• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIV AIDS

Dalam dokumen SGD komunitas lapas (Halaman 33-42)

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

B. HIV AIDS

Perawat mengkaji riwayat HIV, perilaku beresiko tinggi dan riwayat atau gejala infeksi oportunistik yang mungkin terjadi pada semua tahanan.

C. Hepatitis B dan penyakit seksual lain

Perawat mengkaji riwayat penyakit menular seksual dan hepatitis B serta waspada adanyatanda fisik dan gejala penyakit ini.

D. Penyakit kronis yang biasa terjadi antara lain : diabetes, penyakit jantung, dan  paru serta kejang.

Perawat harus mengkaji dengan tepat riwayat kesehatan dari klien, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan di komunitas. Perawat harus mengkaji adanya penyakit / kondisi kronik pada klien dan mengidentifikasi masalah dengan tingkat kejadian yang tinggi di institusi / populasi dimana ia bekerja.

E. Cedera

Merupakan area lain dari fungsi fisiologis yang harus dikaji oleh perawat. Cedera mungkin diakibatkan karena aktivitas sebelum penahanan, tindakan petugas atau kecelakaan yang terjadi selama di tahanan. Perawat harus memperhatikan potensial terjadinya cedera internal dan mengkaji tanda –  tanda trauma.

F. Kehamilan

3. Pengkajian Perilaku dan lingkungan

Faktor –  faktor yang mempengaruhi kesehatan di correctional setting  meliputi diet,  penyalahgunaan obat, merokok, kesempatan berolahraga / rekreasi , serta  penggunaan kondom di lingkungan correctional setting 

a. Banyak tahanan yang mengalami penyakit mental yang terjadi selama berada di tahanan.

 b. Berada di tahanan merupakan hal yang menimbulkan stress dan menimbulkan efek psikis seperti depresi dan bunuh diri. Perawat di correctional setting  harus mewaspadai tanda –  tanda depresi dan masalah mental ( correctional  setting ) lain  pada tahanan dan mengkaji potensi terjadinya bunuh diri. Semua correctional  setting harus mempunyai program pencegahan bunuh diri dan penaganan bunuh

diri. Perwat harus melakukan pengawasan yang ketat pada tahanan yang berada dalam isolasi .

c. Lingkungan dalam correctional setting juga dapat menimbulkan kekerasan seksual yang menimbulkan konsekuensi psikis. Dalam mengkaji hal ini, perawat harus mewaspadai tanda  –  tanda kekerasan dan menanyakan pada klien mengenai masalah ini. Jika kekerasan seksual telah terjadi, perawat perlu untuk melindungi klien dari cedera yang lebih lanjut.

d. Layanan kesehatan mental mungkin kurang di beberapa correctional setting .

e. Tahanan yang dihukum mati, memerlukan dukungan emosi dan psikologis. Perawat harus mengkaji masalah psikis yang timbul dan membantu mereka melalui konseling dengan tepat

4. Pengkajian Administratif dan policy

.Perawat di correctional setting juga mengkaji keadekuatan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan tahanan. Fasilitas di correctional  setting  bisa menggunakan salah satu pendekatan di bawah ini untuk menyediakan  perawatan kesehatan untuk tahanan.

a) Layanan kesehatan diberikan oleh staf yang bekerja di institusi.

Apapun pendekatan yang digunakan, perawat perlu mengkaji keadekuatan  pelayanan kesehatan yang diberikan untuk tahanan. Pelayanan minimal meliputi  perwatan primer dan sekunder

 b. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas

2. Isolasi Sosial

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

4. Sindroma pasca trauma

5. Ketidakberdayaan

6. Kurang perawatan diri : Hygiene, berpakaian, makan

7. Resiko mencederai diri

c. Intervensi

Intervensi yang bisa dilakukan di lembaga pemasyarakatan

1. Assertive Community Treatment ( ACT )

 Nama asli dari terapi ini adalah Training in Community Living ( TCL ), terapi ini cocok dilakukan untuk kelompk yang berada di luar layanan perawatan pasien ( diluar Rumah Sakit). ACT digunakan secara interdispliner ( perawat psikiatrik, social worker, activity therapist ). Terapi ini digunakan pada dewasa yang mengalami gangguan jiwa berat.

