• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Tentang Nilai Religius

3. Hizbul Wathan

a. Profil Hizbul Wathan

Hizbul Wathan adalah gerakan kepaduan dalam Muhammadiyah, yang didirikan dengan maksud menyiapkan kader kepemimpinan persyarikatan dan umat yang tangguh, bail putra maupun putri, lewat sistem kepanduan. Kepanduan adalah pendididkan karakter di luar ruangan keluarga dan sekolah, bagi anak, remaja dan pemuda bertujuan untuk menyempurnakan kedua sistem pendidikan tersebut.Pimpinan organisasi HW di sebut kwartir. Sebagaimana perjenjangan di Muhammadiyah berturut-turut dari pusat ke ranting adalah: Kwartir Pusat (Kwarpus), Kwartir Wilayah (Kwarwil), Kwartil Daerah (Kwarda), Kwartir Cabang (Kwarcab), dan Qobikal di tempat ranting..18

b. Sejarah lahirnya Hizbul Wathan

Hizbul Wathan pada mulanya adalah nama madrasah yang didirikan oleh KH. Mas Mansur di Surabaya pada tahun 1916 setelah ia meninggalkan organisasi Nahdatul Wathan yang dibentuknya bersama KH. Abdul Wahab Hasbullah.

Muhammadiyah mengambil nama itu menjadi perkumpulan pandunya yang didirikan pada tahun 1918 di Yogyakarta. Gagasan pembentukan barisan kepanduan Hizbul Wathan dalam Muhammadiyah muncul dari KH. Ahmad Dahlan sekitar tahun 1916 ketika beliau kembali dari perjalanan tabligh di Surakarta pada pengajian SAFT (Sidiq, Amanah, Fathonah, Tabligh) yang secara rutin diadakan di rumah KH. Imam Mukhtar Bukhari. Di kota tersebut beliau melihat anak-anak JPO (Javansche Padvinders Organisatie) dengan pakaian

18

Sidang Tanwir Muhammadiyah, Laporan Majelis dan Lembaga serta Organisasi

seragam sedang latihan berbaris di halaman pura Mangkunegaran. Sesampainya di Yogyakarta, beliau membicarakannya dengan beberapa muridnya, antara lain Sumodirjo dan Sarbini, dengan harapan agar pemuda Muhammadiyah juga dapat diajar tentang kepanduan guna berbakti kepada Allah Swt. Sejak pembicaraan itu mulailah Sumodirjo dan Sarbini merintis berdirinya di dalam Muhammadiyah. Kegiatan pertama banyak diarahkan pada latihan baris-berbaris, olah raga, dan pertolongan pertama pada kecelakaan.Pada setiap Ahad sore para peserta dilatih dengan kegiatan-kegiatan di atas, pada malam Rabu mereka diberikan bekal keagamaan.Dari cikal bakal itu lahirlah Hizbul Wathan pada tahun 1918, pada waktu itu bernama Padvinder Muhammadiyah. Kemudian, karena dianggap kurang relevan, atas usul H. Hadjid nama itu ditukar menjadi Hizbul Wathan..19

Susunan pengurus dan personalianya yang pertama adalah: Ketua H. Mukhtar Bukhari, Wakil Ketua H. Hadjid, Sekretaris Sumodirjo, Keuangan Abdul Hamid, Organisasi Siraj Dahlan, Komando Sarbini dan Damiri. Untuk memajukan Padvinder Muhammadiyah ini, para pengurus mengambil pedoman pelajaran dari JPO Surakarta.

Setelah tahun 1924 Hizbul Wathan berkembang di Jawa, bahkan telah dapat melebarkan sayapnya ke luar Jawa.Cabang-cabang baru Hizbul Wathan kian banyak berdiri.Cabang pertama yang berdiri di luar Jawa ialah di Sumatra Barat, yang dibawa oleh wakil-wakil yang menghadiri Kongres Muhammadiyah ke-17 di Yogyakarta pada tahun 1928.Dalam kesempatan itu wakil-wakil tadi tinggal beberapa lama di Yogyakarta setelah Kongres usai guna mempelajari dan

19

ikut latihan kepanduan; dengan modal itu mereka mengembangkan kepanduan di daerah yang mengutusnya.

