• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Hipotesis

Terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019, dan 2020.

Penggunaan Media Sosial Insomnia

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN 3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional untuk menilai hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2021 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi penelitian

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa / mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019 dan 2020.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

n=

e = Batas toleransi kesalahan (Margin of error).

Hasil perhitungan di atas menunjukkan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 88,3 digenapkan menjadi 90 sampel. Stratified Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel pada populasi yang heterogoen dan berstrata dengan mengambil sampel dari masing-masing strata. Maka jumlah anggota sampel bertingkat (strata) dibagi berdasarkan stambuk dengan menggunakan rumus alokasi proporsional :

ni = Ni N .n Keterangan:

ni = jumlah anggota sampel menurut strata.

n = jumlah anggota sampel seluruhnya.

Ni = jumlah anggota populasi menurut strata.

N = jumlah anggota populasi seluruhnya.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, yaitu:

a) Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran USU.

2. Mahasiswa yang memiliki media sosial.

b) Kriteria Eksklusi

1. Mahasiswa yang tidak lengkap mengisi kuesioner.

3.4 METODE PENELITIAN 3.4.1 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian dengan mengisi kuisioner yang diberikan.

Data insomnia diperoleh dari kuesioner KSPBJ IRS (Insomnia Rating Scale).

Data diperoleh dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dengan menggunakan Rating Scale, yang terdiri dari 8 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan skor 0 – 5 sesuai dengan jenis pertanyaan.

Interpretasi skor : Skor ≥ 10 : Insomnia Skor < 10 : Tidak Insomnia

Data Intensitas Penggunaan Media Sosial diperoleh menggunakan kuesioner yang diadopsi dari skripsi Nurhalija Ulfiana, 2018 yang berjudul “Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan”. Data diperoleh dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dengan menggunakan skala Rating Scale, yang terdiri dari 15 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan 4 alternatif jawaban, yaitu sering sekali nilainya 3, sering nilainya 2, jarang nilainya 1 dan tidak nilainya 0.

Interpretasi skor :

Skor < 15 : Tidak aktif menggunakan media sosial Skor ≥ 15 : Aktif menggunakan media sosial

3.4.2 Pengumpulan data

Setelah mendapatkan sampel maka selanjutnya memberikan lembar inform consent secara online (Google Form) yang dapat diisi oleh objek penelitian sebagai pertanda bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah bersedia untuk menjadi calon sampel penelitian. Objek penelitian yang telah bersedia menjadi calon sampel penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi akan diikutsertakan dalam penelitian dengan pengisian kuisioner. Setelah mendapatkan seluruh sampel yang diperlukan maka sampel akan terlebih dahulu mengisi lembar persetujuan secara online melalui google form untuk mengikuti penelitian.

Setelah itu responden mengisi kuisioner yang tersedia. Setelah seluruh kuisioner telah diisi secara lengkap oleh sampel penelitian , seluruh data yang ada dapat direkapitulasi dan diolah serta dianalisis dengan bantuan program komputer.

Adapun tahapan pengolahan datanya meliputi beberapa tahapan (Notoatmojo,2012), yaitu :

1. Editing, yaitu data diperiksa atau dicek isian kuisioner. Jika tidak lengkap meminta responden untuk melakukan pengisian kembali

2. Coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

3. Data Entry, yakni memasukkan data yang telah diskor kedalam program SPSS 4. Cleaning, mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak sehingga terhindar dari kesalahan pengolahan data.

3.4.3 Metode Analisis Data a) Analisis Univariat

Analisis data ini di lakukan untuk mendeskripsikan atau mendapat gambaran setiap variabel yang akan diukur.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan untuk menilai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan melalui uji stastistik chi square yang akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat bermakna sebesar 0,05. Penelitian antara dua varibel dikatakan bermakna jika

mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti H1 diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti H1 ditolak.

3.4.4 Definisi Oprasional dan menciptakan isi meliputi Youtube, Whatsapp, Facebook ,

Insomnia Keadaan tidak dapat tidur karena gangguan jiwa

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan September 2021. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019 dan 2020 dengan jumlah responden sebanyak 90 orang. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer menggunakan alat bantu penelitian berupa kuesioner yang diisi secara online melalui google form.

