BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.10. Hubungan Antara Biaya dan Waktu
Perhitungan untuk biaya tambahan akibat penambahan tenaga kerja dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Normal ongkos pekerja perhari sesuai dengan harga satuan setiap daerah. 2. Biaya penambahan pekerja
= Jumlah pekerja × upah normal pekerja perhari 3. Crash cost pekerja
= ( Biaya total pekerja yang dipercepat – Biaya total pekerja normal ) 4. Cost slope
=
Biaya total proyek sama dengan penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat bergantung dari waktu
penyelesaian proyek. Hubungan antara biaya dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 2.5. Titik A pada gambar menunjukkan kondisi normal, sedangkan titik B menunjukkan kondisi dipercepat. Garis yang menghubungkan antar titik tersebut disebut dengan kurva waktu biaya. Gambar 2.5. memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan jumlah jam kerja (lembur) maka akan semakin cepat waktu penyelesaian proyek, akan tetapi sebagai konsekuensinya maka terjadi biaya tambahan yang harus dikeluarkan akan semakin besar.
Gambar 2.5. Hubungan waktu-biaya normal dan dipercepat untuk suatu kegiatan (Sumber: Soeharto, 1997).
Messah (2010), menyatakan bahwa suatu pekerjaan konstruksi dapat dinilai kinerjanya baik atau buruk berdasarkan biaya, mutu dan waktu yang dihasilkan. Kinerja proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana. Agar rencana dan hasil nyata proyek sesuai, maka pekerjaan konstruksi harus
direncanakan dan dikendalikan dengan baik. Pengendalian waktu dan biaya konstruksi ini dapat dilakukan dengan metode Earned Value Analysis.
Pranowo dan Samantha (2007) dalam penelitian dengan judul Pengendalian Proyek dengan metode Earned Value pada proyek Rusunawa Universitas Diponegoro Semarang menghasilkan kesimpulan, Hasil perhitungan CV (Cost Variance) menunjukkan angka positif. Hal ini berarti biaya untuk menyelesaikan proyek lebih kecil dari rencana. Hasil perhitungan SV (Schedule Variance) menunjukkan angka positif, hal ini berarti pelaksanaan lebih cepat dari yang direncanakan. Hasil perhitungan CPI (Cost Performance Index) sebesar 1,19 menunjukkan kinerja lebih baik dari anggaran dan kegiatan pelaporan pengawas lapangan berjalan dengan lancar. Hasil perhitungan SPI (Schedule Performance
Index) menunjukkan pelaksanaan pekerjaan lebih cepat dari jadwal yang direncanakan.
Maulana (2011), menyatakan bahwa Konsep Earned Value Analysis merupakan konsep yang memadukan unsur jadwal, biaya, dan prestasi pekerjaan (progress fisik kondisi sekarang di lapangan), sehingga dapat diketahui perkiraan biaya dan waktu untuk menyelesaikan suatu proyek. Metode ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi sedini mungkin apabila terjadi adanya
pembengkakan biaya maupun keterlambatan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan proyek, sehingga pihak-pihak yang terkait dalam proyek ini dapat mengatasi kendala-kendala yang bisa mempengaruhi jalannya aktivitas proyek.
Penelitian tentang analisis kinerja biaya dan waktu dengan konsep earned value dengan studi kasus Proyek Gedung Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Timur sebelumnya telah dilakukan oleh Maulana (2011). Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pada akhir peninjauan, nilai kinerja schedule proyek atau SPI sebesar 0,920. Proyek ini telah mengalami keterlambatan 7,42% dari target rencana 92,22% dan realisasi pekerjaan 84,79%. Sedangkan dilihat dari segi kinerja biaya, nilai CPI sebesar 1,034, artinya biaya proyek yang telah dikeluarkan masih berada di bawah biaya yang dianggarkan. Apabila kecenderungan kinerja proyek seperti pada akhir peninjauan (minggu ke20), maka dapat diperkirakan biaya penyelesaian proyek sebesar
Rp.5.689.292.052,54, dan nilai tersebut masih di bawah biaya yang dianggarkan (BAC) sebesar Rp. 5.882.631.641,87. Sedangkan untuk waktu penyelesaian akhir pekerjaan diramalkan selama 164 hari, yang berarti waktu sedikit lebih lama dari jadwal yang direncanakan selama 150 hari. Diketahui pula faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan atau keterlambatan proyek tersebut adalah sebagai berikut ini. Faktor-faktor yang mendukung kemajuan proyek terdiri dari cuaca di lapangan sangat mendukung kinerja, penambahan jam lembur pekerja, dan penggunaan alat berat yang maksimal, sedangkan faktor-faktor yang
mengakibatkan keterlambatan proyek terdiri dari terbatasnya jam pengecoran yang tidak dapat dilakukan siang hari sebagai akibat padatnya rutinitas jalan akses, tidak maksimalnya kinerja pekerja karena bertepatan dengan bulan puasa ramadhan, adanya ketidaktepatan dalam pemilihan mandor pekerja, dan waktu pelaksanaan proyek berhenti selama 6 hari karena bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.
