METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN
5.2.3. Penanganan Risiko (Aksi Mitigasi)
5.2.3.5. House of Risk Fase II
Penilaian dan perhitungan pada aksi mitigasi risiko dimasukkan ke dalam HOR Fase II. Penilaian dan perhitungan pada aksi mitigasi risiko dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan usulan aksi mitigasi risiko dapat dilihat pada Tabel 5.13.
Tabel 5.12. House of Risk Fase II Risk
Agent
Aksi Mitigasi Risiko ARP
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5
Tabel 5.13. Usulan Aksi Mitigasi Risiko
Code Aksi Mitigasi Risiko Rank
PA1 Membersihkan peralatan setelah dipakai dan
menjadwalkan maintenance. 1
PA2 Menerapkan aktivitas 5R pada seluruh karyawan. 2 PA5 Membuat SOP kerja mengenai produksi yang halal dan
higienis. 3
PA3 Mencari supplier yang memahami konsep halal. 4 PA4 Menempatkan karyawan yang lebih teliti pada bagian
penerimaan bahan baku. 5
6.1. Pembahasan
Dengan mencermati perangkingan Risk Agent pada Tabel 5.10 tidak ada penyebab yang dominan, tetapi untuk mengatasi risiko yang ada dari 21 penyebab risiko diambil 5 penyebab risiko teratas, Tabel 6.1 menunjukan nilai ARP untuk 5 penyebab utama.
Tabel 6.1. Risk Agent Prioritas
Code Risk Agent ARP
A8
Tidak adanya pengecekan kebersihan peralatan sebelum
digunakan. 960
A9 Ruang produksi kurang bersih dan proses produksi kurang
higienis. 912
A6
Lingkungan pasar yang kotor rentan terkontaminasi dengan
najis. 894
A5 Ketidak telitian saat pengecekan bahan baku yang diterima. 875
A11
Keteledoran karyawan yang tidak membersihkan peralatan
setelah habis pakai 784
Sumber: Pengolahan Data
Jika risk agent tersebut dibiarkan, maka dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut yaitu:
1. Peralatan tidak dibersihkan setelah dipakai maka sisa-sisa adonan yang lengket pada peralatan akan berjamur dan jika peralatan akan digunakan lagi
2. maka mengkontaminasi adonan yang baru dan menyebabkan adonan tidak higienis.
3. Jika aktivitas 5R tidak dijalankan maka dapat mempersulit proses pembuatan roti karena ruang produksi yang sempit dan bahan baku mudah terkontaminasi dengan najis karena lingkungan yang kotor.
4. Dengan tidak adanya SOP kerja mengakibatkan pekerja tidak teratur melakukan perkerjaanya dan tidak sesuai alur sehingga sering terjadi kesalahan menyebabkan produk tidak sesuai seperti yang diinginkan.
5. Jika bahan baku sudah tidak halal sejak dari supplier maka produk yang dihasilkan oleh Bread Friend Bakeryini dipastikan tidak halal.
6. Seringnya terjadi miskomunikasi antara pemilik Bread Friend Bakery dan pekerja yang mengakibatkan tujuan dari Bread Friend Bakery ini sulit tercapai.
Lima risk agent tersebut kemudian direncanakan aksi mitigasinya pada House of Risk Fase II. Tahapan House of Risk Fase II ini bertujuan untuk mendapatkan aksi mitigasi risiko untuk menangani risiko supply chain pada Bread Friend Bakery.
Dilakukan penilaian difficulty dalam pelaksanaan aksi mitigasi risiko dan penilaian hubungan antara risk agent dengan aksi mitigasi risiko. Kemudian dilakukan perhitungan Total Effectiveness dan Effectiveness to Difficulty Ratio. Kemudian aksi mitigasi risiko dirankingkan sesuai dengan nilai ETD terbesar yang berarti paling efektif untuk ditangani. Perankingan aksi mitigasi risiko dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2. Prioritas Aksi Mitigasi Risiko
Code Aksi Mitigasi Risiko ETD
PA1
Membersihkan peralatan setelah dipakai dan
menjadwalkan maintenance. 6144
PA2 Menerapkan aktivitas 5R oleh seluruh karyawan. 4515,7 PA5
Membuat SOP kerja mengenai produksi yang halal dan
higienis. 3184,2
PA3 Mencari supplier yang memahami konsep halal. 2168,3 PA4 Menempatkan karyawan yang lebih teliti pada bagian
penerimaan bahan baku. 3531
Sumber: Pengolahan Data
Aksi mitigasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan peralatan setelah dipakai dan menjadwalkan maintenance.
Karena pekerja sering lupa untuk membersihkan sisa-sisa adonan yang lengket pada peralatan dan jika tidak dibersihkan sampai berhari-hari maka sisa-sisa adonan tersebut akan menghitam dan berjamur sehingga dapat mengkontaminasi produk yang akan dibuat. Untuk mengatasi ini perlu ditugaskan membersihkan peralatan setelah habis pakai dan membuat jadwal maintenance pada mesin.
2. Menerapkan aktivitas 5R untuk seluruh karyawan.
Penyebab lingkungan produksi kurang bersih dan tidak rapih karena tidak adanya kesadaran pekerja terhadap lingkungan kerjanya sehingga terlihat kondisi lingkungan yang kurang bersih dan banyak barang-barang yang tidak terpakai berada di lingkungan produksi dan membuat ruang produksi menjadi sempit.
Untuk mengatasi hal ini seluruh pekerja diwajibkan untuk menerapkan aktivitas 5R di lingkungan kerja.
2. Membuat SOP kerja mengenai produksi yang halal dan higienis.
Belum ada perincian dan standard kerja tetap yang membuat para pekerja belum memaksimalkan pekerjaan sesuai dengan fungsinya sehingga dapat menyebabkan kesalahan proses produksi yang membuat produk menjadi tidak halal. Oleh karena itu untuk mengatasi hal ini diperlukan membuat SOP kerja mengenai produksi yang halal dan higienis.
3. Mencari supplier yang memahami konsep halal.
Salah satu penyebab roti menjadi tidak halal adalah bahan baku yang tidak halal.
Ini merupakan penyebab utama yang menjadikan roti menjadi tidak halal karena kalau bahan baku sudah tidak halal maka roti pun sudah pasti tidak halal. Untuk mengatasi masalah ini pemilik Bread Friend Bakery perlu mencari suplier yang memahami konsep halal agar dapat menyediakan bahan baku yang halal.
4. Menempatkan karyawan yang lebih teliti pada bagian penerimaan bahan baku.
Ketidak telitian saat pengecekan bahan baku mengakibatkan bahan baku yang diterima tidak halal dan higienis sehingga membuat roti terkontaminasi dengan najis. Untuk mengatasi permasalahan ini pemilik Bread Friend Bakery perlu menempatkan karyawan yang lebih teliti pada bagian penerimaan bahan baku.
Berdasarkan aksi mitigasi risiko di atas, dapat disimpulkan bahwa usulan aksi mitigasi risiko perlu dilakukan dari pemilihan supplier hingga perbaikan di ruang produksi. Untuk mengetahui secara pasti risiko kehalalan produk tersebut diharapkan
pemilik Bread Friend Bakery mengurus sertifikasi halal agar produk tersebut terjamin kehalalannya.