• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

SKRIPSI

Oleh :

SARAH HAGAINA BR TARIGAN 180100025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Oleh :

SARAH HAGAINA BR TARIGAN 180100025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Haflin Soraya Hutagalung M.ked(Neu), Sp.S(K) selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sedemikian rupa.

3. dr. Cut Aryfa Andra M.ked(Cardio) Sp.Jp FIHA selaku ketua penguji dan dr. Irina Kemala Sp.S(K) selaku anggota penguji, terimakasih atas koreksi dan berbagai kritik yang membangun dalam memperbaiki segala kekurangan penulis.

4. dr. Fitriani Lumongga, M.ked(PA)., Sp.Pa selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa membimbing saya selama masa perkuliahan 7 semester.

5. Seluruh Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia menjadi responden dan telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Repelita Tarigan dan Ibunda tercinta Meriaty Br Bangun yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-

(5)

bosannya mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

7. Abang penulis Amos Primsa Tarigan dan adik penulis Lidya Agitha Br Tarigan, yang selalu menyemangati penulis selama masa pendidikan.

8. Kepada Briyan Locky Antonio Sitepu yang telah memberi doa, perhatian dan semangat sampai saat ini.

9. Sahabat penulis, bestie Ramtry Waldy Berampu, bestie Debyliana Anwar, yang selalu bahu membahu menolong satu sama lain sejak mahasiswa baru sampai dapat lulus bersama.

10. Manusia-manusia kuat Avelyna N Thesalonika Ninggolan, Imelda Melvani Sitompu, dan Mustika Hia terimakasih telah menjadi sahabatku di FK dan selalu memberi semangat di setiap keadaan.

11. Sahabat penulis, Rizky Aulia Nazlita, Jibrael Pintana Sinurat, Rudi Cawir Tuahta, Laston Sitohang, Helena Kemit, Emiya Milala, Ivena Apulina, Daniel Novendri dan Inda Elvira yang selalu menjadi penyemangat.

Mohon maaf penulis sampaikan bilamana keterbatasan penulis yang tidak mampu menyebutkan keseluruhan dari masing-masing pihak yang telah berkontribusi. Untuk seluruh bantuan baik moril maupun material yang diberikan kepada penulis selama ini, peneliti ucapakan terimakasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Demikianlah skripsi ini saya selesaikan. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan agar bisa lebih baik kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kedokteran.

Medan, 5 November 2021 Penulis,

Sarah Hagaina Br Tarigan 180100025

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... ..i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR GAMBAR………....vi

DAFTAR TABEL………...vii

DAFTAR SINGKATAN………viii

ABSTRAK....………ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Peneliti... 5

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan ... 5

1.4.3 Bagi Masyarakat... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Tidur ... 6

2.1.1 Definisi Tidur ... 6

2.1.2 Tujuan Tidur ... 7

2.1.3 Fisiologi tidur ... 7

2.1.4 Siklus Tidur Normal ... 9

2.1.5 Gangguan tidur... 10

2.2 Insomnia ... 11

2.2.1 Definisi ... 11

2.2.2 Klasifikasi ... 11

2.2.3 Faktor Penyebab Insomnia ... 13

2.2.4 Tanda dan Gejala Insomnia ... 16

2.3 Media Sosial ... 17

2.3.1 Definisi ... 17

(7)

2.3.2 Fungsi Media Sosial ... 17

2.3.3 Klasifikasi media sosial ... 18

2.3.4 Dampak Positif dan Negatif Media Sosial... 22

2.4 Hubungan Antara Media Sosial dengan Insomnia ... 23

2.5 Kerangka Teori ... 25

2.6 Kerangka Konsep ... 26

2.7 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN……….27

3.1 Rancangan Penelitian ... 27

3.1.1 Jenis Penelitian... 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 27

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 27

3.2.2 Waktu Penelitian ... 27

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 27

3.3.1 Populasi penelitian ... 27

3.3.2 Sampel Penelitian ... 27

3.4 Metode Penelitian... 29

3.4.1 Jenis Data Penelitian... 29

3.4.2 Pengumpulan data ... 30

3.4.3 Metode Analisis Data ... 30

3.4.4 Definisi Oprasional... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 33

4.1 Hasil Penelitian ……..……… 33

4.2 Karateristik Responden………33

4.3 Distribusi Penggunaan Media Sosial……….………..37

4.4 Distribusi Kejadian Insomnia………..37

4.5 Hubungan Antara Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia ………...38

4.6 Pembahasan………..38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..44

5.1 Kesimpulan…..………...44

5.2 Saran………...45

DAFTAR PUSTAKA ...46

LAMPIRAN……….52

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Jenis media sosial yang paling sering digunakan

oleh warga Indonesia……… 20

2.2 Persentase umur pengguna media sosial terbanyak

di Indonesia……… 21

2.3 Kerangka teori ………. 25

2.4 Kerangka konsep ………. 26

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Definisi operasional 32

4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel 33 4.2 Distribusi frekuensi media sosial 35 4.3 Distribusi frekuensi lama waktu tidur responden 37 4.4 Distribusi Frekuensi Penggunaan Media Sosial 37

4.5 Distribusi Frekuensi Insomnia 37

4.6 Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan 38

Insomnia

(10)

DAFTAR SINGKATAN

APJII : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia BPS : Badan Pusat Statistik

BSR : Bulbar Synchronizing Region

CCHS : Canadian Community Health Survey

DSM : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ICSD-III : International Classification of Sleep Disorders-3rd Edition IRS : Insomnia Rating Scale

KSPBJ : Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta NREM : Non Rapid Eye Movement

RAS : Reticular Activating System REM : Rapid Eye Movement SCN : Supra Chiasmatic Nucleus WFH : Work From Home

(11)

ABSTRAK

Latar belakang. Manusia memerluk an k ebutuhan dasar yang harus terpenuhi untuk menjaga k eseimbangan fisiologis maupun psikologis. Salah satu kebutuhan fisiologis manusia ialah istirahat dan tidur. Kebiasaan sehari-hari dan k ebiasaan sebelum tidur dapat memengaruhi k ualita s tidur manusia. Ak ibat dari k ualitas tidur yang buruk ialah insomnia. Di Indonesia banyak nya k ejadian insomnia berk isar 10% artinya 28 juta orang di Indonesia mengalami insomnia. Salah satu k ebiasaan buruk yang dapat menyebabk an insomnia adalah penggunaan media sosial yang berlebihan. Media sosial merupak an salah satu sumber informasi yang paling dek at dengan masyarakat seiring dengan bertambah pesatnya teknologi dan informasi. Selain k euntungan media sosial sebagai media informasi dan komunikasi, media sosial juga memberi dampak negatif seperti insomnia. Tujuan. Mengetahui hubungan antara pengguaan media sosial dengan k ejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data menggunakan k uesioner yang dibagik an k epada responden. Data yang telah terk umpul ak an dianalisis menggunak an uji statistik chi square. Hasil. Dari 90 responsen, terdapat 71 orang yang ak tif menggunakan media sosial dengan yang mengalami insomnia sebanyak 37 orang dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 34 orang, serta 19 orang lainnya tidak ak tif menggunak an media sosial dengan yang mengalami insomnia sebanyak 3 orang dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 16 orang. Pada uji chi square, terdapat hubungan yang signifik an antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia dengan nilai p= 0,005(p<0,05). Kesimpulan. Terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan k ejadian insomnia pada mahasiswa Fak ultas Kedok teran Universitas Sumatera Utara.