Siti (2012) melakukan penelitian tentang Aplikasi Metode Nilai Hasil (Earned Value Method) pada Sistem Pengendalian Proyek Konstruksi dengan studi kasus Proyek Rekonstruksi / rehabilitasi Gedung Sekolah Sd Negeri Gunung Mulyo Bantul. Kesimpulan penelitian tersebut ialah Pada Minggu ke-4, ke-8,ke-12,ke-16 dan ke-20 nilai ACWP lebih kecil dari BCWS, yang berarti bahwa biaya yang dikeluarkan pada pelaksanaan proyek lebih kecil dibanding dengan biaya yang direncanakan. Pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal rencana dengan biaya pengeluaran sesuai dengan anggaran (on schedule, on cost) pada minggu ke-2,ke-8,ke-12,dan ke-16.
Messah, dkk (2013) dengan judul Pengendalian Waktu dan Biaya Pekerjaan Konstruksi Sebagai Dampak Dari Perubahan Desain dengan Studi Kasus Embung Irigasi Oenaem, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten Timor
Tengah Utara. Penelitian tersebut menghasilkan kesimpulan, Kinerja pekerjaan berjalan buruk karena tidak sesuai jadwal (terlambat) dan biaya nya lebih tinggi dari nilai kontrak. Berdasarkan estimasi pada proyek tersebut, terjadi
penyimpangan waktu sebesar 7 minggu, Kemudian dikendalikan menggunakan metode pemendekan durasi (Crashing Duration) dengan penerapan kerja lembur maka masa kerjanya menjadi 35 minggu (5 minggu keterlambatan)
Pamungkas dan Setiono (2013) dalam penelitian yang berjudul Analisis Nilai Hasil terhadap Waktu dan Biaya pada Proyek Konstruksi dengan Studi Kasus Proyek ICB Civil Work Construction off Spillway of Countermeasures in Wonogiri mendapatkan kesimpulan, Total biaya pelaksanaan berdasarkan nilai hasil Rp. 65.119.105.506,54 sehingga di minggu ke-13 mengalami kerugian sebesar Rp.1.286.354.372,41. Total biaya konstruksi dengan memperhitungkan bunga selama masa konstruksi adalah Rp. 9.225.434.469,93. Prakiraan waktu penyelesaian proyek apabila menggunakan perhitungan komulatif menunjukkan bahwa waktu penyelesaian lebih cepat 21 hari dari yang direncanakan, dengan biaya Rp. 101.828.845.159,98 dengan tersisa Rp. 37.528.171.410,02.
Penelitian tentang pengendalian waktu dan biaya konstruksi
sebelumnya telah dilakukan oleh Puspa Presisda (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengendalian Waktu dan Biaya pada Proyek Kondtruksi dengan studi kasus Proyek Pembangunan Jembatan Bagongan Ruas Jl. Japunan-Banjarnegoro, mendapat kesimpulan bahwa, pada minggu ke-14 menunjukkan bahwa Schedule Varians bernilai negatif yang berarti proyek mengalami keterlambatan, sedangkan Cost Variance bernilai positif yang berarti biaya yang digunakan masih di bawah biaya rencana proyek. Nilai SV dan CV menunjukkan bahwa proyek terlambat dari jadwal yang direncanakan dan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dari anggaran biaya. Nilai Schedule Performance Index = 0,976. Sedangkan nilai Cost Performance Index = 1,003, artinya menunjukkan waktu pelaksanaan pekerjaan lebih lama dari jadwal rencana dan pengeluaran biaya lebih rendah dari anggaran yang direncanakan.
Faris (2015) menyebutkan bahwa konsep nilai hasil (Earned Value) adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah diselesaikan atau dilaksanakan. Metode nilai hasil dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja proyek secara terpadu antara biaya dan waktu. Penelitian tentang Analisis Kinerja Biaya dan Jadwal Terpadu dengan Menggunakan Konsep Metode Nilai Hasil oleh Faris (2015) dengan Studi Kasus Proyek Rekonstruksi dan Rehabilitasi Jembatan Desa Canggal-Candiroto Hasil penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa minggu ke-6 berdasarkan nilai Planned Value, Earned Value, dan Actual Cost proyek mengalami keterlambatan dari jadwal rencana tetapi biaya yang dikeluarkan berada dibawah biaya rencana, dengan biaya lebih rendah dari anggaran yang telah direncanakan. Pada
perhitungan Crashing minggu ke-6 , biaya kebutuhan tenaga kerja lebih ekonomis daripada jam kerja lembur.
Fradina (2015), melakukan penelitian tentang Penerapan Earned Value Method (EVM) dan Crashing pada proyek konstruksi dengan studi kasus
Pembangunan Jl.Tol Cikampek – Palimanan Section VI-B STA 204+624 – 208+298. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pada minggu ke-41 total biaya
pelaksanaan proyek dibawah dari nilai kontrak.dan terjadi keterlambatan pada minggu tersebut dan terjadi penurunan kinerja biaya.