• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HSP (hari setelah

perlakuan) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 15.5 16.1 15.5 16.6 15.7 16.5 tn 3 15.2 16.1 15.3 16.6 15.7 16.5 tn 6 13.9 15.2 14.8 15.4 14.2 15.7 tn 9 12.6 13.9 14.0 13.1 12.1 14.5 tn

12 9.9d 13.0ab 12.5abc 11.5bcd 10.6cd 13.8a ** 15 7.8d 12.3ab 11.9ab 10.3bc 9.3cd 13.3a ** 18 6.4c 11.8a 11.0a 8.7b 8.2bc 12.1a ** 21 5.4c 10.9a 9.3ab 7.1bc 6.8c 10.7a ** Keterangan :

P0 = kontrol (tanpa perlakuan CaCl2) bunga disimpan dalam larutan pengawet

P1 = bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P2 = bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P3 = bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P4 = bunga direndam dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu disimpan dalam larutan

pengawet

P5 = bunga tanpa perlakuan CaCl2, disimpan dalam larutan pengawet

tn = tidak berbeda nyata; * = berbeda nyata pada taraf uji F 5% (P<0.05); **= berbeda sangat nyata pada taraf uji F 1% (P<0.01)

Perlakuan P5 (bunga tidak diberi perlakuan CaCl2 dan hanya disimpan dalam larutan pengawet) sejak awal pengamatan hingga 21 HSP, dapat mempertahankan jumlah kuntumnya di urutan teratas. Jumlah kuntum P3 (bunga disemprot dengan larutan CaCl2 40 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet) mulai mengalami penurunan jumlah kuntum yang cukup signifikan pada 9 HSP hingga akhir pengamatan jumlah kuntumnya hanya tersisa setengah dari jumlah kuntum awal begitu pula halnya dengan P4 (bunga disemprot dengan larutan CaCl2 80 ppm, lalu bunga disimpan dalam larutan pengawet). Memasuki 9 HSP P1, P2 dan P5 masih dapat mempertahankan jumlah kuntumnya tetap tinggi lebih dari setengah jumlah kuntum awal hingga akhir pengamatan. Perlakuan P0 tidak mengandung larutan pengawet apapun dan tidak mengandung sukrosa. Anggrek pada P0 tidak mendapatkan energi untuk mempertahankan kesegaran kuntumnya, sehingga pada akhir pengamatan jumlah kuntum P0 tinggal kurang dari setengah jumlah kuntum awal yaitu sekitar 5 kuntum. Berkurang drastisnya jumlah kuntum bunga pada P0 juga disebabkan oleh banyaknya batang yang terserang cendawan, cendawan menyumbat jaringan pembuluh xilem sehingga asupan air terhambat.

Jumlah Kuntum Mekar

Hasil pengamatan jumlah kuntum mekar (seperti terlihat pada Tabel 3), menunjukkan bahwa perlakuan CaCl2 mulai terlihat berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar pada 6 HSP dan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah kuntum bunga mekar pada 9 HSP hingga 21 HSP. Jumlah kuntum mekar antara anggrek yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan dan perendaman mulai terlihat berbeda sangat nyata saat memasuki 15 HSP.

Tabel 3. Rata-Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Mekar pada 0–21 HSP

HSP (hari setelah perlakuan) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 8.2 7.4 8.2 7.8 7.3 8.0 tn 3 9.4 9.2 9.6 9.6 9.1 10.2 tn

9 7.6c 10.0ab 10.3a 8.6abc 8.2bc 10.6a ** 12 7.2c 10.0ab 10.0ab 8.0bc 7.4c 10.9a ** 15 6.4b 10.2a 9.8a 7.8b 6.5b 11.0a ** 18 5.5b 10.1a 9.3a 7.0b 6.4b 10.6a **

21 4.6b 10.0a 8.5a 5.8b 5.6b 9.8a **

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Jumlah kuntum mekar pada P1 dan P5 sejak 6 HSP hingga menjelang akhir pengamatan cukup tinggi yaitu sekitar 10 kuntum mekar dan mampu bertahan selama 15 hari. Jumlah kuntum mekar tertinggi dicapai oleh P5 pada 15 HSP yaitu sekitar 11 kuntum mekar. Jumlah kuntum mekar P0, P3, dan P4 tertinggi pada 6 HSP, selanjutnya pada 9 HSP hingga 21 HSP jumlah kuntum mekar pada P0, P3, dan P4 terus menurun (Tabel 3).