Kata kunci. Media sosial, Insomnia, chi square.

(12)

ABSTRACT

Background. Humans need basic needs that must be met to maintain physiol ogical and psychological balance. One of the human physiological needs is rest and sleep. Daily habits and habits before bed can affect the quality of human sleep. The result of poor sleep quality is insomnia.

In Indeonesia, the incidence of insomnia is aroung 10%, meaning that 28 million people in Indonesia experience insomnia. One of the habits that can cause insomnia is excessive use of social media. Social media is one of the closest sources of information to the community along with the rapid growth of technology and information. In addition to the benefits of social media as a medium of information and communication, social media also has negative impacts such as insomnia. Aim.

Knowing the relationship between the use of social media with the incidence of insomnia instudents of the Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara. Method. This research is an analytic study with a cross sectional study design. Collecting data using a questionnaire distributed to respondents. The data that has been collected will be analysed using the chi square statistical test.

Results. Of the 90 respondents, there are 71 people who are actively using social media with 37 people experiencing insomnia and 34 people no experiencing insomnia, and 19 other people who are not actively using social media with 3 people experiencing insomnia and 16 people not experiencing insomnia. In the chi square test, there is a significant relationship between the use of social media and the incidence of insomnia with p value = 0,005 (p<0,05). Conclusion. There is a relationship between the use of social media with the incidence of insomnia in students of the Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara

Keywords: Social media, insomnia, chi square.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang sangat diperlukan oleh manusia dalam menjaga keseimbangan fisiologis maupun psikologis manusia untuk mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow diantaranya yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Alimul, 2014). Prioritas paling tinggi terdapat pada kebutuhan fisiologis manusia yang harus terpenuhi untuk bertahan hidup (Kasiatai dkk, 2016). Kebutuhan fisiologis manusia diantaranya ialah kebutuhan oksigen, cairan dan elektrolit, nutrisi, eliminasi, pengaturan suhu tubuh, seksual, istirahat dan tidur (Widia dkk, 2021).

Tidur merupakan salah satu cara memberi waktu istirahat bagi organ dalam tubuh untuk menciptakan metabolisme menjadi lebih baik (Mona, 2019). Saat manusia tidur juga terjadi proses perbaikan, proses ini berguna untuk memulihkan keadaan tubuh manusia pada keadaan awal, sehingga tubuh yang menghadapi kelelahan kembali menjadi segar. Salah satu akibat dari kualitas tidur yang buruk ialah terhambatnya proses perbaikan yang dapat mengakibatkan organ tubuh yang tidak bisa bekerja secara maksimal, dan dapat mengakibatkan cepat lelah dan juga mengalami penurunan konsentrasi pada manusia yang kurang tidur. Kondisi tidur dapat memasuki suatu keadaan istirahat priodik dan pada saat keadaan istirahat priodik tersebut kesadaran terhadap alam akan menjadi terhenti, sehingga tubuh manusia dapat beristirahat. Otak mempunyai sejumlah fungsi, bentuk dan pusat- pusat tidur yang dapat mengatur siklus tidur dan terjaga manusia, dan pada saat yang sama tubuh akan menghasilkan unsur dimana saat unsur tersebut dilepaskan ke dalam aliran darah akan membuat mengantuk. Proses tersebut yang apabila

(14)

diubah oleh stres, gangguan dan sakit fisik, kecemasan dapat mengakibatkan insomnia (Ulumuddin, 2011).

Insomnia merupakan gangguan tidur paling umum, didefinisikan sebagai kesulitan tidur, kesulitan menjaga pola tidur, atau memiliki kualitas tidur yang buruk meskipun memiliki kesempatan yang cukup untuk tidur (Walia & Mehra, 2016). Insomnia dapat menyerang siapa saja mulai dari anak-anak, orang dewasa begitu juga orang tua. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa melaporkan masalah tidur dan 6-10 % melaporkan gejala yang memenuhi kriteria diagnostik insomnia (Chigome dkk, 2018). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa kurang lebih 30 % orang dewasa di Amerika Serikat tidur hanya 6 jam (Anderson, 2017).

Di Indonesia, banyaknya kejadian insomnia berkisar 10 %, yang artinya 28 juta orang dari jumlah 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia sedangkan menurut Nurmiati Amir, seorang dokter spesialis kejiwaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangkusumo, 10 % dari total penduduk Indonesia atau sekitar 28 juta orang memiliki gangguan insomnia, dan dari jumlah angka kejadian insomnia 10-15 % merupakan gejala insomnia kronis (BPS, 2014).

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang begitu pesat membawa banyak perubahan di berbagai bidang tak terkecuali internet, yang dimana saat ini mengharuskan agar informasi disampaikan serba cepat, tanpa mengenal jarak dan waktu (Teguh, 2017). Seiring dengan bertambah pesatnya teknologi informasi dan meningkatnya jumlah pengguna internet, media sosial telah beralih sebagai salah satu sumber informasi yang paling dekat dengan masyarakat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah masyarakat yang menggunakan internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau sebesar 54,68% dari total 262 juta jiwa di Indonesia. Jumlah ini meningkat 10,5 juta atau berkisar 7.9% dari 2016 (132.7 juta). Survei APJII juga menyatakan bahwa media sosial merupakan layanan yang paling banyak diakses menggunakan internet kedua (87,13%) setelah layanan pesan singkat (89,35%) (Kominfo, 2018).

(15)

Di Indonesia, facebook, instagram, dan twitter, menjadi media sosial yang paling populer digunakan oleh semua masyarakat di Indonesia untuk berkomunikasi. Dilihat dari hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, pengguna internet di Indonesia telah mencapai 132,7 juta orang, dan facebook menjadi konten media sosial yang paling sering dikunjungi, yakni sebesar 54%, disusul instagram, youtube, dan twitter (Umar, 2018). Pengguna facebook di Indonesia menduduki peringkat ke-empat terbesar setelah Amerika Serikat, Brasil, dan India. Sementara pengguna Twitter di Indonesia berada pada urutan ke lima setelah Amerika Serikat, Brasil, India, dan Jepang (Restuti, 2016). Dan pada survei yang dilakukan oleh We Are Social tahun 2020, media sosial yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia adalah Youtube, Whatsapp, Facebook, Instagram, dan Twitter (We Are Social, 2020).

Keuntungan dari penggunaan media sosial yaitu tempat mencari informasi yang bermanfaat, media komunikasi yang mudah, memperluas jaringan pertemanan, tempat berbagi foto, informasi, tempat promosi yang baik dan murah.

Disamping dampak positif, media sosial juga memiliki dampak negatif seperti kecanduan internet, media sosial mengganggu kegiatan belajar remaja, merusak kemampuan interaksi sosial, timbulnya sikap hedonisme dan konsumtif dan juga dapat menyebabkan insomnia (Chang & Hung, 2012).

