• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Frailty dengan Depresi pada Lanjut Usia

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA SINDROM FRAILTY (Halaman 30-74)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Hubungan antara Frailty dengan Depresi pada Lanjut Usia

Frailty dan depresi merupakan sindrom dalam praktek geriatrik. Ada hubungan tumpang tindih substansial dari 2 sindrom ini, tidak jelas apakah frailty konsekuensi dari depresi atau sebaliknya, atau memang apakah mereka bisa menjadi kondisi kongruen.18

Fenomena ini tumpang tindih antara depresi dan sindrom frailty dengan gejala umum depresi (penurunan berat badan, menurun aktivitas fisik, energi kurang) dan sindrom frailty (lelah, menurunnya aktivitas liburan, kehilangan berat badan). The Cardiovaskular Health Study melaporkan laju depresi meningkat sebanding dengan sindrom frailty yang ada.6

Hasil penelitian yang mencari hubungan antara frailty depresi di Singapura tahun 2014 mengatakan bahwa frailty merupakan faktor resiko perkembangan depresi. Penelitian ini tidak mengejutkan karena mengamati frailty dan depresi merupakan entitas yang berbeda. Frailty sering ditemukan bersamaan satu sama lain karena memiliki gejala dan faktor resiko. Faktor resiko dan gejala yang sama mungkin menjelaskan kenapa bisa frailty mempertahankan dan mempredisposisi gelaja depresi yang baru. Subjek yang mengalami frailty menyebabkan gejala depresi karena kemampuan fungsional buruk, ketidakaktifan fisik, dan penarikan sosial. 18

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Teori

Meningkat Usia

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel tergantung

3.3. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ada hubungan sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia.

.

Sindrom frailty Skala depresi

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional (non-eksperimental) analitik dengan metode cross sectional, yaitu semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya hanya dilakukan satu kali, pada satu saat.19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Agustus sampai bulan Oktober 2016.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

UPT ini merupakan bagian dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Kantor kepengurusan UPT ini terletak di Binjai. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita terletak di dua tempat berbeda. UPT Pelayanan Lanjut Usia berada di Jalan Perintis Kemerdekaan Gg. Sasana no.2 Kel. Cengkeh Turi, Binjai. UPT Pelayanan Anak Balita berada di Jalan T.Amir Hamzah No. 59 A, Kelurahan HelvetiaTimur, Kecamatan Medan Helvetia, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode total sampling dengan populasi 172 orang dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi

1. Usia lebih atau sama dengan 60 tahun.

2. Lanjut usia dapat diwawancarai b. Kriteria Eksklusi

1. Lanjut usia mengalami kelumpuhan anggota gerak.

2. Lanjut usia menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian.

3. Lanjut usia tidak dapat mengenal angka.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner The Edmonton Frail Scale dan Geriatric Depression Scale. Sebelum peneltian akan dilakukan uji validasi kuisoner The Edmonton Frail Scale dan Geriatric Depression Scale . Kedua kuesioner telah divalidasi dengan 25 sampel lanjut usia.

Sebelum dilakukan wawancara, semua populasi dijelaskan tujuan dan tahapan penelitian. Lanjut usia yang menandatangani informed consent dilakukan wawancara dengan mengisi pada kuisoner.

4.5. Definisi Operasional 1. Frailty

Definisi : Frailty adalah gejala klinis penurunan fisiologis tubuh.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : The Edmonton Frail Scale Hasil Pengukuran : Skala mulai dari 0-17

Skala Ukur : Numerik

2. Depresi

Definisi : Gangguan mental umum yang tertekan, kehilangan kesenangan atau minat perasaan bersalah atau harga diri.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Geriatric Depression Scale Hasil Pengukuran : Skala mulai dari 0-15

Skala Ukur : Numerik

3. Jenis Kelamin

Definisi : Status Jenis kelamin yang didapatkan dari wawancara dan observasi.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Laki-laki Perempuan Skala Ukur : Nominal

