• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Hipotesis Kerja

Hipotesis merupakan jawaban sementara peneliti terhadap masalah penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan (suggested, recommended) sebagai satu panduan dalam proses analisis data. Hipotesis kerja adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Adapun hipotesis penelitian ini, yaitu “Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Glugur Darat meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik dan disposisi implementor.

32

BAB III

METODE PENELITAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hal ini untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena fenomena yang ada serta mampu menggambarkan secara baik mengenai fakta dilapangan yang ada sehingga peneliti memberikan informasi apa adanya.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Lexy Moleong 2007:3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat/mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Dalam penelitian deskriptif tidak terbatas dalam pengumpulan data saja tapi juga analisa dan interpretasidari data itu serta cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan salingberhubungan dan menguji hipotesis. Untuk itu dalam penelitian, peneliti akan mengumpulkan informasi atau data terkait dengan teori Van Meter dan Van Horn yang terdiri dari enam variabel meliputi standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik, dan disposisi implementor.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Glugur Darat yang terletak di Jalan Pendidikan Nomor 8 Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur.

Untuk mendapatankan informasi yang dibutuhkan dalam pemecahan rumusan masalah dan mendapatkan solusi yang tepat dengan menggunakan teori yang sudah ditentukan oleh peneliti yaitu teori Van Meter dan Van Horn yang meliputi enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni: standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik, dan disposisi implementor.

3.3 Informan Kunci

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai masalah penelitian yang dibahas maka penulis menggunakan tekhnik informan. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Adapun informan penelitian yang menjadi obyek penelitian ini yakni:

1. Informan kunci yakni mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti.

2. Informan utama yakni mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

34

3. Informan tambahan yakni mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti menentukan informan sebagai berikut:

1. Informan kunci berjumlah satu orang, yaitu: Kepala Puskesmas Glugur Darat 2. Informan utama berjumlah tiga orang, yaitu:

Masyarakat pengguna BPJS yang merasakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Glugur Darat.

3. Informan Tambahan:

Bidan koordinator Puskesmas Glugur Darat, Dokter puskesmas dan pengawas kegiatan pemeberian pelayanan Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat

Tabel 3.1 : Matriks Informan

No Status Informan Informasi yang dibutuhkan Jumlah 1 Kepala Puskesmas

aktivitas

36

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dan informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik Pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah proses pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Sebelum turun kelapangan peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung terhadap objek atau fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus permasalahan yang diteliti dengan mencatat gejala-gelaja yang ditemukan di lapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. Sebelum turun ke lapangan peneliti terlebih dahulu menyusun pedoman observasi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data diperoleh dari pengkajian terhadap berbagai macam dokumentasi, antara lain buku, majalah, Koran, notulen rapat, peraturan-peraturan, dan sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian. Untuk melakukan penelurusan ini digunakan suatu pedoman tentang apa yang hendak ditelusuri, baik subjek maupun tanda-tanda.

Sebelum turun ke lapangan peneliti terlebih dahulu menyusun pedoman dokumentasi.

3.5 Teknis Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang memiliki tujuan utama mengumpulkan data deskriptif yang mendeskripsikan objek penelitian secara rinci dan mendalam untuk mengembangkan konsep atau pemahaman dari suatu fenomena sosial. Hal ini dilaksanakan karena banyak hal yang tidak mungkin diungkap hanya melalui observasi dan pengukuran-pengukuran saja.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian secara mendalam dengan cara menggali keterangan terus-menerus sedalam mungkin tentang apa yang menjadi pemikiran, perasaan dan keinginan yang mendasari timbulnya keinginan tertentu.

Jenis penelitian kualitatif ini tidak ada desain khusus, melainkan desain penelitian yang ikut berkembang sesuai dengan suasana dan kondisi saat peneliti dilaksanakan atau bias juga disebut dengan fleksibel. Untuk mengumpulkan data

38

Dalam melakukan analisis data menurut Miles dan Huberman (dalam sugiyono, 2007:243) terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data yaitu :

1. Tahap Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti memusatkan perhatian pada data lapangan yang telah dikumpulkan. Data lapangan tersebut selanjutnya dipilih untuk menentukan derajat relevansinya dengan maksud penelitian. Selanjutnya, data yang terpilih disederhanakan dengan mengklasifikasikan data atas dasar tema-tema, yaitu madukan data yang tersebar, menelusuri tema untuk merekomendasikan data tambahan. Kemudian peneliti melakukan abstrasi data kasar tersebut menjadi uraian singkat atau ringkasan.