Salah satu penelitian yang membuktikan bahwasannya penggunaan media sosial berhubungan dengan kejadian insomnia pada mahasiswa adalah penelitian yang dilakukan oleh Zamril Ahmad dkk (2020) yang berjudul Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa: A Literature Review. Dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Zamril Ahmad dkk tersebut menyimpulkan bahwa, semakin lama seseorang mengakses media sosial maka waktu tidur seseorang juga akan mengalami gangguan sehingga akan mengakibatkan terjadinya insomnia. Penggunaan media sosial setiap hari serta kebiasaan membawa ponsel atau gadget ketempat tidur dan semakin lama penggunaan media sosial melalui gadget tersebut maka akan semakin

(16)

mengganggu pengaturan dari hormon melatonin sehingga dapat menyebabkan insomnia bagi penggunanya.

Selain penelitian yang disebutkan di atas, penelitian lain yang membuktikan bahwa terdapatnya hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia ialah penelitian yang dilakukan oleh Nurhalija Ulfiana (2018), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN ALAUDDIN Makassar, yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Antara Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah terdapat Hubungan Antara Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara?”

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan dampak penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis hubungan antara penggunaan media sosial dengan insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Mendeskripsikan lama waktu penggunaan media sosial pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(17)

3. Mengetahui karakteristik penggunaan internet (media sosial) pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Mengetahui persentase yang mengalami insomnia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan dampak penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia.

2. Sebagai peningkatan kemampuan menulis Karya Tulis Ilmiah, meningkatkan daya analisis peneliti.

3. Sebagai bahan dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Merupakan sarana proses pendidikan, khususnya dalam hal melakukan penelitian dan meningkatkan pengetahuan bidang neurologi.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan pengetahuan tentang hubungan penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia, yang dapat meningkatkan kewaspadaan subjek penelitian terhadap lama penggunaan media sosial sehingga dapat terhindar dari insomnia.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TIDUR

2.1.1 Definisi Tidur

Tidur merupakan salah satu proses aktif, tidak hanya sekedar hilangnya keadaan terjaga. Selama tidur, keseluruhan tingkat aktivitas otak tidak berkurang.

Saat proses tertentu, penyerapan oksigen oleh otak pun meningkat lebih dari tingkat normat saat terjaga (Sherwood, 2011).

Menurut Potter dan Perry (2005), tidur merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam menjaga kualitas hidup seseorang. Tidur merupakan suatu proses fisiologis dimana seseorang beristirahat, dan terjadi proses penurunan respon tubuh terhadap rangsangan dari luar. Pada saat tidur, terjadi perubahan fisiologis seperti temperatur, sekresi hormon, tonus otot, ritme pernafasan dan tekanan darah. Kualitas hidup yang baik sangat didukung oleh kualitas tidur yang baik juga. Kualitas tidur dapat dilihat sebagai ukuran dalam memantau kemudahan seseorang tertidur nyenyak, berapa lama dan seberapa dalam kualitas tidur seseorang. Kualitas tidur dapat diumpamakan dengan lamanya waktu tidur, dan masalah-masalah yang dirasakan saat tidur ataupun setelah bangun tidur.

Tidur juga memiliki kebutuhan waktu yang harus dipenuhi (kuantitas tidur), selain itu juga kedalaman seseorang dalam tidurnya (kualitas tidur). Adapun beberapa aspek yang menjadi pengaruh kuantitas dan kualitas tidur ialah, faktor fisiologis, psikologis, lingkungan dan gaya hidup. Dari faktor fisiologis berakibat pada turunnya aktivitas sehari - hari, perasaan lemas, lelah, daya tahan tubuh yang berkurang, dan tidak stabilnya tanda - tanda vital, namun dari faktor psikologis mengakibatkan terjadinya depresi, cemas, dan sulit untuk berkonsentrasi.

(19)

2.1.2 Tujuan Tidur

Menurut Sherwood (2011), walaupun manusia menghabiskan sekitar sepertiga dari kehidupan mereka untuk tidur, namun mengapa dibutuhkannya tidur masih merupakann misteri. Tidur tidak disertai oleh penurunan aktivitas saraf (yaitu sel sel otak tidak “beristirahat”), seperti dahulu diduga, tetapi disertai oleh perubahan mencolok dalam aktivitas. Walaupun masih spekulatif, penelitian terakhir menunjukkan bahwa tidur gelombang lambat dan tidur REM memiliki fungsi yang berbeda. Salah satu asumsi yang diterima luas adalah bahwa tidur memberi otak kesempatan untuk “mengejar” dan memulihkan proses-proses biokimia atau fisiologis yang secara progresif mengalami penurunan ketika terjaga.

Hipotesis “restorasis serta pemulihan” lain yang menyatakan bahwa tidur gelombang lambat dapat memberti otak waktu untuk memulihkan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas toksik yang didapatkan sebagai produk sampingan metabolisme selama keadaan tubuh sedang terjaga. Organ-organ lain dapat mengubah sel-sel yang rusak oleh radikal bebas namun hal ini tidak dapat dilakukan oleh otak yang nonregeneratif.

Sintesis lain yang menonjol ialah bahwa tidur, terutama tidur kontras diharapkan bagi otak guna berganti persneling, guna melakukan penyesuaian- penyesuaian kimiawi serta struktural jangka panjang yang dibutuhkan untuk belajar serta mengingat, terutama konsolidasi ingatan prosedural.

2.1.3 Fisiologi tidur

Terdapat 2 sistem di batang otak yang mengatur dan mengontrol kegiatan tidur, yakni Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di permukaan batang otak diyakini memiliki sel-sel spesifik yang dapat mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, dan emosi serta proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin di waktu sadar, sedangkan BSR mengeluarkan serotonin

(20)

yang membuat rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan tidur. Syarat terbangun seseorang tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di sentra otak serta sistem limbik (Guyton, 2011).

Proses tidur diatur oleh irama sirkandian yang terletak di Supra Chiasmatic Nucleus (SCN) di bagian hipotalamus anterior. Jam biologis tidur diatur oleh irama sirkandian, tubuh menaikkan melatonin sebagai akibatnya, kadar melatonin di dalam darah terus tinggi yang mengakibatkan seseorang tidur. Proses tersebut dipengaruhi dengan adanya cahaya. Sekresi melatonin semakin tinggi ketika suasana gelap serta akan bertahan dalam kadar rendah selama periode yang terang. Kondisi stres mampu menyebabkan kadar melatonin turun yang dapat merangsang sistem saraf simpatik sehingga akan terus terjaga.

Siklus tidur terdiri dari dua tahap,yakni : 1. NREM (Non Rapid Eye Movement)

Pada keadaan ini, sebagian dari organ tubuh manusia secara bertahap menjadi kurang aktif, kecepatan denyut jantung yang semakin melambat, pernafasan teratur, tekanan darah yang lebih rendah, serta tonus otot yang berkurang.

Lamanya fase NREM berlangsung kurang lebih 90 menit serta pada fase ini sesorang masih dapat mendengar bunyi dari sekitarnya, yang menyebabkan seseorang akan lebih mudah terbangun. Fase NREM mewakili 75% jumlah waktu tidur total yang terjadi pada orang dewasa. Tidur NREM terdiri dari 4 stadium (Kaplan & Sadock, 2010) :

a) Stadium 1

Dalam stadium ini gelombang alfa mengalami penurunan aktivitas hingga kurang dari 50%, amplitude menjadi rendah, perdominan gelombang beta dan gelombang teta, tegangan menjadi lebih rendah, frekuensi antara 3-7 siklus per detik. Tonus otot dan aktivitas bola mata mengalami penurunan. Pada stadium ini seseorang masih sangat mudah untuk dibangunkan.

b) Stadium 2

Stadium ini mendominasi 50% total tidur. Tonus otot, nadi dan tekanan darah terjadi penurunan. Didominasi oleh aktivitas teta, voltasenya berkisar rendah- sedang, frekuensi terjadi 12-14 siklus setiap detik.