4. Pendidikan

Definisi : Jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan subjek penelitian.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Pendidikan dasar (SD, SMP)

Pendidikan menengah (SMA)

Pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)

Tidak sekolah

Skala Ukur : Ordinal

5. Usia

Definisi : Perhitungan umur yang dimulai dari saat kelahiran sampai dengan waktu perhitungan usia.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015

Usia lanjut : 60-69 tahun

Usia lanjut resiko tinggi : >70 tahun Skala Ukur : Ordinal

6. Status Pernikahan

Definisi : ikatan sosial antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan untuk membentuk keluarga.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Janda/ duda/ tidak menikah

Menikah

Skala Ukur : Nominal 4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry, cleaning data, dan saving.

1. Langkah pertama, editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Kedua, coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan, dan diolah 4. Ketiga, entry, data kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

5. Keempat, cleaning data, dengan melakukan pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data.

6. Terakhir, saving, data kemudian disimpan untuk siap dianalisis. dengan menggunakan komputer. Selanjutnya data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, ataupun grafik.

4.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi dan proporsi data-data lansia seperti skala frailty, skala depresi, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan status pernikahan.

4.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara sindrom frailty dengan tingkat depresi dengan uji statistik korelasi. Untuk mengetahui lebih tepat besar/ derajat hubungan dua variabel digunakan Koefisien Korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi normal.20 Korelasi mutlak akan memberikan nilai mutlak nilai r= 1. Nilai r yang lebih rendah ditafsirkan kuat (r> 0,8), sedang (0,6-0,79), lemah (0,4-0,59), sangat lemah (<0,4).19

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita merupakan bagian Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesejahteraan Sosial Sumatera Utara. UPT Pelayanan Lanjut Usia terletak di Binjai, sedangkan UPT Pelayanan Anak Balita terletak di Medan. Penelitian telah dilakukan di UPT Pelayanan Lanjut Usia di Binjai tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan Gg. Sasana no.2 Kel. Cengkeh Turi. UPT Pelayanan Lanjut Usia ini memiliki 172 orang lansia yang tinggal di delapan belas wisma. Tempat wawancara dilakukan dimasing-masing wisma sesuai tempat tinggal lansia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini diambil 172 responden. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Binjai adalah 96 orang. Responden yang menolak wawancara 24 orang, 6 orang meninggal, dan 46 orang tidak bisa diwawancara karena sudah banyak yang mengalami demensia dan tidak bisa mendengar. Kemudian hal-hal yang dinilai dari karakteristik responden adalah jenis kelamin, pendidikan, usia, dan status pernikaha

Data lengkap distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1. dibawah.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Dapat dilihat dari tabel diatas, seluruh responden yang menjadi responden penelitian jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama. Sebagian besar pendidikan responden penelitian adalah pendidikan dasar (SD-SMP) dengan persentase 64,6%. Kategori usia responden terbanyak adalah usia lanjut 51% perbedaan sedikit dengan usia lanjut resiko tinggi 49%. Usia responden yang paling muda adalah 60 tahun dan yang paling tua adalah 98 tahun dengan rata rata usia responden adalah 71 tahun. Status pernikahan responden paling banyak janda atau duda dan satu responden tidak menikah dengan persentase 81,2%.

5.1.3. Sindrom Frailty

Sindrom frailty pada penelitian ini dinilai melalui kuisoner The Edmonton Frail Scale yang sudah divalidasi sebelumnya. Distribusi sindrom frailty bisa dilihat ditabel dibawah ini.

- Usia Lanjut Resiko Tinggi

49 47

51 49 Status Pernikahan

- Janda/ duda/ tidak menikah - Menikah

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sindrom Frailty sindrom frailty. Skor tertinggi sindrom frailty adalah 12 dan skor terendah adalah 2. Rata-rata frailty pada lansia antara tidak frailty dengan mulai frailty. Selain itu, responden yang mengalami sindrom frailty paling banyak kategori mulai frailty adalah 35 orang (36,5%).

