• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SINDROM FRAILTY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SINDROM FRAILTY"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PADA LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL

LANJUT USIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN TAHUN 2016

Oleh:

CRISTYA KARTIKA PRATAMA SARI 130100374

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

PADA LANJUT USIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DAN ANAK BALITA WILAYAH BINJAI DAN MEDAN TAHUN 2016

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

CRISTYA KARTIKA PRATAMA SARI 130100374

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)
(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: Sindrom frailty adalah sindrom kelemahan, lelah, aktivitas fisik menurun, kiprah lambat, dan penurunan berat badan. Sindrom frailty yang dialami lanjut usia menyebabkan peningkatan gejala depresi pada lanjut usia. Hal ini berkaitan dengan sindrom frailty yang dialaminya. Masalah ini dapat akut maupun kronik yang menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional. Sampel penelitian adalah populasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai. Sampel dipilih dengan menggunakan metode total sampling dengan populasi 172 orang dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Subjek penelitian 96 responden yang memenuhi kriteria. Responden diwawancara menggunakan kuesioner The Edmonton Frail Scale dan Geriatric Depression Scale. Data yang didapatkan dalam bentuk numerik kemudian dilakukan uji korelasi spearman karena data tidak terdistribusi normal.

Hasil: Jumlah responden yang mengalami sindrom frailty adalah 55 orang (57,3%). Jumlah responden tidak depresi 63 orang (65,6%). Profil depresi lebih banyak pada perempuan (17 responden) dibandingkan laki-laki (16 responden).

Lansia berpendidikan rendah paling banyak mengalami depresi 48,4%. Lansia resiko tinggi mengalami skala depresi lebih tinggi dibandingkan usia lanjut 57,5%. Status pernikahan responden paling banyak janda/duda/tidak menikah 81,2%. Koefisien korelasi spearman diperoleh 0,838 menandakan ada hubungan yang kuat antara sindrom frailty dengan skala depresi.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai.

Kata Kunci: Sindrom Frailty, Depresi, UPT Pelayanan Sosial

(5)

ABSTRACT

Background: Frailty syndrome are a syndrome of weakness, fatigue, decreased physical activity, slow gait, and weight loss. Frailty syndrome experienced by the older people will increase their’s symptoms of depression. This relates to the Frailty syndrome suffered. This problem can be acute or chronic disorder that causes an individual's ability to everyday activities. This study aims to determine association between frailty syndrome and depression scale among older people in Tecnichal and Operational Unit of Social Service Elderly Binjai (UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai).

Methods: This study was an observational study with cross sectional analytic.

Samples were UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai. Samples were selected using total sampling with population of 172 people and fullfil inclusion and exclusion criteria. Subjects were interviewed using a questionnaire study The Edmonton Frail Scale and the Geriatric Depression Scale. Data obtained numerically then it analyzed by using Spearman correlation test because it were not normally distributed.

Results: The number of respondents who experienced Frailty syndrome was 55 (57.3%). The number of respondents was not depression 63 (65.6%). Profile of depression in women (17 respondents) more than male (16 respondents). Older people less educated most depressed 48.4%. Elderly high risk more depression (57,5%) than elderly. Marital status of respondents most widows / widowers / not married was 81.2%. Spearman correlation coefficients obtained 0.838 which interpret strong correlation between frailty syndrome and depression scale.

Conclusion: There is a assosiation between the frailty syndrome and depression scale among older people in UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai.

Keywords: Frailty Syndrome, Depression, UPT Pelayanan Sosial

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi pada Lanjut Usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan Tahun 2016” berhasil diselesaikan. Sindrom frailty adalah sindrom kelemahan, lelah, aktivitas fisik menurun, kiprah lambat, dan penurunan berat badan. Sindrom frailty yang dialami lanjut usia menyebabkan peningkatan gejala depresi pada lanjut usia. The Cardiovaskular Health Study melaporkan laju depresi meningkat sebanding dengan sindrom frailty yang ada.

Skripsi ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan skripsi ini. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Aldy Syafruddin Rambe, Sp. S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU

2. Dr. dr Juliandi Harahap, M.A selaku Dosen Pembimbing Pertama yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. dr. Ramona Duma Sari Lubis, SpKK selaku Dosen Pembimbing Kedua yang memberikan banyak arahan dalam penulisan.

4. dr. H. Iman Helmi Effendi, M. Ked(OG), Sp. OG(K) dan dr. Riri Andri Muzasti, M.Ked(PD), Sp. PD selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak kritik dan saran membangun terhadap penelitian ini.

5. dr. Irma Sepala Sari selaku dosen penasihat akademik yang selalu memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

6. Lansia (Nenek dan Kakek) UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yang telah bersedia menjadi subjek penelitian sehingga skripsi ini bisa selesai.

7. Seluruh Pihak UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.

(7)

8. Kedua orang tua tercinta Apri Hasan dan Ratna Juita dan keluarga yaitu selalu mendoakan, memberikan semangat, dan membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

9. Saudara penulis Cipta Indra P, Intan Kartika P.S, dan Indah Kartika P.S yang selalu mendukung dan membantu pengerjaan skripsi ini.

10. Rekan satu bimbingan Rika Purwandari yang telah memberikan saran dan menyemangati dalam penulisan skripsi.

11. Sahabat-sahabat terdekat penulis Ella Finarsih, Fiony Adida, Febriana, Yohana, Ifan Kusuma, dan teman-teman SCORA yang selama ini telah bersama berbagi ilmu, membantu dalam kesulitan sehingga skripsi bisa selesai.

12. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan seluruh pegawai FK USU yang telah membantu agar skripsi ini dapat terselesaikan.

13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi siapapun.

Penulis

(Cristya Kartika Pratama Sari)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Frailty ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Kriteria Frailty ... 6

2.1.3. Patogenesis Frailty ... 7

2.1.4. Pengukuran Frailty ... 8

2.1.5. The Edmonton Frail Scale ... 9

2.1.6. Pencegahan Frailty ... 11

2.2. Depresi ... 12

2.2.1. Definisi ... 12

2.2.2. Etiologi Depresi ... 12

2.2.3. Faktor Risiko Depresi ... 13

2.2.4. Gambaran Klinis Depresi ... 14

2.2.5. Pengukuran Depresi ... 15

2.2.6. Penatalaksanaan Depresi ... 17

2.3. Hubungan antara Frailty dengan Depresi pada Lanjut Usia... 18

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS . 19 3.1. Kerangka Teori ... 19

3.2. Kerangka Konsep ... 20

3.3. Hipotesis ... 20

(9)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1. Jenis Penelitian ... 21

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... 21

4.2.1. Waktu Penelitian ... 21

4.2.2. Tempat Penelitian... 21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1 Populasi Penelitian ... 21

4.3.2 Sampel Penelitian ... 22

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

4.5. Definisi Operasional ... 22

4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 24

4.6.1. Analisis Univariat ... 25

4.6.2. Analisis Bivariat ... 25

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

5.1. Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 26

5.1.3. Sindrom Frailty ... 27

5.1.4. Skala Depresi ... 28

5.1.5. Profil Depresi Responden ... 29

5.1.6. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi 30 5.2. Pembahasan... 30

5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ... 30

5.2.2. Sindrom Frailty ... 31

5.2.3. Skala Depresi ... 32

5.2.4. Profil Depresi Responden ... 33

5.2.5. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi 34 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

