BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.12 Hipotesis
Terdapat hubungan antara karakteristik penderita dengan kejadian malaria pada pasien rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2016.
Malaria Karakteristik Penderita:
1. Jenis Kelamin 2. Usia
3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Derajat Keparahan 6. Jenis Plasmodium
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah studi analitik. Desain penelitian ini adalah case control (penelitian kasus-kontrol yaitu peneliti melakukan pengambilan data (observasi atau pengukur variabel) terhadap kejadian di masa lampau.
3.2 WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2017.
Pengambilan dan pengolahan data dilakukan selama 1 bulan (Agustus-September 2017). Lokasi penelitian adalah bagian dari rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien malaria yang dirawat inap selama Januari 2013-Desember 2016 di RSUP Haji Adam Malik Medan.
3.3.2 Sampel 3.3.2.1 Kasus
Kasus adalah penderita malaria dengan hasil pemeriksaan darah positif malaria yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:
Kriteria Inklusi :
Pasien malaria yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2016.
27
Kriteria Eksklusi :
Data rekam medik yang tidak lengkap.
3.3.2.2 Kontrol
Kontrol atau pembanding adalah pasien yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan yang tidak menderita malaria.
Kriteria Inklusi :
Pasien rawat inap di bangsal RSUP Haji Adam Malik Medan yang tidak menderita malaria dengan karakteristik yang sama dengan pasien kelompok kasus pada tahun 2013-3016.
Kriteria Eksklusi :
Data rekam medik yang tidak lengkap
Pengambilan besar sampel ditentukan dengan metode besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 proporsi. Besarnya sampel penderita malaria dengan tanpa malaria yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang dihitung dengan menggunakan rumus:
n1 = jumlah sampel pasien TB tanpa infeksi HIV n2 = jumlah sampel pasien TB dengan infeksi HIV Zα = tingkat kemaknaan (ditetapkan) = 1,96 Zβ = tingkat kemaknaan (ditetapkan) = 0,842 P = proporsi = ½ (P1+P2) = (0,65)
Q = (1-P) = (0,35)
P1 = proporsi efek standar (dari pustaka) = 0,8
P2 = proporsi efek yang diteliti (clinical judgement) = 0,5 Q1 = 1 - P1 = 0,2
Q2 = 1 – P2 = 0,5
28
Berdasarkan rumus di atas, besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
n1= n2 = [1,96 √2.0,65.0,35 + 0,842 √0,8.0,2 + 0,5.0,5] 2 ( 0,8 – 0,5) 2
= [ 1,31 + 0,842. 0,64 ] 2 0,09
= 37,6 = 38
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Data yang diambil merupakan data sekunder yaitu data rekam medis penderita malaria yang diperoleh dari pencatatan pada bagian rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2016. Pada rekam medis tersebut tercantum variabel-variabel yang akan diteliti sesuai tujuan khusus penelitian ini.
3.5 METODE ANALISA DATA
Data yang diperoleh akan dikaji dengan bantuan komputer menggunakan perangkat lunak komputer yaitu program Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Berdasarkan metode case-contol akan dilakukan uji hipotesa Chi-Square serta perhitungan nilai prevalence ratio.
29
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel3.6 Definisi Operasional
4. Pekerjaan Aktivitas utama pasien malaria sesuai
30
BAB lV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara tahun 2013-2016. Data ini menggunakan data sekunder pada pasien malaria rawat inap sebanyak 38 sampel.
Frekuensi kejadian malaria berdasarkan karakteristik penderita yang diteliti adalah jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, derajat keparahan, dan spesies Plasmodium pada penderita malaria. Berikut ini adalah distribusi karakteristik penderita malaria seperti pada tabel 5.1
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik penderita malaria.
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Jenis Kelamin
32
Spesies Plasmodium
Plasmodium falciparum 31 81,6
Plasmodium vivax 7 18,4
Total 38 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 38 sampel yang menderita malaria berdasarkan jenis kelamin didapati persentase terbanyak adalah pada kelompok laki-laki. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Inraini (2012), yang menyatakan bahwa kejadian malaria lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu sebesar (54,32%) dibandingkan yang terjadi pada perempuan yaitu sebesar (45,68%). Hal ini juga sesuai dengan data Dinas Kesehatan Lampung Selatan tahn 2011 penderita malaria lebih banyak terjadi pada laki-laki yaitu sebesar (67%) dibandingkan dengan perempuan sebesar (33%).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 38 sampel yang menderita malaria berdasarkan usia didapati kelompok usia 31-40 merupakan kelompok terbanyak Rerata pasien dengan status positif malaria adalah 30,158 (±18,613), dengan usia termuda adalah 2 tahun dan usia tertua adalah 68 tahun.