5.1.4. Skala Depresi

Skala depresi responden dinilai dengan kuisoner Geriatric Depression Scale (GDS) yang sudah divalidasi sebelum penelitian.Distribusi frekuensi skala depresi dapat dilihat ditabel dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Skala Depresi Skala Depresi daripada dibandingkan depresi ringan, sedang dan berat. Jumlah responden yang normal 63 orang (65,6%). Skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 10.

Rata-rata skala depresi pada lansia dalam keadaan skala normal.

5.1.5. Profil Depresi Responden

Lansia yang mengalami depresi adalah 33 orang (34,4%). Mayoritas lansia tergolong normal 65,6%. Profil depresi dinilai berdasarkan jenis kelamin, status pendidikan, usia dan status pernikahan. Profil depresi dapat dilihat di tabel 5.4.

dibawah.

Tabel 5.4. Distribusi Skala Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pendidikan, Usia, dan Status Pernikahan

Depresi tidak ada yang mengalami depresi berat.

Berdasarkan tingkat pendidikan, depresi banyak ditemukan pada pendidikan dasar yaitu 16 orang. Usia lanjut resiko tinggi paling banyak mengalami depresi ringan yaitu 18 orang. Usia lanjut yang mengalami depresi ringan lebih sedikit dibandingkan lanjut usia resiko tinggi. Kelompok usia lanjut dan usia lanjut resiko tinggi tidak ada yang mengalami depresi berat.

Lansia janda/ duda/ tidak menikah mengalami depresi ringan paling banyak yaitu 28 orang. Lansia yang menikah mengalami depresi hanya 3 orang. Lebih banyak lansia duda/ janda/ tidak menikah yang mengalami depresi.

5.1.6. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi

Seluruh responden berjumlah 96 orang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Hasil didapatkan total skor dalam bentuk numerik. Hasil skor terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-smirnov. Hasil signifikansi diperoleh sindrom frailty 0,001 dan skala depresi 0,019. Kedua hasil < p dimana p

= 0,05. Data yang diperoleh tidak terdistribusi normal. Karena data diperoleh tidak terdistribusi normal, data dianalisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi spearman.

Tabel 5.5. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi

Sindrom frailty memiliki hubungan yang signifikan dengan skala depresi (p=0,001). Terdapat pula korelasi positif antara Edmonton Frailty Scale dengan Geriatric Depression Scale. Semakin meningkat sindrom frailty semakin meningkat pula skala depresi pada lansia. Korelasi didapatkan 0,838 menandakan ada hubungan yang kuat antara antara sindrom frailty dengan skala depresi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian

Pada penelitian, jenis kelamin perempuan dan laki seimbang yaitu laki-laki 48 orang (50%) dan perempuan 48 orang (50%). Berdasarkan BPS 2010 jumlah perempuan dan laki-laki hampir seimbang. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 orang (49,66 %), sedangkan penduduk laki-laki mencapai 50,34%.21 Menurut BPS 2014, jumlah lansia perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, tetapi tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Jumlah 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki.22 Jenis kelamin perempuan 77,5% dibandingkan laki-laki pada penelitian di Panti Werdha Pelkris

Variabel X±SD r p-value

Sindrom Frailty Skala Depresi

5,86±2,184 3,79±1,880

0,838 0,001

Pengayoman Semarang.23 Perbedaan jenis kelamin responden suatu penelitian bisa saja berbeda pada setiap Panti Werdha karena distribusi perempuan dan laki-laki tidak mungkin sama untuk setiap Panti.