6.1. Kesimpulan ... 36

6.2. Saran ... 36

6.2.1. Peneliti Lain... 36

6.2.2. Lahan Penellitian ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Gambaran Klinis ... 14

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 27

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sindrom Frailty ... 28

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Skala Depresi ... 28

Tabel5.4 Distribusi Skala Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pendidikan, Usia, dan Status Pernikahan ... 29

Tabel 5.5 Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi ... 30

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Tumpang Tindih Disabilitas, Komorbiditas dan Frailty ... 7

Gambar 2.2. Patogenesis Frailty ... 7

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Teori ... 19

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

(12)

DAFTAR SINGKATAN

BPS Badan Pusat Statistik CDT Clock Drawing Test

CHS Cardiovaskuler Health Study

DSM –IV Diagnostic and Statistical Manual Mental Disorder IV EFS Edmonton Frail Scale

FRAIL The Frailty an Autonomy Scoring Insrument of Lauven FSS The Frailty Staging System

GDS Geriatric Depresion Scale IGF-1 Insulin-like Growth Factor-1 IL-6 Interleukin-6

Lansia Lanjut Usia

SD Sekolah Dasar

SMA Sekolah Menengah Atas SMP Sekolah Menengah Pertama TGUG Timed Get Up and Go UPT Unit Pelaksana Teknis

US United State

WHO World Health Organization

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun keatas. Keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama bidang kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia termasuk Indonesia.1

Proyeksi persentase kelompok umur penduduk di Indonesia dan dunia tahun 2013, 2050, 2100 memperlihatkan adanya kecendrungan peningkatan persentase kelompok lansia dibandingkan dengan kelompok umur lainnya yang cukup pesat sejak tahun 2013 (8,9 % di Indonesia dan 13,4% di dunia) hingga 2050 (21,4% di Indonesia dan 25,3% di dunia) dan 2100 (41% di Indonesia dan 35,1 % di dunia)1. Ditinjau dari aspek kesehatan, kelompok lansia akan mengalami penurunan derajat kesehatan baik secara alamiah maupun akibat penyakit. Oleh karena itu, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia maka kita harus mendeteksi dini kesehatan bagi lansia.

Sindrom frailty merupakan konsep baru. Sindrom frailty muncul secara klinis lebih kurang 20 tahun yang lalu yang menandakan peduli dengan lanjut usia.

Campbell menyatakan sindrom frailty lebih komplek, kondisi atau sindrom yang menyebabkan pengurangan fungsi multisistem dan cadangan kekuatan.2 Sindrom frailty adalah sindrom kelemahan, lelah, aktivitas fisik menurun, kiprah lambat, dan penurunan berat badan.3

Data dari Cardiovaskular Health Study mendemonstrasikan tiga fitur penting dari sindrom frailty. Pertama, sindrom frailty tidak hanya tumpang tindih dengan disabilitas atau kormobiditas tapi juga ada hal tersembunyi lainnya. Kedua, satu perempat lanjut usia tanpa kormobiditas dan disabilitas ketergantungan pada pelayanan.2

(14)

Sindrom frailty dapat diukur dengan menggunakan The Groningen Frailty Indicator, The Frailty an Autonomy Scoring Instrument of Lauven (FRAIL), The Edmonton Frail Scale (EFS), dan The Frailty Staging System (FSS).2 Peneitian ini mengunakan kuisoner EFS. EFS adalah alat ukur frailty yang valid. EFS mempunyai validitas, realibilitas yang baik dan konsistensi internal dapat diterima. EFS tervalidasi pada non-spesialis yang tidak mempunyai pelatihan nonformal dalam perawatan geriatrik.3

Deteksi dini sindrom frailty pada lansia merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki dan mempertahankan kualitas hidup lansia. Bila lansia telah jatuh pada status frailty, ini dapat timbul manifestasi klinis seperti malnutrisi, ketergantungan fungsional, tirah baring yang lama, luka tekan, gangguan berjalan, kelemahan umum, dan penurunan fungsi kognitif.4

Depresi adalah permasalahan yang sering terjadi juga dalam lansia. Depresi pada geriatri sulit diidentifikasi sehingga tidak atau terlambat diterapi. Sering depresi pada geriatri sering tidak diakui pasien dan tidak dikenali dokter karena gejala yang tumpang tindih, sering komorbiditas dengan penyakit lain lebih menonjolkan gejala somatiknya dibandingkan gejala depresinya.5

Depresi adalah penyakit pada lansia yang berhubungan dengan meningkatnya kecacatan dan kematian. Diperkirakan 2,6% lansia yang tinggal menderita gangguan mood.6 Depresi menurut WHO (World Health Organization) merupakan gangguan mental umum yang ditandai dengan mood yang tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan tidur, kurang energi, dan konsentrasi rendah.6 Masalah ini dapat akut maupun kronik yang menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari. Pada kasus yang parah dapat menyebabkan bunuh diri.8 Pengukuran depresi pada penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale. GDS pertama kali dibuat oleh Yosavage, et al. telah diuji dan dan digunakan secara luas pada populasi lanjut usia. Kuisoner GDS adalah singkat dan memiliki 15 item yang peserta diminta untuk menanggapi dengan menjawab ya atau tidak yang mengacu bagaimana perasaan mereka selama seminggu sebelumnya.9 Dampak depresi bisa memperburuk kualitas hidup lansia.

(15)

Fenomena ini tumpang tindih antara depresi dan sindrom frailty dengan gejala umum depresi (penurunan berat badan, menurun aktivitas fisik, energi kurang) dan sindrom frailty (lelah, menurunnya aktivitas liburan, kehilangan berat badan). The Cardiovaskular Health Study melaporkan laju depresi meningkat sebanding dengan sindrom frailty yang ada.6 Sindrom frailty yang dialami lanjut usia menyebabkan peningkatan gejala depresi pada lanjut usia. Hal ini berkaitan dengan sindrom frailty yang dialaminya.

Penelitian psikogeriatri tentang depresi dengan sindrom frailty masih kurang di Indonesia.10 Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara sindrom frailty dengan depresi pada lanjut usia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah hubungan antara sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

1.3.2. Tujuan khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui hubungan kekuatan antara sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita wilayah Binjai dan Medan.

2. Mengetahui skala sindrom frailty berdasarkan kuisoner The Edmonton Frailty Scale pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

(16)

3. Mengetahui skala depresi berdasarkan kuisoner Geriatric Depression Scale pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

4. Menganalisis distribusi frekuensi dan proporsi data-data lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan seperti jenis kelamin, pendidikan, usia, dan status pernikahan.

5. Menganalisis profil depresi pada lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan seperti jenis kelamin, pendidikan, usia, dan status pernikahan.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Bagi lanjut usia, informasi dari penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk membantu lanjut usia dalam menghadapi mental dan fungsional dengan deteksi dini dan pencegahan.

2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi bagi kesehatan lanjut usia terutama bidang psikogeriatri.

3. Bagi tenaga kesehatan, penelitian ini dapat menambah informasi tentang sindrom frailty dengan depresi pada lanjut usia sebagai pertimbangan untuk membantu lanjut usia dalam menghadapi masalah mental dan fungsional yang dihadapi lanjut usia.