2. Tahap Penyajian data

Pada tahap ini peneliti melakukan penyajian informasi melalui bentuk teks naratif terlebih dahulu. Kemudian, hasil teks naratif tersebut diringkas ke dalam bentuk bagan yang menggambarkan alur proses. Kemudian, peneliti menyajikan informasi hasil penelitian dalam bentuk bagan yang disusun secara abstrak.

3. Tahap Kesimpulan (Verifikasi)

Pada tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran dari setiap makna yang muncul dari data yang dilihat dari klarifikasi data. Di samping menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data yang tertuang dalam bagan. Setiap data yang menunjang kompenen bagan, diklarifikasikan kembali, baik dengan informan di lapangan maupun melalui

berbagai diskusi dengan sejawat. Apabila hasil klarifikasi memperkuat simpulan berdasarkan atas data yang ada, maka pengumpulan data untuk kompenen tersebut siap dihentikan.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, perlu dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Untuk menganalisis dan memeriksa keabsahan data, teknik yang digunakan adalah teknik triangulasi data. Beberapa macam triangulasi data menurut Denzin (dalam Moleong 2005:330) yaitu:

1) Triangulasi Kejujuran Peneliti

Triangulasi ini dilakukan dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data, yaitu dengan membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan analisis lainnya.

2) Triangulasi Sumber Data

Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan. Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi, membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi, membandingkan hasil wawancara

40

3) Triangulasi Metode

Triangulasi ini didasarkan pada anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Triangulasi teori membandingkan hasil data yang diperoleh dengan teori yang ada. Dalam membahas suatu permasalahan, hendaknya peneliti tidak menggunakan satu perspektif teori. Perlu dilakukan adanya upaya pencairan teori sebagai pembanding teori untuk mengorganisasi data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian yang lebih relevan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik triangulasi sumber data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara subjek penelitian yang satu dengan yang lain. Data dapat dikatakan abash apabila terdapat konsistensi atau kesesuaian antara informasi yang diberikan oleh informan satu dengan informan lainnya. Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap informan dengan hasil pengamatan peneliti terkait kebijakan pelayanan kesehatan pada masyarakat ekonomi lemah di Puskesmas Glugur Darat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Informan Penelitian

Informan yang diwawancarai pada penelitian ini terdiri dari Kepala Puskesmas, Dokter, Bidan, dan Pasien peserta BPJS Kesehatan Puskesmas Glugur Darat, Medan. Untuk mendapatkan data yang diteliti sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, adapun sebagaimana dapat di lihat pada Tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Informan Penelitian

Nomor: Jenis Informan Jabatan Jumlah

1. Informan Kunci (Key Informan)

Kepala Puskesmas 1 Orang

2. Informan Utama Dokter

Bidan

2 Orang 1 Orang 3. Informan Tambahan Masyarakat

(Peserta BPJS)

11 Orang

Jumlah 15 Orang

Sumber: Penelitian, 2018

4.2 Gambaran Umum Puskesmas Glugur Darat 4.2.1 Profil Puskesmas Glugur Darat

Puskesmas Glugur Darat Medan telah berdiri pada tahun 1968.

Perencanaan atau peletakan batu pertama bangunan dilakukan oleh Jaksa Tinggi Sumatera Utara, bernama M. Juang, S.H. Pembangunan Puskesmas Glugur Darat

42

dilakukan pada tanggal 16 April 1968 oleh CV Batubara dan sekitar 3 (tiga) bulan kemudian bangunan selesai, tepatnya pada tanggal 24 Juli 1968.

Kemudian pada dibangun kembali Klinik Bersalin pada tanggal 14 Januari 1972. Setelah selesai, bagunan ini diresmi bersamaan dengan perayaan ulang tahun Kota Medan yang ke-63 pada bulan tanggal 1April 1972 dan diresmikan oleh Wali Kota Medan, Drs. Sjoerkarni.