Tabel 4. Rata-Rata Jumlah Kuntum Mekar Total pada Bunga Anggrek

Dendrobium ‘Woxinia’

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum mekar total (seperti terlihat pada Tabel 4). Jumlah kuntum mekar total pada perlakuan CaCl2 antara metode penyemprotan berbeda nyata jika dibandingkan dengan metode perendaman, dimana pada metode penyemprotan memiliki jumlah kuntum mekar total 2 kuntum lebih banyak jika dibandingkan dengan metode perendaman. Jumlah total kuntum mekar P1 dan P2 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5, sedangkan perlakuan CaCl2 dengan metode perendaman (P3 dan P4) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P0.

Perlakuan Jumlah Persentase

Kuntum Mekar Total Kuntum Mekar Total (%)

P0 7.2 b 70 a P1 9.7 a 70 a P2 9.5 a 80 a P3 8.1 b 70 a P4 7.5 b 70 a P5 10.3 a 70 a Respon * tn

Persentase Kuntum Mekar

Hasil pengamatan persentase kuntum mekar masing-masing perlakuan dari 0-21 HSP (seperti terlihat pada Tabel 5), menunjukkan bahwa perlakuan pada 0– 21 HSP tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum mekar. Persentase kuntum mekar tertinggi dicapai pada 21 HSP untuk semua perlakuan kecuali untuk P0 yang mulai menurun jumlah kuntum mekarnya saat memasuki 21 HSP. Persentase kuntum mekar tertinggi adalah P1, P2 dan P5 sebesar 92% dan terendah adalah P0 72%.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum mekar total (seperti terlihat pada Tabel 4). Persentase kuntum mekar total tertinggi adalah P2 yaitu 80%, lebih tinggi 10% dibandingkan perlakuan lainnya bahkan lebih tinggi dari P5.

Tabel 5. Persentase Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Mekar pada 0–21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 54 46 54 47 47 49 tn 3 63 58 63 58 59 62 tn 6 60 68 70 64 69 70 tn 9 68 73 74 67 70 73 tn 12 69 78 82 71 73 80 tn 15 77 84 84 76 73 83 tn 18 78 86 85 81 81 88 tn 21 72 92 92 86 84 92 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Perlakuan P0 memiliki persentase kuntum mekar terendah, dimana pada akhir pengamatan hanya 72% kuntum yang berhasil mekar. Hal ini diperkirakan karena P0 banyak yang terserang cendawan. Pada bagian bawah batang terdapat

misellium cendawan yang berwarna putih, misellium ini menyumbat jaringan pembuluh xilem pada bagian batang sehingga penyerapan air terhambat (Anjum et

al., 2001). Larutan holding pada P0 hanya berisi akuades dan tidak mengandung asam salisilat. Asam salisilat memiliki peranan penting dalam pertahanan tanaman terhadap penyakit. Asam salisilat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et

al., 1996). Menurut Nurfitria (2004) asam salisilat efektif mengatasi penyumbatan yang terjadi dalam tangkai bunga sehingga dapat meningkatkan kuncup bunga yang mekar.

Jumlah Kuntum Layu

Hasil pengamatan jumlah kuntum layu (seperti terlihat pada Tabel 6), menunjukkan bahwa perlakuan CaCl2 berpengaruh nyata pada 9 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 6, 12, 15 HSP. Jumlah kuntum layu terbanyak adalah P1 pada 21 HSP yaitu 3.4 kuntum bunga. Kuntum dengan perlakuan P1, P2 dan P5 lebih mampu mempertahankan kesegarannya dari 0 HSP hingga 15 HSP dan mulai layu pada 21 HSP, sebaliknya kuntum P0, P3 dan P4 sudah banyak mengalami kelayuan pada 6 HSP. Hasil pengamatan untuk jumlah kuntum layu total (seperti terlihat pada Tabel 7), menunjukkan berbeda nyata untuk semua perlakuan. Perlakuan P3 mengalami jumlah kuntum layu terbanyak yaitu 3.7 sedangkan terendah adalah pada P1, P2 dan P5 yaitu 3.1.

Menurut Havely dan Mayak (1979) kelayuan terjadi karena perubahan potensial air pada jaringan, sehingga tegangan turgor menurun yang menyebabkan perubahan elastisitas jaringan membuat jaringan menjadi terkulai dan mengkerut. Memasuki 6 HSP kuntum yang paling banyak mengalami kelayuan adalah pada kuntum yang diberi perlakuan CaCl2 dengan menggunakan metode perendaman (P3 dan P4), hal ini diperkirakan karena pada perlakuan dengan metode perendaman kuntum bunga tertumpuk–tumpuk dengan bunga lainnya sehingga kerusakan mekanis akibat gesekan dapat menyebabkan lecet–lecet pada bagian– bagian bunga dan menstimulasi produksi etilen. Etilen dapat mempercepat kelayuan sehingga mengurangi kualitas bunga (Reid 1985).