4. Bagi peneliti lain, penelitian yang diperoleh dapat dipergunakan sebagai informasi hubungan sindrom frailty dengan depresi pada lanjut usia untuk pengembangan penelitian ilmiah psikogeriatri di masa mendatang.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Frailty 2.1.1. Definisi

Prevalensi frailty menurut The Cardiovascular Health Study mencapai 7%

pada usia lanjut di masyarakat berusia 65 tahun ke atas dan mencapai 30% pada usia lanjut 80 tahun atau lebih. Prevalensi pada perempuan dengan hendaya berusia 65 tahun menurut The Women’s Health and Aging Study mencapai 28%.4

Frailty didefinisikan sebagai sindrom penurunan fisiologis multisistem.11 Sindrom medis adalah kumpulan gejala dan tanda yang muncul bersamaan dan berkarakteristik kelainan tertentu.12 Frailty primer tidak berhubungan dengan proses suatu penyakit tertentu, atau keadaan tidak mengalami kecacatan. Frailty sekunder berhubungan dengan komorbiditas seperti demensia atau penyakit kardiovaskuler. Akibatnya, orang yang mengalami frailty meningkatnya resiko kecacatan dan kematian.11

Frailty dipertimbangkan sebagai proses berkelanjutan dari robustness ke kondisi pre-frail hingga kondisi frail. Seseorang dengan kondisi pre-frail dapat berubah menjadi kondisi frailty atau bahkan membaik menjadi tidak frail. Konsep frailty yang dinamis itu memungkinkan kesempatan intervensi untuk mencegah seseorang dengan kondisi pre-frail jatuh dalam kondisi frailty.13

Frailty merupakan sindrom klinis yang disebabkan akumulasi proses menua, inaktivitas fisik akibat tirah baring lama dan turunnya berat badan, nutrisi yang buruk, gaya hidup serta lingkungan yang tidak sehat, penyakit penyerta, polifarmasi serta genetik dan jenis kelamin perempuan. Faktor tersebut saling berkaitan membentuk siklus dan menyebabkan malnutrisi kronis disertai disregulasi hormonal, inflamasi dan faktor koagulasi. Kondisi sarkopenia menyebabkan penurunan kapasitas fisik sehingga usia lanjut membutuhkan usaha yang jauh lebih besar untuk melakukan aktivitas fisik tertentu dibanding usia

(18)

muda. Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan down regulation sistem fisiologis tubuh terutama kardiovaskular dan muskuloskeletal sehingga kondisi sarkopenia menjadi semakin berat. Perubahan itu menurunkan laju resting metabolism dan total energy expenditure yang merupakan gambaran khas malnutrisi kronis. Siklus frailty terus berputar dan akhirnya menyebabkan disabilitas serta ketergantungan.14

2.1.2. Kriteria Frailty

Definisi fenotipe dari frailty merupakan sindrom geriatrik yang diusulkan oleh Fried et al dan diuji di CHS, penelitian kohort besar yang melibatkan 5300 komunitas lanjut usia laki-laki maupun perempuan di US.14

Frailty dioperasional sebagai sindrom yang memiliki fenotipe 3 atau lebih dari lima kriteria fenotipe : kelemahan yang diukur dengan low grip strength, kelambatan dengan slowed walking speed, aktivitas fisik yang menurun, energi yang rendah atau kelelahan, dan berat badan yang turun tiba-tiba. Tahap prefrail memiliki satu atau 2 kriteria fenotipe. Lanjut usia yang tidak memiliki lima kriteria diatas merupakan nonfrail.14

Definisi frailty tumpang tindih dengan disabilitas yang diukur dengan penurunan aktivitas hidup sehari-hari dan komorbiditas didefinisikan dengan memiliki dua penyakit atau lebih.14 Istilah kormobiditas digunakan untuk menyatakan adanya dua atau lebih penyakit pada seorang pada waktu yang sama.

Pada pasien lanjut usia sering ditemukan dua atau lebih penyakit fisis (adanya multipatologi) dan tidak jarang dijumpai kelainan fisis yang bersamaan komorbiditas dengan gangguan psikis seperti depresi.5 Komorbiditas antara dua penyakit dapat merupakan hubungan sebab akibat dan dapat pula saling memperberat. Ketiga kondisi tersebut tumpang tindih satu sama lain.

Fitur utama dari frailty adalah penurunan fungsional cadangan, penurunan atau disregulasi dari beberapa fisiologis, dan menurunnya kemampuan untuk mempertahankan setelah stress dan tidak stabil. Disabilitas menunjukkan keterbatasan kronis atau ketergantungan dalam mobilitas dan atau aktivitas sehari- hari. Tidak semua orang disabilitas mengalami kelemahan. Misalnya, pasien yang

(19)

lebih tua menderita disabilitas sekunder untuk kecelakaan besar atau stroke mungkin masih bisa mempertahankan fungsi relatif sistem fisiologis.

Komorbiditas menunjukkan adanya beberapa penyakit kronis.14

Disabilitas Komorbiditas

Frailty

Gambar 2.1 Tumpang Tindih Disabilitas, Komorbiditas, dan Frailty.14

2.1.3. Patogenesis Frailty

Etiologi Mekanisme Potensial Fenotipe Outcome /Faktor Frailty

Resiko

penuaan genetika gaya hidup penyakit lingkungan

Gambar 2.2. Patogenesis Frailty14

Etiologi/ faktor resiko dari frailty meliputi genetika, metabolik, lingkungan gaya hidup, dan penyakit kronis atau akut. Beberapa marker dari proses inflamasi

Molekul

Sel Imun

Imun/ jalur aktivasi inflamasi

Muskuloskeletal Endokrin Kardiovaskular

Kelemahan BB turun

Aktivitas menurun

Pergerakan menurun

Cacat

Ketegantung an Kematian

(20)

memiliki hubungan dengan frailty. Peningkatan IL-6 dan C-reactive protein ditemukan meningkat pada lansia. IL-6 pada frailty menurunkan massa otot, kekuatan, dan kiprah yang lambat.14

Kelemahan dan kiprah yang lambat adalah manifestasi klinis dari sindrom frailty. Sarkopenia didefinisikan sebagai penurunan massa otot dan kekuatan yang terjadi setelah 50 tahun.14

Hormon steroid dan IGF-1 penting dalam disregulasi metabolik otot skeletal.

Perubahan level estrogen pada wanita dan level testosteron pada laki laki memiliki hubungan penurunan kekuatan otot dan massa otot.14

Penyakit memiliki peranan yang penting dalam frailty. Penyakit bisa saja manifestasi klinis dari frailty, tapi bisa saja episode akut/ kondisi eksaserbasi mempercepat perkembangan frailty.14

2.1.4. Pengukuran Frailty

Mengidentifikasi frailty dengan alat yang tepat menjadi langkah pertama yang harus diambil. Banyak instrumen yang digunakan untuk mengukur frailty, berikut adalah beberapa diantaranya :

1. The Groningen Frailty Indicator

The Groningen Frailty Indicator merupakan kuisoner sederhana. Masing- masing rentang skor dan total skor dihitung. Secara klinis, perbedaan yang relevant dan signifikan dalam skor fungsi fisik, emosi, dan kelelahan antar lanjut usia dinilai sebagai klinisi sebagai frail atau non-frail.2

2. The Frailty an Autonomy Scoring Instrument of Lauven (FRAIL)

Instrument yang berkembang dari alat penemuan kasus tanpa harus adanya pasien. Klinisi tergantung fokus pada 12 item dikelompokkan dalam kluster fisik dan psikososial. Indikasi tingginya level frailty adalah maksimum skor 48. Instrument terbukti valid dan konsisten digunakan dalam prosedur untuk mendiagnosis demensia.2