2. Multisystemic Theraphy

Pendekatan pengobatan yang sangat fleksibel yang membahas beberapa kebutuhan dari klien, emosional klien dan keluarganya. Bisa digunakan pada setting rumah tahanan, sekolah,dan setting di lingkungan rumah. Terapi i ni digunakan pada orang

3. Therapeutic Elements

Therapeutic elements terdiri dari pragmatic, outcome-oriented, treatment approaches, home-based interventions, dan individual treatment.

Kasus

Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIB Pontianak dibangun sejak tahun 2000 dengan luas sekitar 2000 m2. Saat ini jumlah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIB Pontianak sebanyak 40 orang. Terdiri atas 24 orang narapidana, yakni 23 orang pria dan 1 orang wanita dan 16 orang tahanan yakni 15 orang pria dan 1 wanita, dan tercatat juga jumlah pegawai atau petugas lapas sebanyak 49 orang. Dari total jumlah warga binaan yang berusia 14 tahun sebanyak 7 orang, berusia 15 tahun sebanyak 8 orang, berusia 17 tahun sebanyak 9 orang, dan berusia 18 tahun sebanyak 16 orang. Sebanyak 65% terkait kasus  penggunaan obat-obatan terlarang, 20% terkait kasus pencurian, 10 % terkait

kasus kekerasan, dan 5% untuk kasus lain-lainnya.

Lingkungan diseluruh area lapas termasuk bersih namun sanitasi masih buruk serta jumlah air bersih yang masih kurang. Sebanyak 70 % warga binaan mengalami ansietas. Pola hidup yang jauh dari sehat menjadikan warga binaan anak menjadi individu yang rentan tertular berbagai penyakit. Selama 6 bulan terakhir sebanyak 8 orang mengalami diare dan 1 orang mengalami gatal  –  gatal. Sebanyak 10 orang memiliki kebiasaan merokok. Fasilitas yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas II B Pontianak antara lain lapangan sepak bola. Kegiatan yang ada antara lain senam pagi setiap hari minggu, kegiatan kerohanian, pendidikan, dan lain –  lain.

Pengkajian

I Data Umum 1. Sejarah

Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIB Pontianak dibangun sejak tahun 2000 2. Luas wilayah

Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIB Pontianak luasnya sekitar 2000 m2.

II Demografi

- Jumlah warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIB Pontianak sebanyak 40 orang. Terdiri atas 24 orang narapidana, yakni 23 orang pria dan 1 orang wanita dan 16 orang tahanan yakni 15 orang pria dan 1 wanita, dan tercatat  juga jumlah pegawai atau petugas lapas sebanyak 49 orang.

- Dari total jumlah warga binaan yang berusia 14 tahun sebanyak 7 orang, berusia 15 tahun sebanyak 8 orang, berusia 17 tahun sebanyak 9 orang, dan berusia 18 tahun sebanyak 16 orang.

- Sebanyak 65% terkait kasus penggunaan obat-obatan terlarang, 20% terkait kasus  pencurian, 10 % terkait kasus kekerasan, dan 5% untuk kasus lain-lainnya.

III. Status Kesehatan

- Selama 6 bulan terakhir sebanyak 8 orang mengalami diare dan 1 orang mengalami gatal –  gatal.

- Sebanyak 70 % warga binaan mengalami ansietas. B. Data Sub Sistem

- Lingkungan diseluruh area lapas termasuk bersih - Sanitasi masih buruk

- Jumlah air bersih yang masih kurang. C. Perilaku terhadap kesehatan

- Sebanyak 10 orang memiliki kebiasaan merokok.

- Fasilitas yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas II B Pontianak antara lain lapangan sepak bola.

- Kegiatan yang ada antara lain senam pagi setiap hari minggu, kegiatan kerohanian, pendidikan, dan lain –  lain.

