• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.2. Homeschooling

hayat merupakan kebiasaan (habit) yang dibutuhkan dan harus disertai dengan kerangka berpikir yang positif. Kemauan untuk berubah dan haus akan ilmu pengetahuan merupak kunci dalam pembelajaran sepanjang hayat. (Lau, 2006)

2.2. Homeschooling

2.2.1. Pengertian Homeschooling

Menurut Sumardiono (2009, 92) homeschooling adalah “sebuah proses pendidikan yang terkostumisasi (customized education) sesuai kebutuhan anak dan kondisi keluarga dengan proses belajar mengajar yang dilakukan di rumah”.

Menurut Olivia yang dikutip oleh Setyowati (2010, 1) menyatakan bahwa:

Homeschooling adalah sebuah tindakan proaktif untuk turut campur di

dalam pendidikan anak kita dan bertanggung jawab untuk memberikan sebuah kecintaan terhadap belajar. Sehingga orang tua bisa ikut serta untuk mengawasi, mendorong, mengeksplorasi dan mengembangkan potensi dari anak mereka secara langsung.

Sedangkan menurut Ahsin (2008, 183) menyatakan bahwa:

Homeschooling atau sekolah rumah merupakan sistem pendidikan yang

dilakukan di rumah dan merupakan sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subjek dengan pendekatan pendidikan secara at home.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa homeschooling adalah model belajar alternatif selain di sekolah, orang tua bertanggung jawab penuh, pembelajaran tidak selalu dengan orang tua sebagai fasilitator, suasana belajar kondusif dan tujuannya agar setiap potensi unik anak berkembang maksimal.

Selain itu, homeschooling menurut Rachman (2007, 18) adalah:

Secara etimologis homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah. Sedangkan secara hakiki homeschooling adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan at

home. Dengan pendekatan ini anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar

sesuai keinginan dan gaya belajar masing-masing; kapan saja dan di mana saja, sebagaimana ia tengah berada di rumahnya sendiri

Sedangkan menurut Academy (2011, 3) menyatakan bahwa:

Home-education literally means teaching or having your children taught in the privacy of your own home. The home-educating family has full control over the education of the child including choosing the curiculum,

24

choosing the school schedule, choosing whether or not to assign grades to their children’s work, and choosing whether or not to give their children test. (Pendidikan rumah berarti mengajarkan atau mendapatkan anak-anak

anda diajarkan pada tempat khusus di rumah anda. Pendidikan rumah memiliki kontrol penuh atas pendidikan anak termasuk memilih kurikulum, memilih jadwal sekolah dan memilih antara memberikan tugas kelas kepada anak, dan memilih antara memberikan tes atau tidak pada anak-anak).

Di dalam sistem pendidikan Indonesia, keberadaan homeschooling adalah legal. Keberadaan homeschooling memiliki dasar hukum yang jelas di dalam UUD 1945 maupun di dalam UU No.20/2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional. Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur pendidikan informal. Siswa homeschooling dapat memiliki ijazah sebagaimana siswa di sekolah dan dapat melajutkan sekolah ke Perguruan Tinggi manapun jika menghendakinya. Dengan demikian keluarga yang memilih homeschooling tetap mendapat pengakuan di masing-masing kelompok, selain itu pemerintah juga dapat memantau mutu pendidikan yang dilakukan secara informal. Pengakuan adanya homeschooling di Indonesia semakin dipertegas dengan dikeluarkannya kesepakatan pada tanggal 7 Januari 2007, oleh Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas (PLS Depdiknas) dengan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (ASAHPENA).

Ada beberapa klasifikasi homeschooling menurut Adilistiono (2010, 36), yaitu:

a. Homeschooling Tunggal

Homeschooling tunggal dilaksanakan oleh orang tua dalam satu

keluarga tanpa bergabung dengan keluarga lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.

b. Homeschooling Majemuk

Homeschooling majemuk dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga

untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlet tenis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan keagamaan.

c. Homeschooling Komunitas

Homeschooling komunitas merupakan gabungan beberapa

25 kegiatan pokok (olah raga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.