3. The Edmonton Frail Scale

The EFS adalah alat ukur frailty yang valid . The EFS mempunyai validitas, realibilitas yang baik dan konsistensi internal dapat diterima. The

(21)

EFS tervalidasi pada non-spesialis yang tidak mempunyai pelatihan nonformal dalam perawatan geriatri.3

4. The Frailty Staging System (FSS)

FSS adalah instrument yang sederhana dapat digunakan klinisi untuk menilai status fungsional pada lanjut usia. FSS berfokus pada test penglihatan, pendengaran, ekstremitas atas dan bawah, inkotinensia urin, status mental, instrumental dan dasar aktivitas sehari-hari, serta sistem dukungan sosial untuk dinilai frailty nya.2

2.1.5. The Edmonton Frail Scale

The Edmonton Frail Scale adalah alat ukur yang digunakan peneliti untuk mengukur frailty pada lansia. EFS memiliki validitas yang lebih dibandingkan dengan penafsiran kesan klinis geriatri dengan pemeriksaan yang lebih komprehensif. Instrumen ini juga memiliki validitas, reliabilitas, dan konsistensi internal yang telah disetujui.3 EFS adalah kuisoner yang akan digunakan dalam penelitian ini. Kuisoner ini akan divalidasi ulang sebelum penelitian dilakukan.

Dalam validasi subsample, korelasi dengan Bathel Index memiliki statistik yang signifikan (r= 0,58, P= 0.0006, n=21). The EFS memiliki reliabilitas yang bagus (k= 0.77, P=0.0001, n=18). Konsistensi internal EFS menggunakan Crohnbach alfa 0,62.3

The Edmonton Frail Scale terdiri dari 10 domain, dengan maksimum skor 17 dimana semakin tinggi skor maka semakin berat derajat frailty yang dialaminya.

Terdapat 2 domain yang diuji menggunakan uji berdasarkan performa, yaitu Clock Drawing Test (CDT) untuk kelemahan kognitif dan tes Timed Get Up and Go (TGUG) untuk keseimbangan dan mobilitas. Domain pengukuran lainnya yaitu mood, kebebasan funsional, penggunaan obat, dukungan sosial, nutrisi, perilaku kesehatan atau status kesehatan umum, kontinensia, dan kualitas hidup.3

1. Kognitif

Pertanyaan : Bayangkan ini adalah bentuk jam yang masih kosong, silahkan tempatkan nomor jam di posisi seharusnya lalu buatlah jarum jam menunjukkan pukul 10 lebih 11.

(22)

Penilaian : Berikan poin 0 bila tidak ada kesalahan, poin 1 untuk kesalahan hanya sedikit pada penempatan menit, dan poin 2 untuk kesalahan lainnya.

2. Status Kesehatan Umum

Pertanyaan : Bagaimana anda menggambarkan kondisi kesehatan anda?

Dalam setahun ini berapa kali anda berobat ke Rumah Sakit?

Penilaian : Berikan poin 0 bila sangat baik dan tidak pernah kerumah sakit, poin 1 untuk keadaan lumayan 1-2 kali kerumah sakit dalam setahun, dan poin 2 untuk keadaan buruk lebih dari 2 kali kerumah sakit.

3. Ketergantungan Fungsional

Pertanyaan : Berapa kali anda melakukan aktivitas sehari-hari dengan pertolongan orang disekitar? (menyiapkan makan, belanja, berkendaraan, telepon, pekerjaan rumah tangga, mencuci, mangatur keuangan, minum obat)

Penilaian : Berikan poin 0 bila 0-1 kali, poin 1 untuk 2-4 kali, dan poin 2 untuk 5-8 kali.

4. Dukungan Sosial

Pertanyaan : Ketika anda membutuhkan bantuan, apakah anda selalu mendapati orang yang dapat membantu anda?

Penilaian : Berikan poin 0 sering, poin 1 untuk kadang-kadang, dan poin 2 untuk jarang.

5. Penggunaan Obat

Pertanyaan : Apakah anda sedang menggunakan 5 atau lebih jenis obat secara rutin?

Penilaian : Berikan poin bila tidak menggunakan 5 jenis obat secara rutin, poin 1 untuk ya menggunakan 5 jenis obat secara rutin.

6. Nutrisi

Pertanyaan : Apakah anda mengalami penurunan berat badan? Baju atau celana anda apakah menjadi kebesaran?

Penilaian : Berikan poin bila tidak, poin 1 untuk ya.

(23)

7. Mood

Pertanyaan : Apakah anda sering sedih atau stress?

Penilaian : Berikan poin bila tidak, poin 1 untuk ya.

8. Kontinensia

Pertanyaan : Apakah anda ada masalah ketika buang air kecil ketika anda ingin lakukan?

Penilaian : Berikan poin bila tidak, poin 1 untuk ya.

9. Fungsi Performa

Instruksi : Saya ingin anda duduk di kursi ini dengan posisi menyandarkan lengan yang dilemaskan. Ketika saya bilang “Jalan” tolong anda bangun dan berjalan dengan kecepatan senyaman anda hingga batas tersebut (sekitar 3 meter) kembali menuju kursi dan duduk.

Penilaian : Berikan poin 0 bila kembali menuju kursi selama 0-10 detik, poin 1 selama 11-20 detik, dan poin 2 untuk >20 detik atau pasien tidak bisa berjalan atau butuh bantuan.

Nilai total adalah jumlah dari total kolom pada kuisoner. Tidak frailty skor 0 5, mulai frailty 6-7, frailty ringan 8-9, frailty sedang 10-11, dan frailty berat 12- 17.

2.1.6. Pencegahan Frailty

Pencegahan dan tatalaksana yang tepat terhadap frailty merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lansia. Upaya yang dilakukan adalah asupan diet protein, vitamin, dan mineral yang cukup serta olahraga yang teratur. Nutrisi yang berperan dalam protein, vitamin D, antioksidan, selenium, vitamin E, dan vitamin D. Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan masa dan fungsi otot dengan memicu peningkatan massa dan kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi energy expenditure, metabolisme glukosa, dan cadangan protein tubuh.4

(24)

2.2. Depresi 2.2.1. Definisi

Depresi menurut WHO (World Health Organization) merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi, dan konsentrasi yang rendah.7 Masalah akut atau kronik dan dapat menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehari-hari. Pada kasus yang parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri.

Sekitar 80% lanjut usia depresi yang menjalani pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati kehidupan mereka, akan tetapi 90% mereka yang depresi mengabaikan dan menolak pengobatan gangguan mental tersebut.16

2.2.2. Etiologi Depresi

Faktor penyebab depresi dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetika dan faktor psikososial. Ketiga faktor tersebut berinteraksi antara mereka sendiri.

1. Faktor Biologis

Amin biogenik memiliki memiliki dua neurotransmitter yang berperan dalam patofisiologi depresi yaitu norepinefrin dan serotonin.16Noepinefrin.