Tabel 6. Rata–Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Layu pada 0–21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon

0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -

3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -

6 1.1c 1.3c 1.2c 2.4ab 2.6a 1.3bc ** 9 1.9a 0.9ab 1.2ab 1.5a 1.5a 0.5b *

12 3.0a 1.4b 1.1b 2.5a 2.7a 1.3b **

15 2.9a 1.1c 1.6bc 2.7ab 1.8abc 2.2abc **

18 1.7 2.0 2.3 2.9 2.4 2.0 tn

21 2.1 3.4 2.8 2.0 2.5 3.0 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Persentase Kuntum Layu

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase kuntum layu (seperti terlihat pada Tabel 7), berbeda nyata pada 18 HSP dan berbeda sangat nyata pada 6, 9, 12, 15 HSP. Persentase kuntum layu tertinggi adalah P0 pada 21 HSP (40%) dan persentase kuntum layu terendah adalah P1 dan P2 yaitu 30% pada 21 HSP.

Tabel 7. Persentase Kuntum Layu Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0-21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon

0 0 0 0 0 0 0 -

3 0 0 0 0 0 0 -

6 8c 8bc 8c 15ab 19ab 9cb **

9 15a 6cb 8abc 12ab 13a 4c **

12 34a 10c 9c 21b 26ab 9c **

15 41a 9c 13c 27b 18bc 16bc **

18 40a 17b 21ab 34a 29ab 16b *

21 40 31 31 28 32 26 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Tingginya persentase kelayuan pada P0 disebabkan karena larutan

holding pada P0 hanyalah berisi akuades, bunga tidak mendapatkan sumber karbohidrat untuk metabolisme selain dari sisa cadangan makanan pada batang.

Hal ini menyebabkan rendahnya laju respirasi sehingga kelayuan dapat terjadi. Selain itu kelayuan dapat terjadi karena hambatan penyerapan air yang disebabkan oleh bakteri, Cendawan dan mikroorganisme lainnya (Nelson, 1981). Menurut Ichimura (2002) embolisme dapat menyebabkan Bent neck karena asupan air ke bunga terhambat.

Tabel 8. Jumlah Kuntum Layu dan persentase Kuntum Layu Total pada Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’

Perlakuan Jumlah

Kuntum Layu Total

Persentase

Kuntum Layu Total (%)

P0 3.5 ab 40a P1 3.1 b 30b P2 3.1 b 30b P3 3.7 a 40a P4 3.6 ab 40a P5 3.1 b 30b Respon * **

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Hasil pengamatan untuk persentase kuntum layu total (disajikan pada Tabel 8), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kuntum total. Persentase kuntum total tertinggi adalah pada perlakuan P0, P3 dan P4 yaitu sebesar 40% sedangkan terendah pada P1, P2, dan P5 sebanyak 30% kuntum layu.

Jumlah Kuntum Gugur

Hasil pengamatan jumlah kuntum gugur (seperti terlihat pada Tabel 9), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata pada 9 dan 18 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 12 dan 15 HSP. Jumlah kuntum gugur terbanyak adalah perlakuan P0 yaitu 2.7 kuntum bunga pada 1 HSP, sedangkan jumlah kuntum gugur terendah adalah P1 sebanyak 0.9 kuntum bunga pada 12 HSP. Perlakuan penyemprotan di setiap pengamatan memiliki jumlah kuntum gugur lebih rendah jika dibandingkan perlakuan perendaman, namun jumlah kuntum gugurnya masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan P5.

Tabel 9. Rata–Rata Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang Gugur pada 0–21 HSP

HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon

0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 -

3 0.3 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 tn

6 1.3 0.9 0.5 1.2 1.5 0.8 tn

9 1.3ab 1.3ab 0.8b 2.3a 2.1a 1.2ab * 12 2.7a 0.9bc 1.5bc 1.6ab 1.5bc 0.7c ** 15 2.1a 0.7bc 0.6c 1.1bc 1.3b 0.5c ** 18 1.4a 0.4b 0.9ab 1.6a 1.1ab 1.3a *

21 1.0 1.0 1.7 1.7 1.4 1.4 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Kuntum Gugur Total Bunga Anggrek

Dendrobium ‘Woxinia’

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap jumlah kuntum gugur total (seperti terlihat pada Tabel 10). Jumlah kuntum gugur total terbanyak adalah P0 yaitu sebanyak 3.1 kuntum bunga, sedangkan terendah adalah P1 dan P5 sebanyak 2.2 kuntum bunga gugur. Jumlah kuntum gugur total pada kuntum yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan berbeda nyata dengan kuntum yang diberi perlakuan dengan metode perendaman, dimana perlakuan dengan metode penyemprotan lebih mampu mempertahankan jumlah kuntumnya.

