• Tidak ada hasil yang ditemukan

(SMP NU 06 Kedungsuren)

Membahas hubungan antara sekolah dan pesantren memang sangatlah komplek. Hal ini disebabkan karena pada umumnya pesantren merupakan pihak yang paling dominan dalam menentukan kebijakan di tengah pihak sekolah ingin menjalankan manajemennya secara mandiri.

Biasanya hal ini terjadi pada lembaga yang memang masih menerapkan pola manajemen yang sederhana. Akan tetapi di lembaga pendidikan SMP NU 06 kedungsuren, pondok pesantren Al Ulya tidak seperti pada umumnya karena pondok al Ulya yang didirikan bersamaan SMK NU kedungsuren masih dalasm satu kepengurusan dan pondok pesantren yang dirintis merupakan perpaduan sistem pendidikan yang ada di SMP NU 06 Kedungsuren tersebut, yang artinya semua kegiatan berjalan beriringan dan semua kegiatan dijalankan dalam kompleksitas sistem pembelajaran yang dikelola secara bersama dalam satu lembaga.

Dalam konteks lembaga pendidikan swasta,manajemen pendidikan terdiri atas dua kategori,yaitu yayasan yang mendirikan atau menaunginya dan jajaran pelaksana harian di sekolah, dari kepala sekolah sampai staf administrasi. Untuk membuat lembaga pendidikan menjadi besar dan maju, kedua kelompok manajemen ini harus bekerja bersama dalam sebuah jalinan pola hubungan dan pola pembagian peran yang jelas dan harmonis. Jika salah satu atau anggota dari masing-masing kelompok manajemen ini ada yang kurang harmonis sehingga menjadi kurang sinkron, maka bisa dipastikan perjalanan lembaga pendidikan tersebut akan terhambat.

Karena begitu besarnya peranan dan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin

di sekolah, maka pihak Pengurus dan komite SMP NU 06 Kedungsuren dan pondok pesantren al ulya sebagai pengelola memberikan persyaratan yang khusus kepada calon kepala sekolah yang nantinya akan bertangung jawab terhadap lembaga dan masyarakat. Berikut keterangan dari komite tentang syarat untuk menjadi kepala sekolah di SMP NU 06 Kedungsuren:

“Mengenai kepala sekolah ini diangkat langsung oleh

pihak Pengurus beserta komite SMP NU 06

Kedungsuren, dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut; memenuhi syarat akademik

(minimal S1), mempunyai pengalaman yang luas di bidang pendidikan dan pengajaran, berakhlak mulia, jujur dan bertanggung jawab dan loyal

terhadap institusi dan lembaga.”

Berdasarkan keterangan di atas, persyaratan untuk menjadi kepala sekolah di SMP NU 06 Kedungsuren sudah menjadi kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus beserta komite SMP NU 06 Kedungsuren, yaitu dengan mengacu pada persyaratan-persyaratan tersebut, setiap guru dan karyawan sekolah yang berada di SMP NU 06 Kedungsuren memiliki peluang untuk menjadi kepala sekolah. Untuk itu, hendaknya setiap guru dan karyawan harus dapat meningkatkan kinerjanya, karena sebenarnya mereka memiliki peluang yang sama, tentunya dengan memperhatikan persyaratan-persyaratan tersebut.

Adapun proses pengangkatan kepala sekolah,diuraikan sebagaimana keterangan pengurus SMP NU 06 Kedungsuren berikut:

“Prosesnya, pengurus yayasan mengadakan rapat untuk mengusulkan guru yang akan dijadikan kepala sekolah. Setelah diputuskan,maka pihak SMP NU 06 Kedungsuren mengajukan ke Lembaga Pendidikan

Ma’arif Kabupaten dan memberitau kepada pengawas SMP di Dinas Pendidikan kabupaten melalui surat ijin memimpin yang terus diajukan setiap tahunnya, sebelum diadakan pergantian kepala sekolah baru di

lembaga-lembaga pendidikan SMP NU 06

Kedungsuren.”

Berikut uraian dari pengurus SMP NU 06 dan pondok pesantren Al Ulya Kedungsuren tentang hubungan antara Pesantren dan lembaga- lembaga pendidikan formalnya/sekolah dilihat dari manajemennya:

”Kami selaku pengurus SMP NU 06 dan pondok

pesantren Al Ulya Kedungsuren sebenarnya

mempercayakan pada setiap manajemen di sekolah. Namun dalam hal-hal tertentu Pengurus

dan komite masih menghandel (mengatur) seperti

manajemen keuangan, perekrutan guru dan

karyawan, dan pengangkatan kepala sekolah. Untuk manajemen keuangan masih terpusat, berada dalam kebijakan pengurus dan komite di SMP NU 06 dan pondok pesantren Al Ulya Kedungsuren. lalu mengapa pihak pengurus dan komite SMP dan SMK NU Kedungsuren yang

mengaturnya? Karena lembaga-lembaga

pendidikan formal yang dimiliki masih dalam masa perkembangan, seperti SMP dan SMKnya yang belum memiliki keuangan yang cukup kuat untuk menggaji guru dan biaya operasional sehari-hari

disebabkan jumlah muridnya masih sedikit. Oleh karena itu, pihak Pengurus mengatur keuangannya

yaitu mengadakan subsidi silang diantara

lembaga-lembaga yang ada. Dalam hal ini,

memberikan subsidi ke SMKnya serta Pondok pesantren Al Ulya, sedangkan SMP mendapatkan

bantuan dana melalui program Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah yang

dipandang cukup untuk membiayai

operasionalnya”.

Bila ditinjau berdasarkan hal tersebut, pemimpin yang berorientasi pada manusia atau hubungan antara manusia berfokus pada bagaimana menciptakan suasana kerja yang memberikan kepuasan pada bawahannya. Pada sekolah yang kepala sekolahnya lebih berorientasi pada hubungan, yang ditunjukkan dengan ketidakberaniannya menuntut para guru untuk tidak bekerja secara optimal, dikarenakan pertimbangan imbalan yang diterima guru sangat tidak memadai. Selain itu, yayasan atau pimpinan organisasi seringkali menjadi penentu akhir dari berbagai kebijakan, program maupun kegiatan sekolah. Dalam kondisi semacam ini, yang lebih dipentingkan kepala sekolah adalah bagaimana kegiatan pendidikan berjalan lancar dan guru hadir mengajar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Hubungan antara lembaga-lembaga pendidikan formal (SMP NU 06 Kedungsuren dengan pesantren Al Ulya termasuk dalam

hubungan yang bersifat paternalistik dan menjadi sistem pengajaran, yaitu memadukan sistem formal dalam kemasan pondok pesantren. Penulis menyebutnya dengan istilah semi demokratis dan sentralistik. Artinya walaupun pihak pengurus dan komite memberikan kepercayaan penuh kepada pihak sekolah dalam melaksanakan manajemennya yang memasukkan program pesantren hafalan Al-Qur’an menjadi program sekolah,hal tersebut merupakan kebijakan yang sangat membantu dan sudah disepakati bersama oleh pihak lembaga-lembaga pendidikan formal, dalam hal ini kepala sekolah.

Dalam proses menjalankan manajemen pendidikan di sekolah, sebenarnya pihak pengurus, komite SMP NU 06 dan pesantrennya menerima aspirasi-aspirasi dari pihak lembaga- lembaga pendidikan formalnya (sekolah) untuk memajukan lembaganya.

4.5.

Menejemen peningkatan prestasi siswa

Dokumen terkait