• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Celebrity Worship Dengan Intensi Berpacaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Hubungan Celebrity Worship Dengan Intensi Berpacaran

Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan suatu hal, terdapat prediktor dalam menentukan perilaku tersebut yang disebut intensi. Intensi adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam melakukan suatu perilaku (Schiffman, dalam Barata, 2007). Hal ini juga berlaku pada keputusan untuk berpacaran. Intensi berpacaran adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang dalam memutuskan untuk melakukan sebuah hubungan romantis yang bertujuan memilih pasangan.

Intensi berpacaran berkaitan dengan enam komponen intimasi yang saling mempengaruhi satu sama lain dan memiliki peran dalam memutuskan untuk berpacaran. Komponen tersebut yaitu knowledge, caring, interdependence, mutuality, trust, dan commitment (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012).

Jika ditinjau dari masing-masing komponen, knowledge akan terpenuhi ketika seseorang sudah dapat saling berbagi informasi pribadi tentang diri mereka yang tidak diceritakan kepada semua orang (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012). Saling berbagi informasi merupakan suatu bentuk keintiman pribadi karena hanya dibagikan kepada orang-orang tertentu saja yang dianggap dekat dengannya. Keintiman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran (DeGenova & Rice, 2005).

Ditinjau dari komponen selanjutnya yaitu caring, komponen ini akan terpenuhi ketika individu saling memiliki rasa peduli dan kasih sayang yang dapat diberikan kepada seseorang yang jauh lebih besar dibandingkan untuk orang lain (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012). Apabila individu mendapatkan curahan kasih sayang dan kepedulian dari orang lain, maka hal ini dapat dijadikan salah satu cara dalam pemenuhan cinta dan kasih sayang yang merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk menjalin hubungan pacaran (DeGenova & Rice, 2005).

Ditinjau dari komponen interdependence yaitu individu merasa saling bergantung satu sama lain, saling membutuhkan, dan saling mempengaruhi (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012). Hal ini juga merupakan bentuk dari keintiman dan proses sosialisasi, yang merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang menjalin hubungan pacaran (DeGenova & Rice, 2005).

Apabila ditinjau dari komponen mutuality dimana individu bertindak sebagai ‘kita’ bukan ‘aku’ dan ‘dia’ bersama dengan individu lainnya (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012). Adanya rasa kebersamaan ini dapat menjadi proses sosialisasi bagi individu tersebut. Proses sosialisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan individu untuk menjalin hubungan pacaran (DeGenova & Rice, 2005).

Ditinjau dari komponen trust, yaitu adanya rasa saling percaya satu sama lain dan berharap pasangannya memperlakukan mereka secara adil dan terhormat (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012). Hal ini dapat menjadi sebuah sarana dalam mengembangkan kepribadian individu. Individu dapat belajar untuk mempercayai, bersikap adil, dan menghormati orang lain. Pengembangan kepribadian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk menjalin hubungan pacaran (DeGenova & Rice, 2005).

Dan jika ditinjau dari komponen terakhir, commitment merupakan ikatan yang membuat seseorang merasa memiliki pengharapan akan masa

depan hubungan yang terjalin (Marston et al, 1998, Ben-Ari & Lavee, 2007, dalam Miller, 2012). Dengan melihat bagaimana individu menjalankan komitmen yang dipegangnya, maka kita dapat melihat kesungguhan dari individu tersebut sehingga dapat dijadikan cara untuk menyeleksi pasangan hidup. Menjadi salah satu cara menyeleksi pasangan juga termasuk ke dalam faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk menjalin hubungan pacaran (DeGenova & Rice, 2005).

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa seorang individu tidak dapat hidup seorang diri. Setiap individu pasti membutuhkan individu yang lain dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk mencari pasangan hidup (Maududi, 2012). Pencarian pasangan hidup ini dapat dilakukan dengan cara berpacaran.

Namun, ketika seorang fans telah memiliki keterikatan yang merupakan hasil dari pemujaannya terhadap idola (celebrity worship), maka beberapa faktor yang disebutkan di atas seakan menjadi terpenuhi. Celebrity worship terdiri dari tiga tipe yaitu entertainment-social value, intense-personal feeling, dan borderline-pathological tendency (Maltby dkk, 2006).

Ditinjau dari masing-masing tipe, entertainment-social value adalah tipe dimana fans terus melakukan pencarian informasi secara aktif mengenai idolanya sebagai sumber kesenangan dan sarana untuk berinteraksi sosial dengan orang lain (Maltby dkk, 2006). Pada tipe ini, informasi mengenai idola dijadikan sarana untuk menjalin interaksi

dengan orang lain. Nilai sosial yang dimiliki oleh fans membuatnya menjalin interaksi dengan orang lain sebagai bentuk hiburan baginya juga sebagai proses bersosialisasi dengan orang lain. Kedua hal ini masuk ke dalam faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk berpacaran (DeGenova & Rice, 2005). Hal ini dapat mempengaruhi keputusan individu dikarenakan adanya kesempatan yang mengarah kepada kemungkinan individu untuk berpacaran.

Ditinjau dari tipe kedua, intense-personal feeling adalah tipe dimana fans memiliki perasaan intensif dan kompulsifnya terhadap idolanya yang mendorong fans memiliki kebutuhan mengetahui berbagai informasi terkait dengan idolanya (Maltby dkk, 2006). Apabila fans telah mengetahui berbagai hal mengenai sang idola, pemujaan fans terhadap idola akan semakin intens dan menyebabkan terjadi hubungan parasosial. Ketika hubungan parasosial telah terbentuk, maka fans akan menganggap idola sebagai orang yang dekat dengannya sehingga fans memberikan kasih sayang dan kepeduliannya hanya kepada idola (Horton dan Wohl, 1956). Jika dikaitkan dengan faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk berpacaran, dengan adanya hal ini, maka fans merasa kebutuhan kasih sayang telah dipenuhi oleh idolanya, dan telah terbentuk keintiman pribadi yang dirasakan fans pada idolanya. Hal ini dapat menghambat fans dalam memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran.

Ditinjau dari tipe ketiga, borderline-pathological tendency, fans akan rela melakukan apapun demi sang idola dikarenakan pada tipe ini

telah terjadi penyimpangan perilaku pemujaan terhadap sang idola yang menyebabkan fans mulai berpikiran yang tidak logis dan tidak terkontrol (Maltby dkk, 2006). Pada tipe ini hubungan parasosial yang dimiliki fans dengan idolanya telah parah yang membuatnya semakin sulit menerima orang lain untuk menjadi pasangannya dalam suatu hubungan berpacaran karena baginya idola adalah segalanya dan rela berbuat apapun demi idola. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bagaimana hubungan ketiga tipe celebrity worship yang berkaitan dengan intensi berpacaran fangirl, khususnya pada fangirl dewasa awal karena pada tahapan perkembangan usia awal, karena pada usia ini seharusnya fans sudah memfokuskan diri terhadap hubungan sosial untuk menghindari diri dari kemungkinan negatif pada kesejahteraan emosi dan psikologis yang dapat timbul apabila fans tidak menemukan sosok yang dapat dijadikan pasangan hidupnya.

Dokumen terkait