DAFTAR PUSTAKA
6. Studi Kasus Minimarket 1 Deskripsi Permasalahan
6.6 Hirarki dari Dimensional Table
Untuk masing-masing dimension table yang ada pada tiap-tiap skema yang telah dirancang sebelumnya, dapat ditarik suatu hirarki. Hirarki tersebut berguna agar tiap dimension table yang ada dapat di aggregate / summarized ke level yang lain. Berikut ini hirarki untuk tiap-tiap dimensi :
Gambar 9: Hirarki untuk Dimensi Barang
Gambar diatas menunjukkan hirarki untuk tabel barang. Pada tabel barang terdapat fieldNama dan Jenis yang menunjukkan hirarki untuk dimensi barang. Field jenis menunjukkan adanya pengelompokan barang menjadi kelompok yang lebih generalsedangkan field nama merupakan bentuk khusus dari barang itu sendiri.
Gambar 10: Hirarki untuk Dimensi Supplier dan Customer
Tabel supplier dan tabel customer juga memiliki hirarki yang ditunjukkan oleh gambar 10 diatas. Hirarki untuk tabel supplier dan tabel customer terletak pada lokasi dari supplier atau customer tersebut. Berdasarkan lokasinya, supplier atau customer dapat dikelompokkan berdasarkan provinsi, kota, atau jalan dimana supplieratau customer tersebut berada.
Gambar 11: Hirarki untuk Dimensi Tanggal
Hirarki untuk dimensi tanggal merupakan hirarki waktu. Tiap proses penjualan, pembelian, maupun pengawasan stok dapat dikelompokkan berdasarkan waktu tertentu, misalnya tiap tahun, tiap bulan, atau tiap harinya.
7. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan perancangan data dengan menggunakan ERD dan model konseptual data warehouse dapat disimpulkan bahwa :
1. Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan suatu metode pemodelan data yang menggambarkan entitas-entitas yang ada pada suatu database dan relasi atau hubungan dari masing-masing entitas tersebut.
2. Star schema merupakan salah satu model konseptual data warehouse yang paling sederhana, dimana hanya ada satu fact table yang dikelilingi oleh beberapa dimension table.
3. Snowflake schema merupakan pengembangan dari star schema yang didalamnya terjadi proses normalisasi dari beberapa dimension table-nya. 4. Fact constellation schema adalah skema yang paling kompleks
dibandingkan dengan star dan snowflakes schema, dimana terdapat beberapa fact table dan dimension table-nya dapat berhubungan dengan lebih dari satu fact table.
5. Memodelkan data menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD) digunakan untuk keperluan harian yang bersifat transactional sedangkan model konseptual data warehouse, yaitu star schema, snowflakes schema, dan fact constellation schema, dimanfaatkan untuk menunjang pengambilan keputusan.
8. Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk kemajuan di masa mendatang, antara lain : Untuk mengetahui secara lebih jelas tentang ERD dan model konseptual data warehouse, disarankan untuk melakukan uji coba secara langsung pada database dari suatu aplikasi yang berjalan.
Topik pembahasan sebelumnya dapat dikembangkan lagi dengan mengenakan operasi on-line analytical processing (OLAP), seperti roll-up, drill-down, slice, dice, pivoting, ranking,dalam menganalisis data warehouse.
9. Referensi
[Sco94] Scott, George M. (1994). Prinsip-prinsip Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
[Dav84] Davis, Gordon B. (1984). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
[Con02] Connolly, T & Begg, C. (2002). Database System. UK : Addison Wesleys [Han06] Han, J & Kamber, M. (2006). Data Mining : Concepts and Techniques. San
Francisco : Morgan Kaufmann Publishers.
[Kad99] Kadir, A. (1999). Kosep dan Tuntunan Praktis Basis Data. Yogyakarta : Penerbit ANDI Yogyakarta.