4.2.2 Visi dan Misi Puskesmas Glugur Darat

Dalam menjalankan sebuah organisasi, maka setiap organisasi harus memilki visi dan misi yang telah dirumuskan dan ditetapkan untuk selanjutnya dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi tersebut. Sebagai sebuah organisasi Puskesmas Glugur Darat telah merumuskan visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi Puskesmas Glugur Darat

”Menjadi pusat pelayanan kesehatan dasar yang bermutu dan berorientasi kepada keluarga dan masyarakat dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat”.

b. Misi Puskesmas Glugur Darat

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu, manusiawi, serta terjangkau oleh seluruh masyarakat.

2. Meningkatkan profesionalisme sumberdaya manusia, dalam melaksanakan pelayanan kesehatan.

3. Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat mandiri.

4. Menjadikan puskesmas sebagai pusat pengembangan pembangunan kesehatan masyarakat.

5. Menjalin kemitraan dengan semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan dan pengembangan kesehatan masyarakat.

4.2.3 Lokasi Puskesmas Glugur Darat

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Glugur Darat Jalan Pendidikan Nomor: 8, Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur, Kota Madia Medan, Provinsi Sumatera Utara.

4.2.4 Fungsi dan Tujuan Puskesmas Glugur Darat

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat. Puskesmas Glugur Darat merupakan UPT di bawah Dinas Kesehatan Kota Medan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang tinggi di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, puskesmas Glugur Darat memiliki fungsi dan tujuan, yaitu:

a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

b. Pusat pemberdayaan masyarakat.

c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

44

4.2.5 Data Geografis dan Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat

Puskesmas Glugur Darat terletak di Jalan Pendidikan No 8, Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur dengan batas wilayahnya sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

Sebelah Timur berbatasan Kecamatan Medan Perjuangan.

Puskesmas Glugur Darat memiliki luas wilayah kerja 776 Ha. Puskesmas Glugur Darat melakukan pelayanan kesehatan terhadap 11 kelurahan yang ada di wilayah kerja Kecamatan Medan Timur, yaitu:

1. Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru 2. Kelurahan Pulo Brayan Bengkel 3. Kelurahan Pulo Brayan Darat I 4. Kelurahan Pulo Brayan Darat II 5. Kelurahan Glugur Darat I 6. Kelurahan Glugur Darat II 7. Kelurahan Sidodadi 8. Kelurahan Gang Buntu 9. Kelurahan Perintis 10. Kelurahan Gaharu 11. Kelurahan Durian

Sumber: Puskesmas Glugur Darat

Pada wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat terdapat 1 buah Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Pulo Brayan Bengkel yang terletak di Kelurahan Pulo Brayan Bengkel.

4.3 Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat Ekonomi Lemah di Puskesmas Glugur Darat

Kebijakan BPJS Kesehatan merupakan kebijakan dari pemerintah dalam rangka menjamin pelayanan kesehatan setiap Warga Negara Indonesia dengan sistem penjaminan kesehatan secara nasional. Berikut pemaparan tentang penyelenggaraan kebijakan BPJS kesehatan di Puskesmas Glugur Darat berdasarkan kerangka konsep yang peneliti adopsi dari teori Van Meter dan Van Horn.

4.3.1 Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari Implementasi kebijakan BPJS Kesehatan khususnya pada Puskesmas Glugur Darat. Implementasi akan menjadi efektif apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan memang sesuai dengan kondisi soiso-kultur yang ada. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.

Implementasi kebijakan yang berhasil sangat ditentukan oleh para pelaksana. Oleh karena itu, setiap pelaksana harus memahami standar dan tujuan kebijakan.

a. Standar Kebijakan

Standar kebijakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan BPJS Kesehatan, khususnya pada Puskesmas Glugur Darat. Implementasi akan terlaksana apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan yang sesuai dengan kondisi sosio-kultur yang ada. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan

46

gagal ketika para pelaksana, tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi para pelaksana (implementors).