(21)

c) Stadium 3

Stadium 3 tonus otot mengalami peningkatan tetapi aktivitas bola mata tidak ada, dan amplitudo yang tinggi. Stadium 3 terdiri dari 20-50% aktivitas delta, frekuensi antara 1-2 siklus setiap detik.

d) Stadium 4

Stadium ini terjadi bila gelombang delta lebih dari 50%. Sulit dibedakan antara stadium 4 dan stadium sebelumnya. Stadium ini lebih lambat dibandingkan stadium 3. Apabila terjadi deprivasi tidur, maka durasi tidur pada proses ini akan meningkat.

2. REM (Rapid Eye Movement)

Pada saat keadaan REM, otot akan menjadi relaksasi, terjadinya peningkatan oksigen dan gerakan mata menjadi cepat. Pada fase ini atau yang disebut sebagai fase tidur nyenyak, tidak jarang terjadi mimpi-mimpi, mengigau, dan bahkan mendengkur. Fase REM mendominasi 25% waktu tidur total dan berlangsung selama kurang lebih 20 menit.

2.1.4 Siklus Tidur Normal

Tahap tidur NREM dan REM dilewati oleh manusia selama tidur. Normalnya sekitar 1,5 jam proses tidur yang sempurna berlangsung, dan empat - lima siklus tidur berlangsung kurang lebih 7-8 jam. Proses tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Fase NREM I, II, III berlangsung kurang lebih 30 menit, kemudian berlanjut ke tahap IV selama kurang lebih 20 menit.

Manusia kemudian kembali pada tahap III dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul setelahnya dan berlangsung kurang lebih 10 menit (Kaplan & Sadock, 2010).

(22)

2.1.5 Gangguan tidur

Menurut Cowen P dkk (2012), berikut merupakan jenis jenis gangguan tidur:

1. Disomnia

Disomnia adalah keadaan psikogenik primer dimana keluhan utamanya adalah jumlah, kualitas, maupun waktu tidur yang diakibatkan oleh faktor-faktor emosi.

Yang termasuk ke dalam gangguan disomnia adalah :

a. Insomnia, yakni keadaan dimana seseorang kesulitan untuk memulai maupun mempertahankan tidurnya.

b. Hipersomnia, yakni keadaan yang terlihat dengan rasa mengantuk yang berlebihan yang menyebabkan keinginan untuk tidur yang lama, yaitu sekitar 20 jam dalam sehari.

c. Narkolepsi, yakni gangguan tidur yang tanda-tanda awalnya ditandai dengan rasa mengantuk yang tidak tertahankan di siang hari, lalu pada umumnya akan berlanjut dengan serangan tidur atau tidur secara tiba tiba tanpa mengenal waktu dan tempat.

d. Gangguan siklus sirkandian, yakni pola persisten atau berulang gangguan tidur yang dihasilkan baik dari jadwal tidur bangun yang berubah atau kesenjangan antara siklus alam tidur bangun dan tuntutan terkait tidur seseorang.

2. Parasomnia

Parasomnia merupakan keadaan episodik abnormal yang terjadi selama tidur.

Dikaitkan dengan kebiasaan tidur atau peristiwa fisilogis yang dihubungkan dengan tidur atau berpindah tidur bangun. Yang termasuk ke dalam jenis parasomnia, diantaranya :

a. Samnabolisme, yakni suatu keadaan di mana seseorang berjalan atau bergerak ke sekeliling tempat tidur saat seseorang tersebut sedang tertidur lelap.

b. Teror tidur atau night teroris, yakni episode berteriak yang disertai dengan rasa takut yang intens dan memukul disaat seseorang sedang tertidur (Taylor, 2014).

c. Nightmare, yakni sebuah keluhan kecemasan mimpi yang terjadi dan juga ditandai dengan munculnya mimpi yang terus menerus berulang selama tidur

(23)

dan mimpi yang terasa mengancam dan menakutkan sampai membuat tidur menjadi tidak aman dan nyaman.

2.2 INSOMNIA 2.2.1 DefInisi

Insomnia berasal dari 2 kata yakni in yang artinya tidak dan somnus yang artinya tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Menurut DSM- IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan dalam fungsi individu (Taylor dkk, 2014).

Menurut American Academy of Sleep Medicine (2008), Insomnia adalah keluhan tidur umum yang terjadi ketika penderita memiliki satu atau lebih masalah di bawah ini:

• Kesulitan untuk memulai tidur.

• Kesulitan untuk menjaga tidur, sering bangun di malam hari.

• Cenderung bangun terlalu dini dan tidak dapat kembali lagi untuk tidur.

• Kualitas tidur yang buruk.

WHO mendefinisikan insomnia sebagai masalah tidur atau keluhan tidur nonrestoratif yang terjadi setidaknya tiga kali dalam seminggu dan dikaitkan dengan tekanan atau gangguan siang hari (Sateia, 2014).

2.2.2 Klasifikasi

Menurut Bollu dan Kaur (2019), berdasarkan International Classification of Sleep Disorders-3rd Edition (ICSD-III), insomnia diklasifikasikan sebagai :

1. Chronic Insomnia Disorder

Pasien dengan gangguan insomnia kronis mengalami gangguan tidur untuk tiga bulan terakhir dan mempengaruhi waktu tidur setidaknya tiga kali seminggu.

2. Short-term Insomnia Disorder

(24)

Pasien dengan gangguan short-term insomnia adalah pasien yang mengalami stres situasional (kehilangan/kematian seorang yang dekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau penyakit fisik). Insomnia yang demikian itu waktunya sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.

3. Other Insomnia Disorder

Gangguan tidur yang tidak memenuhi kriteria insomnia kronis atau gangguan insomnia jangka pendek adalah diklasifikasikan dalam kategori ini.

Berdasarkan The International Classification of Sleep Disorders, 2nd Edition : 1. Psychophysiological Insomnia

Insomnia psikofisiologis ditandai dengan peningkatan tingkat kognitif dan gairah somatik menjelang tidur. Orang-orang seperti ini memiliki kekhawatiran yang berlebihan tentang tidur dan kesulitan dengan tidur di lingkungan rumah mereka. Mereka mungkin mudah tidur di lingkungan atau saat tidak berencana untuk tidur.

2. Idiopathic Insomnia

Insomnia idiopatik ditandai dengan gangguan tidur yang terjadi pada awal masa kanak-kanak dan bertahan selama periode seumur hidup. Insomnia idiopatik terkait dengan variasi bawaan atau genetik siklus tidur-bangun.

3. Paradoxical Insomnia

Pada insomnia paradoks, para pasien meremehkan jumlah total tidur yang mereka peroleh. Biasanya mereka memiliki tidur malam yang nyenyak yang mereka anggap sebagai waktunya terjaga. Insomnia paradoks dapat dikonfirmasi oleh polisomnografi atau aktigrafi.