Data

70 % warga binaan mengalami ansietas Hasil Wawancara

1. Ansietas sering terjadi pada warga  binaan yang pertama kali masuk

lembaga pemasyarakatan

2. Perasaan takut menghadapi situasi yang ada di lembaga  pemasyarakatan

00146 Ansietas

Diagnosa :

Domain 9 Koping / Toleransi Stres Kelas 2 Respon Koping

Kode 00146

Ansietas b.d perasaan takut, distres  NOC

Domain III Psychosocial Health Class M Psychological Well Being

Code 1210

Tingkat Ketakutan Preventif Primer 121001 Distres ( 1-5 )

121004 Kurang percaya diri ( 1-5 )

121015 Mencari sumber ketakutan (1-5)

 NIC

Domain 3 Pola Kebiasaan

Kelas Psikologikal, Promosi rasa nyaman

Kode 5820

Menurunkan tingkat ansietas Preventif Primer

- Lakukan pendekatan secara  perlahan

- Jelaskan tingkat harapan terhadap kebiasaan pasien

- Dampingi pasien untuk mendorong rasa nyaman dan menurunkan rasa takut

- Mendengarkan penuh perhatian Preventif sekunder

- Identifikasi ketika terjadi  perubahan tingkat ketakutan

- Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

- Berikan medikasi untuk menurunkan ansietas, bila perlu

Data :

- Sanitasi masih buruk

- Jumlah air bersih yang masih kurang

- 8 orang mengalami diare - 1 orang mengalami gatal  – 

gatal.

Ketidakefektifan manajemen kesehatan

Diagnosa :

Domain 1 Promosi Kesehatan Kelas 2 Manajemen kesehatan Kode 00078

Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d insufiensi pengetahuan  NOC

Domain IV Pengetahuan dan Pola Kebiasaan Hidup Sehat Kelas S Manajemen Kesehatan Kode 1805

Pengetahuan : Kebiasaan Hidup Sehat

Preventif primer

 NIC

Domain 3 Kebiasaan Kelas S Edukasi Pasien Kode 5510

Edukasi Kesehatan Preventif primer

- Tentukan pengetahuan dan pola hidup sehat individu atau

Service (1-5) - Identifikasi faktor eksternal dan internal yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi kebiasaan hidup sehat

- Libatkan individu atau kelompok dalam perencanaan dan  pelaksanaaan rencana gaya hidup

atau kebiasaan hidup sehat

- Jelaskan strategi yang bisa digunakan untuk menolak atau  berisiko untuk memunculkan

kebiasaan tidak sehat

Data

- 10 orang memiliki kebiasaan merokok

00118

Diagnosa

Domain 1 Health Promotion Class 2 Health Management Code 00118

Perilaku kesehatan cenderung beresiko b.d kebiasaan merokok  NOC

Domain IV Health Knowledge & Behavior

Class Q Health Behavior Code 1602

Perilaku Promosi Kesehatan 160203 : Monitor perilaku individu terhadap risiko ( 1-5 ) 160207 : Melakukan perilaku sehat secara teratur ( 1-5 )

1602100 : mendorong dukungan sosial untuk promosi kesehatan ( 1-5 )

160219 : menghindari  penggunaan tembakau ( 1-5 )

 NIC

Domain 3 Behavioral Class O Behavior Therapy Code 4360

Modifikasi Perilaku Preventif Primer

- Motivasi pasien untuk berubah - Perkenalkan pasien kepada

seseorang atau group yang berhasil melakukan perubahan pada  pengalaman yang sama

- Hindari penolakan atau meremehkan terhadap usaha  pasien dalam perubahan perilaku - Dorong pasien untuk merubah

ketika mengukur berapa banyak  batang rokok yang digunakan per

hari

- Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memantau dan mencatat  perilaku

BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan (Pasal 1 ayat (3) UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan). Lembaga Pemasyarakatan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Dalam dokumen SGD komunitas lapas (Halaman 33-42)

Dokumen terkait