• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Analisis Bivariat

4.3.3 Hubungan antara Kenyamanan responden dengan

Pura

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kenyamanan responden dengan kepuasan pasien rawat inap, di mana nilai p = 0,0001 < 0,05. Hubungan yang terbentuk antara 2 variabel ini menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,518) dan berpola positif, artinya semakin baik kenyamanan responden maka semakin baik pula kepuasan pasien rawat inap.

4.3.4 Hubungan Antara Informasi Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara informasi responden dengan kepuasan pasien rawat inap, di mana nilai p = 0,0001 < 0,05. Hubungan yang terbentuk antara 2 variabel ini menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,697)

dan berpola positif, artinya semakin baik informasi responden maka semakin baik pula kepuasan pasien rawat inap.

4.3.5 Hubungan Antara Ketepatan Waktu Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Berdasarkan hasil analisis korelasi pearson diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketepatan waktu responden dengan kepuasan pasien rawat inap, di mana nilai p = 0,0001 < 0,05. Hubungan yang terbentuk antara 2 variabel ini menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,455) dan berpola positif, artinya semakin baik ketepatan waktu responden maka semakin baik pula kepuasan pasien rawat inap.

4.3.6 Hubungan Antara Hubungan Antarmanusia Responden dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Berdasarkan hasil analisis kolerasi pearson diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antarmanusia responden dengan kepuasan pasien rawat inap, di mana nilai p = 0,001 < 0,05. Hubungan yang terbentuk antara 2 variabel ini menunjukan hubungan yang kuat (r = 0,365) dan berpola positif, artinya semakin baik hubungan antarmanusia responden maka semakin baik pula kepuasan pasien rawat inap.

4.3.7 Hubungan Antara Kelas Pelayanan Kesehatan Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura Tabel 4.13 Hubungan Antara Kelas Pelayanan Kesehatan Kepuasan

Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Variabel P r

Kelas pelayanan kesehatan Kepuasan pasien

0,0001 0,0001

0,712 0,507

Berdasarkan hasil analisis kolerasi pearson di ketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit umum tanjung pura. 4.4. Analisa Multivariat

Menurut Yasril, (2009) yang di kutip Maryati untuk memperoleh penjelasan dari setiap data, mengenai hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen, yang dimaksudkan untuk dapat memberikan informasi yang lebih banyak bukan sekadar deskripsi yang di amati, tetapi juga dapat menarik inferensi tentang hubungan dari tiap variabel populasi asal sampel diambil, maka analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji regresi linear berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan metode Backward LR.

Berdasarkan hasil uji statistic bivariat diperoleh variabel kompetensi teknis, efektifitas layanan kesehatan memiliki nilai probabilitas (p) lebih kecil dari 0,05. Selanjutnya semua variabel tersebut dimasukkan dalam model, kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linear dengan metode backward LR, yaitu mengeluarkan variabel yang p>0,05 (tidak berpengaruh) secara bertahap dari komputer. Sehingga diperoleh variabel

kenyamanan, informasi, ketepatan waktu dan hubungan antarmanusia yang masuk model akhir regresi linear.

Hasil uji statistic regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan bahwa:

1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara kenyamanan responden (p=0,0001), informasi (p=0,0001) ketepatan waktu (p=0,0001) dan hubungan antarmanusia (p=0,001) terhadap kepuasan pasien rawat inap karena nilai p<0,05.

2. Tidak terdapat pengaruh kompetensi teknis responden (p=0,202) dan efektifitas layanan kesehatan(p=0,050) terhadap kepuasan pasien rawat inap karena nilai p>0,05.