Namun demikian, ada beberapa hal yang terkesan sulit dalam mengidentifikasi dan mengukur standar dan sasaran kebijakan. Ada dua penyebab yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn, yaitu pertama, mungkin disebabkan oleh bidang kebijakan terlalu luas dan sifat tujuan yang kompleks. Kedua, akibat dari kekaburan dan kontradiksi dalam pernyataan ukuran dasar dan tujuan. Kekaburan dalam ukuran oleh pembuat keputusan akan dapat menjamin tangapan positif dari orang-orang yang diberikan tanggung jawab implementasi pada tingkat oraganisasi yang lain atau sistem penyampaian kebijakan. Arah disposisi para pelaksana (implementors) terhadap standar dan tujuan kebijakan juga merupakan hal yang ”crucial”. Implementors mungkin bisa menjadi gagal dalam melaksanakan kebijakan, dikarenakan mereka menolak atau tidak mengerti apa yang menjadi tujuan suatu kebijakan dan sebagaimana tujuan sesungguhnya dari kebijakan BPJS.

Implementasi kebijakan dapat berjalan dengan lancar jika kebijakan ini dipahami oleh setiap pelaksana di lapangan, baik para pegawai Puskesmas maupun BPJS Kesehatan. Hasil wawancara peneliti dengan informan menyatakan bahwa :

”Sesuai dengan permenkes standarnya. Jadi, kriteria yang ingin dicapai kita sesuaikan dari permenkes tersebut.”(Wawancara: 19 April 2018, Transkrip wawancara: hal 9).

Kemudian Informan lainnya menyatakan bahwa : ”Kriteria yang ingin dicapai dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan tentu berpedoman kepada permenkes dan sesuai dengan permenkes.” (Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara: hal 13).

Adapun informan lainnya menyatakan bahwa :

”Untuk standar dari Kebijakan BPJS Kesehatan berasal dari permenkes.

Jadi bagaimana kriteria yang ingin dicapai harus sesuai pada permenkes.”

(Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara hal 17).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, para informan telah memahami apa yang menjadi standar dari kebijakan BPJS Kesehatan, yaitu yang berasal dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional ditambah lagi seluruh informan menyatakan standar yang dibuat pemerintah sudah mampu menjadi pegangan dalam menjalankan kebijakan BPJS Kesehatan. Adapun standar Kebijakan BPJS Kesehatan, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah diselenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, sebagai upaya memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Kemudian, berdasarkan hasil observasi, yaitu peneliti melakukan pengamatan secara langsung proses menjadi peserta BPJS Kesehatan PBI yaitu, dimana calon peserta BPJS Kesehatan menyiapkan Kartu Keluarga

48

(SKTM) yang pengurusannya dilakukan di RT dan RW Kelurahan setempat. Setelah itu calon peserta BPJS Kesehatan pergi ke dinas sosial, dengan membawa berkas tersebut, dari dinas sosial pendaftaran BPJS Kesehatan akan diurus sampai peserta akan mendapatkan kartu BPJS PBI dan terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan PBI. (Observasi: 19 April 2018, Transkrip observasi: hal 57). Selanjutnya, berdasarkan hasil dokumentasi, peneliti mengumpulkan dokumen yang menjadi standar dari kebijakan BPJS Kesehatan berasal dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasioanl.

(Dokumentasi: 19 April 2018, Transkrip dokumentasi: hal 61).

Sumber: Penelitian 2018

Berdasarkan uraian di atas, sejalan dengan informasi-informasi dari metode wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa para informan telah memahami apa yang menjadi standar dari kebijakan BPJS Kesehatan ditambah lagi seluruh informan menyatakan standar yang dibuat pemerintah sudah mampu menjadi pegangan dalam menjalankan kebijakan BPJS Kesehatan, yaitu yang berasal dari Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 Tahun 2014 tentang Pedoman

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasioanl. Adapun standar Kebijakan BPJS Kesehatan, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah diselenggarakan Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, sebagai upaya memberikan perlindungan kesehatan kepada peserta untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

b. Sasaran Kebijakan BPJS

Kepahaman para pelaksana terhadap tujuan/sasaran dari kebijakan BPJS Kesehatan menjadi salah satu penentu berjalannya kebijakan dengan baik dengan tepat sasaran. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan menyatakan bahwa:

”Semua masyarakat berhak menjadi peserta BPJS Kesehatan, baik yang mampu maupun yang tidak mampu. Yang mampu masuk peserta BPJS Non PBI sedangkan yang tidak mampu masuk peserta PBI.” (Wawancara: 19 April 2018, Transkrip wawancara hal: 9)

Kemudian informan lainnya menyatakan bahwa:

“Semua masyarakat berhak menjadi peserta BPJS, masyarakat yang tidak mampu juga berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.” (Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara hal:

13).