Korelasi yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara regulasi turun (down regulation) reseptor adrenergik-alfa2 dan respon antidepresan klinik kemungkinan merupakan bagian data yang paling memaksakan yang menyatakan adanya peranan langsung sistem noradrenergik dalam depresi.15 Diidentifikasi subtipe reseptor serotonin multiple yang telah meningkatkan kegairahan dalam penelitian komunitas untuk mengembangkan terapi yang lebih spesifik untuk depresi. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi.16 Walaupun norepinefrin dan serotonin adalah amin biologis yang paling sering menyebabkan patofisiologi depresi. Data menyatakan bahwa aktivitas dopamine mungkin menurun pada depresi dan meningkatkan mania.16

(25)

2. Faktor Genetika

Beberapa teori tentang etiologi depresi antara lain teori neurologi yang menyebutkan bahwa faktor genetik berperan. Kemungkinan terjadinya pada saudara kembar monozigot adalah 60-80% sedangkan pada saudara kembar heterozigot adalah 25-35%.5

3. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan. Beberapa klinisi memercayai bahwa peristiwa kehidupan memainkan peranan primer atau utama dalam depresi. Data yang paling mendukung dalam menyatakan bahwa peristiwa kehidupan yang paling berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua sebelum usia 11 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan selanjutnya adalah kehilangan pasangan.16

2.2.3. Faktor Risiko Depresi

Faktor risiko depresi merupakan faktor yang bisa saja menyebabkan terjadinya depresi yaitu :

1. Jenis Kelamin

Pada pengamatan yang universal, terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar terjadi pada wanita. Walaupun alasan adanya perbedaan tidak diketahui, penelitian jelas menunjukkan bahwa perbedaan didalam masyarakat barat tidak semata-mata karena praktik diagnostik yang secara sosial mengalami bias.

Alasan adanya perbedaan telah didalilkan sebagai melibatkan perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan stressor psikososial, bagi wanita dan laki-laki, dan model perilaku tentang keputusasaan yang dipelajari.16

2. Usia

Gangguan depresif berat juga memiliki onset selama anak- anak atau lanjut usia, walaupun hal ini jarang terjadi.15

(26)

3. Status Pernikahan

Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.16 Pasangan lanjut usia yang bercerai atau mengalami kematian lebih tinggi resiko untuk depresi dibandingkan yang tidak.

4. Pertimbangan Sosioekonomi dan Kultural

Depresi mungkin lebih sering terjadi di daerah perdesaan dibandingkan perkotaan. Tidak ada ditemukan adanya korelasi antara sosioekonomi dengan gangguan depresif berat.16

5. Pendidikan

Berdasarkan penelitian pendidikan yang rendah merupakan faktor resiko terjadi depresi.17

2.2.4. Gambaran Klinis Depresi Tabel 2.1 Gambaran Klinis15 Perubahan fisik

1. Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat badan terakhir)

2. Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tidur, atau tidur lama

3. Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk pada pagi hari 4. Penurunan energi dengan perasaan lemah dan kelelahan fisik

5. Beberapa orang mengalami agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus 6. Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyakit fisik yang tidak

diketahui

7. Gangguan perut, konstipasi Perubahan pemikiran

1. Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentasi, atau sulit mengingat informasi

2. Sulit dan sering menghindari mangambil keputusan

(27)

3. Pemikiran objektif akan bencana atau malapetaka

4. Preokupasi atau kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan kepercayaan diri

5. Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan

6. Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri

Perubahan perasaan

1. Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan

2. Penurunan minat dan kesenangan seks

3. Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar 4. Tidak ada perasaan

5. Perasaan akan terjadi malapetaka 6. Kehilangan kepercayaan diri

7. Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari 8. Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas

9. Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif Perubahan perilaku

1. Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai 2. Menghindari pengambilan keputusan

3. Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar tagihan

4. Penurunan aktivitas fisik dan olahraga

5. Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan 6. Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan

2.2.5. Pengukuran Depresi

Menurut DSM-IV kriteria depresi berat mencakup lima atau lebih gejala berikut, telah berlangsung lebih dari 2 minggu atau lebih, yakni:

1. Perasaan depresi

2. Hilangnya minat atau perasaan senang, hampir setiap hari

(28)

3. Berat badan menurun atau bertambah secara bermaksa 4. Insomnia atau hipersomnia, hampir setiap hari

5. Agitasi atau retardasi psikomotor, hampir setiap hari 6. Kelelahan

7. Rasa bersalah atau tidak berharga 8. Sulit berkonsentrasi

9. Pikiran berulang tentang kematian atau gagasan bunuh diri

Dalam menegakkan diagnosis, gejala depresif dan atau hilang minat harus ada.

Penggunaan DSM IV mungkin tidak spesifik, dan dianjurkan dengan skala depresi khusus lanjut usia (Geriatric Depression Scale).4

Geriatric Depression Scale, pertama kali dibuat oleh Yosavage, et al. telah diuji dan dan digunakan secara luas pada populasi lanjut usia. GSD harus divalidasi ulang di Indonesia sebelum digunakan dalam penelitian. Kuisoner GDS adalah singkat dan memiliki 15 item yang peserta diminta untuk menanggapi dengan menjawab ya atau tidak yang mengacu bagaimana perasaan mereka selama seminggu sebelumnya. Pertanyaan dalam kuisoner GDS memiliki korelasi yang tinggi dengan gejala depresi (r= 0.84, P< 0,001. Dari 15 item, 10 menunjukkan adanya depresi saat menjawab positif, sedangkan sisanya (pertanyaan 1,5,7,11,13) menunjukkan depresi saat menyatakan pertanyaan negatif.9

1. Apakah anda merasa puas dengan hidup anda?

Penilaian : Poin 0 bila ya dan poin 1 bila tidak.

2. Apakah anda meninggalkan aktivitas atau hobi yang biasa dilakukan?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

3. Apa anda merasa hidup anda kosong?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

4. Apakah anda merasa bosan?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

5. Apakah anda sering merasa bersemangat?

Penilaian : Poin 0 bila ya dan poin 1 bila tidak.

6. Apakah anda takut hal buruk akan menimpa anda?

(29)

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

7. Apakah anda sering merasa bahagia?

Penilaian : Poin 0 bila ya dan poin 1 bila tidak.

8. Apakah anda merasa tidak berdaya?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

9. Apakah anda merasa lebih senang tinggal dirumah daripada keluar dan melakukan aktivitas?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

10. Apakah anda sering merasa bermasalah dengan ingatan?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

11. Apakah anda merasa bahagia masih hidup sampai sekarang?

Penilaian : Poin 0 bila ya dan poin 1 bila tidak.

12. Dengan keadaan anda yang sekarang apakah anda merasa tidak berguna?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

13. Apakah anda merasa bertenaga?

Penilaian : Poin 0 bila ya dan poin 1 bila tidak.

14. Apakah anda merasa anda tidak tertolong lagi?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

15. Apakah anda merasa orang lain lebih dari anda?

Penilaian : Poin 0 bila tidak dan poin 1 bila ya.