3. Koefisien determinan ( R Square) menunjukkan nilai 0,537 ini berarti regresi linear yang di gunakan dapat menjelaskan besar pengaruh kenyamanan, informasi, ketepatan waktu dan hubungan antarmanusia terhadap kepuasan pasien rawat inap sekitar 53,7 % dan selebihnya 46,3 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. 4. Hasil uji Anova memiliki nilai F=20,281 dan p=0,0001 < 0,05

menunjukkan variabel independen (kenyamanan, informasi, ketepatan waktu dan hubungan antarmanusia mampu menjelaskan secara nyata pengaruhnya terhadap variabel dependen (kepuasan pasien rawat inap) pada tingkat kepercayaan 95%.

Y=9,412 (konstanta) + 0,356 X1+0,201 X2 Keterangan :

Y = Kepuasan pasien X1= Variabel Informasi X2 = Variabel Kenyamanan

6. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa variabel informasi dan kenyamanan berpengaruh terhadap kepuasan pasien rawat inap. Dari kedua variabel yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan pasien, variabel Informasi merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya karena koefisien regresi (B) adalah yang terbesar yakni 0,356

Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Mutu Pelayanan (Kompetensi Teknis, Efektifitas Layanan Kesehatan, Kenyamanan, Informasi, Ketepatan Waktu, Hubungan Antarmanusia) dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Variabel Taraf Signifikan B R Rsquare F P value Informasi Kenyamanan Kontanta 0,0001 0,036 0,0001 0,356 0,201 9,412 0,733 0,537 20,281 0,0001

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Tempat/Ruang Rawat Inap Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Berdasarkan dari data yang di peroleh dapat diketahui bahwa dari tempat/ kamar rawat inap yang digunakan oleh pasien menunjukkan bahwa pada kelas 1, banyak pasien mengatakan kurang puas pada mutu pelayanan yang di dapatkannya, pada kelas 2 banyak pasien mengatakan sangat tidak puas pada mutu pelayanan yang didapatkannya, dan pada kelas 3 banyak pasien mengatakan sangat tidak puas pada mutu pelayanan yang didapatkannya. Pasien pada kelas 3 juga mengatakan bahwa mereka merasa terasingkan sesuai dengan tingkat ekonomi mereka karena pelayanannya lebih puas dikelas 1.

Kepuasan pelanggan adalah indikator pertama dari standar suatu rumah sakit dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pelanggan yang rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi kemampuan suatu rumah sakit dalam melayani pasien, sedangkan sikap karyawan terhadap pelanggan juga akan berdampak terhadap kepuasan pelanggan dimana kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan yang diberikan

pasien yang menggunakan jamkesmas yang sekarang sudah tergolong dengan BPJS dengan pasien yang membayar langsung ke rumah sakit. Ini membuktikkan bahwa rumah sakit tersebut tidak sepenuhnya memberikan pelayanan yang seharusnya.

Pada ruangan kelas 1 dalam 1 ruangan ada 2 pasien dengan fasilitas pendingin ruangan, toilet 1 dan dokter yang melakukan kunjungan adalah dokter spesialis sesuai dengan penyakit dan keluhan pasien. Pada ruangan kelas 2 pasien ditempatkan tidak teratur terkadang digabungkan dengan ruangan kelas 1, jadi perbandingan antara kelas 1 dan kelas 2 tidak terlalu signifikan dan pada ruangan kelas 3 ruangan terpencil, terletak di belakang, dalam satu ruangan terdapat beberapa pasien, sering terlihat dokter yang melakukan kunjungan hanya dokter umum.

5.2 Pengaruh Mutu Pelayanan (Kompetensi Teknis) Responden Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Menurut Pohan (2006) Kompetensi Teknis, yaitu menyangkut keterampilan, kemampuan, dan penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Kompetensi teknis disini dimaksudkan untuk menambah kepuasan konsumen dengan melihat keterampilan, kemampuan dan penampilan tenaga kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh kompetensi teknis terhadap kepuasan pasien rawat inap, karena nilai p (0,202) < (0,05). Hasil pernyataan responden

tentang rumah sakit menunjukkan bahwa kompetensi teknis responden mengenai mutu pelayanan kesehatan sebagian besar menunjukkan bahwa keterampilan yang dimiliki dokter dalam memeriksa pasien banyak yang menyatakan sangat baik. Penampilan perawat yang masih kurang baik. Sedangkan pengetahuan yang dimiliki dokter lebih sedikit menyatakan tidak baik.