4.2 KARATERISTIK RESPONDEN

Berikut ini diuraikan distribusi frekuensi data kategorik yang peneliti dapatkan selama pengambilan data.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel.

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin banyak berdasarkan kelompok jenis kelamin adalah kelompok responden berjenis

kelamin perempuan sebanyak 64 orang (71.1%) dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 26 orang (28.9%).

Distribusi kelompok berdasarkan usia adalah kelompok responden dengan usia 17 sebanyak 1 orang (1,1%), usia 18 tahun sebanyak 13 orang (14,4%), usia 19 tahun sebanyak 25 orang (27,8%), usia 20 tahun sebanyak 30 orang (33,3%), usia 21 tahun sebanyak 20 orang (22,2%), usia 22 tahun sebanyak 1 orang (1,1%).

Distribusi kelompok berdasarkan angkatan adalah kelompok responden dengan angktan 2018 sebanyak 30 orang (33,3%), angkatan 2019 sebanyak 30 orang (33,3%), angkatan 2020 sebanyak 30 orang (33,3%).

Berikut ini diuraikan distribusi frekuensi media sosial yang digunakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019 dan 2020 :

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi media sosial.

Karateristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Media Sosial

Untuk mencari informasi umum 83 92.2

Untuk keperluan belajar dan mengerjakan tugas kuliah

79 87.8

Untuk mencari hiburan 86 95.6

Kelebihan media sosial

Cepat mendapatkan informasi 85 94.4

Menambah ilmu pengetahuan 81 90.0

Mendapatkan banyak teman dari mana saja 63 70.0

Sejak Kapan Penggunaan Media Sosial

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebanyak 78 orang (86,7%) terdapat 83 orang (92,2%) menggunakan media sosial untuk mencari informasi umum, dari 90 responden terdapat 79 orang (87,8%) menggunakan media sosial untuk keperluan belajar dan mengerjakan tugas kuliah, dan dari 90 mahasiswa sebanyak 86 orang (95,5%) diantaranya menggunakan media sosial sebagai media untuk mencari hiburan.

Kelebihan media sosial menurut responden dapat dilihat juga pada tabel 4.2.

Dari 90 responden sebanyak 85 orang (94.4%) menyatakan kelebihan media sosial yang mereka miliki ialah cepat mendapatkan informasi, sebanyak 81 orang (90.0%) dari 90 responsen menyatakan kelabihan media sosial yang mereka gunakan adalah menambah ilmu pengetahuan dan dari 90 responden terdapat 63 orang (70.0%) menyatakan kelebihan media sosial yang mereka gunakan ialah mendapatkan banyak teman dari mana saja.

Responden pada penelitian ini paling banyak menggunakan media sosial sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama (SMP) yakni sebanyak 44 orang (48,9%), dan sebanyak 36 orang (40.0%) sejak sekolah dasar (SD), dan 10 orang lainnya (11,1%) menggunakan media sosial sejak sekolah menengah atas (SMA).

Pada tabel 4.2 dapat dilihat lama waktu mengakses media sosial pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sebanyak 19 orang (21,1%) mengakses media sosial kurang dari 3 jam dalam sehari, 40 orang (44,4%) mengakses media sosial 3-6 jam dalam sehari, 20 orang (22,2%) mengakses media sosial 6-12 jam dalam sehari, dan 11 orang (12,2%) mengakses media sosial lebih dari 9 jam dalam satu hari.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi lama waktu tidur responden.

Lama Waktu Tidur Frekuensi (n) Persentase (%)

>6,5 jam 30 33.3

5,5 – 6,5 jam 38 42.2

4,5 – 5,5 jam 20 22.2

<4,5 jam 2 2.2

Pada tabel 4.3, responden yang memiliki waktu tidur >6,5 jam ialah sebanyak 30 orang (33,3%), waktu tidur 5,5 – 6,5 jam ialah sebanyak 38 orang (42,2%), waktu tidur 4,5 – 5,5 jam ialah sebanyak 20 orang (22,2%), dan waktu tidur <4,5 jam ialah sebanyak 2 orang (2,2%).