Persentase Kuntum Gugur

Hasil pengamatan persentase jumlah kuntum gugur (seperti terlihat pada Tabel 11), menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah kuntum gugur pada 9 dan 18 HSP dan berpengaruh sangat nyata pada 12

Perlakuan Jumlah Persentase

Kuntum Gugur Total Kuntum Gugur Total

P0 3.1 a 60 a P1 2.2 b 50 b P2 2.4 b 50 b P3 3.0 a 60 a P4 2.9 a 60 a P5 2.2 b 50 b Respon * *

dan 15 HSP. Persentase kuntum gugur tertinggi adalah pada perlakuan P4 yang mencapai 61% pada 21 HSP dan persentase kuntum gugur terendah adalah pada P1 sebesar 11% pada 9 HSP. Persentase kuntum gugur tertinggi pada akhir pengamatan adalah perlakuan P4 sebesar 61% dan terendah adalah pada P1 sebesar 10%. Dari awal pengamatan hingga 18 HSP kuntum bunga anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ yang diberi perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan baik dengan konsentrasi 40 ppm maupun dengan konsentrasi 80 ppm lebih mampu mempertahankan kesegaran kuntumnya sehingga jumlah kuntum gugurnya cukup rendah jika dibandingkan dengan bunga anggrek Dendrobium yang diberi perlakuan CaCl2 dengan metode perendaman yang lebih tinggi jumlah kuntum gugurnya.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase kuntum gugur total (seperti terlihat pada Tabel 10). Persentase kuntum gugur total tertinggi adalah pada P0, P3 dan P4 sebesar 60%, lebih tinggi 10% dari P1, P2 dan P5.

Tabel 11. Persentase Kuntum Gugur Bunga Anggrek Dendrobium ‘Woxinia’ pada 0–21 HSP HSP (hari setelah perlakuan) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 0 0 0 0 0 0 - 3 2 0 1 0 0 0 tn

6 10ab 6ab 4b 9ab 14a 6ab tn

9 12abc 11abc 7c 20a 22ab 9bc *

12 36a 7b 13b 16b 16b 5b **

15 41a 6bc 5bc 11bc 17b 4c **

18 22ab 3c 9bc 26a 15abc 13abc *

21 26 10 26 38 61 22 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Volume dan pH Larutan Holding pada Akhir Pengamatan

Volume dan pH larutan holding diukur pada akhir pengamatan. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap volume dan pH larutan holding (seperti terlihat pada Tabel 12). Perlakuan P0 memiliki volume larutan terserap paling rendah yaitu hanya 6.8 ml, sedangkan volume serapan tertinggi adalah pada P5 yaitu 9.9 ml.

Tabel 12. Rata –Rata Volume Larutan Yang Terserap dan pH Akhir Larutan Perlakuan Volume pH P0 6.8 b 4.6 a P1 9.8 a 2.1 c P2 9.8 a 2.0 c P3 9.7 a 2.0 c P4 9.5 a 2.0 c P5 9.9 a 2.4 b

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Volume larutan yang terserap oleh P0 lebih sedikit dan pH P0 lebih tinggi jika dibandingkan perlakuan lainnya. Volume larutan terserap yang lebih rendah pada P0 dapat disebabkan oleh terhambatnya jaringan karena mikroorganisme, mengingat hampir seluruh perlakuan P0 terserang cendawan pada bagian ujung batang bunga. Derajat kemasaman (pH) pada P0 juga sangat tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 4.6 sedangkan pH terendah adalah P2, P3 dan P4 yaitu 2.0. Kondisi pH rendah pada larutan holding sangat penting agar larutan holding lebih mudah untuk diserap oleh jaringan pembuluh xilem pada batang dan menghambat berkembangbiaknya Cendawan dan bakteri pada larutan holding.

Vase life Bunga Potong Anggrek

Vase life adalah lamanya waktu (hari) bunga layak pajang diperagaan, dihitung dari awal panen hingga kurang lebih 50% bunga mengalami kelayuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap

vase life kuntum anggrek. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan CaCl2 dengan metode penyemprotan berbeda nyata jika dibandingkan dengan metode perendaman (seperti terlihat pada Tabel 13), dimana kuntum yang diberi perlakuan dengan metode penyemprotan memiliki vase life yang lebih lama jika dibandingkan dengan metode perendaman.