4. Inadequate Sleep Hygiene

Kebersihan tidur memengaruhi kualitas tidur sehari-hari. Tidur siang yang berlebihan, malam mengonsumsi alkohol atau kafein, menonton televisi hingga larut malam, memainkan gadget elektronik sebelum tidur dapat memengaruhi kualitas tidur secara negatif.

Menurut Wickwire dan Collop (2010), insomnia dapat dibagi berdasarkan :

(25)

1. Durasi, yakni akut (transien: insomnia yang hanya berlangsung beberapa hari atau shortterm: yang berlangsung sampai 3 sampai minggu) dan kronis (bertahan untuk lebih dari 1 sampai 3 bulan).

2. Keparahan yakni dibagi dengan insomnia ringan, sedang, ataupun berat menurut kriteria International Classification of Sleep Disorders (ICSD 1).

3. Gangguan onset tidur, pemeliharaan tidur, terminal, atau maupun nonrestorative.

4. Etiologi / penyebab insomnia diklasifikasikan menjadi :

 Insomnia primer.

 Insomnia sekunder atau komorbid.

2.2.3 Faktor Penyebab Insomnia

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia (Souza Lopes, Rodrigues dan Rotenberg, 2012) adalah :

1. Faktor sosial demografis dan ekonomi

Faktor yang paling sering dikaitkan dengan insomnia adalah : jenis kelamin, usia, status perkawinan, pendapatan, tingkat pendidikan. Insomnia dapat terjadi karena perubahan hormonal yang hanya terjadi pada wanita. Terlepas dari hubungan antara kadar hormon dan kompleks tidur, ada korelasi antara penurunan estrogen dan progesteron yang bersirkulasi yang mengakibatkan peningkatan prevalensi insomnia (Krystal, 2003).

Prevalensi gejala insomnia bertambah tinggi seiring bertambahnya usia (Bixler dkk, 1979; Vela-Bueno dkk, 1999; Léger dkk, 2000; Kim dkk, 2000).

Dengan bertambahnya usia, masalah psikologis dan obat medis yang digunakan dalam pengobatan akan menyebabkan penurunan kualitas tidur (Lee dkk, 2008).

Penelitian hubungan antara status perkawinan dan insomnia mengatakan prevalensi insomnia yang lebih tinggi terjadi pada individu yang berpisah / bercerai atau janda (Ohayon dkk, 1997; Léger dkk, 2000) jika dibandingkan dengan individu yang menikah.

Prevalensi insomnia juga lebih tinggi pada individu yang berpenghasilan rendah literasi (Bixler dkk, 1979). Salah satu hipotesis untuk menjelaskan hasil ini

(26)

adalah, antara individu dengan tingkat buta huruf rendah dan pendapatan yang rendah, faktor-faktor ini dapat mencerminkan kerugian sosial tambahan seperti pengangguran dan kondisi hidup yang buruk secara umum (Pallesen dkk, 2001), yang dapat menyebabkan stres dan menyebabkan insomnia (Kim dkk, 2000).

2. Morbiditas fisik dan mental

Berdasarkan data Canadian Community Health Survey (CCHS): Mental Health and Well-being, Tjpkema (2005), lebih dari 20% orang dengan penyakit asma, arthritis rematik, masalah punggung atau diabetes dilaporkan mengidap insomnia, dibandingkan dengan sekitar 12% orang yang tidak memiliki kondisi tersebut. Gangguan emosi dan mental juga mempengaaruhi kondisi insomnia.

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa insomnia sekunder untuk gangguan psikiatrik adalah entitas diagnostik paling umum dalam 30% -50% dari pasien (Coleman dkk, 1982).

3. Alkohol dan zat lainnya

Alkohol merupakan minuman penenang, dapat membantu proses tidur.

Namun, penggunaan alkohol juga dapat meningkatkan gairah di kemudian hari dalam siklus tidur, dan dengan penggunaan terus menerus, manfaatnya sebagai bantuan tidur berkurang (Quereshi & Lee-Chiong, 2004). Menurut hasil CCHS, 16% peminum berat melaporkan mengidap insomnia, dibandingkan dengan 13%

dari mereka yang tidak menjadi peminum berat, dan asosiasi ini bertahan bahkan setelah penyesuaian untuk faktor lain. Dalam penelitian yang sama, satu dari lima (18%) orang yang menggunakan ganja, tetapi tidak ada obat terlarang lainnya, melaporkan mengidap insomnia setidaknya sekali seminggu, secara signifikan lebih tinggi dari 13% yang dilaporkan oleh mereka yang tidak menggunakan obat- obatan terlarang (Tjepkema, 2005). Selain mengkonsumsi alkohol, kafein, dan penghentian obat, penggunaan stimulun juga dapat menyebabkan gangguan tidur (Ramakrishnan & Scheid, 2007). Merokok juga berhubungan dengan kesulitan tidur dan perkiraan waktu tidur (Janson dkk, 1995). Hasil serupa dijelaskan oleh Philips & Danner (1995), yang menyatakan bahwa perokok secara signifikan lebih mungkin mengalami gangguan tidur dibandingkan yang bukan perokok.

(27)

4. Sakit kronis

Insomnia merupakan salah satu keluhan yang paling banyak diderita masyarakat dengan kondisi nyeri kronis dan berhubungan dengan ketidaknyamanan nyeri. Seperti faktor lainnya dievaluasi, hubungan antara nyeri kronis dan insomnia diyakini bersifat timbal balik (Goral dkk, 2010).

5. Menopouse

Wanita perimenopause dan postmenopause menunjukkan latensi tidur yang lebih tinggi, kesulitan dalam menjaga dan kurang puas dengan tidur jika dibandingkan dengan premenopause (Landis & Moe, 2004). Di Spanyol, studi lainnya yang diselesaikan pada tahun 2006, dengan 10.514 wanita antara 45 sampai 65 tahun, mengamati prevalensi insomnia sebesar 45,7%. Prevalensi insomnia adalah 37,5% pada wanita dengan perimenopause dan 49,4% pada wanita dengan postmenopause (Pérez dkk, 2009).

6. Faktor psikososial (stres)

Stres merupakan faktor penting yang berhubungan dengan insomnia. Situasi stres meningkatkan aktivasi psikologis dan fisiologis sebagai respons terhadap peningkatan lingkungan (Akersted, 2006). Sebagian besar kasus insomnia primer, dapat disebabkan oleh situasi stres, seperti kehilangan anggota keluarga, kesedihan, atau stres di tempat kerja, kesulitan ekonomi, pembedahan intervensi, dll, yang akan mempengaruhi pikiran individu saat mencoba untuk tidur (Kim dkk 2000).

Berdasarkan Natural Healing Series-Natural Holistic Therapies for Common Ailments-Overcoming Insomnia (2005) yang diterjemahkan oleh drh.Budi Tri Akoso,M.Sc.,Ph.D. dan Galuh H.E.Akoso,SP dalam buku Bebas Insomnia (2009), terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia,antara lain :

a) Stres, ketika penderita menderita karena persoalan pribadi dan depresi.

b) Faktor gaya hidup, perubahan jadwal tidur, begadang, masalah pekerjaan, jet lag, berpesta, tidur terlalu lama dan jam yang tidak teratur.

