• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI RELASI GENDER DALAM PEMBAGIAN KERJA

6.2 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Relasi Gender dalam

Hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin, usia, pengalaman kerja, jumlah tanggungan dan status pernikahan) dengan relasi gender dalam pembagian kerja (reproduktif dan produktif) dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan relasi gender dalam pembagian kerja tersebut tersaji dalam Tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Relasi Gender dalam Pembagian Kerja

Karakteristik Individu Koefisien

Korelasi

Relasi Gender dalam Pembagian Kerja

Reproduktif Produktif Jenis Kelamin Usia Pengalaman Kerja Jumlah Tanggungan Status Pernikahan rs rs rs rs rs 0,708** -0,100 0,010 -0,077 0,155 -0,053 -0,039 -0,102 0,089 -0,152

Pada Tabel 8 di atas terlihat bahwa hanya ada satu indikator karakteristik individu yang memiliki hubungan nyata dengan relasi gender dalam pembagian kerja. Karakteristik individu tersebut yaitu jenis kelamin dengan relasi gender dalam pembagian kerja bidang reproduktif. Hal ini dikarenakan pembagian kerja dalam keluarga responden tidak didasarkan pada usia, pengalaman kerja, jumlah tanggungan maupun status pernikahan. Pembagian tersebut hanya didasarkan pada jenis kelamin yang menetapkan perempuan sebagai pekerja reproduktif dan laki-laki pekerja produktif. Pembagian tersebut menurut responden sudah layak dan umum bagi seluruh keluarga. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan “Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan relasi gender dalam pembagian kerja” ditolak karena hanya ada satu variabel yang memiliki hubungan nyata dan yang lainnya tidak.

6.2.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Relasi Gender dalam Pembagian Kerja

Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas (sig) sebesar 0,000 untuk kerja reproduktif dimana nilainya lebih kecil dari 0,01 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan yang sangat nyata antara jenis kelamin dengan relasi gender dalam pembagian kerja bidang reproduktif. Hal ini sesuai dengan hasil rataan jumlah jam per bulan dalam pembagian kerja laki-laki dan perempuan. Untuk pekerjaan reproduktif terdapat perbedaan jumlah jam kerja per bulan yang sangat besar antara laki-laki dan perempuan. Dalam mengerjakan pekerjaan reproduktif responden perempuan memiliki rataan jam yang lebih besar dari laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan reproduktif yaitu menyiapkan makanan, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, membersihkan rumah dan belanja kebutuhan rumah tangga pada umumnya dikerjakan oleh responden perempuan. Perempuan ditempatkan pada pekerjaan reproduktif tersebut karena adanya adat istiadat atau ideologi gender yang dianut oleh keluarga responden yang memang menempatkan perempuan pada pekerjaan reproduktif. Dengan demikian, terjadi ketidakadilan gender untuk relasi gender dalam pembagian kerja di keluarga responden. Perempuan masih mengalami diskriminasi karena memiliki beban kerja yaitu sebagai pekerja reproduktif sekaligus produktif.

Hasil pengujian antara jenis kelamin dengan relasi gender dalam pembagian kerja bidang produktif diperoleh nilai probabilitas (sig) sebesar 0,628 dimana nilainya lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan relasi gender dalam pembagian kerja bidang produktif. Hal ini dikarenakan baik responden laki-laki maupun perempuan memiliki porsi yang sama dalam mengerjakan pekerjaan produktif. Sesuai dengan hasil perhitungan rataan curahan waktu antara laki-laki dan perempuan diperoleh rataan jam kerja per bulan yang hampir sama. Oleh karena responden adalah pekerja dan pembagian kerja dalam keluarga yang dilihat hanya yang dikerjakan responden, maka untuk pekerjaan produktif baik responden laki- laki maupun perempuan sama-sama mengerjakannya.