Peranan Hizbul Wathan banyak terlihat pada sektor penanaman semangat cinta tanah air kepada para pemuda.Dari benih-benih itu menjelmalah kekuatan yang bertekad ikut serta dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.Di samping itu, latihan-latihan kepanduan mempunyai andil yang besar dalam melatih kader-kader bangsa dalam menghadapi kaum kolonial yang sedang mencengkeramkan kukunya di Indonesia.Latihan-latihan itu ternyata membuahkan hasil yang baik di kalangan pemuda.Dari barisan Hizbul Wathan ini muncul sederetan tokoh yang cukup handal, seperti Sudirman, KH. Dimyati, Surono, Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Kahar Muzakkir, Kasman Singodimedjo, Adam Malik, Suharto, M. Sudirman, Sunandar Priyosudarmo, dan lain-lain.

Ketika Jepang masuk, secara organisatoris Hizbul Wathan lebur, sesuai dengan kehendak Jepang yang membubarkan segenap organisasi yang ada pada waktu itu.Meskipun demikian, aktivis-aktivis Hizbul Wathan tetap berkiprah dalam organisasi-organisasi yang didirikan oleh Jepang seperti Keibondan, Seinendan, PETA, Hizbullah, dan sebagainya.

Dalam organisasi-organisasi tersebut malah para anggota Hizbul Wathan memegang peranan yang penting.Setelah Kemerdekaan Indonesia, para pemuda banyak diarahkan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.Segala perkumpulan pandu yang ada sebelumnya dilebur dan disatukan dalam satu wadah kepanduan yaitu Kesatuan Kepanduan Indonesia.Dalam rapat yang diadakan di Surakarta pada tgl. 27-30 Desember 1945 diputuskan pembentukan

Pandu Rakyat Indonesia yang menyatukan segenap pandu yang ada di Indonesia dalam satu naungan guna mempererat tali persatuan dan kesatuan dalam rangka mempertahankan kemerdekaan yang masih amat muda pada saat itu.

Beberapa tahun kemudian situasi politik mulai berubah dan Pandu Rakyat Indonesia yang dibentuk pada tahun 1945 dirasakan tidak begitu efektif lagi.Oleh karena itu, pada tahun 1950 Hizbul Wathan mulai diaktifkan lagi.Sejak itu Hizbul Wathan mulai merata kembali anggota-anggotanya dan organisasinya secara umum di samping mengembangkannya ke seluruh tanah air di mana Muhammadiyah ada. Kegiatan tersebut berjalan terus sampai terbitnya Keputusan Presiden no.238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang mengharapkan agar segenap organisasi kepanduan yang ada di Indonesia meleburkan diri dalam perkumpulan Pramuka.

Dalam rangka memenuhi seruan tersebut, maka gerakan kepanduan Hizbul Wathan dalam suratnya tgl.8 Juni 1961 kepada Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka menyatakan bersedia meleburkan diri dalam perkumpulan Gerakan Pramuka.Surat tersebut ditandatangani oleh HM. Mawardi dan H. Amin Luthfi, masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Majlis Hizbul Wathan Yogyakarta.

Sebagai anak dari organisasi Muhammadiyah, Hizbul Wathan terkait erat dengan cita-cita Muhammadiyah. Hal ini tercermin dari Keputusan Kongres tahun 1938 yang menyatakan bahwa sebagai pemuda Muhammadiyah, anak-anak Hizbul Wathan harus membiasakan diri mengamalkan pekerjaan dalam Muhammadiyah, mereka harus siap menolong dan berjasa untuk keperluan Muhammadiyah khususnya dan agama Islam umumnya.

Keanggotaan Hizbul Wathan terdiri dari tiga tingkatan.Tingkat I disebut tingkat athfal yang diperuntukkan bagi anak-anak berumur 6-12 tahun, yang dibedakan lagi Athfal Melati, Athfal Bintang Satu dan Athfal Bintang Dua.Tingkat II disebut Pengenal, umur 12-17 tahun, yang terdiri dari Tangga I kelas III, Tangga II kelas II, Tangga III kelas I. Di atasnya lagi ada tingkat Penghela, untuk 17 tahun ke atas.Perbedaan yang ada dalam tingkat ditentukan oleh kemampuan masing-masing anggota dalam latihan dan pelajaran.

c. Visi , Misi Dan Tujuan Hizbul Wathan

Visi

Menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik yang kuat, berilmu dan berteknologi serta berakhlaq karimahagar terwujud pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat dan Bangsa.

Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja dan pemuda muslim.

2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepanduan untuk para Pemimpin Satuan, Pimpinan Kwartir dan Pelatih.

3. Mengembangkan HW di seluruh Indonesia

4. Mengadakan kerrjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri

5. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada Persyarikatan, Tanah Air, dan Bangsa.

