• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuba fallopi dan ovarium secara kolektif disebut sebagai adnexa. Tuba fallopi adalah struktur berlubang berpasangan yang merupakan ujung-ujung proksimal yang tidak menyatu dari saluran mullerian. Panjangnya bervariasi dari 7 sampai 12 cm, dan fungsinya meliputi penangkapan ovum, pengadaan lingkungan fisik untuk konsepsi dan pengangkutan dan pemberian gizi bagi ovum yang telah dibuahi.

Mukosa tubal adalah epithelium columnar bercilia, yang menjadi semakin kompleks secara struktural semakin ke arah ujung berjumbai. Muscularis terdiri dari lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar dari otot halus. Tuba ditutupi oleh peritoneum dan melalui mesentery (mesosalpinx), yang letaknya dorsal terhadap sekitar ligamen bulat,dihubungkan ke margin atas ligamen lebar. 1

Penyakit radang panggul (PID) adalah peradangan pada saluran kelamin bagian atas terutama dicirikan oleh salpingitis. Gangguan dapat bersamaan dengan endometritis atau ooforitis, dapat menyebar sebagai peritonitis, dan dapat menyebar sepanjang usus ke hati menyebabkan Fitz-Hugh-Curtis sindrom. 39

Infeksi Chlamydia berkaitan dengan timbulnya salpingitis karena berdasarkan hasil pemeriksaan serologis pada pasien salpingitis ditemukan adanya antibodi terhadap C. Trachomatis.

Angka prevalensi antibody IgG C. trachomatis ( ≥ 64 ) secara nyata lebih tinggi ditemukan pada pasien dengan salpingitis dibandingkan dengan control (67% vs 23% X

37

2

= 40.4 p<0.0001),dan prevalensi kenaikan titer IgG ( ≥ 128 ) juga secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan salpingitis dibandingkan dengan control (55% vs 8% X2=80.8 p<0.0001).

Prevalensi antibody IgG C. trachomatis yang ditemukan secara signifikan lebih tinggi pada wanita infertil dengan HSG yang abnormal dibandingkan dengan pasien infertil dengan HSG normal dan control ( 87% vs 20% dan 10% ). Titer rata-rata antibodi IgG C.trachomatis pada wanita infertil HSG abnormal lebih tinggi dibandingkan dengan control ( 20.7% vs 5.6% ).

dikutip dari kepustakaan28

Salpingitis akibat infeksi Chlamydia biasanya bersifat asimtomatis, keberadaannya dicurigai dengan adanya scarring tuba yang progresif, gangguan pada kehamilan dan infertilitas. Beberapa ahli menyebut salpingitis akibat infeksi Chlamydia dengan istilah

“silent salpingitis”. 37

Dari 10-30% wanita dengan PID akut yang tidak mempunyai kultur positip untuk

Chlamydia mempunyai bukti infeksi chlamydial akut dengan pengujian titer antibodi serial. Secara keseluruhan, Chlamydia terlibat setidaknya pada 40% wanita yang dirawat inap karena mengidap PID. Kira-kira 30% wanita dengan cervicitis akut yang telah didokumentasikan yang sekunder terhadap chlamydia selanjutnya mengembangkan PID akut. 6

Sekali bakteri pathogen seperti Chlamydia Trachomatis memasuki serviks dan infeksi tidak ditangani, dapat menyebar ke uterus dan tuba fallopii dan akan menyebabkan penyakit radang panggul. Dan ini terjadi lebih dari 40% wanita yang tidak segera ditangani. Penyakit radang panggul akan menyebabkan kerusakan yang permanen pada tuba fallopii, uterus dan jaringan sekitar. Ini menyebabkan timbulnya jaringan parut yang membuat tuba sulit dilewati sel telur saat ovulasi. Pergerakan cilia dari lapisan sel mukosa tuba, dan koordinasi aktivitas muskular, berperan dalam keberhasilan transfort. Bendungan tuba, kerusakan mukosa tuba dan dan muskularis, dan gangguan peredaran dan input neural ke tuba fallopi mencegah sel telur berjalan melalui tuba dan dapat menyebabkan infertility. Walaupun pada saat itu diusahakan untuk diobati, dinding dalam tuba akan lengket, sehingga menghalangi untuk terjadinya konsepsi. Obstruksi tubal proksimal mencegah sperma mencapai tuba fallopi distal di mana fertilisasi terjadi secara normal. Oklusi tuba distal mencegah penangkapan ovum dari ovarium di dekatnya. Penyakit oklusi tubal menunjukkan spektrum yang berkisar dari ringan (aglutinasi fimbrial) hingga moderat (tingkat phimosis fimbrial yang bervariasi) hingga berat (obstruksi total). Oklusi fimbrial tubal adalah yang paling umum dari tiga lokasi yang biasa, yang diikuti dengan oklusi segmen-tengah dan oklusi isthmus-cornual. Oklusi segmen-tengah hampir selalu disebabkan sterilisasi tubal tetapi bisa sekunder terhadap tuberculosis. Sebab-sebab utama dari oklusi isthmus-cornual