Mayoritas pendidikan pada lansia pada penelitian ini adalah pendidikan dasar (SD-SMP) (64,6%). Berdasarkan penelitian dari 27 responden, 3 responden tidak memiliki latar belakang sekolah, 12 responden memiliki latar belakang SD, 8 responden SMP, dan 4 responden SMA.24 Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tingkat pendidikan dasar mencapai 87,5% lansia.25 Penelitian di Panti Werdha Pelkris Pengayoman Semarang banyak lansia pendidikan dasar mencapai 72,5%.23

Hasil pengumpulan data berdasarkan usia lanjut 49 orang (51%) dan usia lanjut resiko tinggi 47 orang (49%). Berdasarkan penelitian di Panti Wreda Dharma Bati Pajang Surakarta, distribusi frekuensi umur responden menunjukkan sebagian besar merupakan lansia yang berumur 60 – 74 tahun sebanyak 23 responden (54%). Kelompok usia lanjut di Panti Werdha Pelkris Pengayoman Semarang adalah 32,5% sedangkan usia lanjut resiko tinggi lebih tinggi 67,5%.23 Dengan bertambahnya umur, lansia sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat, memasuki masa pensiun, ditinggal mati pasangan, stress menghadapi kematian dan depresi.26

Status pernikahan pada lansia di panti jompo Binjai 78 orang (81,2%) duda/janda/tidak menikah. Penelitian pada Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Bali 65,7% mengaku sudah menikah dan status sampel adalah janda/duda. Menurut hasil wawancara, hampir semua sampel yang sudah kehilangan pasangan menuturkan itulah penyebab para lansia tersebut memilih untuk tinggal di panti.27

5.2.2. Sindrom Frailty

Berdasarkan tabel diatas, perbandingan jumlah responden yang mengalami sindrom frailty adalah 59 orang (47,3%) dan 41 orang (42,7%) tidak mengalami sindrom frailty. Selain itu, responden yang mengalami sindrom frailty paling

banyak kategori mulai frailty adalah 35 orang (36,5%), sedangkan yang lain frailty ringan 14 orang (14,6%), frailty sedang 4 orang (4,1%), dan frailty berat 2 orang (2,1%). Penelitian yang dilakukan pada prevalensi sindrom frailty 270 orang lanjut usia rawat jalan yakni kondisi pre-frailty sebesar 71,1%, sedangkan frailty 27,4%.3 Penelitian frailty pada pasien lansia rawat inap di RSUP Dr.

Kariadi mengalami frailty 76% .8 Data yang diambil dari Studi Toledo, sebuah populasi 2488 orang lansia umur lebih dari 65 tahun. Data dikumpulkan dari 2006-2009. lansia mengalami pre-frailty 41,8%, sedangkan 8,4% mengalami frailty.28

5.2.3. Skala Depresi

Jumlah responden yang tidak depresi lebih banyak daripada dibandingkan depresi ringan, sedang dan berat. Jumlah responden yang normal 63 orang (65,6%), sedangkan responden depresi ringan 30 orang (31,3%), depresi sedang 3 orang (3,1%) dan depresi berat tidak ada.

Penelitian di Panti Wreda Semarang prevalensi kejadian depresi subyek lanjut usia di Panti Wreda adalah 38,5% (26,9% depresi ringan; 9,6% depresi sedang;1,9% depresi berat).29 Dukungan sosial terhadap depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda sebesar 23,7% sedangkan sisanya sebesar 76,3%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman hidup, tingkat religiusitas, faktor kepribadian, dan harga diri (self-esteem).30

Depresi yang terjadi pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial tergolong banyak.

Penangan yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial dengan melakukan pendekatan psikologis, pendekatan medis, pendekatan spiritual, dan pendekatan fisik.

Pendekatan psikologis dengan meningkatkan intensitas komunikasi perawat dengan lansia dan self talk. Pendekatan medis adalah pendekatan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi dengan bantuan beberapa obat penenang.