Berdasarkan pengertian homeschooling yang diuraikan di atas maka definisi homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model atau kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak. Pendidikan yang dapat dilakukan di mana saja dan membuat anak merasa bebas tanpa paksaan.

2.2.2. Tujuan Homeschooling

Pendidikan informal melalui homeschooling berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional, sekaligus memperluas akses terhadap pendidikan dasar dan menengah. Adapun tujuan homeschooling yaitu:

1. Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang menentukan pendidikan anaknya melalui homeschooling.

2. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program-program belajar dan kecakapan hidup.

3. Untuk menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar menengah. 4. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan

kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu kehidupannya. (Direktorat Pendidikan Kesetaraan, 2006, 12)

Sedangkan menurut Ma‟mur (2012, 67) tujuan homeschooling, yaitu :

a. Menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang bermutu bagi peserta didik yang berasal dari anak dan keluarga yang memilih jalur

homeschooling.

b. Menjamin pemerataan dan kemudahan akses pendidikan bagi setiap individu untuk proses pembelajaran akademik dan kecakapan hidup.

c. Melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu pendidikannya.

26 Jadi, homeschooling merupakan aktifitas pembelajaran yang dilakukan di rumah dan disesuaikan pada kebutuhan pribadi dan kebutuhan lingkungan, serta tantangan perkembangan zaman.

2.2.3. Alasan Orang Tua Memilih Homeschooling

Menurut Perry (2000, 31) melakukan homeschooling untuk anak-anak diperbolehkan dengan alasan apapun. Dalam ber-homeschooling, orang tua tidak perlu mengisi formulir mengenai alasan apa yang orang tua pilih untuk si anak melakukan homeschooling. “As you meet more parents who’ve chosen

homeschooling as an alternative to public education, you’ll realize that every parent expresses a different concern or reason to homeschool”. (Percayakan pada

keyakinan anda (orang tua) untuk melakukan homeschooling. Apapun alasan anda, jangan biarkan orang lain mengatakan bahwa alasan-alasan anda melakukan

homeschooling adalah tidak cukup kuat.

Ada beragam alasan mengapa homeschooling menjadi pilihan bagi orang tua. Dari mulai kemanan, pergaulan, beban akademik yang membuat anak stres hingga kurikulum yang gonta-ganti dapat menjadi alasan mengapa orang tua mulai melirik homeschooling.

Menurut Komariah (2007, 16-17) alasan orang tua memilih homeshooling, yaitu:

1. Tersedianya pendidikan moral atau keagamaan.

2. Memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik 3. Tersedia waktu belajar yang lebih fleksibel

4. Memberikan kehangatan dan proteksi dalam pembelajaran 5. Menghindari penyakit sosial

6. Memberikan keterampilan khusus, serta

7. Memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, nonskolastik yang tidak terikat oleh batasan ilmu.

Sedangkan menurut Ma‟mur (2012, 68 -72) alasan orang tua memilih

homeschooling sebagai pendidikan untuk anaknya adalah : a. Moral dan Religious Reasons

Sebagian besar orang tua ingin memiliki kesempatan untuk mengajarkan anak-anaknya dengan memilihkan pendidikan yang mengandung unsur

27 nilai-nilai agama dan karakter juga standar moral dalam kurikulum pelajarannya.

b. Academic Reasons

Dengan homeschooling yang memiliki sistem pembelajaran tutorial, yaitu

one-on-one, orang tua bisa lebih memenuhi kebutuhan anaknya dengan

mendukung minat anak, rasa ingin tahu dan setiap anak akan dihargai setiap individu.

c. Socialization

Banyak yang beranggapan bahwa anak yang belajar di homeschooling tidak bisa bersosialisasi. Perlu diketahui bahwa sosialisasi yang sesungguhnya adalah anak berinteraksi dengan beragam kelompok dan berbeda usia (vertical socialization), interaktif anak tidak hanya bisa di ukur dengan teman sekelas atau sebaya di sekolah (horizontal

socialization). Dalam homeschooling anak seringkali lebih baik dalam

berinterkasi dengan orang-orang beragam usia.

d. Family Unity

Melalui homeschooling, orang tua dan anak bersama-sama belajar, bereksplorasi, dan menghabiskan waktu bersama. Hal ini akan lebih mempererat hubungan antara anak dan orang tua ataupun saudara kandung.