(28)

c) Faktor lingkungan, bising dan tempat tidur yang kurang nyaman,matras terlalu empuk, bantal kurang empuk, lampu, dan suhu yang ekstrem dapat menimbulkan gangguan tidur.

d) Makan atau minum berlebihan. Makan makanan yang kaya lemak sebelum tidur, konsumsi minuman beralkohol atau stimulan dapat menimbulkan gangguan tidur.

e) Olahraga terlalu berat atau gaya hidup menetap. Berolah raga sebelum tidur dapat menjadi faktor penyebab insomnia. Namun demikian, kurang olah raga juga dapat menimbulkan kesulitan untuk tidur.

f) Kebiasaan tidur. Membaca, mendengarkan musik, menonton televisi, atau melakukan aktivitas stimulan lainnya di tempat tidur dapat menyebabkan kesulitan untuk tidur.

g) Sakit atau gangguan medis. Tidak jarang pasien yang sedang sakit atau mengalami gangguan medis menderita insomnisa, Kadar gula rendah, masalah tiroid, masalah pernafasan, dan sejumlah obat dapat menimbulkan insomnia.

2.2.4 Tanda dan Gejala Insomnia

Tanda dan gejala insomnia (Praveena, 2018):

 Lebih gampang lelah.

 Konsentrasi/ingatan bermasalah.

 Memiliki kesulitan tidur pada malam hari.

 Mudah mengantuk pada siang hari.

 Terbangun pada malam hari.

 Bangun pagi terlalu cepat.

 Merasa tidak cukup/kurang istirahat setelah tidur malam.

 Kelelahan pada siang hari.

 Lebih mudah marah, depresi atau mengalami kecemasan.

 Memiliki kesulitan dalam memperhatikan, focus pada tugas atau mengingat sesuatu.

 Persentase kesalahan dan kecelakaan bertambah.

(29)

 Memiliki kekhawatiran yang terus menerus tentang tidur.

2.3 MEDIA SOSIAL 2.3.1 Definisi

Media sosial didefinisikan sebagai kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 yang memungkinkan pembuatan dan pertukaran konten yang dibuat pengguna (Kaplan dan Haenlein, 2010). Konten dapat berupa informasi pribadi, dokumen, video, dan foto.

Penggunaan media sosial dapat melalui komputer, tablet, atau smartphone melalui perangkat lunak atau aplikasi berbasis web.

2.3.2 Fungsi Media Sosial

Jan H.Kietmaan menyatakan bahwa fungsi dari media sosial membentuk kerangka jaringan yang berhubungan satu sama lain, sebagai berikut :

a) Identity, media sosial merinci bagaimana para penggunanya mengungkapkan identitas diri di tengah-tengah koneksi dengan pengguna lain. Informasi penting tentang identitas antara lain ialah, nama, usia, jenis kelamin, alamat, profesi.

b) Conversation, sebagai penghantar komunikasi pengguna media sosial yang satu dengan yang lainnya. Banyak situs media sosial yang diciptakan untuk mendukung percakapan antara personal pengguna media sosial ataupun antara personal dengan kelompok atau komunitas lain. Ada beberapa alasan penggunanya melakukan percakapan, misalnya hanya sekedar “tweet atau blog”

atau menunjukkan diri melalui “facebook” untuk menyampaikan status, atau mencari informasi tentang orang lain. Dalam “percakapan” inilah para pengguna mendapatkan kawan baru dan berdiskusi tentang informasi dan berita yang beredar pada masyarakat.

c) Sharing, para pengguna media sosial dapat melakukan “sharing” seperti melakukan pembagian pesan, menerima pesan, ataupun bertukar pesan.

d) Presence, fungsi dari media sosial dalam hal ini ialah untuk memberitahu kita tentang kehadiran para penggunanya secara pribadi atau sebagai individu dari

(30)

mana penggunanya berasal, dan berfungsi untuk membantu para pengguna media sosial agar penggunanya dapat membuka akses lebih mudah melalui dunia maya dan juga berkomunikasi secara langsung.

2.3.3 Klasifikasi media sosial

Skema klasifikasi diciptakan oleh Kaplan dan Haenlein untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizon bisnis yang diterbitkan dalam 2010. Jenis jenis media sosial menurut Kaplan dan Haenlein, diantaranya :

a) Proyek Kolaborasi (Collaborative projects)

Proyek kolaborasi yang memungkinkan para penggunanya untuk membuat konten dan dalam pembuatannya dapat diakses oleh masyarakat umum. Dua jenis media sosial yang termasuk ke dalam collaborative project dalam media sosial, diantaranya :

Wiki

Wiki merupakan situs yang membolehkan penggunanya untuk menambah, menghapus, mengubah konten jenis teks.

Contoh : Wikipedia, Wiki Ubuntu-ID, Wakakapedia, dll.

Aplikasi Bookmark Sosial

Aplikasi bookmark sosial merupakan media sosial yang membolehkan suatu perkumpulan berbasis kelompok dan rating dari link internet.

Contoh :

Social Bookmark : Lintas Berita Writing : cerperista, kemudian.com.

Reviews : Amazon, GoodReads, Yelp.

b) Blog dan mikroblog ( Blogs and microblogs)

Blog dan mikrobiolog ialah sebuah aplikasi yang dapat memudahkan penggunanya untuk memposting mengenai pernyataan sampai pengguna lainnya yang mencari sesuatu di halaman tersebut mengerti. Blog adalah sebuah website dimana penulis atau kelompok menyampaikan tentang pendapat, pengalaman, maupun kegiatan sehari-hari penulis.

(31)

Contoh :

 Blog : Blogspot (Blogger), WordPress, Multiply, LiveJournal dan lain-lain.

 Microblog : Twitter,Tumblr,Plurk .

 Forum : Kakus, indowebster.web.

 Q/A (Qustion/Answer) : Yahoo!Answer.

c) Konten (Content)

Konten merupakan sebuah aplikasi dimana tujuannya agar sesama pengguna media sosial dengan jarak yang jauh maupun dekat dapat berbagi video, e-book , gambar, dan lain-lain.

Contoh :

 Image and Photo sharing : Flickr, Photobucket, DeviantArt, dan lain-lain.

 Video Sharing : YouTube.

 Audio and Music Sharing : Multiply, Last.fm.

 File Sharing and Hosting : indowebster.com.

 Design : Threadless, GantiBaju, KDRI (Kementeriaan Desain Republik Indonesia).

d) Situs Jejaringan Sosial (Social networking sites).

Social networking sites ialah aplikasi yang membantu penggunanya untuk membuat sebuah profil dan selanjutnya dapat menghubungkan pengguna yang satu dengan pengguna lainnya. Aplikasi ini ialah aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk terhubung melalui profil ataupun akun pribadinya.

Contoh : Friendster, Facebook, Linkedln, Forsquare, MySpace , dan lain-lain.

e) Virtual Game Worlds

Virtual Game Worlds merupakan tiruan lingkungan 3D, dimana para pengguna Virtual Game Worlds ini dapat muncul dalam bentuk avatar yang diminati dan dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya seperti di dunia nyata contoh dari virtual game worlds ialah game online.

(32)

Contoh : Travian, ThreeKingdoms,Second Life, e-Republik, World of Warcraft, dan lain-lain.

f) Virtual Social Worlds

Virtual Social World ialah aplikasi yang meniru kehidupan nyata melalui internet, aplikasi ini memungkinkan penggunanya untuk berinteraksi dalam platform 3D menggunakan avatar ataupun tokoh yang mirip dalam kehidupan nyata.