Nilai total penjumlahan dari skala. Skala 0-4 dianggap normal, tergantung pada usia, pendidikan, dan keluhan. Skala 5-8 menunjukkan depresi ringan, 9-11 menunjukkan depresi sedang, dan 12-15 menunjukkan depresi berat.9

2.2.6. Penatalaksanaan Depresi

Depresi pada geriatri dapat lebih efektif diobati dengan kombinasi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan interdisiplin yang menyeluruh. Stategi praktis dalam pada terapi individu adalah membicarakan masalah dan menetapkan sasaran realistis yang dapat dicapai untuk memberi arah yang pasti pada lansia, mendorong lansia untuk terlibat dalam kegiatan yang berarti, meningkatkan kemampuan menikmati pengalaman yang menyenangkan, dan meninjau kembali

(30)

apa yang telah dicapai di masa lalu untuk membangkitkan rasa mampu dan harga diri.4

2.3. Hubungan antara Frailty dengan Depresi pada Lanjut Usia

Frailty dan depresi merupakan sindrom dalam praktek geriatrik. Ada hubungan tumpang tindih substansial dari 2 sindrom ini, tidak jelas apakah frailty konsekuensi dari depresi atau sebaliknya, atau memang apakah mereka bisa menjadi kondisi kongruen.18

Fenomena ini tumpang tindih antara depresi dan sindrom frailty dengan gejala umum depresi (penurunan berat badan, menurun aktivitas fisik, energi kurang) dan sindrom frailty (lelah, menurunnya aktivitas liburan, kehilangan berat badan). The Cardiovaskular Health Study melaporkan laju depresi meningkat sebanding dengan sindrom frailty yang ada.6

Hasil penelitian yang mencari hubungan antara frailty depresi di Singapura tahun 2014 mengatakan bahwa frailty merupakan faktor resiko perkembangan depresi. Penelitian ini tidak mengejutkan karena mengamati frailty dan depresi merupakan entitas yang berbeda. Frailty sering ditemukan bersamaan satu sama lain karena memiliki gejala dan faktor resiko. Faktor resiko dan gejala yang sama mungkin menjelaskan kenapa bisa frailty mempertahankan dan mempredisposisi gelaja depresi yang baru. Subjek yang mengalami frailty menyebabkan gejala depresi karena kemampuan fungsional buruk, ketidakaktifan fisik, dan penarikan sosial. 18

(31)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Teori

Meningkat Usia Harapan Hidup

Depresi Sindrom Frailty

Perubahan Fisik Genetika

Lingkungan n

Penyakit Penuaan

Kriteria Frailty:

Kelemahan Kelambatan Berat Badan Turun Aktivitas Menurun Energi Rendah / Kelelahan

Usia Ekonomi

Psikososial Genetika Faktor Biologis

Perubahan Perilaku Perubahan Perasaan Perubahan Pemikiran

Pendidikan Jenis Kelamin

(32)

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel tergantung

3.3. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ada hubungan sindrom frailty dengan skala depresi pada lanjut usia.

.

Sindrom frailty Skala depresi

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional (non- eksperimental) analitik dengan metode cross sectional, yaitu semua jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya hanya dilakukan satu kali, pada satu saat.19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, dimulai pada bulan Agustus sampai bulan Oktober 2016.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai.

UPT ini merupakan bagian dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Kantor kepengurusan UPT ini terletak di Binjai. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita terletak di dua tempat berbeda. UPT Pelayanan Lanjut Usia berada di Jalan Perintis Kemerdekaan Gg. Sasana no.2 Kel. Cengkeh Turi, Binjai. UPT Pelayanan Anak Balita berada di Jalan T.Amir Hamzah No. 59 A, Kelurahan HelvetiaTimur, Kecamatan Medan Helvetia, Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.

(34)

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode total sampling dengan populasi 172 orang dan disesuaikan dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

4.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria Inklusi

1. Usia lebih atau sama dengan 60 tahun.

2. Lanjut usia dapat diwawancarai b. Kriteria Eksklusi

1. Lanjut usia mengalami kelumpuhan anggota gerak.

2. Lanjut usia menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian.

3. Lanjut usia tidak dapat mengenal angka.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner The Edmonton Frail Scale dan Geriatric Depression Scale. Sebelum peneltian akan dilakukan uji validasi kuisoner The Edmonton Frail Scale dan Geriatric Depression Scale . Kedua kuesioner telah divalidasi dengan 25 sampel lanjut usia.

Sebelum dilakukan wawancara, semua populasi dijelaskan tujuan dan tahapan penelitian. Lanjut usia yang menandatangani informed consent dilakukan wawancara dengan mengisi pada kuisoner.

4.5. Definisi Operasional 1. Frailty

Definisi : Frailty adalah gejala klinis penurunan fisiologis tubuh.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : The Edmonton Frail Scale Hasil Pengukuran : Skala mulai dari 0-17

Skala Ukur : Numerik

(35)

2. Depresi

Definisi : Gangguan mental umum yang tertekan, kehilangan kesenangan atau minat perasaan bersalah atau harga diri.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Geriatric Depression Scale Hasil Pengukuran : Skala mulai dari 0-15

Skala Ukur : Numerik

3. Jenis Kelamin

Definisi : Status Jenis kelamin yang didapatkan dari wawancara dan observasi.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Laki-laki Perempuan Skala Ukur : Nominal

4. Pendidikan

Definisi : Jenis pendidikan formal yang terakhir diselesaikan subjek penelitian.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Pendidikan dasar (SD, SMP)

Pendidikan menengah (SMA)

Pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor)

Tidak sekolah

Skala Ukur : Ordinal

(36)

5. Usia

Definisi : Perhitungan umur yang dimulai dari saat kelahiran sampai dengan waktu perhitungan usia.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan Tahun 2015

Usia lanjut : 60-69 tahun

Usia lanjut resiko tinggi : >70 tahun Skala Ukur : Ordinal

6. Status Pernikahan

Definisi : ikatan sosial antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan untuk membentuk keluarga.

Cara Pengukuran : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Pengukuran : Janda/ duda/ tidak menikah

Menikah

Skala Ukur : Nominal 4.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry, cleaning data, dan saving.

1. Langkah pertama, editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Kedua, coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dikelompokkan, dan diolah 4. Ketiga, entry, data kemudian dimasukkan ke dalam program komputer.

(37)

5. Keempat, cleaning data, dengan melakukan pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memasukkan data.

6. Terakhir, saving, data kemudian disimpan untuk siap dianalisis. dengan menggunakan komputer. Selanjutnya data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, ataupun grafik.

4.6.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensi dan proporsi data-data lansia seperti skala frailty, skala depresi, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan status pernikahan.

4.6.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara sindrom frailty dengan tingkat depresi dengan uji statistik korelasi. Untuk mengetahui lebih tepat besar/ derajat hubungan dua variabel digunakan Koefisien Korelasi Spearman karena data tidak terdistribusi normal.20 Korelasi mutlak akan memberikan nilai mutlak nilai r= 1. Nilai r yang lebih rendah ditafsirkan kuat (r> 0,8), sedang (0,6-0,79), lemah (0,4-0,59), sangat lemah (<0,4).19

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita merupakan bagian Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesejahteraan Sosial Sumatera Utara. UPT Pelayanan Lanjut Usia terletak di Binjai, sedangkan UPT Pelayanan Anak Balita terletak di Medan. Penelitian telah dilakukan di UPT Pelayanan Lanjut Usia di Binjai tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan Gg. Sasana no.2 Kel. Cengkeh Turi. UPT Pelayanan Lanjut Usia ini memiliki 172 orang lansia yang tinggal di delapan belas wisma. Tempat wawancara dilakukan dimasing-masing wisma sesuai tempat tinggal lansia.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Penelitian ini diambil 172 responden. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Binjai adalah 96 orang. Responden yang menolak wawancara 24 orang, 6 orang meninggal, dan 46 orang tidak bisa diwawancara karena sudah banyak yang mengalami demensia dan tidak bisa mendengar. Kemudian hal-hal yang dinilai dari karakteristik responden adalah jenis kelamin, pendidikan, usia, dan status pernikaha

Data lengkap distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1. dibawah.