Hal ini sejalan dengan penelitian ( Irawan et al, 2017) di Sumba Timur yang mendapatkan hasil yaitu sebanyak 143 orang (54,6%) pasien yang menderita malaria berumur >15 tahun. Berdasarkan teori, semakin meningkatnya usia maka semakin meningkatnya pula aktifitas yag berada diluar rumah.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 38 sampel yang menderita malaria berdasarkan pekerjaan didapati persentase terbanyak dari kelompok tidak berisiko. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Susanti dan wantini, 2014) hampir semua penderita malaria memiliki pekerjaan yang tidak berisiko yaitu 86,7%. Hal ini disebabkan responden adalah pelajar, ibu rumah tangga, pedagang, pegawai negri, pegawai swasta, TNI/POLRI dan belum bekerja (tidak berisiko).
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 38 sampel yang menderita malaria berdasarkan pendidikan didapati persentase terbanyak dari
33
kelompok SMA. Hal ini berbanding tebalik dengan penelitian (Nobroto dan Hidajah, 2009) menunujukan penderita malaria terbanyak pada tingkat pendidikan yang tidak tamat SD dan SD dengan jumlah 11 orang (31,42%). Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pengetahuan orang tersebut.
Perilaku yang didasarkan pada pengetahuan akan berdampak lebih lama termasuk perilaku tentang tindakan pencegahan malaria (Lumolo et al, 2015). Pada penelitian ini sampel terbanyak pada pendidikan SMA, meskipun demikian masih berada pada kategori baik.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 38 sampel yang menderita malaria berdasarkan derajat keparahan didapati persentase terbanyak pada penderita malaria berat. Hal ini menunjukan bahwa penyebab malaria terbanyak yaitu P.falciparum. Serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Firdaus (2014) didapatkan 62,5% penderita Plasmodium falciparum terbanyak pada daerah Sumba Timur. Hal ini dapat diakibatkan oleh sifat Plasmodium falciparum yang banyak dijumpai di wilayah beriklim panas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ritawati (2012) kejadian malaria terbanyak disebabkan oleh Plasmodium vivax. Hal ini karena Plasmodium vivax mempunyai distribusi yang lebih luas dibandingkan dengan Plasmodium falciparum, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropis sampai daerah tropis.
Perhitungan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik penderita dengan kejadian malaria dengan jumlah sampel yang didapatkan adalah 38 kasus dan 38 kontrol data rekam medis. Berikut ini adalah hubungan karakteristik penderita dengan kejadian malaria seperti pada tabel 5.2
Tabel 4.2 Hubungan jenis kelamin dengan kejadian malaria.
Jenis Kelamin Malaria P value
Kasus Kontrol
Laki-laki 29 (76,31%) 16 (42,10%) 0,002
Perempuan 9 (23,68%) 22 (57,89%)
Total 38 (100%) 38 (100%)
34
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui hasil analisis hubugan antara jenis kelamin dengan kejadian malaria berdasarkan hasil Chi Square didapati p value lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian malaria. Hal ini sejalan dengan penelitian (Susanti dan Wantini, 2014) yang menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian malaria (p=0,044). Hal ini disebabkan karna lebih tingginya aktifitas sehari-hari yang dilakukan laki-laki diluar dan kebiasaan keluar rumah sampai larut malam, sedangkan perempuan kebanyakan beraktifitas didalam rumah saja. Berdasarkan teori, efektifitasnya nyamuk pembawa penyakit malaria ditentukan oleh aktivitas nyamuk Anopheles betina menggigit dan menginfeksi manusia antara waktu 18.00-06.00 WIB, hal ini yang menyebabkan laki-laki mudah terinfeksi penyakit malaria karena aktifitasnya sering diluar rumah sampai larut malam padahal disaat yang bersamaan nyamuk Anopheles betina juga sedang beraktifitas mencari darah (Harijanto, 2010).