4.3 DISTRIBUSI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penggunaan media s osial.

Media Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)

Aktif 71 78.9

Tidak aktif 19 21.1

Total 90 100

Pada tabel 4.4 dapat dilihat dari hasil penelitian didapatkan kelompok responden yang aktif menggunakan media sosial ialah sebanyak 71 orang (78,9%) dan kelompok responden yang tidak aktif menggunakan media sosial ialah sebanyak 19 orang (21,1%).

4.4 DISTRIBUSI KEJADIAN INSOMNIA

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi insomnia.

Insomnia Frekuensi (n) Persentase (%)

Insomnia 40 44.4

Tidak insomnia 50 55.6

Total 90 100

Pada tabel 4.5, dari hasil penelitian kelompok responden dengan insomnia ialah sebanyak 40 orang (44,4%) dan kelompok responden yang tidak insomnia

ialah sebanyak 50 orang (55,6%). Mayoritas responden ialah yang tidak insomnia atau memiliki kualitas tidur yang baik.

4.5 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEJADIAN INSOMNIA

Tabel 4.6 Hubungan penggunaan media sosial dengan insomnia.

Variabel

Kualitas Tidur

Nilai p Insomnia Tidak Insomnia Total

N % N % N % media sosial ialah sebanyak 71 orang dengan yang mengalami insomnia sebanyak 37 orang (52,1%) dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 34 orang (47,9%). Kelompok responden yang tidak aktif menggunakan media sosial ialah sebanyak 19 orang dengan yang mengalami insomnia sebanyak 3 orang (15,8%) dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 16 orang (84,2%). Didapatkan nilai p = 0,005 (<0,05) yang berarti hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.6 PEMBAHASAN

Berdasarkan jenis media sosial, diurutkan dari jumlah yang terbanyak, jenis media sosial yang paling sering digunakan oleh responden ialah platform instagram di urutan pertama (94,4%), kemudian disusul dengan platform whatsapp (92,2%), line (91,1%), youtube (86,7%), twitter (43,3%), pinterest (26,7%), facebook (21,1%), fb messanger (11,1%) dan linkedin (7,8%) pada urutan terakhir. Berdasarkah survei yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara, instagram menjadi media sosial yang paling popular di kalangan mahasiswa. Selain memberi kemudahan bagi para penggunanya untuk berbagi secara online melalui foto-foto maupun video, instagram juga dapat menjadi media untuk sumber informasi dan komunikasi (Maulhayat, 2018).

Mahasiswa paling banyak memilih manfaat media sosial sebagai media hiburan sebanyak 86 mahasiswa (95,5%), karena selain sebagai media informasi dan komunikasi, media sosial dapat mengatasi rasa kebosanan atau hanya sekedar mengisi waktu luang untuk menghibur mahasiswa (Rumyeni, 2017).

Dari hasil penelitian diperoleh data mayoritas kelebihan penggunaan media sosial oleh mahasiswa adalah cepat mendapatkan informasi sebanyak 85 mahasiswa (94,4%) dan menambah ilmu pengetahuan sebanyak 81 mahasiswa (90,0%). Penelitian yang dilakukan pada 17 juta remaja di Amerika yang digelar Pew Interner & American Life Project menyatakan bahwa sebanyak 94% remaja di Amerika melakukan kegiatan online untuk mencari informasi dan bahan untuk menyelesaikan penelitian sekolah di media sosial (Qomariyah, 2009).

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara paling banyak menggunakan media sosial sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama (SMP). Umur yang aman untuk mengakses media sosial ialah umur 13 tahun ke atas. Pada umur 13 tahun seseorang sudah menginjak remaja awal atau sudah masuk ke sekolah menengah pertama (SMP). Walaupun ada media sosial yang tidak memberikan batasan usia, namun sifat media sosial adalah konvergen dan publik, dimana sifat ini memiliki peluang membahayakan anak-anak, terutama pada anak anak yang sudah mengenal media sosial sejak di bangku sekolah dasar (SD) (Triastuti dkk, 2017).

