• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

D. Pembahasan Hasil Analisis

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil anava dua jalan dengan sel tak sama untuk aspek kognitif diketahui bahwa H0 ditolak karena Fhitung = 14,94 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Asam, Basa, dan Garam. Dari jumlah rerata dimana rerata baris A1 = 46,2 > rerata baris A2 = 38,1 menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing menghasilkan prestasi belajar kognitif siswa yang lebih baik daripada metode direct instruction pada materi Asam, Basa, dan Garam.

Prestasi kognitif siswa yang diajar dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada metode direct instruction. Hal ini disebabkan materi Asam, Basa, dan Garam merupakan materi yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dalam proses pembelajarannya diperlukan keterlibatan siswa secara aktif dan membawa lingkungan nyata ke dalamnya.

commit to user

Sehingga konsep yang didapat siswa akan bertahan lama dan memberikan kesan yang mendalam bagi siswa terhadap materi yang dipelajari. Pada metode inkuiri terbimbing, siswa diberi suatu pertanyaan yang bersifat menggiring siswa untuk menemukan suatu konsep. Dalam penelitian ini pertanyaan dibuat untuk menggiring siswa menemukan konsep asam, basa, dan garam, yaitu tentang sifat asam, basa, dan garam. Pertanyaan di sini bersifat mengarahkan untuk ditemukan oleh siswa, tanpa penjelasan langsung dari guru. Penemuan konsep salah satunya dapat dilakukan dengan eksperimen di laboratorium. Dengan pengalaman belajar siswa yang menemukan sendiri suatu konsep maka konsep tersebut akan lebih dapat dipahami oleh siswa dan selalu diingat siswa. Selain itu dapat lebih merangsang keingintahuan siswa dalam penemuan suatu konsep. Hal ini juga

diperkuat oleh Joyce, et.al,. (2000: 161) yang menyatakan bahwa metode

mengajar inkuiri merupakan salah satu metode kognitif yang diunggulkan untuk pembelajaran sains di sekolah.

Sedangkan metode pembelajaran direct instruction adalah metode

pembelajaran yang memberikan panduan secara bertahap dan berstruktur serta memberikan kemudahan bagi siswa yang tingkat berpikirnya masih rendah, seperti siswa SMP, secara perlahan dan bertahap diarahkan untuk mengembangkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Tetapi pada proses pembelajarannya guru selalu memberikan bimbingan pada setiap langkah proses pembelajaran. Konsep dari materi yang disampaikan sebagian besar cenderung berasal dari guru, tidak ditemukan oleh siswa sendiri. Sehingga materi tersebut

kurang dapat diingat oleh siswa. Pada pembelajaran dengan direct instruction,

siswa cenderung selalu diarahkan oleh guru dan dalam penelitian ini pada kelas direct instruction juga diberikan suatu pertanyaan tetapi pertanyaan di sini hanya bersifat sebagai motivasi awal dalam kegiatan pembelajaran tanpa mengarahkan siswa untuk menemukan. Misalnya di dalam pertanyaan tersebut guru sudah menjelaskan tentang contoh dari asam, basa, dan garam. Untuk itu tidak ada rasa keingintahuan dari siswa untuk mencari konsep sendiri dan ini membuat siswa

kurang tertarik. Dalam penelitian ini dengan direct instruction juga ada

commit to user

menemukan suatu konsep tetapi lebih bersifat pada pembuktian terhadap konsep yang telah diberikan oleh guru. Sehingga siswa tidak menemukan sendiri konsep tersebut dan keikutsertaan guru dalam pembelajaran lebih banyak.

Berdasarkan teori belajar kognitif, yang beranggapan bahwa belajar merupakan suatu pengolahan informasi. Belajar merupakan proses yang terjadi antara pengalaman yang diterima dengan penyesuaian struktur kognitif yang sudah terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Berdasarkan pandangan tersebut, maka belajar akan berlangsung pada diri seseorang apabila dia dihadapka pada suatu

masalah tertentu. Untuk dapat memecahkan, maka seseorang perlu

mengkonstruksi pengetahuannya berdasarkan pengalaman. Dia akan dapat memecahkan masalahnya dengan baik apabila ia memperoleh pengalaman sendiri tentang permasalahan yang dihadapi dan mempunyai kesempatan untuk berlatih memecahkan masalah itu sesuai dengan kemampuan dirinya. Untuk itu, metode inkuiri terbimbing memberikan prestasi yang lebih baik karena dengan penemuan konsep secara mandiri, memberi kesempatan siswa untuk memperoleh pengalaman sendiri dalam memecahkan masalah.