2.2.3. Metode Pembelajaran Homeschooling

Karakter yang melekat dalam homeschooling adalah customized

education, sehingga homeschooling memiliki model yang bermacam-macam

sesuai dengan kondisi pilihan keluarga yang akan menjalankan homeschooling. Seperti yang dikatakan Sumardiono dalam 7 FAQ Homeschooling :

Pilihannya terserah pada setiap keluarga. Keluarga dapat memilih

homeschooling yang mengacu pada kurikulum nasional atau kurikulum

lain, semisal kurikulum Cambridge IGCSE yang digunakan oleh sekolah-sekolah internasional di Indonesia. Beberapa homeschooling di Indonesia sudah memiliki acuan dasar kurikulum yang mereka pakai dalam proses pembelajaran.

Kurikulum Homeschooling Kak Seto (HSKS) Medan mengacu pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Walaupun menggunakan kurikulum dari Mendiknas seperti di sekolah formal, kreativitas bagi keluarga homeschooling tetap terbuka. Banyak aspek di dalam proses pembelajaran dalam homeschooling yang tetap dapat dimodifikasi sesuai gaya belajar anak agar memperoleh hasil yang

28 maksimal. Metode pembelajaran menggunakan pendekatan yang lebih tematik, aktif, konstruktif, dan kontekstual serta belajar mandiri.

1. Pembelajaran Tematik

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Materi kegiatan siswa di sekolah didasarkan pada tema yang dikembangkan oleh guru, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran.

2. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengharuskan guru menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri.

3. Pembelajaran Konstruktif

Pembelajaran konstruktif mengarahkan agar siswa harus aktif dalam mengembangkan pengetahuan, bukan hanya menunggu arahan dan petunjuk dari guru atau sesama siswa. Dengan pembelajaran ini, diharapkan dapat lebih merangsang dan memberi peluang kepada siswa untuk belajar, berpikir inovatif, dan mengembangkan potensinya secara optimal.

4. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.

5. Pembelajaran Mandiri

Pembelajaran mandiri dapat diartikan sebagai mata proses, dimana individu mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain. Kegiatan yang dilakukan oleh individu tersebut adalah mencakup mendiagnosis kebutuhan belajar, merumuskan tujuan belajar,

29 mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar dan menilai hasil belajar.

Beberapa program pembelajaran yang dilakukan Homeschooling yaitu: 1. Pembelajaran Outing

Pembelajaran outing merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar di dalam kelas dan di luar kelas, yang mempelajari berbagai macam pembelajaran seperti agama, seni, dan wirausaha. Untuk pembelajaran yang dilakukan di luar kelas, homeschooling melakukan kunjungan ke tempat terbuka maupun tertutup, seperti Kebun Raya, Kebun Satwa, Ekowisata, Agrowisata, Industri Manufacturing, Museum, Pusat Seni, Peninggalan Sejarah, dsb.

2. Pembelajaran Project Class

Pembelajaran project class merupakan proses pembelajaran dimana peserta belajar melakukan percobaan - percobaan ilmiah dan keterampilan lainnya. Dimana dengan melakukan project class peserta dapat mengembangkan kreatifitasnya.

3. Parents Meeting

Pertemuan tiga bulanan antara wali murid dengan manajemen dan tutor HSKS, dimana Kak Seto selaku pembina HSKS akan menyempatkan hadir untuk mendiskusikan perkembangan anak didik.

30

Dokumen terkait