Pada penelitian ini juga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara paling banyak menggunakan media sosial dengan rata rata 3-6 jam dalam satu hari. Penyebab lebih dominannya durasi penggunaan media sosial dalam jangka waktu sedang pada mahasiswa dikarenakan mahasiswa harus menyesuaikan waktu mereka antara durasi penggunaan media sosial dengan aktivitas akademik di kampus, keinginan untuk bersosialisasi dan mengenal

sesama, maupun mengerjakan tugas-tugas kuliah dan aktivitas organisasi (Arini, 2015).

The Graphic, Visualization & Usabilitu Center, The George Institute of Technology menggolongkan pengguna internet ke dalam 3 tahapan berdasarkan intensitas :

1. Heavy Users ( lebih dari 40 jam per bulan) atau sekitar 6 jam per hari.

2. Medium Users ( lebih dari 10-40 jam per bulan ) atau 3-6 jam per hari.

3. Light Users ( lebih dari 10 jam per bulann) atau kurang dari 3 jam per hari.

Apabila responden digolongkan berdasarkan penggolongan tersebut, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara paling banyak termasuk ke medium users yakni sebanyak 40 orang (44,4%), heavy users sebanyak 33 orang (34,4%), dan light users hanya 19 orang (21,1%).

Dalam penelitian ini mahasiswa paling banyak tidur dengan durasi 5,5-6,5 jam dalam satu hari. Padahal orang dewasa dengan usia 18-40 tahun membutuhkan waktu tidur yakni 7-8 jam setiap hari agar memiliki hidup yang lebih sehat (Kemenkes RI). Tetapi menurut data yang telah didapatkan, mahasiswa yang tidur

>6,5 jam dalam satu hari hanya sebanyak 30 orang sedangkan yang tidur <6,5 jam (kurang tidur) ada sebanyak 60 orang. Hal ini jelas bertentangan dengan kualitas 4. Merasa segar ketika terbangun

5. Tidak bermimpi buruk (Nashori dan Subandi, 2010)

Kurang tidur pada mahasiswa dapat disebabkan karena mahasiswa tersebut memiliki gangguan tidur seperti insomnia, mimpi buruk, teror malam, narkolepsi, apnea tidur (King, 2010). Selain itu mahasiswa dapat mengalami kesulitan untuk memulai tidur hingga larut malam dapat disebabkan karena adanya beban tugas yang dapat mahasiswa tetap terjaga hingga larut, bahkan sampai pagi hari karena harus segera menyelesaikan tugas yang diberikan (Sulistiyani, 2012).

Kurangnya tidur pada seseorang dalam sehari dapat menyebabkan problem pada kemampuan kognitif, mood, pekerjaan dan kualtias hidup orang tersebut.

Apabila seseorang mengalami waktu tidur yang tidak cukup (kurang), maka akan memberikan dampak dari kurang tidur tersebut di keesokan harinya. Apabila ditambah dengan orang tersebut dalam enam hari berturut – turut hanya tidur selama enam jam atau kurang, maka hal tersebut dapat mengakibatkan permasalahan fungsi metabolisme dan hormon (National Sleep Foundation, 2010).

Pada frekuensi penggunaan media sosial, dapat dilihat mayoritas responden ialah aktif menggunakan media sosial yaitu sebanyak 71 orang (78,9%) sedangkan mahasiswa yang tidak aktif menggunakan media sosial yaitu sebanyak 19 orang (21,1%), hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan setiap mahasiswa untuk belajar online dan mengharuskan penggunaan internet. Disaat masa pandemi sekarang ini, melakukan hubungan sosial merupakan kebutuhan yang paling mendasar setiap orang. Media sosial menjadi salah satu faktor yang sangat membantu setiap individu dikala kebijakan pemerintah seperti pembatasan sosial berskala besar yang menjadi penghalang setiap manusia untuk melakukan interaksi secara langsung. Selain untuk berkomunikasi dengan orang lain, media sosial menjadi sebuah tempat bertukar informasi antar individu. Pada hasil penelitian dari 50 orang sampel di instagram, sebanyak 80% orang setuju bahwasannya media sosial membantu mereka untuk tetap mendapatkan informasi dan 93% orang setuju bahwa media sosial sebagai media informasi COVID-19 (Rohmah, 2020). Media sosial menjadi ladang sumber ilmu pengetahuan, dimana semua pembelajaran melalui daring, begitu juga dengan tugas dan ujian secara online. Media sosial yang dahulu dianggap sebagai sumber masalah belajar, sekarang menjadi salah satu wadah kebutuhan murid memperoleh ilmu dari guru (Syaharuddin dkk, 2020). Media sosial digunakan juga sebagai wadah hiburan bagi mahasiswa biasanya karena mahasiswa sedang bosan atau menunggu dosen mengajar, mahasiswa mencari hiburan dengan cara menonton youtube atau menonton film atau video yang mereka minati (Apriansyah, 2018).