Tabel 13. Vase life Anggrek untuk Semua Perlakuan

Perlakuan Vase life (hari)

P0 16.4 b P1 20.6 a P2 20.6 a P3 18.4 b P4 17.8 b P5 20.8 a respon *

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Vase life P1 dan P2 tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P5 (vase life ± 20 hari), sedangkan perlakuan CaCl2 dengan metode perendaman (P3 dan P4) tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan P0 (vase life 16-18 hari). Menurut Anjum et al., (2001) mikroorganisme yang tumbuh dalam larutan pengawet seperti cendawan dan bakteri dapat memacu produksi etilen dan racun yang dapat mempercepat senecens serta mengurangi masa kesegaran bunga potong.

Gambar 4. Kuncup Bunga yang menunjukkan gejala menguning

Anggrek dengan perlakuan CaCl2 menunjukkan gejala menguning (Gambar 4) yang diduga disebabkan oleh konsentrasi penggunaan larutan CaCl2

yang terlalu tinggi. Gejala ini muncul pada kuntum anggrek yang masih kuncup dan biasanya adalah kuncup yang terletak diantara kuntum mekar dan kuntum kuncup. Kuncup tersebut sebelum sempat mekar telah menguning dan gugur terlebih dahulu. Gejala menguning ini pun muncul pada penelitian yang dilakukan oleh Mardiansah (2007) yang melakukan aplikasi penyemprotan CaCl2 dengan konsentrasi 40, 80 dan 120 ppm pada saat pra panen. Kondisi visual bunga potong anggrek pada berbagai perlakuan seperti terlihat pada gambar 5 dan 6.

Gambar 5 . Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium ”Woxinia” pada berbagai perlakuan pada 5 HSP

Gambar 6. Penampilan bunga potong anggrek Dendrobium ”Woxinia” pada berbagai perlakuan pada 21 HSP

Infeksi Cendawan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap infeksi Cendawan pada 3, 6, 9, 12 HSP (seperti terlihat pada Tabel 14). Perlakuan yang paling awal terinfeksi Cendawan dalam jumlah yang cukup tinggi adalah P0. Hal ini disebabkan P0 hanya menggunakan akuades sebagai larutan

bersama bahwa asam salisilat sangat bermanfaat mencegah masuknya penyakit melalui luka dan membentuk area yang bebas organisme parasit disekitar luka tersebut (Zhiqiang et al., 1996).

Tabel 14. Jumlah Tangkai Bunga yang Terinfeksi Cendawan HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 0 0 0 0 0 0 - 3 10a 0b 0b 0b 0b 0b * 6 13a 0b 0b 1b 1b 0b * 9 13a 4b 4b 6b 8b 3b *

12 14a 5c 7bc 10abc 11ab 14abc *

15 14 8 12 11 14 10 tn

18 14 12 11 12 13 10 tn

21 14 14 15 12 15 15 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Tabel 15. Persentase Terjadinya Infeksi Cendawan HSP

(hari setelah perlakuan)

Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 Respon 0 0 0 0 0 0 0 - 3 67 0 0 0 0 0 * 6 93 0 0 7 7 0 * 9 93 27 27 40 53 20 * 12 93 33 47 67 73 93 * 15 93 53 80 73 93 67 tn 18 93 80 73 80 87 67 tn 21 93 93 100 80 100 100 tn

Keterangan : Sama dengan Tabel 2

Infeksi Cendawan mulai tinggi di setiap perlakuan pada 9 HSP dan terus meningkat jumlahnya, hingga akhir pengamatan hanya menyisakan 5 batang bunga yang tidak terinfeksi cendawan antara lain 1 batang pada P0, 1 batang pada P1 dan 3 batang pada P3. Batang yang terinfeksi cendawan seperti terlihat pada gambar 7. Tingginya tingkat kontaminasi Cendawan pada penelitian ini diduga karena suhu yang berubah–ubah, yang disebabkan oleh matinya lampu beberapa kali saat penelitian sedang berlangsung. Saat siang hari udara cukup panas bisa mencapai 28ºC karena laboratorium tempat penelitian berlangsung berada pada lantai paling atas gedung, udara panas menyebabkan leher bagian dalam botol

berkeringat dan lembab sehingga memudahkan Cendawan untuk berkembangbiak. Jenis Cendawan yang menyerang adalah Cendawan upas (Upasia salmonicolor).

Gambar 7. Tangkai Bunga Anggrek yang Terserang Cendawan Upas

Gambar 8. Kondisi Tangkai Bunga Anggrek yang Terserang Cendawan Upas

Dokumen terkait