Tabel 4.3 Hubungan usia dengan kejadian malaria.
Usia Malaria p value
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui hasil analisis hubungan antara usia dengan kejadian malaria didapati p value lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian malaria. Berdasarkan teori, semakin meningkatnya usia maka semakin meningkatnya pula aktifitas yang berada diluar rumah. Usia
35
produktif merupakan usia yang aktif untuk bekerja dan berpindah-pindah tempat untuk bekerja atau berpergian ke daerah endemis malaria sehingga menyebabkan semakin tingginya risiko terkena penyakit malaria pada usia ini ( Afni, 2011;
Solikhah, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria (Saikhu, 2011). Tetapi ada penelitian lain yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang dilakukan oleh (Syah,2012) yang menyatakan tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian malaria (p=0,207). Pada dasarnya, malaria dapat menyerang semua kelompok manusia dan tidak mengenal usia,jenis kelamin maupun ras. Namun, perbedaan usia merupakan salah satu yang menyebabkan perbedaan kekebalan tubuh terhadap gigitan nyamuk (Arsin, 2012).
Berdasarkan teori hutan merupakan tempat yang cocok bagi peristirahatan maupun perkembangbiasakan nyamuk sehingga menyebabkan vektor cukup tinggi. Masyarakat yang mencari nafkah ke hutan mempunyai resiko untuk menderita malaria karena suasana hutan yang gelap memberikan kesempatan nyamuk untuk menggigit (Manulu, 2012).
Tabel 4.4 Hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria.
Pekerjaan Malaria p value dapat disimpulkan secara statistik bahwa tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian malaria. Kebanyakan penderita malaria pada pasien rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan mempunyai pekerjaan yang tidak beresiko seperti pelajar, ibu rumah tangga, pedagang,
36
pegawai negri, pegawai swasta, TNI/POLRI dan belum bekerja. Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Susanti dan wantini, 2014) memiliki hasil uji statistik pada variabel pekerjaan didapatkan nilai p value > 0,05, bahwa pekerjaan tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Notobroto dan Hidajah, 2009) bahwa tidak terdapatnya hubungan pekerjaan dengan kejadian malaria dengan P value 0,612 > 0,05.
Berdasarkan teori tingkat pendidikan sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap kejadian malaria tetapi umumnya mempengaruhi jenis pekerjaan dan perilaku kesehatan seseorang (Rustam, 2012).
Tabel 4.5 Hubungan pendidikan dengan kejadian malaria.
Pendidikan Malaria p value
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian malaria didapati p value lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian malaria. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Nobroto dan Hidajah, 2009) bahwa pendidikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian malaria dengan p>0,05. Pendidikan akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang penyakit malaria. Seseorang yang berpendidikan rendah, biasanya sulit menyerap dan
37
menerima informasi tentang masalah kesehatan, dibandingkan dengan orang yang berpendidikan tinggi. Namun penderita telah banyak mengetahui tentang penyakit malaria. Hal ini dapat disebabkan karena seringnya penyuluhan tentang penyakit malaria oleh petugas puskesmas/kesehatan, selain itu penyuluhan dilakukan dengan cara kunjungan ke rumah-rumah warga sehingga penderita mengetahui penyakit malaria seperti cara penularannya, pengobatannya, dan pencegahannya (Susanti dan Wantini, 2014).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang hubungan karakteristik penderita dengan kejadian malaria pada pasien rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2013-2016, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis kelamin terbanyak pada pasien yang menderita malaria adalah laki-laki yaitu sebanyak 29 orang (76,3%).
2. Usia pasien yang menderita malaria terbanyak pada kelompok usia 31-40 sebanyak 8 orang (21,1%), dengan rerata tiap kelompok 30,158 (±18,613), dimana penderita termuda berusia 2 tahun dan tertua berusia 68 tahun.
3. Pekerjaan terbanyak penderita malaria adalah kelompok yang tidak berisiko yaitu tidak sekolah,ibu rumah tangga,pelajar,pegawai negeri,pegawai swasta,pedagang dan TNI/POLRI sebanyak 35 orang (92,1%).
4. Status pendidikan penderita malaria yang terbanyak adalah kelompok yang mampu menyelesaikan tingkat pendidikan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 15 orang (39,5%).