Pada frekuensi kejadian insomnia, mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ialah tidak insomnia yakni sebanyak 50 orang (55,6%) daripada yang insomnia sebanyak 40 orang (44,4%). Mahasiswa yang tidak mengalami insomnia dapat mengatur waktu tidur dengan membuat perencanaan tidur. Mahasiswa menggunakan waktu seefektif mungkin dengan membiasakan tidur tepat waktu. Minum susu, mengurangi kafein, tidak memunda pekerjaan dan meningkatkan ketenangan merupakan cara mahasiswa untuk dapat terhindar dari insomnia (Rizqiea, 2012).

Pada tabel hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia, didapatkan nilai p = 0,005 (<0,05), maka hipotesis diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa semua mahasiswa memiliki media sosial atau user account dengan lama mengakses media sosial 3 – 6 jam dalam sehari, dimana mayoritas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ialah aktif menggunakan media sosial dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara lebih banyak kurang tidur (<6,5 jam dalam sehari). Tetapi ada juga mahasiswa yang aktif dalam menggunakan media sosial namun tidak mengalami kejadian insomnia, hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut dapat mengatur waktu penggunaan media sosial dan waktu tidur yang cukup sehingga terhindar dari menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia.

Pandemi Covid-19 yang menyerang dunia memberi dampak yang masif di segala sektor. Selain dari dampak langsung Covid-19 terhadap kesehatan dan nyawa manusia, pandemi pun mengubah gaya hidup. Masyarakat yang

sebelumnya melakukan aktivitas secara aktif, namun kini harus menerapkan anjuran untuk #dirumahaja. Oleh karena itu, masyarakat harus membatasi kontak secara langsung dengan banyak orang (social distancing). Akibat dari keterbatasan komunikasi dan interaksi ini, memunculkan banyak fenomena, salah satunya adalah peningkatan penggunaan media sosial. Selama melakukan karantina, tentu saja masyarakat akan jenuh dan media sosial menjadi media hiburan sekaligus media asupan informasi di tengah pandemi. Kebutuhan akan informasi tidak akan pernah berhenti. Di kala pandemi masyarakat memiliki waktu yang lebih banyak untuk di rumah saja, tetapi walaupun begitu kebutuhan masyarakat akan informasi akan tetap terpenuhi oleh karena media sosial yang memiliki kekuatan dalam menyebarluaskan informasi, oleh sebab itu penggunaan media sosial di kala pandemi mengalami peningkatan (Direktorat Jenderal Pajak, 2020). Media sosial juga menjadi media sumber ilmu pengetahuan bagi pelajar, dimana belajar mengajar, tugas dan ujian dilakukan secara online (Syaharuddin dkk, 2020).

Penggunaan media sosial dapat memberikan dampak positif dan negatif karena ketidak mampuan dalam mengontrol penggunaan media sosial sehingga menyebabkan kecanduan bagi para penggunanya. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat membuat penggunanya sampai lupa waktu dalam pembatasan penggunaan media sosial sehinggga akan mengakibatkan terganggunya pengaturan hormon melatonin yang fungsinya mengatur jam tidur sehingga mengakibatkan insomnia (Nisa, 2016).

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilaksanakan pada penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Mayoritas waktu tidur pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ialah 5,5 - 6,5 jam dalam satu hari.

2. Jenis media sosial paling banyak digunakan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ialah instagram, whatsapp, line, youtube. Manfaat media sosial untuk mencari hiburan dan kelebihan media sosial cepat mendapatkan informasi. Dengan rata rata waktu pemakaian media sosial ialah 3 – 6 jam dalam satu hari.

3. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang aktif menggunakan media sosial ialah sebanyak 71 orang (78,9%) sedangkan mahasiswa yang tidak aktif menggunakan media sosial ialah sebanyak 19 orang (21,1%).

4. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang mengalami kejadian insomnia ialah sebanyak 40 orang (44,4%) dan mahasiswa yang tidak mengalami kejadian insomnia ialah sebanyak 50 orang (55,6%).

5. Hasil analisis dari hubungan penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value sebesar 0,005 (p<0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia.

5.2 SARAN

Dari proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Saran tersebut berupa:

1. Bagi Peneliti dan Responden

Berdasarkan hasil penelitian hubungan penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia disarankan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran untuk lebih memperhatikan frekuensi penggunaan media sosial dalam kegiatan sehari hari agar mengurangi dampak buruk dari media sosial dan menghindari kejadian insomnia.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi refrensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini hanya menilai satu variabel yaitu sosial media, saran saya adalah agar pada penelitian selanjutnya dapat menilai lebih banyak variabel (tidak hanya media sosial) yang dapat menilai risiko-risiko lain yang dapat menyebabkan kejadian insomnia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Z., Maifita, Y. & Ameliati, S. 2020, ‘Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa: A Literature Review'.

Jurnal Menara Medika, [Online], accessed April 28th 2021, Available at:

https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menaramedika/index.

Akerstedt, T., Knutsson, A., Westerholm, P.; Theorell, T., Alfredsson, L. &

Kecklund, G. 2002. ‘Sleep disturbances, work stress and work hours: a cross-sectional study’, Journal of Psychosomatic Research. vol. 53, no. 3, pp. 741-748.

Akoso., Budi T. & Galuh H.E. 2009, Bebas Insomnia. Kaninus,Yogyakarta.

Anderson, K. N. 2018, ‘Insomnia and cognitive behavioural therapy—how to assess your patient and why it should be a standard part of care’, Journal of Thoracic Disease, vol. 10, no. 1, pp. S94–S102. doi:

10.21037/jtd.2018.01.35.

Apriansyah & Antoni. D. 2018, ‘Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Media Pembelajaran pada Mahasiswa Pergururan Tinggi di Sumsel’, Jurnal Digital Teknologi Informasi Universitas Muhammadiyah Palembang , vol.

1, no.2.

Barker,V. 2009, ‘Older Adeolescents motivation for social network site use: The influence of gender, group identity, and collective self-esteem.

Cyberpsychology & Behavior, vol. 12, 209-2013.

Bollu, P. C. & Kaur, H. 2018, ‘Sleep Medicine: Insomnia and Sleep’, [Online], American Journal of Psychiatry, vol. 136, pp. 1257–1262.

BPS. Badan Pusat Statistik Indonesia., 2014.

Chang. & Hung. 2012, ‘Problematic Internet Use’, Journal of Child and Adolescent Mental Health. [Online], accessed April 24th 2021, Available at: https://iacapap.org/content/uploads/H.6-INTERNET-ADDICTION-072012.pdf.

Chigome, A. K., Nhira, S. & Meyer, J. C. 2018, ‘An overview of insomnia and its polysomnographic diagnosis. A national cooperative study’,[Online]

Journal of the American Medical Association vol. 247, pp. 997-1003.

Cowen, P., Paull, H. & Tom, B. 2012. ‘Psychiatry 6th edn’, United Kingdom, Oxford University Press. pp. 361-365.

Daviz, R. 2001, ‘A Cognitive-Behavioral model of pathological internet use.

Computer in Human Behavior, vol. 17, no. 2, pp. 187-195.

Direktorat Jenderal Pajak 2020, Penggunaan Media Sosial Melonjak, Momentum Baik Optimalkan Sosialisasi Perpajakan, accessed 6 November 2021, Available at : https://www.pajak.go.id/index.php/id/artikel/penggunaan-

media-sosial-melonjak-momentum-baik-optimalkan-sosialisasi-perpajakan.

Goral, A., Lipsitz, J. D., & Grossa, R. 2010. 'The relationship of chronic pain with

Goral, A., Lipsitz, J. D., & Grossa, R. 2010. 'The relationship of chronic pain with

Dokumen terkait