Berdasarkan hasil wawancara pada responden keterampilan dokter dalam memeriksa pasien baik, pasien melihat dokter langsung melakukan pemeriksaan pada pasien sesuai dengan keluhan pasien, tidak bertele tele dalam melakukan pemeriksaan. Tetapi dalam penampilan perawat masih ada yang menggunakan sandal jepit untuk memeriksa pasien, seragam mereka juga menggunakan pakaian bebas dalam melayani pasien di kamar ruang rawat inap dan belum memenuhi aturan dari rumah sakit tersebut.

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden ternyata mereka tidak mementingkan variabel kompetensi teknis khusunya pengetahuan dokter dalam memeriksa pasien dan keterampilan dokter menurut mereka, mereka juga terpaksa berobat di RSUD karena rujukan yang bisa digunakan hanya RSUD Tanjung Pura, mereka mengatakan “yang penting dilayani saja dulu”, pada pengamatan saya dokter menangani keluhan pasien sudah baik dan kemampuan perawat dalam melaksanakan segala intruksi yang diberikan oleh dokter dapat dilaksanakan dengan baik

seperti memberikan dosis obat, penggantian cairan infus, penyuntikan obat pasien dan pengontrolan infus.

Pelayanan pasien di RS tidak hanya dilakukan oleh sekelompok dokter (medis) saja, tapi juga pelayanan dari bagian paramedik (perawat), penunjang medis, dan non medis. Pada prinsipnya, semua unsur-unsur tersebut wajib bekerjasama serta adanya koordinasi diantara sesama mereka untuk mencapai pelayanan yang optimal. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam peningkatan mutu di sebuah rumah sakit adalah manajemen rumah sakit harus bertindak secepatnya untuk segera meningkatkan kualitasnya, baik sarana maupun prasarana, pelayanan terhadap pasien serta meningkatkan kualitas tenaga medisnya. Sehingga dengan ini akan terciptanya kepuasaan pelanggan/ pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut.

5.3 Pengaruh Mutu Pelayanan (Efektifitas Layanan Kesehatan) Responden Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Menurut Pohan (2006) Efektifitas Layanan Kesehatan yaitu mampu mengobati atau mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta berkembangnya atau meluasnya penyakit yang ada. Pada dimensi ini dapat di lihat dari kemampuan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh efektifitas layanan kesehatan terhadap

kepuasan pasien rawat inap, karena nilai p (0,050) < (0,05). Hasil pernyataan responden tentang rumah sakit menunjukkan bahwa efektifitas layanan kesehatan responden mengenai mutu pelayanan kesehatan sebagian besar menunjukkan bahwa kemampuan yang dimiliki dokter dalam memberi diagnosa pada pasien banyak yang menyatakan sangat baik. Keterampilan dokter dalam melakukan tindakan medis baik sedangkan kemampuan perawat dalam menangani keluhan pasien menyatakan kurang baik dan tidak baik.

Berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada responden ternyata mereka tidak mementingkan variabel efektifitas layanan kesehatan khusunya dalam kemampuan perawat dalam menangani keluhan pasien kurang baik di karenakan menurut mereka perawatnya masih muda, belum mempunyai banyak pengalaman dalam menangani pasien, ada juga perawat yang masih dalam proses pembelajaran (kuliah) yang di tempatkan untuk praktek di rumah sakit tersebut, responden beranggapan ilmu mereka belum cukup untuk di aplikasikan kepada pasien, meski mereka telah dibekali ilmu pengetahuan yang memadai di bangku perkuliahan sebelumnya, walaupun mereka di dampingi kepala perawat ruangan yang telah menetap bekerja di rumah sakit tersebut.