5. Derajat keparahan penderita malaria yang terbanyak adalah malaria berat sebanyak 22 orang (57,9%).
6. Penyebab malaria terbanyak adalah Plasmodium falciparum pada 31 orang (81,6%).
7. Terdapat hubungan antara karakteristik penderita yaitu jenis kelamin, usia dan pendidikan dengan kejadian malaria. Sedangkan pekerjaan tidak berhubungan dengan kejadian malaria.
39
5.2 SARAN
1. Diharapkan pelayanan kesehatan dapat meningkatkan pemberian informasi kepada masyarakat berupa penyuluhan terkait pencegahan, pemberantasan, dan penanganan tentang penyakit malaria.
2. Bagi peneliti lain, disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang kejadian penyakit malaria secara luas dengan jumlah responden yang lebih besar, variabe yang lebih banyak serta rancangan penelitian yang lebih baik untuk memperkuat dan melengkapi hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ansley NM. Price RN, 2007. Improving case Definition for Severe Malaria. Plos Med. 4: 267-268.
Arsin, A. A. 2012. Malaria di Indonesia: Tinjauan Aspek Epidemiologi, Makasar, MASAGENA PRESS.
Band JD, 2008. Malaria dalam tintinali je Ed.Emergency medicine A Comprehensive Study Guide. Edisi enam. New York: McGraw Hill.Hal.953-958.
CDC. Life Cycle of the Malaria Parasite. [Diakses 08 Mei 2017] Available from:
http://www.encarta.msm.com
Center for Health and Human Nutrition (CH2N) UGM, 2011. Faktor Risiko dan Alternatif Penanggulangan Penyakit Malaria di Daerah Endemis Malaria, di Propinsi Jawa Tengah, Pusat Studi Kes dan Gizi Manusia, Fakultas Kedokteran, UGM, Yogyakarta.
Clyde DF 2007.Malaria.dalam: Nelson WE,Behrman RE,Kliegman R, Arvin AM,Ed. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 12. Jakarta: EGC.p. 328-334.
Departemen kesehatan RI. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia Jakarta. 2007: 1-37
Depkes RI, 2007. Entomologi Malaria, Direktorat Jenderal P2M dan PLP, Depkes RI.
Depkes RI, 2008. Penemuan dan Pengobatan Penderita, Direktorat Jenderal P2M dan PLP, Depkes RI.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2016.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2008. Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit Malaria,.
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI, 2008. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia.
41
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan RI, 2012. Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria.
Garcia, L.S dan Bruckner, D.A. 2009. Diagnosa Parasitologi Kedokteran. Editor Leshmana Padmasutra, Penerbit EGC, Jakarta.
Gunawan S, 2009. Epidemiologi Malaria dalam Malaria : Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, & Penanganannya, dikutip oleh Harijanto P.N, EGC, Jakarta.
Harijanto P.N, 2010, Gejala Klinik Malaria Dalam Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan Penanganan, Cetakan 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Harisunata C, 2012. The Need for Health Behaviour an Socio Economic Research in Malaria Control in Thailand, South East Asian, Journal Medicine Public Health, Vol. 17 No. 3.
Irawan, Henryanto., Merry, Maria S., Wuryaningsih, Nining Sri., TS, Tri B., 2017, ‘Profil Hematologik Berdasarkan Jenis Plasmodium pada Pasien Malaria Rawat Inap di RSK Lindimara, Sumba Timur’ , Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana, vol 2, no 2,pp.393-401.
Lumolo, Fien., Pinontoan, Odi R., Ratu, Joy M., 2015, ‘Analisis Hubungan Antara Faktor Perilaku Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Mayumba Provinsi SulawesI Tengah’ , Jurnal e-Biomedik, vol 3, no 3,pp.865-871
Manalu H, 2012. Penanggulangan Penyakit Malaria di Tinjau dari Aspek Sosial Budaya di Daerah Hiperendemis Timika Irian Jaya, Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. XXV No. 10.
Njugna PW, 2011. Newton CR: Management of Severe Falciparum Malaria. J Post Graduate Med.
Nugroho A, Wagey M.T, 2010. Siklus Hidup Plasmodium Malaria dalam Malaria:
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, & Penanganannya, dikutip oleh Harijanto P.N, EGC, Jakarta.
