PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
4.3 Hubungan Curah Hujan, Aliran Batang, Curahan Tajuk, dan Aliran Permukaan terhadap Erosi
Hasil pengukuran untuk setiap perameter konservasi air dan tanah, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (AKU), dengan tujuan untuk mereduksi data, sehingga dapat diketahui parameter yang paling berpengaruh terhadap besarnya erosi yang terjadi pada plot percobaan, ditinjau dari besarnya sudut yang terbentuk (Gambar 9). Selain itu, untuk mengetahui nilai korelasi antar parameter dilakukan pengujian korelasi dengan
menggunakan rumus product moment. Berikut ini gambar hasil analisis parameter utama pada tumbuhan A. excelsa.
0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 -0.1 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 -1.0 Komponen Pertama K o m p o n e n K e d u a E Ap If Tfi Sfi CH
Gambar 9 Interaksi antar parameter curah hujan (CH), tinggi aliran batang (Sfi), tinggi curahan tajuk (Tfi), aliran permukaan (Ap), infiltrasi (If) dengan erosi (E) pada tumbuhan A. excelsa, pada kemiringan lahan 70% dengan model arsitektur pohon Rauh di hutan Taman Nasional Gunung Gede pangrango.
Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang signifikan antarparameter curah hujan dengan parameter lainnya, seperti curah hujan dengan aliran permukaan. Pertambahan tinggi curah hujan mengakibatkan naiknya aliran permukaan dari suatu plot percobaan. Hal ini terbukti dengan nilai korelasi yang terdapat pada Tabel 3; nilai korelasi antara curah hujan dengan aliran permukaan adalah 0.78. Nilai ini cukup signifikan untuk menjelaskan hubungan yang sangat kuat dari kedua kompoenen tersebut. Aliran permukaan merupakan parameter konservasi air dan tanah yang paling berpengaruh terhadap erosi. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya sudut yang terbentuk dari kedua parameter tersebut. Semakin kecil (lancip) sudut yang terbentuk, maka akan semakin besar pengaruhnya (diperoleh hasil yang berbeda). Pada tumbuhan A. excelsa, aliran permukaan memiliki hubungan sangat erat dengan erosi, hal ini terlihat dari sudut yang terbentuk pada Gambar 9.
Selain ditinjau dari besarnya sudut yang terbentuk, berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa nilai korelasi aliran permukaan terhadap erosi pada tumbuhan
A. excelsa yaitu 0,98 dengan α = 5 %. Nilai korelasi ini berdasarkan kriteria dari koefisien korelasi, maka signifikan untuk menjelaskan bahwa kedua parameter tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Semakin tinggi aliran permukaan, maka akan semakin tinggi pula besarnya erosi yang terjadi. Besarnya aliran permukaan sangat berhubungan erat dengan parameter konservasi air dan tanah lainnya, diantaranya curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, kemampuan tanah untuk meyerap air (infiltrasi). Apabila air hujan yang jatuh ke permukaan tanah baik melalui batang maupun tajuk cukup besar, maka aliran air pada permukaan tanahpun akan besar, terkecuali pada tanah yang memiliki infiltrasi tinggi, maka air akan lebih banyak terserap kedalam tanah. Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai korelasi aliran permukaan dengan curah hujan, curahan tajuk, aliran batang, dam infiltrasi, secara berurutan yaitu 0,78, 0,81, 0,60, -0,15.