Keterampilan dalam merawat pasien di rumah sakit, responden beranggapan baik di karenakan perawat tetap maupun perawat yang masih proses pembelajaran (kuliah) selalu melakukan kontrol terhadap pasien di

ruang rawat inap dengan memperhatikan keadaan pasien, keadaan ruangan dan perkembangan pasien. Pada kemampuan dokter dalam memberikan diagnosa penyakit responden beranggapan baik, dikarenakan mereka melihat kemampuan dokter dalam melakukan tindakan medis, dokter sudah mempunyai keahlian spesialis di bidang penyakit tertentu sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa penyakit yang di alami benar dengan apa yang di diagnosa dokter. Dokter yang datang juga berasal dari kota Medan, mereka beranggapan dokter dari kota medan sudah ahli dan dokter tersebut juga sudah berpengalaman dalam menangani berbagai penyakit.

Pada keterampilan dokter dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien, responden menyatakan baik karena para dokter menggunakan peralatan medis yang cukup memadai sehingga mempermudah dokter dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien sehingga hasil diagnosa cermat dan tepat.

Berdasarkan faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan menurut JCAHO,1993 yaitu: Kelayakan yaitu, pasien akan datang berobat jika sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu masyarakat itu layak digunakan. Kesiapan yaitu, tenaga kesehatan akan selalu siap sedia melayani setiap pasien yang membuthkan dirinya baik dari segi fisik, pengobatan mapun dorongan moral yang diberikan oleh petugas tersebut. Efektifitas yaitu, setiap pelayanan kesehatan harus memiliki efektifitas yang tinggi dimana pun mampu memberikan perawatan sesuai dengan keadaan

pasien dan benar tata cara tindakannya sehingga pasien akan merasa puas dengan tindakan yang telah diberikan. Kemanjuran yaitu pasien akan merasa sangat puas jika pengobatan dan pelyanan yang telah diberikan memiliki kemanjuran yang akan dirasakan oleh pasien sehingga pasien/pelanggan tidak kapok berobat ke sana.

Selain itu juga memiliki keamanan yang akan melindungi pasien dari praktek yang tidak diinginkan dan ketepatan waktu dalam pengambilan keputusan dan pengobatan dan yang tidak kalah pentingnya dari pelayanan di rumah sakit yang bermutu adalah terdapatnya komuniksi dengan pasien, mengikut sertakan pasien dalam pengambilan keputusan dalam perawatan pasien, selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada pasien. Kadangkala pasien sangat membutuhkan dorongan moril dari petugas kesehatan dibandingkan dengan obat-obatan.

5.4 Pengaruh Mutu Pelayanan (Kenyamanan) Responden Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Menurut Pohan 2006 Kenyamanan yaitu tidak berhubungan langsung dengan efektifitas layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan pasien sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali. Kenyamanan disini maksudnya pasien merasa nyaman ketika mereka mendapatkan pelayanan kesehatan khususnya di ruang rawat inap .

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kenyamanan terhadap kepuasan pasien rawat inap

karena nilai p (0,0001) < (0,05). Hasil pernyataan responden tentang rumah sakit menunjukkan bahwa kenyamanan responden mengenai mutu pelayanan kesehatan sebagian besar menunjukkan bahwa kenyamanan kamar rawat inap banyak yang menyatakan sangat baik. Kerapian kamar rawat inap baik sedangkan keamanan pada fasilitas parkir kendaraan banyak juga yang menyatakan kurang baik, tidak baik dan sangat tidak baik.

Berdasarkan hasil wawancara responden menyatakan bahwa kerapian dan kenyamanan kamar rawat inap baik di karenakan perawat mampu menjaga fasilitas di dalam kamar, seperti toilet, jika ada toilet di dalam kamar pasien atau pun keluarga pasien tidak perlu lagi keluar untuk ke toilet, mereka membersihkan setiap hari dan menata ruangan serapi mungkin dan langsung membersihkan jika kotor. Pendingin ruangan berfungsi dengan baik dan selalu menganti alas tempat tidur dan alas bantal. Jadi pasien merasa nyaman jika kamar mereka bersih.