6. Melakukan berbagai usaha sesuai dengan maksud dan tujuan Hizbul Wathan.

TUJUAN

1. Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam, sehingga terwujud m asyarakat Kepanduan yang Islami.

2. Pro aktif membantu orang tua dalam mendidik, mengasuh dan membimbing

anak -anak, remaja

dan pemuda melalui pendidikan dan latihan kepanduan, supaya menjadi orang Islam yang berarti, bertaqwa kepada Allah, berbudi pekerti yang luhur, berbadan sehat dan tangkas, hingga berguna bagi diri sendiri, Persyarikatan dan masyarakat umum.

d. Penghelaan dalam Gerakan Kepanduan Hisbul Wathan

Penghelaan dimaksudkan untuk membantu dan menambah pola pendidikan lama yang telah ada. Sebab sudah menjadi kenyataan, bahwa bahaya akan tersesatnya pemuda-pemudi dalam hidupnya, ialah dalam waktu di luar rumah dan sekolah. Sedangkan sekolah pada saat kini, bagaimana pun juga bermaksud memperbaiki keadaan, yang hasilnya tak lain hanyalah mencari pembeharuan cara perbaikan yang lama yang telah ada, bukan mencari metode kain yang lebih baik. Pemuda pemudi yang telah berumur 18 tahun sudah lain pandanganya dengan sebelumnya. Ia telah baligh telah menginjak masa “birahi” dan ia sangat kritis sekali. Kecekatan kecakapan teknis tidak menarik lagi, karena dipandangnya sebagai ke-kanak-kanakan, pemuda ingin lebih dari itu.bagi anggota-anggota yang telah meningkat usianya. Pemecahan itu sebagai berikut:

1) Lapanagan kerja yang memberikan kesempatan kepada pemuda untruk mengembangkan reaksi dalam pandanganya.

2) Lapangan kerja yang bukanya mengkang tetapi menyalurkan pemuda kepada jalan-jalan yang sesuai dengan pembawaanya.

3) Lapangan kerja yang memberikan kesan kepada pemudapemudi,bahwa permainan keoanduan betul-betul pada waktu semacam ini sangat diperlukan guna memelihatnya watak dan tabi‟atnya.

4) Lapangan kerja yang memberikan “pekerjaan” (kesibukankesibukan) kepada pemuda-pemudi di dalam hidupnya tak knal waktu yang tak terisi dengan suatu amalan. Mak mengingat gejala-gejala yang telah disebutkan, guan memulihkan bagi manusia lapangan kerja yang dimaksudkan itu di dasarkan atas dua dasar:

a) Hidup diluar (dalam alam bebas) Hidup diluar memberikan kesempatan bagi para pemuda dan pemudi untuk lebih mengenal alam sekelilingnya, hingga dengan demikian ia akan lebih dekat dengan penciptanya. Ia akan kuat imanya dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidupnya. Ia mudah akan kembali pada tuhanya, manakala ia berjumpa dengan kesulitankesulitan dalam memecahkan masalah hidupnya. Tetapi dengan hidup diluar saja belumlah cukup untuk memelihara kelurahan budidaya, sebab hidup diluar dapat juga menimbulkan suatu operasaan riya‟ (berlebih diri), maka belom lengkaplah watak pemuda jika tidak disertai rasa bakti didalam menuanaikan pekerjaan, ingin beramal karena Tuhan Sema – tamata.

b) Bakti (ihsan dan amal shalih) Semua amalan serta pejerjaan yang didsarkan atas kebaktian, akan menjaga pemuda dari sifat sombong, congkak, serta menonjolkan diri, amalan serta pekerjaan yang disertai

pekerjaan bakti, mendidik pemuda pemudi ikhlas berkurban guna kepentingan agama, nusa serta kepentingan bersama. Gejala individualitas yang besar dalam perkembangan masyarakat masyarakat untuk masa depan, dengan adanya kebaktian ini akan lenyap dari sifat-sifat pemuda serta perikemanusiaan.Sifat-sifat ke-Aku-an yang akan menyesatkan siswa kepada alam kesombongan, digantidengan sifat rela serta ikhlas.20.

20

Departemen Diklat Kwartir Pusat Hisbul Wathon, Gerakan Kepanduan Hisbul Wathon Tuntunan Penghela, (Yogyakarta: Pusat Pengadan Perlengkapan HW, 2013), 3-8.

27

Dokumen terkait