Pendekatan spiritual yang mampu menyembuhkan gangguan psikologis secara sistematis kepada Tuhan yang Maha Esa. Pendekatan fisik yang diberikan kepada pasien dengan menggerakkan anggota tubuh. Lansia melakukan kegiatan

kesenangan dan mengembalikan semangat yang dilakukan untuk tidak teringat dengan masa lalu. Kegiatan seperti memasak, berkebun, dan membuat kesenian.31 UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai memiliki kegiatan rutin hari selasa dan jumat senam lansia. Hari senin dan rabu agenda rutin adalah ceramah di Mesjid UPT. Hari kamis agenda rutin adalah kegiatan wirid bersama. Kegiatan dukungan sosial dan religiusitas ini menurunkan tingkat depresi di UPT Pelayanan Lanjut Usia ini sehungga banyak lansia yang tidak mengalami depresi.

5.2.4. Profil Depresi Responden

Depresi pada UPT Pelayanan Sosial Binjai lebih banyak pada perempuan 17 orang dibandingkan laki-laki 16 orang. Prevalensi depresi yang terjadi di Ludhiana, India 65,6% perempuan mengalami depresi lebih banyak dibandingkan laki-laki.32 Perempuan di Panti Werdha Pelkris 77,5% mengalami depresi dibandingkan laki-laki.23 Depresi lebih sering, ada dugaan wanita lebih sering mencari pengobatan sehingga lebih sering terdiagnosis. Selain itu, wanita lebih sering terpaja oleh stressor lingkungan lebih rendah dibandingkan pria. Adanya depresi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormone pada wanita menambah tingginya prevalensi depresi.33

Depresi pada tidak sekolah/ buta huruf 52,7% sedikit lebih tinggi dibandingkan sekolah. Pendidikan lansia di Panti Werda Pelkris Semarang pendidikan dasar 75,9 % mengalami depresi.23 Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam meotivasi sikap, berperan dalam pembangunan kesehatan. Semakin rendah pendidikan seseorang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkannya.23

Lansia UPT Pelayanan Lansia Binjai mengalami depresi banyak pada lansia resiko tinggi >70 tahun 57,5%. Penelitian pada lansia di Panti Werda Pelkris 74,1% mengalami depresi pada usia >75 tahun.23 Gejala depresi pada lansia prevalensi meningkat sering bertambahnya umur. Lansia yang berumur lebih dari 75 tahun cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dibawah 75 tahun. Tetapi hasil penelitian pada kelompok lanjut usia yang mengalami hanya

sebesar 18%. Periode pertama dari depresi mayor terjadi pada usia diatas 50 tahun, namun secara statistik tidak bermakna.

Depresi pada lansia janda/ duda/ tidak menikah 90,9%. Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.16 Dukungan keluarga penting dalam bagi lansia karena kurangnya dukungan dukungan dapat mencetuskan depresi karena perasaan ditelantarkan atau tidak dapat perhatian yang memadai dari keluarga.34

5.2.5. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi

Berdasarkan penelitian ini, nilai signifikansi adalah 0,001 dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara sindrom frailty dengan skala depresi.

Selanjutnya koefisien korelasi diperoleh 0,838 menandakan ada hubungan yang tinggi antara antara sindrom frailty dengan skala depresi.

Penelitian pasien rawat inap di RSUP Dr. Kariadi terdapat korelasi positif antara sindrom frailty dengan skala depresi yaitu (r=0,695; p<0,001).

Berhubungan antara sindrom frailty dengan skala depresi.8

Fenomena ini tumpang tindih antara depresi dan sindrom frailty dengan gejala umum depresi (penurunan berat badan, menurun aktivitas fisik, energi kurang) dan sindrom frailty (lelah, menurunnya aktivitas liburan, kehilangan berat badan). The Cardiovaskular Health Study melaporkan laju depresi meningkat sebanding dengan sindrom frailty yang ada.6

Beberapa studi prospektif meneliti ada atau tidak frailty dengan memprediksi insiden gejala depresi, semua dengan temuan positif. Dalam sebuah penelitian kohort berbasis populasi – InCHIANTI (studi berbasis populasi lansia yang tinggal di wilayah geografis Chianti (Tuscany, Italia).- dari 888 orang frailty lebih tua berusia >65 tahun dengan follow-up pada 3, 6, dan 9 tahun, 30,6% dari orang yang tidak depresi menjadi perasaan depresi selama follow-up dan frailty merupakan risiko yang signifikan dari onset baru depresi.35