Pada fasilitas kendaraan kurang baik dikarenakan tidak memadai, sebab terbatasnya lahan parkir yang disediakan oleh RSUD, jika sudah penuh tempat parkirnya, maka pasien meletakkan kendaraan mereka dimana mereka mau disebabkan kurangnya tenaga kerja penjaga parkir, melakukan pengutipan retribusi parkir tetapi tidak menggunakan karcis dan tidak dalam pengawasan petugas parkirnya, maka kejadian pencurian kendaraan akan mungkin terjadi, dikarenakan sudah pernah terjadi beberapa kali.

Menurut Supranto (2001), bahwa pelanggan yang puas terhadap produk dan jasa maka akan dapat bertindak sebagai sales promotion yang efektif. Bila pasien merasa nyaman dengan layanan disebuah rumah sakit, maka kenyamanan akan mempengaruhi kepuasan pasien, sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali. Menurut Pohan (2006) Kenyamanan dan kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien pada organisasi layanan kesehatan. Jika biaya layanan kesehatan menjadi persoalan, kenikmatan akan mempengaruhi pasien untuk membayar biaya pelayanan kesehatan.

Kepuasan pelanggan sangat berhubungan dengan kenyamanan, keramahan dan kesopanan pelayanan, dalam konsep quality assurance

(QA), kepuasan pelanggan dipandang sebagai unsur penentu penilaian baik buruknya sebuah rumah sakit. Pelayanan yang baik dirumah sakit akan membuktikan rumah sakit itu bermutu baik pula. Hal ini dilihat dari respon pelanggan/pasien yang datang berkunjung ke rumah sakit tersebut.

5.5 Pengaruh Mutu Pelayanan (Informasi) Responden Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Menurut Pohan (2006) Informasi yaitu mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana layanan kesehatan itu akan di laksanakan. Pasien merasa sangat mebutuhkan informasi apa saja yang di inginkannya untuk dapat

memperkirakan kapan dia sembuh dan bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh informasi terhadap kepuasan pasien rawat inap karena nilai p (0,0001) < (0,05). Hasil pernyataan responden tentang rumah sakit menunjukkan bahwa informasi responden mengenai mutu pelayanan kesehatan sebagian besar menunjukkan bahwa informasi yang di inginkan pasien di dapat secara jelas banyak yang menyatakan sangat baik. Informasi mengenai pelayanan kesehatan yang didapat juga banyak yang menyatakan baik sedangkan informasi yang didapat tentang jadwal kunjungan pemeriksaan pasien sesuai dengan penyakitnya banyak juga yang menyatakan kurang baik, tidak baik dan sangat tidak baik.

Berdasarkan hasil wawancara pada responden mereka mengatakan bahwa informasi dinyatakan baik di sebabkan adanya keterbukaan pihak rumah sakit terhadap pasien mengenai biaya dan keperluan mereka ketika dirawat, dan pelayanan kesehatan yang didapat, pihak rumah sakit mampu menjelaskannya secara jelas, sehingga pasien mengetahui apa yang harus di lakukannya begitu juga informasi mengenai pelayanan kesehatan yang didapat oleh pasien dinyatakan baik pasien di tempatkan sesuai golongan BPJS yang pasien miliki dan juga menjelaskan pelayanan apa saja yang didapatkan oleh pasien golongan tersebut serta jaminan kesehatan pasien

