang optimal bagi perusahaan, namun masih terdapat jawaban Kurang Setuju (KS) untuk beberapa pernyataan namun jumlahnya relatif kecil. Motivasi yang kuat dari perusahaan akan membuat kinerja karyawan meningkat, dalam hal ini perusahaan harus mengetahui apa saja hal yang bisa meningkatkan motivasi karyawan sehingga bisa membuat karyawan lebih giat dan fokus dalam bekerja .

Hal ini sesuai dengan pendapat Samsudin (2010:281) yang menyatakan bahwa, motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau sekelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang ditetapkan. Dan juga sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andayani (2012) bahwa motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan

pada PT. Jasa Marga. Motivasi akan meningkatkan kinerja karyawan , dengan adanya motivasi yang baik yang diberikan pimpinan kepada karyawan akan membuat karyawan lebih semangat bekerja dalam memenuhi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan.

4.6.3.Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan

Di tinjau dari koefisien determinasi bahwa masing masing variabel bebas yaitu Komunikasi dan Motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja di asuransi Bumi Putera Cabang Binjai, hal ini bisa dilihat dari Nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel, yaitu 13,429> 3,134 dan juga dilihat taraf signifikannya dimana sig 0,000 lebih kecil dari 0,05.

Halini sejalan dengan teori teori yang telah dijelaskan sebelumnyaPurwanto (2006:235) mengatakan bahwa komunikasi penting bagi organisasi karena komunikasi merupakan alat utama bagi organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktifitas manajemen demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Selain ituEffendy (2011:9) mengatakan bahwa komunikasi akan terjadi dan berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna, dengan kata lain mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Motivasi juga berpengaruh terhadap peningkatan kinerja karyawan. Hal ini sejalan dengan teori yang dijelaskan oleh Fahmi (2014:107) menyatakan bahwa salah satu faktor yang juga mempengaruhi kinerja adalah motivasi, motivasi adalah aktivitas prilaku yang

bekerja dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan. Oleh karena itu komunikasi yang baik dengan dorongan motivasi dari pimpinan terhadap bawahan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan dengan komunikasi serta penyampaian informasi yang sebaik mungkin di barengi dengan motivasi-motivasi yang dapat menjanjikan kelayakan pekerjaan para karyawan, karyawan dengan sendirinya akan berusaha untuk memperbaiki kinerja dan kerjanya didalam sebuah perusahaan.

BAB V

Dokumen terkait