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan lainnya : ”Semua

50

yang tidak mampu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.”

(Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara hal: 17).

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan yang menyatakan bahwa:

”Sasaran Puskemas adalah seluruh masyarakat baik peserta PBI dan Non PBI supaya masyarakat sehat. Berobat diawali dari Puskesmas, diharapkan penyakit yang diderita masyarakat dapat diobati. Namun, jika penyakit tidak sembuh, pihak Puskesmas akan merujuk ke rumah sakit yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Yang penting pasien dapat hidup sehat.” (Wawancara: 16 April 2018, Transkrip wawancara: hal 13).

Kemudian sesuai yang diungkapkan informan yaitu salah satu pasien yang sedang berobat, beliau mengatakan : ”Menurut saya kalau dari pelayanan bagi peserta BPJS Kesehatan sudah bagus, namun masih perlu perbaikan pada bagian-bagian tertentu.” (Wawancara: 2 April 2018, Transkrip wawancara: hal 21).

Adapun yang diungkapkan oleh informan lainnya: ”Pelayanan BPJS Kesehatan sudah bagus. Kalau ditingkatkan lagi pelayanan, tentu lebih bagus.” (Wawancara: 3 April 2018, Transkrip Wawancara: hal 27).

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa para implementor menyatakan sasaran dari kebijakan BPJS Kesehatan adalah seluruh masyarakat baik peserta PBI dan Non PBI.

Kemudian masyarakat sudah merasa terbantu dengan kebijakan BPJS Kesehatan ini. Melihat tujuan dari kebijakan BPJS Kesehatan dan dibandingkan dengan hasil penelitian di lapangan, tujuan BPJS Kesehatan

sudah sesuai dengan sasaran yang ada pada Kebijakan BPJS Kesehatan yaitu seluruh masyarakat baik peserta PBI dan Non PBI.

Kemudian berdasarkan hasil observasi mengenai sasaran kebijakan BPJS Kesehatan yaitu, peneliti mengamati proses pembayaran iuran BPJS Kesehatan yang dibayarkan oleh Pemerintah kepada BPJS Kesehatan. Iuran peserta PBI dibayarkan setiap bulan oleh Menteri Kesehatan dimana dalam menagih iuran tersebut, BPJS Kesehatan menyampaikan surat tagihan dana iuran PBI kepada Kementerian Kesehatan dengan melampiri daftar perhitungan dana iuran PBI, kuintansi/tanda terima dan surat tanggung jawab mutlak yang ditandatangani oleh Pejabat BPJS Kesehatan. (Observasi: 19 April 2018, Transkrip observasi: hal 57).

Berdasarkan hasil dokumentasi yang peneliti dapat di lapangan yaitu banyak peneliti temui pasien yang menggunakan kartu BPJS Kesehatan terutama peserta PBI, yaitu yang iurannya dibayar oleh pemerintah dan jumlah peserta BPJS Kesehatan. (Dokumentasi: 2 April 2018, Transkrip dokumentasi: hal 61).

Sumber: Penelitian 2018

52

para implementor telah memahi sasaran dari Kebijakan BPJS Kesehatan yang diluncurkan oleh Pemerintah Pusat, yaitu seluruh masyarakat baik peserta PBI dan Non PBI. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan BPJS Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat sudah berjalan

para implementor telah memahi sasaran dari Kebijakan BPJS Kesehatan yang diluncurkan oleh Pemerintah Pusat, yaitu seluruh masyarakat baik peserta PBI dan Non PBI. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan BPJS Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat sudah berjalan

Dokumen terkait