Informasi perkembangan kesehatan pasien yang diberikan oleh perawat kurang baik hal ini di sebabkan dalam membaca hasil diagnosa para perawat menunggu dokter dalam menyampaikan hasil diagnosa pasien tersebut. Pada informasi jadwal kunjungan dokter tidak baik di karenakan di rumah sakit ini tidak selalu setiap saat ada dokter, maka pasien harus menunggu lama untuk ada dokter, bahkan bisa sampai berhari hari, jika pasien menanyakan kapan dokter datang, tenaga kesehatan hanya menjawab belum tau, padahal pasien hanya memikirkan kapan dia akan sembuh, pasien akan merasa bosan jika dalam waktu lama dia dirawat dan dapat pelayanan kesehatan dari dokter seperti informasi mengenai bagaimana kondisi pasien dan kapan kunjungan baliknya. Dokter juga tidak memenuhi jadwal kunjungan pemeriksaan yang telah ditetapkan oleh pihak rumah sakit, dokter tidak selalu ada di tempat baik dokter spesialis ataupun umum, waktu kunjungan tidak tepat sesuai jadwal.

Menurut Pohan (2006) Dimensi informasi sangat penting pada tingkat puskesmas dan rumah sakit. Jika pasien tidak mengetahui informasi yang jelas maka pasien yang akan menggunakan pelayanan kesehatan juga merasa dirugikan dengan apa yang didapatkannya tidak sesuai dengan informasi tersebut.

Pasien yang datang ke rumah sakit pasti memiliki harapan dan keinginan lebih dari sekedar pengobatan, perawatan yag tepat saja, seperti pengurusan administrasi yang cepat dan tepat tanpa mondar mandir. Dengan

pengurusan administrasi yang cepat dan tepat maka pasien akan mendapatkan informasi yang sejelas jelasnya mengenai apa saja yang mereka inginkan tentang pengobatan yang mereka lakukan.

5.6 Pengaruh Mutu Pelayanan (Ketepatan Waktu) Responden Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura

Menurut Pohan (2006) Ketepatan Waktu yaitu pelayanan kesehatan harus di laksanakan dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat dan menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta dengan biaya yang efisien. Pasien memilih menggunakan fasilitas kesehatan yang akan digunakannya, terlebih dahulu mereka mambandingkan waktu dan cara yang tepat serta obat dan biaya yang akan dikeluarkannya.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh ketepatan waktu terhadap kepuasan pasien rawat inap karena nilai p (0,0001) < (0,05). Hasil pernyataan responden tentang rumah sakit menunjukkan bahwa ketepatan waktu responden mengenai mutu pelayanan kesehatan sebagian besar menunjukkan bahwa kecepatan tindakan yang dilakukan oleh perawat pada pasien saat membutuhkan pertolongan banyak yang menyatakan sangat baik dan baik. Obat yang diberikan oleh dokter dapat langsung mengurangi penyakit menyatakan kurang baik sedangkan obat yang diberikan oleh dokter dapat mengurangi penyakit pasien banyak juga yang menyatakan kurang baik, dan pada

ketepatan jadwal kunjungan dokter untuk memeriksa pasien banyak yang menyatakan sangat tidak baik.

Tanggapan mengenai obat yang diberikan oleh dokter dapat langsung mengurangi keluhan penyakit pasien dinyatakan kurang baik karena pihak rumah sakit menggunakan obat generik sebelum melakukan tindakan check up pasien hanya diberikan obat penenang rasa sakit dan obat biotik.

Berdasarkan hasil wawancara responden perawat selalu ada disaat pasien membutuhkan pertolongan, karena perawat di rumah sakit umum daerah tanjung pura terlalu banyak tidak sebanding dengan jumlah dokter yang ada, dan pasien rawat inap menurut mereka lebih banyak perawat dari pada pasien yang dirawat. Responden menyatakan obat generik yang responden dapat selalu didapatkan jenisnya sama padahal dengan penyakit yang berbeda, dan terkadang obatnya tidak sesuai penyakitnya. Tetapi kunjungan dokter tidak selalu tepat waktu dengan informasi yang didapat pasien dari tenaga kesehatan, maka itu pasien banyak waktunya terbuang hanya untuk menunggu kedatangan dokter untuk memeriksa mereka.

Menurut Lupiyoadi (2001) dan Tjiptono (2004) yang dikutip oleh Maryati kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas sangat penting. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya suatu

Dokumen terkait