Hasil penelitian yang mencari hubungan antara frailty depresi di Singapura tahun 2014 mengatakan bahwa frailty merupakan faktor resiko perkembangan

depresi. Subjek yang mengalami frailty menyebabkan gejala depresi karena kemampuan fungsional buruk, ketidakaktifan fisik, dan penarikan sosial. 18

Penelitian yang diadakan Health and Retirement Study Cohort 2004-2012 pada lansia usia lebih dari 55 tahun. Ada hubungan tumpang tindih antara frailty dan depresi. Tiga kriteria frailty dihubungkan dengan depresi. Faktor secara signifikan berkorelasi dengan depresi: sindrom biologis (ρ = 0,67, p <0,01), domain fungsional (ρ = 0,70, p <0,01), dan beban medis (ρ = 0,62, p <0,01).36

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan yang signifikan antara sindrom frailty dengan skala depresi.

Koefisien korelasi spearman diperoleh 0,838

2. Ada hubungan yang kuat (r> 0,8) antara antara sindrom frailty dengan skala depresi dengan r=0,838 .

3. Jumlah responden yang mengalami sindrom frailty adalah 55 orang (57,3%) dan 41 orang (42,7%) tidak mengalami sindrom frailty.

4. Jumlah responden tidak depresi 63 orang (65,6%), sedangkan responden depresi ringan 30 orang (31,3%), depresi sedang 3 orang (3,1%) dan depresi berat tidak ada.

5. Karakteristik responden paling banyak pendidikan dasar, usia lanjut, status pernikahan janda/ duda, sedangkan jenis kelamin sama banyak antara laki-laki dan perempuan.

6. Profil depresi pada UPT Pelayanan Sosial Binjai lebih banyak pada jenis kelamin perempuan, berpendidikan rendah 48,4%, lansia resiko tinggi 57,5%, dan janda/duda/ tidak menikah 81,2%.

6.2. Saran

6.2.1. Peneliti Lain

Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya dan dapat diteliti dengan metode cohort dengan melakukan follow-up lansia dengan waktu yang lebih lama. Peneliti selanjutnya diharapkan mencari hubungan faktor lain yang mempengaruhi frailty dan depresi untuk perkembangan pengetahuan selanjutnya.

6.2.2. Lahan Penelitian

Saran bagi UPT Pelayanan Sosial adalah melakukan pencegahan terhadap frailty merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lansia. Upaya yang dilakukan adalah asupan diet protein, vitamin, dan mineral yang cukup serta olahraga yang teratur. Lebih memperhatikan lansia untuk melakukan senam pagi yang rutin dilakukan setiap minggu dan memerhatikan gizi makanan lansia. Ketika lansia ada masalah, stategi praktis dalam pada terapi individu adalah membicarakan masalah. Memberikan arahan yang pasti pada lansia, mendorong lansia untuk terlibat dalam kegiatan yang berarti seperti bercocok tanam, membuat kesenian, dan bermain games bersama.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Situasi dan analisis lanjutusia. [Online] 2016. [Dikutip:9 April 2016].

http://www.depkes.go.id/article/view/14010200005/downloadpusdatin-infodatin-infodatin-lansia.html.

2. De Lepereire J, Illife S, Mann E. Frailty : an emerging concept for general practice. Br J Gen Prac . 2009; 59(562): 177-182.

3. Setiati S. Geritric medicine, sarkopenia, frailty, dan kualitas hidup pasien usia lanjut : tantangan masa depan pendidikan, penelitian dan pelayanan kedokteran di indonesia. eJKI. 2013:1(3) : 238-239.

4. Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, K. MS, Setiati S, editor. Buku ajar

4. Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, K. MS, Setiati S, editor. Buku ajar

Dalam dokumen HUBUNGAN ANTARA SINDROM FRAILTY (Halaman 30-74)

Dokumen terkait