6.2.2 Hubungan antara Usia dengan Relasi Gender dalam Pembagian Kerja Usia responden pada penelitian ini dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu 19- 23 tahun, 24-28 tahun dan 29-33 tahun. Hasil pengujian yang tersaji dalam Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan relasi gender dalam pembagian kerja baik bidang reproduktif maupun produktif. Hal ini disebabkan karena pembagian kerja dalam bidang reproduktif dan produktif dalam keluarga responden tidak dipengaruhi oleh usia. Baik usia yang lebih tua atau muda yang penting sudah dapat diperintah untuk bekerja, maka keluarga akan mengarahkan pada pembagian kerja. Biasanya keluarga mengajarkan dan mengarahkan anak-anaknya dalam pembagian kerja justru menurut jenis kelamin. Mulai usia responden perempuan masih kecil mereka sudah diajarkan untuk membantu ibu memasak, mencuci dan kegiatan lain dalam rumah, sedangkan laki- laki biasanya diajarkan untuk membantu bapaknya bekerja untuk hal-hal yang memerlukan kerja fisik, sehingga pembagian kerja dalam keluarga tersebut dibawa sampai mereka dewasa. Secara tidak langsung disosialisasikan pembagian kerja tersebut secara turun temurun.

6.2.3 Hubungan antara Pengalaman Kerja dengan Relasi Gender dalam Pembagian Kerja

Pengalaman kerja responden dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu 0-2 tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman kerja dengan relasi gender dalam pembagian kerja baik bidang reproduktif maupun produktif. Hal ini dikarenakan pengalaman kerja yang diukur adalah pengalaman kerja yang dilakukan di luar rumah atau kerja produktif bukan reproduktif. Sehingga pengalaman kerja responden yang telah diperolehnya tidak mengubah pembagian kerja dalam keluarganya. Pengalaman kerja yang pernah dilakukan responden dalam bidang produktif bermacam-macam, tapi tetap saja responden perempuan yang mengerjakan pekerjaan reproduktif meskipun memiliki tanggung jawab untuk kerja produktif. Semakin banyak kegiatan perempuan di luar rumah, hanya akan menambah beban kerja perempuan saja.

6.2.4 Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Relasi Gender dalam Pembagian Kerja

Berdasarkan hasil pengujian terlihat bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jumlah tanggungan dengan relasi gender dalam pembagian kerja dengan nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Hal ini dikarenakan baik jumlah tanggungan responden banyak atau sedikit tidak signifikan merubah relasi gender dalam pembagian kerja di keluarga. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kerja reproduktif dominan dilakukan oleh perempuan, sehingga meskipun perempuan memiliki jumlah tanggungan banyak maupun sedikit tidak akan merubah pekerjaannya dalam bidang reproduktif. Perempuan tetap mengerjakan pekerjaan reproduktif dan laki-laki pekerjaan produktif.

6.2.5 Hubungan antara Status Pernikahan dengan Relasi Gender dalam Pembagian Kerja

Hasil penelitian pada responden menunjukkan bahwa responden lebih banyak yang belum menikah/lajang. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai probabilitas (sig) lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan

yang nyata antara status pernikahan dengan relasi gender dalam pembagian kerja baik bidang reproduktif maupun produktif. Hal ini disebabkan karena pembagian kerja dalam keluarga yang dipengaruhi ideologi gender diturunkan secara turun temurun sehingga meskipun sudah menikah tetap saja perempuan yang mengerjakan pekerjaan reproduktif. Perempuan yang belum menikah biasanya mengerjakan pekerjaan rumah dapat dikerjakan bersama-sama saudara perempuan atau ibunya. Responden yang belum menikah meskipun bekerja dalam bidang produktif tetap saja ikut serta dalam kerja reproduktif, minimal mencuci atau menyetrika pakaian sendiri. Apabila sudah menikah, perempuan/istri yang lebih dominan mengerjakan pekerjaan rumah dan melayani suami. Dengan demikian status pernikahan responden tersebut tidak signifikan merubah relasi gender dalam pembagian kerja.

Dokumen terkait