Pasvol G, 2007. Management of Severe Malaria: Interventions and Controversies.
Infect Dis Clin N Am.
42
Pedoman Penatalaksanaan Malaria di Indonesia. 2008. Departemen Kesehatan RI.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2013. Malaria Berat.
Konsensus Penanganan Malaria.12-50.
Profil Dinas Kesehatan ProvinsiLampung,2007. Modul Manajemen Program Pemberantasan Malaria Gebrak Malaria. Lampung.
Putu S, 2009. Malaria Secara Klinis : dari Pengetahuan Dasar Sampai Terapan, EGC, Jakarta.
Ritawati., Yahya. Distribusi spasial malaria di kecamatan Lengkiti Kabupaten Organ Komering Ulu Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Pembangunan Manusia. 2012. Pp. 1-12
Rustam, Faktor-faktor Lingkungan, 2012. Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria pada Penderita yang Mendapat Pelayanan di Puskesmas Kabupaten Sarolangan Propinsi Jambi, Universitas Indonesia, Depok.
Shoklo Malaria Research Unit, 2008. Treatment of Severe Malaria. Malaria Handout.
Soemarwo S, 2010. Malaria dalam Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta FK UI, 442-461.
Solikhah. Pola penyebaran penyakit malaria di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2012. 15 (3) Juli:
pp. 213-222
Subki S, 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Malaria di Puskesmas Membalong, Gantung dan Manggar Kabupaten Belitunmg, Universitas Indonesia, Depok.
Sudoyo, Aru W, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V, hal:
2813-2835.
Supariasa D.N, Bakri B, Fajar I, 2011. Penilaian Status Gizi, ECG, Jakarta.
Susanti, Ferlia., Wantini, Sri., 2014, ‘Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Rajabasa
43
World Health Organization, 2009. Management of Severe Malaria. 2 : 1-26.
World Health Organization. 2011, World Malaria Report 2011, Geneva, WHO.
[Diakses 10 April 2017] Available from:
http://www.who.int/malaria/world_malaria_report_2011/en/
Zulkarnain I. Setiawan B, 2012. Malaria Berat. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid III. ed IV: 1767-1770.
LAMPIRAN A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ghumaisya Safira
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 15 Februari 1996 Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Komplek Tasbih Blok RR no 27, Medan Nomor Handphone : 082260002002
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Taman Kanak-Kanak Bhayangkari Medan (2001-2002) 2. Sekolah Dasar Bhayangkari Medan (2003-2008)
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Medan (2008-2011) 4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (2012-2014)
5. Program Studi Pendidikan Dokter S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2014-Sekarang)
Riwayat Organisasi :
1. Anggota Standing Committee on Public Health Pemerintahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (SCOPH PEMA FK USU) (2015-sekarang)
Riwayat Pelatihan :
1. PMB (Penyambutan Mahasiswa Baru) 2014 Fakultas Kedokteran USU Tahun 2014
2. Seminar dan Workshop Vital Sign 2014 SCOPH PEMA FK USU Tahun 2014
3. Seminar Dokter Keluarga dan Workshop Sirkumsisi 204 SCOPH PEMA FK USU Tahun 2014
4. Seminar Kesehatan Jantung Dan Workshop EKG Serta Auskultasi Jantung 2016 SCOPH PEMA FK USU Tahun 2016
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
No pasien Status pasien Jenis kelamin Usia Pekerjaan Pendidikan Jenis plasmodium Derajat keparahan
1 malaria laki-laki 35 tidak berisiko SMA P.falciparum ringan
2 malaria perempuan 3 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
3 malaria laki-laki 20 tidak berisiko SMP P.falciparum berat
4 malaria laki-laki 58 tidak berisiko perguruan tinggi P.falciparum ringan
5 malaria laki-laki 59 tidak berisiko SMA P.falciparum ringan
6 malaria laki-laki 26 tidak berisiko SD P.falciparum berat