adalah infeksi, cacat perkembangan, endometriosis, adenomyosis atau salpingitis isthmica nodosum. Kemungkinan atau efisiensi penangkapan ovum sangat mungkin mempunyai hubungan terbalik dengan keparahan penyakit. Diketahui menginfeksi secara spesifik sel-sel epithel cuboidal atau sel-sel epithel columnar takbercilia yang umum pada endoserviks, urethra dan konjungtiva, siklus pertumbuhan ini melibatkan infeksi sel host yang rentan melalui proses fagositik spesifik-reseptor. Sebagian besar kerusakan terjadi pada sel-sel bercilia, yang paling mungkin disebabkan reaksi inflamasi diantarai-komplemen akut dengan migrasi leukosit polimorfonucleus, vasodilasi dan transudasi plasma ke dalam jaringan. Reaksi inflamasi yang kuat ini menyebabkan kematian sel dan kerusakan jaringan. Proses perbaikan dengan pembersihan sel-sel mati dan keberadaan fibroblast menyebabkan pembentukan jaringan parut dan lekatan tubal. Pembentukan TOA bisa terjadi menyusul episode awal salpingitis akut, tetapi biasanya ditemukan dengan infeksi kambuhan yang menimpa jaringan adnedxal yang sudah rusak secara kronis. Sangat diyakini bahwa necrosis tuba fallopi dan kerusakan epithel oleh patogen baterial menciptakan lingkungan yang diperlukan untuk invasi dan pertumbuhan anerobik. Awalnya terjadi salpingitis dengan atau tanpa keterlibatan ovarium. Proses inflamasi bisa menghilang secara spontan atau sebagai reaksi terhadap terapi; akan tetapi, akibatnya bisa kelainan anatomi, dengan pelekatan fibrin pada organ-organ di dekatnya. Keterlibatan ovarium di dekatnya, biasanya di tempat ovulasi, bisa berfungsi sebagai gerbang masuk untuk perluasan infeksi dan pembentukan abses. Tekanan exudat bernanah bisa menyebabkan ruptur abses dengan akibat peritonitis hebat, yang mengharuskan laparotomy darurat. 10,11,17,20,24,32,40,41,43

Gambar II.4. Infeksi saluran kelamin bagian atas. Mikro-organisme berasal dari endoserviks yang naik ke endometrium, tuba falopi, dan peritoneum, menyebabkan penyakit radang panggul (endometritis, salpingitis, peritonitis). 1

Barrier dari serviks memainkan peran penting dalam mencegah naiknya organisme vagina ke saluran kelamin bagian atas. Barrier ini dapat terpengaruh setelah keguguran, melahirkan, operasi serviks seperti amputasi, dilatasi, dan cauterization, atau pada saat penyisipan sebuah alat kontrasepsi. Infeksi biasanya dimulai sebagai sebuah asimtomatik cervicitis. Jika penghalang alami seperti kanal endoserviks yang sempit, aliran ke bawah mukus, kehadiran antibakteri lysozymes, dan produksi IgA lokal yang spesifik turun, infeksi dapat menyebar ke endometrium. Peluruhan bulanan endometrium adalah perlindungan yang lain terhadap infeksi, dibantu oleh efek mekanis sambungan uterotuba dan kegiatan cilia tuba fallopi yang menciptakan aliran cairan ke bawah tuba. Oleh karena itu, tidak semua organisme yang mencapai rongga endometrium menyebar ke saluran telur. Meskipun demikian, lumen tuba yang terbuka memungkinkan penyebaran infeksi ke peritoneum, menyebabkan salpingooophoritis dan peritonitis. Konsekuensi dari PID termasuk penyumbatan tuba di tempat sambungan ke dalam rahim atau distal menyebabkan hydrosalpinx dengan sebagian atau obstruksi distal yang lengkap. Lebih sedikit biasanya, segmen midtubal tuba dapat menjadi tersumbat. Sequelae lain mungkin termasuk pyosalpinx, tuba atau tuboovarian abses, dan adhesi peritubal. Konsekuensi jangka panjang dari PID termasuk PID berulang di hampir 25% kasus setelah satu episode salpingitis, panggul kronis atau nyeri perut dalam satu dari setiap lima pasien yang terkena, tuboovarian abses di sekitar 34% dari pasien dirawat di rumah sakit, Fits-HughCurtis sindrom, dispareunia dalam dua dari setiap lima pasien, dan gangguan menstruasi empat dari setiap lima pasien. Selain itu, risiko kehamilan ektopik meningkat tujuh kali

kontrol subjek. Risiko infertilitas berikutnya adalah sekitar 12% setelah satu episode PID, 35% setelah dua episode, dan 75% setelah tiga atau lebih episode. 39 Gambar II.5.Akut salpingitis. Dengan gabungan neutrofil, limfosit, dan sel plasma di tuba falopi kerusakan beberapa lapisan epitel.4 0

Gambar II.6.Salpingitis akut menunjukkan dilatasi tuba falopi dan menumpulkan papiler. 40

Gambar II.7.Gambar salpingitis akut pada transvaginal sonografi. Cairan sonolucent sentral dalam lumen (L) dan lipatan endosalpingeal menebal sehingga membentuk gambaran"cogwheel". 40

Gambar II.8.: hidrosalping, adanya echo tingkat rendah dalam tuba falopi yang menggelembung, bersama dengan septa yang tidak lengkap.

Gambar II.9.Laparoskopi PID akut dan tuboovarian abses. 40

Gambar II.10. Laparoskopi kavum Douglas dengan pus dari PID akut. 40

2.5. PEMERIKSAAN PATENSI TUBA

Dokumen terkait