Tabel 3 Matrik korelasi antarparameter konservasi air dan tanah pada tumbuhan A. excelsa di hutan PPKAB Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Curah hujan Aliran batang Curahan tajuk Infiltrasi Aliran permukaan Aliran batang 0,50 Curahan tajuk 0,87 0,40 Infiltrasi -0,16 -0,26 -0,03 Aliran permukaan 0,78 0,60 0,81 -0,15 Erosi 0,71 0,59 0,73 -0,17 0,98
Dari seluruh parameter yang diukur, hanya satu parameter yang memiliki nilai korelasi rendah terhadap erosi, yaitu infiltrasi. Hal ini menunjukkan bahwa infiltrasi memiliki hubungan terbalik dengan erosi. Semakin besar nilai infiltrasi maka semakin kecil erosi yang terjadi. Besarnya nilai infiltrasi menunjukkan bahwa tanah pada plot A. excelsa memiliki kemampuan untuk menyerap air sangat rendah. Dengan demikian air hujan akan lebih banyak mengalir di permukaan daripada terserap ke dalam tanah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya erosi. Untuk mengurangi besarnya air yang mengalir pada permukaan, maka kehadiran tumbuhan sangat dibutuhkan, karena akar tumbuhan memiliki kemampuan untuk menyerap air, sehingga bahaya erosi dapat diminimalisir.
0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0 0.4 0.2 0.0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 Komponen Pertama K o m p o n e n K e d u a E Ap If Tfi Sfi CH
Gambar 10 Interaksi antar parameter curah hujan (CH), tinggi aliran batang (Sfi), tinggi curahan tajuk (Tfi), aliran permukaan (Ap), infiltrasi (If) dengan erosi (E) pada tumbuhan S. wallichii, pada kemiringan lahan 70% dengan model arsitektur pohon Rauh di hutan Taman Nasional Gunung Gede pangrango.
Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa pada tumbuhan S. wallichii sedikit berbeda dengan tumbuhan A. excelsa. Pada tumbuhan S. wallichii aliran permukaan dan aliran batang lebih besar pengaruhnya terhadap erosi. Hal ini terlihat dari besarnya sudut yang terbentuk pada Gambar 10. Ditinjau dari nilai korelasinya (Tabel 4), diketahui bahwa aliran permukaan memiliki hubungan
paling erat dengan erosi, dengan nilai korelasi 0,96 dengan α = 5 %. dan aliran
batang 0,74. Hal ini disebabkan, S. wallichii memiliki diameter batang lebih besar, dan morfologi kulit batang yang berkanal, sehingga air hujan yang mengalir melalui batang akan lebih besar, sehingga menyebabkan air yang mengalir pada permukaan menjadi besar. Pada tumbuhan S. wallichii curahan tajuk memiliki hubungan lebih rendah dengan erosi daripada tumbuhan A. excelsa. Hal ini diakibatkan pola percabangan tumbuhan A. excelsa yang berbeda dengan tumbuhan S. wallichii. Tumbuhan A. excelsa memiliki pola percabangan yang jauh lebih banyak, dengan demikian air hujan yang tertampung pada tumbuhan A. excelsa lebih banyak daripada tumbuhan S. wallichii. Seperti halnya tumbuhan A. excelsa, pada plot tumbuhan S. wallichii juga memiliki infiltrasi yang rendah, dengan demikian nilai erosinya ditunjukkan dari nilai korelasi antar kedua parameter yang sangat kecil, yaitu -0,02 (α = 5 %). Kemampuan tanah menyerap
air di bawah tegakan S. wallichii sangat rendah, sehingga menyebabkan air lebih banyak mengalir pada permukaan. Dengan demikian peranan tumbuhan sangat dibutuhkan untuk mengurangi erosi, dengan adanya tumbuhan, air yang mengalir pada permukaan, akan sedikit terserap oleh akar tumbuhan, sehingga bahaya erosi akan menurun.