7 malaria laki-laki 36 resiko SMP P.falciparum ringan
8 malaria laki-laki 11 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
9 malaria perempuan 11 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
10 malaria laki-laki 36 tidak berisiko SMA P.falciparum ringan
11 malaria perempuan 8 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum ringan
12 malaria laki-laki 16 tidak berisiko SMA P.falciparum berat
13 malaria laki-laki 57 resiko SMA P.falciparum ringan
14 malaria perempuan 3 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
15 malaria laki-laki 43 tidak berisiko SD P.falciparum berat
16 malaria perempuan 31 tidak berisiko SMP P.falciparum berat
17 malaria laki-laki 5 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
18 malaria laki-laki 2 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
19 malaria laki-laki 25 tidak berisiko perguruan tinggi P.falciparum berat
20 malaria laki-laki 14 tidak berisiko SD P.falciparum berat
21 malaria laki-laki 37 resiko SMP P.falciparum berat
22 malaria laki-laki 45 tidak berisiko SMP P.falciparum berat
23 malaria laki-laki 34 tidak berisiko SMA P.falciparum berat
24 malaria perempuan 39 tidak berisiko SMA P.falciparum ringan
25 malaria perempuan 3 tidak berisiko tidak tamat SD P.falciparum berat
26 malaria laki-laki 26 tidak berisiko SMA P.falciparum berat
27 malaria laki-laki 43 tidak berisiko SMA P.falciparum berat
Lampiran D
32 malaria laki-laki 21 tidak berisiko SMA P.vivax ringan
33 malaria laki-laki 18 tidak berisiko SMA P.vivax ringan
34 malaria laki-laki 38 tidak berisiko SMP P.vivax ringan
35 malaria laki-laki 57 tidak berisiko perguruan tinggi P.vivax ringan
36 malaria perempuan 68 tidak berisiko SMA P.vivax ringan
37 malaria laki-laki 13 tidak berisiko tidak tamat SD P.vivax ringan
38 malaria laki-laki 48 tidak berisiko tidak tamat SD P.vivax ringan
39 tidakmalaria perempuan 46 tidak berisiko SD
40 tidakmalaria laki-laki 45 tidak berisiko SMA
41 tidakmalaria laki-laki 14 tidak berisiko SMP
42 tidakmalaria perempuan 22 tidak berisiko SMA
43 tidakmalaria laki-laki 53 tidak berisiko SMA
44 tidakmalaria laki-laki 46 tidak berisiko SMA
45 tidakmalaria laki-laki 42 tidak berisiko perguruan tinggi
46 tidakmalaria perempuan 20 tidak berisiko SMA
47 tidakmalaria perempuan 34 tidak berisiko SMA
48 tidakmalaria perempuan 48 tidak berisiko SMP
49 tidakmalaria perempuan 27 tidak berisiko SMA
50 tidakmalaria perempuan 34 resiko SMA
51 tidakmalaria perempuan 40 tidak berisiko SMA
52 tidakmalaria perempuan 19 tidak berisiko SMA
53 tidakmalaria laki-laki 50 tidak berisiko SMA
54 tidakmalaria perempuan 16 tidak berisiko SMP
55 tidakmalaria perempuan 53 tidak berisiko SMA
56 tidakmalaria laki-laki 37 resiko SMP
57 tidakmalaria laki-laki 60 tidak berisiko perguruan tinggi
58 tidakmalaria perempuan 46 tidak berisiko SMP
59 tidakmalaria perempuan 62 tidak berisiko SMA
60 tidakmalaria perempuan 13 tidak berisiko tidak tamat SD
64 tidakmalaria perempuan 47 tidak berisiko SMA
65 tidakmalaria laki-laki 52 tidak berisiko SMP
66 tidakmalaria perempuan 49 tidak berisiko SMA
67 tidakmalaria perempuan 40 resiko SMP
68 tidakmalaria perempuan 66 tidak berisiko SMA
69 tidakmalaria perempuan 65 tidak berisiko SD
70 tidakmalaria laki-laki 42 tidak berisiko SMA
71 tidakmalaria perempuan 58 resiko SMA
72 tidakmalaria laki-laki 49 tidak berisiko perguruan tinggi
73 tidakmalaria laki-laki 52 tidak berisiko SD
74 tidakmalaria perempuan 43 tidak berisiko SMA
75 tidakmalaria perempuan 32 tidak berisiko SMA
76 tidakmalaria laki-laki 54 tidak berisiko SMA
LAMPIRAN E
Data output
Distribusi Kejadian malaria berdasarkan karakteristik Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation