• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

5.3. Hubungan Asupan Gizi saat Hamil dengan Kecepatan Produks

Berdasarkan distribusi tentang asupan gizi saat hamil dapat pula diuraikan bahwa, asupan gizi ibu saat hamil ibu mayoritas berada pada ketegori cukup yaitu sebanyak 60,6 % dan selebihnya berada pada ketegori kurang yaitu sebanyak 39,4 %. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa ibu yang asupan gizi saat hamil-nya cukup sebagian besar mengalami produksi ASI yang cepat yaitu sebanyak 71,9%, selebihnya produksi ASI-nya lambat yaitu sebanyak 28,1%. Sedangkan ibu yang asupan gizi saat hamil-nya kurang hanya sebagian kecil saja yang mengalami produksi ASI yang cepat yaitu sebanyak 40,5 % dan selebihnya produksi ASI-nya lambat yaitu sebanyak 59,5%. Hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan nilai p=0,002 (<0,05), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara asupan gizi saat hamil dengan kecepatan produksi ASI pada ibu pascapersalinan di BPM Medan.

Berdasarkan pemaparan data di atas, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan positif asupan gizi saat hamil dengan kecepatan produksi ASI terbukti. Dengan kata lain asupan gizi yang baik dan cukup saat hamil dapat mempercepat produksi ASI pada ibu pascapersalinan. Hal ini terjadi karena adanya simpanan energi yang berasal dari cadangan lemak yang dikonsumsi dalam jangka panjang selama hamil berfungsi untuk proses laktasi yang optimal sehingga mempercepat dan meningkatkan produksi ASI.

Hal ini sesuai dengan penelitian Rasmussen (1990) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara asupan gizi saat hamil dengan produksi ASI. Ibu yang

lemak tubuhnya sedikit akan menghasilkan ASI yang sedikit. Siregar (2004) juga menyatakan bahwa ibu dengan kekurangan gizi mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya berhenti dengan sendirinya oleh karena jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya yang seharusnya dapat digunakan sebagai salah satu komponen dalam ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui.

Neville (1983) juga berpendapat yang sama bahwa selama hamil simpanan lemak digunakan untuk menyediakan keperluan untuk mensintesis susu. Kekurangan makanan pada saat kehamilan diperkirakan dapat menurunkan volume dan produksi ASI disebabkan oleh pemanfaatan cadangan lemak tubuh terhadap trigliserida terganggu sehingga pertumbuhan jaringan payudara juga terganggu dan menurunkan produksi ASI.

Laosirirat (2011) juga menemukan hasil penelitian yang sejalan yaitu pada ibu yang melahirkan bayi cukup bulan dan sehat dengan berat lahir 2500 gram atau lebih di Rumah Sakit Nakhon Nayok Thailand yang menemukan adanya hubungan yang signifikan antara Suplementasi telur dengan produksi ASI pada 48 jam postpartum. Median dan rata-rata volume ASI dalam kelompok studi yang menerima suplemen 1 telur rebus per makan sebanyak 3 kali sehari selama 2 hari yang ditambahkan pada diet yang biasa secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kedua kelompok memberi ASI eksklusif dengan tiga teknik menyusui (awal menyusui, sering menyusui, menyusui yang benar). Hasil penelitian menunjukkan median dan rata-rata volume yang ASI dalam kelompok studi secara signifikan lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini dapat terjadi oleh karena kandungan zat gizi dalam telur berupa protein yang termasuk ke dalam zat gizi makro yang turut menyumbangkan energi dan cadangan lemak tubuh yang dapat membantu meningkatkan produksi ASI.

Brown dkk (1986) juga menunjukkan hasil yang sejalan dengan hasil penelitian yaitu ibu menyusui dengan status gizi buruk memiliki hubungan yang signifikan dengan kapasitas laktasi. Perubahan status nutrisi di kemudian hari pada wanita juga secara signifikan berkaitan dengan jumlah dan komposisi susu mereka dan dapat dilihat melalui ketebalan lipatan kulit trisep dikaitkan dengan peningkatan lemak dan konsentrasi energi dengan (p<0,01). Meskipun ibu dalam keadaan kurang gizi, kapasitas laktasi mereka tidak sangat terganggu. Rata-rata produksi susu masih berada dalam kategori normal yaitu mencapai puncaknya pada 750 ml ketika bayi berusia antara 5 dan 7 bulan. Namun pada kandungan lemak dan energi secara signifikan cenderung lebih besar, pada ibu dengan trisep lebih besar lipatan atau lingkar lengan kulit tebal. Produksi susu menurun secara signifikan selama bulan- bulan tertentu. Temuan menunjukkan bahwa, meskipun kapasitas laktasi mereka sangat baik, produksi susu ibu dibatasi sampai batas tertentu oleh status gizi mereka.

Sebaliknya, Escamilia dkk (1994) mengemukakan hal yang tidak sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ibu yang diberikan suplemen makanan saat masih berada di fasilitas kesehatan dengan keberadaan produksi ASI yang kurang. Prentice (1994) juga mengemukakan hal yang bertentangan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat

hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) ibu yang menunjukkan asupan gizi yang baik dengan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu pada populasi yang berbeda. Hasil yang diperoleh adalah volume susu lebih banyak dihasilkan oleh ibu dengan IMT yang rendah. Ini berarti bahwa volume ASI relatif tidak terpengaruh oleh asupan gizi ibu yang ditandai dengan IMT yang rendah, namun pengaruhnya bukanlah pada volume tetapi terhadap kadar lemak dalam ASI.

Dengan kata lain terdapat hubungan yang lemah antara IMT ibu dan produksi ASI. Proses Laktasi akan terganggu ketika kekurangan gizi yang terjadi cukup parah dan hanya terjadi apabila ibu dalam kondisi gizi yang sangat buruk. WHO (2012) juga sependapat dengan hal itu bahwa Proses Laktasi dan kualitas ASI seorang ibu tidak dipengaruhi oleh berat badan, tinggi badan yang berhubungan dengan indeks massa tubuh atau status gizi. Asupan gizi makro tidak mempengaruhi volume ASI, namun asupan asam lemak ibu memengaruhi profil asam lemak dalam ASI.

Gopalan (2011) mengemukakan bahwa kebutuhan akan zat gizi pada saat hamil dan menyusui sangat tinggi. Jika hal ini tidak terpenuhi maka bukan hanya status gizi yang terkena dampaknya tetapi juga pada kehamilan dan laktasinya. Selama ini penelitian tentang peran asupan gizi terhadap produksi ASI banyak dilakukan percobaan pada hewan, namun yang masih menjadi pertanyaan bagaimana pengaruhnya pada manusia. Sejauh ini masih banyak kesenjangan hasil penelitian yang terjadi mengenai hubungan asupan gizi terhadap produksi ASI sehingga masih harus diteliti lebih lanjut lagi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa asupan gizi pada saat hamil ibu pasca persalinan di BPM Medan mayoritas sudah mencukupi angka kecukupan energi yakni 60,6%. Hal ini mungkin disebabkan oleh pengambilan data yang dibatasi hanya pada saat trimester 3 saja. Sesuai dengan usia kehamilan mulai dari trimester pertama hingga ketiga banyak keluhan ibu hamil yang memengaruhi keinginan untuk makan. Pada trimester pertama (0-3 bulan) umumnya timbul keluhan seperti mual, ingin muntah dan pusing-pusing sehingga selera makan berkurang, namun pada trimester kedua dan tiga mual sudah mulai berkurang atau bahkan hilang sehingga nafsu makan pun bertambah dan cenderung untuk merasa sering lapar sehingga kebutuhan asupan gizi bertambah hingga mencapai kecukupan energi dan bahkan tidak jarang berlebih.

Dari hasil food frequency questionnaire diketahui asupan gizi ibu saat hamil selama trimester 3 menunjukkan keragaman pangan yang dikonsumsi oleh ibu, yakni pada umumnya ibu mengkonsumsi makanan pokok, makanan lauk pauk hewani maupun nabati dan bila kurang selera makan digantikan dengan sumber energi yang lain seperti kentang, mie atau jajanan lain yang nilai gizinya sama dan memberikan pengaruh pada kecukupan energi.

Hasil analisis multivariat setelah dilakukan uji statistik dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa asupan gizi saat hamil juga tetap memiliki hubungan yang signifikan terhadap kecepatan produksi ASI dengan p=0,001 dengan OR sebesar 0,175. Artinya asupan gizi saat hamil juga memiliki resiko yang rendah terhadap kecepatan produksi ASI. Ibu yang asupan gizi saat hamilya cukup memiliki

resiko rendah untuk mengalami produksi ASI yang lambat. Berdasarkan perhitungan odds ratio (OR) pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh OR 0,175 95%CI (0,06 - 0,511) tidak mencakup nilai 1 sehingga nilai OR yang diperoleh bermakna secara statistik dan merupakan faktor protektif. Oleh karena itu agar mempercepat produksi ASI pada ibu pascapersalinan perlu meningkatkan asupan gizi yang cukup pada saat hamil.

Dokumen terkait