[Riz07] Rizky. (2007). Data Warehousing dan Decision Support. ITS. Available : http://lecturer.eepis-its.edu/~rizky/Basdat_2_Teori/
Day-13/13%20-%20Data%20Warehouse%20dan%20Decision %20Support%20System-2.pdf.
Ashari Sutrisno , Jazi Eko Istiyanto 1)
PPPPTK Matematika Yogyakarta e-mail:[email protected] 2)
Pascasarjana Ilmu Komputer UGM Yogyakarta e-mail:[email protected]
Abstract
In recent years, a new learning revolution is coming with the rapid growth of mobile technologies, which promises continued extension towards anywhere and anytime learning. This technology is commonly known as Mobile Learning (M-Learning), and it has been considered as the future of learning. Over the past ten years Mobile Learning (M-Learning) has grown from a minor research interest to a set of significant projects in schools, workplaces, museums, cities and rural areas around the world. However, M-Learning is still a new notion, and many people with different backgrounds are working in this new field have difficulties to have an overall understanding. Therefore, an overview of M-Learning is needed. This paper reviews some perspectives on M-M-Learning, describes several M-Learning projects, history and growth of M-Learning, and the challenges in the development of M-Learning.
Keywords: Learning, Mobile Learning (M-Learning), Mobile Technology, Handheld Device, Portable
1. Pendahuluan
Mobile Learning (M-Learning) memiliki arti yang berbeda-beda untuk komunitas yang berbeda-beda. Sebagian pengarang menekankan pada keterlibatan teknologi, sebagian yang lain pada sisi edukasi atau tujuan filosofis dari pembelajaran.
Beberapa definisi tentang M-Learning dapat disebutkan sebagai berikut:
o M-Learning adalah segala jenis pembelajaran yang mana pembelajar tidak di lokasi yang tetap atau sudah ditentukan, ataupun pembelajaran dimana pembelajar mengambil manfaat dari teknologi mobile [Mob03].
o M-Learningmerupakan akuisisi dari berbagai pengetahuan dan keahlian lewat penggunaan teknologi mobile, dimana saja dan kapan saja, yang menghasilkan perubahan dalam tingkah laku [Ged04].
o M-Learning adalah segala ketentuan dan perlengkapan edukasi dimana teknologi yang mendominasi adalah peralatan genggam atau palmtop [Tra05]. o M-Learning merupakan interseksi dari mobile computing dan E-Learning.
Sumber-sumber dapat diakses dari mana saja, kemampuan pencarian dan dukungan yang kuat, interaksi yang kaya, untuk pembelajaran yang efektif dan penilaian yang berbasis pada performansi. E-Learning sendiri memiliki independensi terhadap ruang dan waktu [Qui00].
Menurut Wikipedia M-Learning meliputi beberapa hal [Wik09]:
o Pembelajaran dengan menggunakan teknologi yang mudah dibawa (portable), yang terfokus pada teknologinya, sehingga dapat saja di dalam lokasi yang tetap, seperti ruang kelas
o Pembelajaran lintas konteks, yang terfokus pada mobilitas dari pembelajar, interaksi dengan teknologi tidak bergerak (fixed) ataupun portable, dan
o Pembelajaran di dalam komunitas yang bergerak (mobile) dengan fokus pada bagaimana komunitas dan institusi dapat mengakomodasi dan mendukung populasi mobile yang meningkat, yang tidak puas dengan metodologi pembelajaran yang sudah ada.
M-Learningsecara virtual dapat diakses dari mana saja, dengan menyediakan akses untuk seluruh materi-materi pembelajaran yang berbeda-beda. M-Learning juga menyediakan sharing content untuk setiap pengguna dengan menggunakan konten yang sama, dan memungkinkan adanya umpan balik secara instan. M-Learning memberikan portabilitas yang tinggi lewat penggantian buku atau catatan dengan konten-konten pembelajaran, meski menggunakan peralatan yang memiliki memori kecil. Pembelajan dalam M-Learning biasanya disampaikan secara menarik dan menyenangkan.
2. Sejarah dan Perkembangan M-Learning