Contoh :

Map : Wikimapia, GoogleEarth.

e-Commerce : Ebay, Alibaba, Juale.com, dan lain-lain.

Menurut data Hoot.suite (We are Social) 2020 , berikut merupakan data jenis media sosial yang paling sering dan banyak digunakan oleh warga Indonesia per tahun 2020.

Gambar 2.1 Jenis media sosial yang paling banyak digunakan oleh warga Indonesia.

(33)

Dapat dilihat memalalui data (We are Social), 2020 dimana menunjukkan lima jenis media sosial yang paling banyak digunakan oleh warga Indonesia :

Pengguna Youtube di Indonesia sebesar 88% dari jumlah populasi.

Pengguna Whatsapp di Indonesia sebesar 84% dari jumlah populasi.

Pengguna Facebook di Indonesia sebesar 82% dari jumlah populasi.

Pengguna Instagram di Indonesia sebesar 79% dari jumlah populasi.

Pengguna Twitter di Indonesia sebesar 56 % dari jumlah populasi.

Dengan persentase umur pengguna media sosial di Indonesia :

Gambar 2.2 Persentase umur pengguna media sosial terbanyak di Indonesia.

Menurut data diatas, dapat dilihat persentase umur yang paling banyak menggunakan media sosial ialah pada umur 25 – 34 tahun dengan perbandingan pria dan wanita 14,8 : 20,6 % dengan urutan kedua ialah pada umur 18 – 24 tahun dengan perbandingan pria dan wanita 14,2 : 16,1 %. Dimana pada usia 18-25 tahun merupakan usia sebagian besar mahasiswa yang termasuk ke dalam usia dewasa awal (young adulthood) (Willis, 2011).

(34)

2.3.4 Dampak Positif dan Negatif Media Sosial

a) Dampak sosial media terhadap kedokteran dan kesehatan (Akram dkk, 2017) Dampak positif :

 Dokter dapat berbagai resep denga teman, kerabat kerja, keluarga.

 Konsultasi dengan Dokter secara online dapat dilakukan kapan dan dimana saja.

 Bertukar pendapat dengan kerabat, rekan kerja ataupun teman tentang penyakit dan gejalanya.

 Pada daerah-daerah berkembang akses informasi menjadi lebih mudah.

 Dukungan untuk pemicu yang berhubungan dengan kesehatan.

 Membantu pelayanan kesehatan untuk memprioritaskan kasus kritis.

 Meningkatkan akuntabilitas kepada konsumen.

Lebih banyak file tersedia untuk peneliti kesehatan.

Dampak negatif :

 Diagnosis diri yang salah.

 Potensi pelanggaran privasi.

b) Dampak sosial media terhadap pendidikan (Nisa, 2016) Dampak positif :

 Dapat digunakan sebagai sarana untuk berdiskusi dengan teman sehingga mempermudah kegiatan belajar mengenai tugas atau mencari informasi.

 Menambah teman baik itu teman di sekolah, lingkungan bermain ataupun teman bertemu melalui media sosial.

 Menghilangkan kelelahan dan menjadi obat stres setelah seharian belajar.

Misalnya : bermain media sosial dengan berkomentar pada status orang lain yang kadang lucu, bermain game online.

Dampak negatif :

 Menggunakan media sosial yang terlalu lama membuat waktu belajar menjadi bekurang seperti terlalu lama menonton Youtube, berinteraksi melalui Facebook, Whatsapp, mengakses Instagram.

(35)

 Ketika mahasiswa sudah mulai bosan dengan pembelajaran, mahasiswa dapat mengakses media sosial semaumnya sehingga dapat mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa.

 Mengakses atau melihat gambar porno.

 Menghabiskan uang jajan. Untuk mengakses web dan untuk membuka

media sosial jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan (terlebih apabila akses melalui warung internet) dan sama halnya dengan mengakses media sosial dari handphone.

 Mengganggu kesehatan. Terlalu banyak menatap layar handphone maupun komputer atau laptop dapat mengganggu kesehatan mata.

2.4 HUBUNGAN ANTARA MEDIA SOSIAL DENGAN INSOMNIA Selain memberikan dampat positif pada penggunanya, media sosial juga dapat memberikan dampak negatif. Dampak negatif tersebut dapat terjadi dikarenakan ketidak mampuan penggunanya dalam mengontrol penggunaan media sosial (Daviz, 2001), sehingga waktu dalam penggunaan media sosial akan meningkat dan dapat memberikan efek candu terhadap pengguna media sosial (Thakkar, 2006). Selain itu, dengan diberlakukannya lockdown ataupun social distancing yang saat ini dilakukan, kegiatan work form home (WFH), pembelajaran secara daring, dan kegiatan belajar lainnya semakin banyak mengharuskan penggunaan smarthphone yang menjadi faktor peningkatan kasus insomnia (Sinovia, 2021).

Selain kegunaan smarthphone untuk membantu pembelajaran mahasiswa, penggunaan smarthphone juga dapat membuat berkurangnya waktu belajar, salah satunya karena menggunakan media sosial terlalu lama seperti berinteraksi melalui Facebook, WhatsApp, mengakses Instagram dan menonton Youtube (Nisa, 2016). Penggunaan media sosial tersebut membuat penggunanya sampai lupa waktu dalam pembatasan penggunaan media sosial dan mengganggu jam tidur sehingga mengakibatkan insomnia. Penggunaan media sosial berlebih dapat membuat kebiasaan membawa smarthphone ke tempat tidur. Keadaan tersebut mengakibatkan terganggunya pengaturan hormone melatonin yang fungsinya

(36)

untuk mengatur jam tidur sehingga dapat menyebabkan insomnia. Hal ini terjadi karena smarthphone yang bersinar terang dan langsung memancar pada mata yang dapat berpengaruh pada kerja otak dan merusak sistem jam biologis tubuh.

Cahaya tersebut dapat memicu atau menstimulasi otak untuk membuat penggunanya terbangun, menunda keinginan untuk tidur, dan mengganggu pengaturan hormon. Situasi tersebutlah yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami insomnia.

(37)

2.5 KERANGKA TEORI

: Variabel yand diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka teori.

Penggunaan Media Sosial

Gangguan Tidur

Parasomnia

Disomnia

Gangguan Siklus Sirkandia Insomnia Narkolepsia Hipersomnia Nightmare Night Teroris Samnabolisme Faktor yang Mempengaruhi :

- Stress - Gaya Hidup - Lingkungan - Makan/Minum - Olahraga

- Kebiasaan Tidur - Sakit atau Gangguan

Medis

(38)

2.6 KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.4 Kerangka konsep.

2.7 HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019, dan 2020.

Penggunaan Media Sosial Insomnia

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN 3.1.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan menggunakan desain studi cross sectional untuk menilai hubungan antara penggunaan media sosial dengan kejadian insomnia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2021 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi penelitian

Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa / mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019 dan 2020.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :

(40)

n=

n=

) )

n=88.3 n=88

Keterangan:

n = Besar sampel.

N = Jumlah populasi.

e = Batas toleransi kesalahan (Margin of error).

Hasil perhitungan di atas menunjukkan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 88,3 digenapkan menjadi 90 sampel. Stratified Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel pada populasi yang heterogoen dan berstrata dengan mengambil sampel dari masing-masing strata. Maka jumlah anggota sampel bertingkat (strata) dibagi berdasarkan stambuk dengan menggunakan rumus alokasi proporsional :

ni = Ni N .n Keterangan:

ni = jumlah anggota sampel menurut strata.

n = jumlah anggota sampel seluruhnya.

Ni = jumlah anggota populasi menurut strata.

N = jumlah anggota populasi seluruhnya.

Sehingga :

Stambuk 2018 =

Stambuk 2019 =

Stambuk 2020 =

(41)

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, yaitu:

a) Kriteria Inklusi

1. Mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran USU.

2. Mahasiswa yang memiliki media sosial.

b) Kriteria Eksklusi

1. Mahasiswa yang tidak lengkap mengisi kuesioner.

3.4 METODE PENELITIAN 3.4.1 Jenis Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian dengan mengisi kuisioner yang diberikan.

Data insomnia diperoleh dari kuesioner KSPBJ IRS (Insomnia Rating Scale).

Data diperoleh dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dengan menggunakan Rating Scale, yang terdiri dari 8 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan skor 0 – 5 sesuai dengan jenis pertanyaan.

Interpretasi skor : Skor ≥ 10 : Insomnia Skor < 10 : Tidak Insomnia

Data Intensitas Penggunaan Media Sosial diperoleh menggunakan kuesioner yang diadopsi dari skripsi Nurhalija Ulfiana, 2018 yang berjudul “Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan”. Data diperoleh dari responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner dengan menggunakan skala Rating Scale, yang terdiri dari 15 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan 4 alternatif jawaban, yaitu sering sekali nilainya 3, sering nilainya 2, jarang nilainya 1 dan tidak nilainya 0.

Interpretasi skor :

Skor < 15 : Tidak aktif menggunakan media sosial Skor ≥ 15 : Aktif menggunakan media sosial

(42)

3.4.2 Pengumpulan data

Setelah mendapatkan sampel maka selanjutnya memberikan lembar inform consent secara online (Google Form) yang dapat diisi oleh objek penelitian sebagai pertanda bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah bersedia untuk menjadi calon sampel penelitian. Objek penelitian yang telah bersedia menjadi calon sampel penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi akan diikutsertakan dalam penelitian dengan pengisian kuisioner. Setelah mendapatkan seluruh sampel yang diperlukan maka sampel akan terlebih dahulu mengisi lembar persetujuan secara online melalui google form untuk mengikuti penelitian.

Setelah itu responden mengisi kuisioner yang tersedia. Setelah seluruh kuisioner telah diisi secara lengkap oleh sampel penelitian , seluruh data yang ada dapat direkapitulasi dan diolah serta dianalisis dengan bantuan program komputer.

Adapun tahapan pengolahan datanya meliputi beberapa tahapan (Notoatmojo,2012), yaitu :

1. Editing, yaitu data diperiksa atau dicek isian kuisioner. Jika tidak lengkap meminta responden untuk melakukan pengisian kembali

2. Coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

3. Data Entry, yakni memasukkan data yang telah diskor kedalam program SPSS 4. Cleaning, mengecek kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak sehingga terhindar dari kesalahan pengolahan data.

3.4.3 Metode Analisis Data a) Analisis Univariat

Analisis data ini di lakukan untuk mendeskripsikan atau mendapat gambaran setiap variabel yang akan diukur.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini dilakukan untuk menilai hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Analisis ini dilakukan melalui uji stastistik chi square yang akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat bermakna sebesar 0,05. Penelitian antara dua varibel dikatakan bermakna jika

(43)

mempunyai nilai p ≤ 0,05 yang berarti H1 diterima dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p > 0,05 yang berarti H1 ditolak.

(44)

3.4.4 Definisi Oprasional

Tabel 3.1 Definisi oprasional.

Variabel Definisi Cara

ukur

Alat ukur Hasil ukur Skala

Penggunaan media sosial

Penggunaan media sosial merupakan keadaan tingkat penggunaan media online (internet), dengan para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi Youtube, Whatsapp, Facebook , Instagram, Twitter, Line, Fb Messanger, Link edin, Pinterest.

Mengisi kuisoner

Diadopsi dari skripsi Nurhalija Ulfiana, 2018 yang berjudul

“Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Mahasiswa Jurusan

Keperawatan” .

1. Skor < 15 : Tidak aktif menggunakan media sosial

2. Skor ≥ 15 : Aktif menggunakan media sosial

Nominal

Insomnia Keadaan tidak dapat tidur karena gangguan jiwa

Mengisi kuisoner

Kuesioner

KSPBJ IRS

(Insomnia Rating Scale).

1. Skor ≥ 10 : Insomnia 2. Skor < 10 : Tidak

Insomnia

Nominal

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan September 2021. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2018, 2019 dan 2020 dengan jumlah responden sebanyak 90 orang. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer menggunakan alat bantu penelitian berupa kuesioner yang diisi secara online melalui google form.

4.2 KARATERISTIK RESPONDEN

Berikut ini diuraikan distribusi frekuensi data kategorik yang peneliti dapatkan selama pengambilan data.

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel.

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki - laki 26 28.9

Perempuan 64 71.1

Usia

17 1 1.1

18 13 14.4

19 25 27.8

20 30 33.3

21 20 22.2

22 1 1.1

Angkatan

2018 30 33.3

2019 30 33.3

2020 30 33.3

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok sampel dengan distribusi paling banyak berdasarkan kelompok jenis kelamin adalah kelompok responden berjenis

(46)

kelamin perempuan sebanyak 64 orang (71.1%) dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-laki yakni sebanyak 26 orang (28.9%).

Distribusi kelompok berdasarkan usia adalah kelompok responden dengan usia 17 sebanyak 1 orang (1,1%), usia 18 tahun sebanyak 13 orang (14,4%), usia 19 tahun sebanyak 25 orang (27,8%), usia 20 tahun sebanyak 30 orang (33,3%), usia 21 tahun sebanyak 20 orang (22,2%), usia 22 tahun sebanyak 1 orang (1,1%).

Distribusi kelompok berdasarkan angkatan adalah kelompok responden dengan angktan 2018 sebanyak 30 orang (33,3%), angkatan 2019 sebanyak 30 orang (33,3%), angkatan 2020 sebanyak 30 orang (33,3%).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Pebriani, SH (2018) pada anak usia 1-6 tahun yang dilakukan tindakan invasif berupa pemasangan infus dengan

(Linden EAP) Dehusking Mature Coconut Linden Process Deshelling Coconut Husk Paring Testa Grinding Extraction Water Washing Hot Water Filtrasi Coconut Cake Pasteurizer Coconut

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tematik (maud}u&gt;`i&gt;), yaitu metode penafsiran yang ditempuh dengan menghimpun seluruh

[r]

Surat undangan ini disamping dikirimkan melalui e-mail juga akan ditempatkan dalam pojok berita website LPSE Kabupaten Semarang, oleh karenanya Panitia Pengadaan tidak dapat

Di awal semester, mahasiswa mengisi KRS dan di akhir semester, mahasiswa mengisi kuesioner kinerja dosen untuk tiap-tiap dosen per mata kuliah, LPPM mengirimkan rekap

terkait “Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan Tingkat Kontrol Asma pada. Remaja di SMP dan SMA/SMK Perguruan Muhammadiyah Tanjung