(39)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Dapat dilihat dari tabel diatas, seluruh responden yang menjadi responden penelitian jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama. Sebagian besar pendidikan responden penelitian adalah pendidikan dasar (SD-SMP) dengan persentase 64,6%. Kategori usia responden terbanyak adalah usia lanjut 51% perbedaan sedikit dengan usia lanjut resiko tinggi 49%. Usia responden yang paling muda adalah 60 tahun dan yang paling tua adalah 98 tahun dengan rata rata usia responden adalah 71 tahun. Status pernikahan responden paling banyak janda atau duda dan satu responden tidak menikah dengan persentase 81,2%.

5.1.3. Sindrom Frailty

Sindrom frailty pada penelitian ini dinilai melalui kuisoner The Edmonton Frail Scale yang sudah divalidasi sebelumnya. Distribusi sindrom frailty bisa dilihat ditabel dibawah ini.

Karakteristik n %

Jenis Kelamin - Perempuan - Laki-laki

48 48

50 50 Pendidikan

- Tidak sekolah - Dasar (SD-SMP) - Menengah (SMA) - Perguruan Tinggi

15 62 16 3

15,6 64,6 16,7 3,1 Usia

- Usia Lanjut

- Usia Lanjut Resiko Tinggi

49 47

51 49 Status Pernikahan

- Janda/ duda/ tidak menikah - Menikah

78 18

81,2 18,8

Total 96 100

(40)

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sindrom Frailty

Skala Sindrom Frailty (Skor EFS) n % Skor

EFS

Tidak Frailty (0-5) 41 42,7 Maksimum:12

Frailty

Mulai Frailty (6-7)

55 35

47,3 36,5

Minimum: 2

Frailty Ringan (8-9) 14 14,6 X±SD :

Frailty Sedang (10-11) 4 4,1 5,86±2,184

Frailty Berat (12-17) 2 2,1

Total 96 100

Berdasarkan tabel diatas, perbandingan jumlah responden yang mengalami sindrom frailty adalah 55 orang (57,3%) lebih banyak dari tidak mengalami sindrom frailty. Skor tertinggi sindrom frailty adalah 12 dan skor terendah adalah 2. Rata-rata frailty pada lansia antara tidak frailty dengan mulai frailty. Selain itu, responden yang mengalami sindrom frailty paling banyak kategori mulai frailty adalah 35 orang (36,5%).

5.1.4. Skala Depresi

Skala depresi responden dinilai dengan kuisoner Geriatric Depression Scale (GDS) yang sudah divalidasi sebelum penelitian.Distribusi frekuensi skala depresi dapat dilihat ditabel dibawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Skala Depresi Skala Depresi

(Skor GDS)

n % Skor

GDS

Normal (0-4) 63 65,6 Maksimum:10

Depresi Ringan (5-8) Depresi Sedang (9-11)

30 3

31,3 3,1

Minimum: 1 X±SD :

Depresi Berat (12-15) 0 0 3,79±1,880

Total 96 100

Berdasarkan tabel diatas, jumlah responden yang normal lebih banyak daripada dibandingkan depresi ringan, sedang dan berat. Jumlah responden yang normal 63 orang (65,6%). Skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 10.

Rata-rata skala depresi pada lansia dalam keadaan skala normal.

(41)

5.1.5. Profil Depresi Responden

Lansia yang mengalami depresi adalah 33 orang (34,4%). Mayoritas lansia tergolong normal 65,6%. Profil depresi dinilai berdasarkan jenis kelamin, status pendidikan, usia dan status pernikahan. Profil depresi dapat dilihat di tabel 5.4.

dibawah.

Tabel 5.4. Distribusi Skala Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pendidikan, Usia, dan Status Pernikahan

Depresi

Ringan

Depresi Sedang

Depresi Berat

Total Jenis Kelamin

- Laki-laki 14 2 0 16

- Perempuan 16 1 0 17

Status Pendidikan

- Pendidikan Dasar - Pendidikan Menengah - Pendidikan Tinggi - Tidak Sekolah

14 6 2 8

2 1 0 0

0 0 0 0

16 7 2 8 Usia

- Usia Lanjut - Usia Lanjut Resiko

Tinggi

12 18

2 1

0 0

14 19 Status Pernikahan

- Menikah - Janda/ duda/

Tidak Menikah

2 28

1 2

0 0

3 30

Total 30 3 0 33

Berdasarkan tabel diatas, perempuan yang mengalami depresi lebih banyak dari laki-laki adalah 17 responden. 16 orang. Baik laki-laki maupun perempuan tidak ada yang mengalami depresi berat.

Berdasarkan tingkat pendidikan, depresi banyak ditemukan pada pendidikan dasar yaitu 16 orang. Usia lanjut resiko tinggi paling banyak mengalami depresi ringan yaitu 18 orang. Usia lanjut yang mengalami depresi ringan lebih sedikit dibandingkan lanjut usia resiko tinggi. Kelompok usia lanjut dan usia lanjut resiko tinggi tidak ada yang mengalami depresi berat.

(42)

Lansia janda/ duda/ tidak menikah mengalami depresi ringan paling banyak yaitu 28 orang. Lansia yang menikah mengalami depresi hanya 3 orang. Lebih banyak lansia duda/ janda/ tidak menikah yang mengalami depresi.

5.1.6. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi

Seluruh responden berjumlah 96 orang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Hasil didapatkan total skor dalam bentuk numerik. Hasil skor terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-smirnov. Hasil signifikansi diperoleh sindrom frailty 0,001 dan skala depresi 0,019. Kedua hasil < p dimana p

= 0,05. Data yang diperoleh tidak terdistribusi normal. Karena data diperoleh tidak terdistribusi normal, data dianalisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi spearman.

Tabel 5.5. Hubungan antara Sindrom Frailty dengan Skala Depresi

Sindrom frailty memiliki hubungan yang signifikan dengan skala depresi (p=0,001). Terdapat pula korelasi positif antara Edmonton Frailty Scale dengan Geriatric Depression Scale. Semakin meningkat sindrom frailty semakin meningkat pula skala depresi pada lansia. Korelasi didapatkan 0,838 menandakan ada hubungan yang kuat antara antara sindrom frailty dengan skala depresi.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian

Pada penelitian, jenis kelamin perempuan dan laki-laki seimbang yaitu laki- laki 48 orang (50%) dan perempuan 48 orang (50%). Berdasarkan BPS 2010 jumlah perempuan dan laki-laki hampir seimbang. Jumlah penduduk perempuan sebanyak 118.010.413 orang (49,66 %), sedangkan penduduk laki-laki mencapai 50,34%.21 Menurut BPS 2014, jumlah lansia perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, tetapi tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Jumlah 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki.22 Jenis kelamin perempuan 77,5% dibandingkan laki-laki pada penelitian di Panti Werdha Pelkris

Variabel X±SD r p-value

Sindrom Frailty Skala Depresi

5,86±2,184 3,79±1,880

0,838 0,001

(43)

Pengayoman Semarang.23 Perbedaan jenis kelamin responden suatu penelitian bisa saja berbeda pada setiap Panti Werdha karena distribusi perempuan dan laki- laki tidak mungkin sama untuk setiap Panti.