Dalam proses pembelajaran, ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran, salah satunya adalah karakteristik siswa. Karakteristik siswa kelas VII SMP Negeri 1 Jaten cenderung sudah cukup aktif dan senang apabila dilibatkan dalam proses pembelajaran, walaupun masih diperlukan adanya bimbingan dari guru. Bimbingan ini masih perlu diberikan untuk siswa SMP karena menurut Piaget dalam teori belajarnya menyebutkan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu proses perkembangan syaraf, dimana daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Siswa SMP merupakan individu dalam tahap operasional konkret yang merupakan permulaan berpikir rasional, sehingga masih dalam transisi dari tingkat berpikir konkret ke berpikir abstrak. Untuk itu metode inkuiri terbimbing memberikan prestasi belajar yang lebih baik karena dapat mendukung keaktifan siswa dan mendorong kemandirian siswa.

commit to user

Hasil anava dari aspek afektif juga menunjukkan bahwa H0 ditolak

karena Fhitung = 6,34 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti penggunaan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction memberikan perbedaan

pengaruh terhadap prestasi belajar afektif siswa pada materi Asam, Basa, dan Garam. Dari jumlah rerata dimana rerata baris A1 = 203,8 > rerata baris A2 = 195,9 menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing

menghasilkan prestasi belajar afektif siswa yang lebih baik daripada metode direct

instruction pada materi Asam, Basa, dan Garam.

Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku yang merupakan sifat-sifat dari individu seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Seorang siswa akan sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini pelajaran kimia Asam, Basa, dan Garam. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang untuk mencapai keberhasilan untuk mencapai hasil pembelajaran pada aspek lainnya yaitu aspek kognitif dan psikomotor. Metode inkuiri terbimbing dapat menghasilkan prestasi belajar afektif yang lebih baik karena siswa dituntut untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa merasa terlibat serta ikut andil dalam proses pembelajaran dan hal ini akan mengembangkan aspek afektif dalam diri siswa. Dalam metode inkuiri terbimbing yang lebih menekankan pada penemuan konsep, mendorong minat siswa untuk mengetahui konsep yang dipelajari, sehingga aspek afektif dalam inkuiri terbimbing lebih besar. Dari hasil observasi yang dilakukan juga terlihat bahwa siswa pada kelas inkuiri terbimbing mempunyai minat yang lebih besar terhadap proses pembelajaran karena mereka dituntut untuk menemukan sendiri suatu konsep.

Hasil anava dari aspek psikomotor juga menunjukkan bahwa H0 ditolak

karena Fhitung = 5,03 > Ftabel = 4,00. Hal ini berarti penggunaan metode

pembelajaran inkuiri terbimbing dan direct instruction memberikan perbedaan

pengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor siswa pada materi Asam, Basa, dan Garam. Dari jumlah rerata dimana rerata baris A1 = 46,2 > rerata baris A2 = 44,3 menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran inkuiri terbimbing

commit to user

menghasilkan prestasi belajar psikomotor siswa yang lebih baik daripada metode

direct instruction pada materi Asam, Basa, dan Garam. Hal ini disebabkan pada inkuiri terbimbing siswa dituntut aktif untuk menemukan suatu konsep sedangkan

dalam direct instruction karena siswa selalu mendapatkan bimbingan dari guru

sehingga dalam melakukan unjuk kerja kurang mandiri dan kurang memiliki inisiatif sendiri.

Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing mengajarkan siswa untuk menemukan konsep sendiri dari materi yang dipelajari dengan sedikit bimbingan dari guru sehingga akan lebih diingat siswa. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor pada materi Asam, Basa, dan Garam dengan

metode inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada metode direct instruction.

Dokumen terkait