Mayoritas pendidikan pada lansia pada penelitian ini adalah pendidikan dasar (SD-SMP) (64,6%). Berdasarkan penelitian dari 27 responden, 3 responden tidak memiliki latar belakang sekolah, 12 responden memiliki latar belakang SD, 8 responden SMP, dan 4 responden SMA.24 Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Makamhaji Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo tingkat pendidikan dasar mencapai 87,5% lansia.25 Penelitian di Panti Werdha Pelkris Pengayoman Semarang banyak lansia pendidikan dasar mencapai 72,5%.23

Hasil pengumpulan data berdasarkan usia lanjut 49 orang (51%) dan usia lanjut resiko tinggi 47 orang (49%). Berdasarkan penelitian di Panti Wreda Dharma Bati Pajang Surakarta, distribusi frekuensi umur responden menunjukkan sebagian besar merupakan lansia yang berumur 60 – 74 tahun sebanyak 23 responden (54%). Kelompok usia lanjut di Panti Werdha Pelkris Pengayoman Semarang adalah 32,5% sedangkan usia lanjut resiko tinggi lebih tinggi 67,5%.23 Dengan bertambahnya umur, lansia sudah tidak produktif lagi, kemampuan fisik maupun mental mulai menurun, tidak mampu lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat, memasuki masa pensiun, ditinggal mati pasangan, stress menghadapi kematian dan depresi.26

Status pernikahan pada lansia di panti jompo Binjai 78 orang (81,2%) duda/janda/tidak menikah. Penelitian pada Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar Bali 65,7% mengaku sudah menikah dan status sampel adalah janda/duda. Menurut hasil wawancara, hampir semua sampel yang sudah kehilangan pasangan menuturkan itulah penyebab para lansia tersebut memilih untuk tinggal di panti.27

5.2.2. Sindrom Frailty

Berdasarkan tabel diatas, perbandingan jumlah responden yang mengalami sindrom frailty adalah 59 orang (47,3%) dan 41 orang (42,7%) tidak mengalami sindrom frailty. Selain itu, responden yang mengalami sindrom frailty paling

(44)

banyak kategori mulai frailty adalah 35 orang (36,5%), sedangkan yang lain frailty ringan 14 orang (14,6%), frailty sedang 4 orang (4,1%), dan frailty berat 2 orang (2,1%). Penelitian yang dilakukan pada prevalensi sindrom frailty 270 orang lanjut usia rawat jalan yakni kondisi pre-frailty sebesar 71,1%, sedangkan frailty 27,4%.3 Penelitian frailty pada pasien lansia rawat inap di RSUP Dr.

Kariadi mengalami frailty 76% .8 Data yang diambil dari Studi Toledo, sebuah populasi 2488 orang lansia umur lebih dari 65 tahun. Data dikumpulkan dari 2006-2009. lansia mengalami pre-frailty 41,8%, sedangkan 8,4% mengalami frailty.28

5.2.3. Skala Depresi

Jumlah responden yang tidak depresi lebih banyak daripada dibandingkan depresi ringan, sedang dan berat. Jumlah responden yang normal 63 orang (65,6%), sedangkan responden depresi ringan 30 orang (31,3%), depresi sedang 3 orang (3,1%) dan depresi berat tidak ada.

Penelitian di Panti Wreda Semarang prevalensi kejadian depresi subyek lanjut usia di Panti Wreda adalah 38,5% (26,9% depresi ringan; 9,6% depresi sedang;1,9% depresi berat).29 Dukungan sosial terhadap depresi pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda sebesar 23,7% sedangkan sisanya sebesar 76,3%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti pengalaman hidup, tingkat religiusitas, faktor kepribadian, dan harga diri (self-esteem).30

Depresi yang terjadi pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial tergolong banyak.

Penangan yang dilakukan di UPT Pelayanan Sosial dengan melakukan pendekatan psikologis, pendekatan medis, pendekatan spiritual, dan pendekatan fisik.

Pendekatan psikologis dengan meningkatkan intensitas komunikasi perawat dengan lansia dan self talk. Pendekatan medis adalah pendekatan yang dilakukan untuk menurunkan tingkat depresi dengan bantuan beberapa obat penenang.

Pendekatan spiritual yang mampu menyembuhkan gangguan psikologis secara sistematis kepada Tuhan yang Maha Esa. Pendekatan fisik yang diberikan kepada pasien dengan menggerakkan anggota tubuh. Lansia melakukan kegiatan

(45)

kesenangan dan mengembalikan semangat yang dilakukan untuk tidak teringat dengan masa lalu. Kegiatan seperti memasak, berkebun, dan membuat kesenian.31 UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai memiliki kegiatan rutin hari selasa dan jumat senam lansia. Hari senin dan rabu agenda rutin adalah ceramah di Mesjid UPT. Hari kamis agenda rutin adalah kegiatan wirid bersama. Kegiatan dukungan sosial dan religiusitas ini menurunkan tingkat depresi di UPT Pelayanan Lanjut Usia ini sehungga banyak lansia yang tidak mengalami depresi.

5.2.4. Profil Depresi Responden

Depresi pada UPT Pelayanan Sosial Binjai lebih banyak pada perempuan 17 orang dibandingkan laki-laki 16 orang. Prevalensi depresi yang terjadi di Ludhiana, India 65,6% perempuan mengalami depresi lebih banyak dibandingkan laki-laki.32 Perempuan di Panti Werdha Pelkris 77,5% mengalami depresi dibandingkan laki-laki.23 Depresi lebih sering, ada dugaan wanita lebih sering mencari pengobatan sehingga lebih sering terdiagnosis. Selain itu, wanita lebih sering terpaja oleh stressor lingkungan lebih rendah dibandingkan pria. Adanya depresi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan hormone pada wanita menambah tingginya prevalensi depresi.33

Depresi pada tidak sekolah/ buta huruf 52,7% sedikit lebih tinggi dibandingkan sekolah. Pendidikan lansia di Panti Werda Pelkris Semarang pendidikan dasar 75,9 % mengalami depresi.23 Pendidikan dapat memengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam meotivasi sikap, berperan dalam pembangunan kesehatan. Semakin rendah pendidikan seseorang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkannya.23

Lansia UPT Pelayanan Lansia Binjai mengalami depresi banyak pada lansia resiko tinggi >70 tahun 57,5%. Penelitian pada lansia di Panti Werda Pelkris 74,1% mengalami depresi pada usia >75 tahun.23 Gejala depresi pada lansia prevalensi meningkat sering bertambahnya umur. Lansia yang berumur lebih dari 75 tahun cenderung mengalami depresi lebih tinggi dibandingkan dibawah 75 tahun. Tetapi hasil penelitian pada kelompok lanjut usia yang mengalami hanya

Gambar

Gambar 2.2. Patogenesis Frailty 14
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Teori
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah mendapatkan nilai parameter masukkan CoDel ( target ) yang tepat sebagai acuan untuk mendapatkan

yang diperoleh terkadang lebih besar dari yang diinginkan sehingga dapat.

S : yang pertama kita saling sharing dengan anggota kelompok yang lain, apa yang kita tidak ketahui bisa ditanyakan, trus bisa melatih kemandirian kita dalam belajar,

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghemat energi: perbaikan proses agar tidak menimbulkan cycle delay di mesin 31, menggunakan optimasi disain untuk membantu setting

Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan semakin kuat budaya organisasi dan semakin tinggi komitmen dosen akan meningkatkan kinerja mereka dalam mencapai tujuan PTS

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan hubungan antara kebiasaan makan, status gizi, tingkat asupan vitamin A dan tingkat asupan vitamin C

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal mengenai penelitian ini, yakni (1) guru dalam melaksanakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran cerpen

37 Pemeliharaan Kendaraan Dinas Pejabat Eselon I 234,000 , 000.00 Pengadaan Langsung Januari Desember Pemeliharaan Kendaraan Dinas Pejabat Eselon I. Pemeliharaan Kendaraan Dinas