Tabel 4 Matrik Korelasi antara parameter konservasi air dan tanah terhadap erosi pada tumbuhan S. wallichii
Curah hujan Aliran batang Curahan tajuk Infiltrasi Aliran permukaan Aliran batang 0,43 Curahan tajuk 0,23 0,65 Infiltrasi 0,24 -0,13 -0,13 Aliran permukaan 0,51 0,61 0,57 0,07 Erosi 0,50 0,74 0,61 -0,02 0,96
Berdasarkan data perhitungan di lapangan untuk setiap parameter konservasi air dan tanah, maka dapat diketahui bahwa walaupun kedua tumbuhan tersebut memiliki model arsitektur pohon yang sama yaitu model Rauh, tetapi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan mengkonservasi air dan tanah. Tumbuhan A. excelsa memiliki kemampuan yang lebih baik daripada tumbuhan S. wallichii dalam mengkonservasi air dan tanah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan morfologi batang dari kedua tumbuhan, diantaranya tekstur batang A. excelsa berserat ke samping dan tekstur kulit batang agak kasar, sehingga menyebabkan air pada batang akan lebih banyak terserap, sedangkan pada batang S. wallichii berserat lurus ke bawah membentuk kanal serta diameter batang S. wallichii yang lebih besar daripada A. excelsa, sehingga air yang mengalir pada batang S. wallichii akan lebih besar dan cepat jatuh ke tanah. Ditinjau dari kemampuan untuk mengkonservasi air dan tanah,, maka tumbuhan A. excelsa sangat baik untuk direkomendasikan sebagai tumbuhan restorasi, karena tanah di bawah tegakan A. excelsa akan lebih banyak menyimpan cadangan air, daripada tumbuhan S. wallichii.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SimpulanBerdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai erosi tumbuhan A. excelsa yaitu 5,66 kg/m2/hari dengan total 169,91 kg/ m2/bulan atau 1,23 ton/ha/tahun sedangkan nilai erosi pada tumbuhan S. wallichii 12,71 kg/m2/hari dengan total 381,27 kg/ m2/bulanatau 2,76 ton/ha/tahun. Tumbuhan A. excelsa dan S. wallichii walaupun memiliki model arsitektur pohon yang sama (yaitu model Rauh), tetapi memiliki kemampuan mengkonservasi air dan tanah yang berbeda. S. wallichii memiliki nilai erosi lebih tinggi daripada plot tumbuhan A. excelsa. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan morfologi batang dari kedua tumbuhan, diantaranya adalah tekstur kulit batang A. excelsa beralur ke samping, sedangkan pada batang S. wallichii berkulit lurus ke bawah membentuk kanal, serta diameter batang S. wallichii yang lebih besar daripada A. excelsa, sehingga air yang mengalir pada batang S. wallichii akan lebih besar dan cepat jatuh ke tanah. Selain itu tumbuhan A. excelsa memiliki deret fibonasi 1/3, sedangkan S. wallichii 2/5. Besarnya sudut divergensi untuk tumbuhan A. excelsa adalah 1200 dan tumbuhan S. wallichii 900. Indeks luas daun (LAI) pada S. wallichii jauh lebih lebar daripada A. excelsa . Oleh karena itu tumbuhan S. wallichii memiliki curahan tajuk yang lebih kecil daripada tumbuhan A. excelsa. Hal ini terkait pula dengan intersepsi yang terjadi. Air hujan yang jatuh pada tajuk S. wallichii akan lebih banyak yang diuapkan kembali ke atmosfer daripada A. excelsa . Air hujan yang jatuh pada A. excelsa akan lebih banyak jatuh ke permukaan tanah daripada diuapkan, sehingga curahan tajuk A. excelsa akan lebih besar daripada S. wallichii. Dengan demikian erosi di bawah tegakan S. wallichii akan lebih besar daripada di bawah A. excelsa . Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa tumbuhan A. excelsa jauh lebih baik dalam mengkonservasi air dan tanah daripada tumbuhan S. wallichii (DC.) Korth. Tumbuhan A. excelsa memiliki kemampuan tinggi untuk mengurangi besarnya erosi yang terjadi.
5.2 Saran
Bertolak dari hasil penelitian ini, maka penulis menyarankan kepada masyarakat di sekitar TNGGP untuk dapat melestarikan tumbuhan A. excelsa (Rasamala), agar tidak terjadi erosi di daerah tersebut. Selain itu, kepada para pihak yang akan melakukan restorasi hutan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, penulis merekomendasikan tumbuhan A. excelsa sebagai salah satu tumbuhan untuk program restorasi. Hal ini terkait dengan kemampuan tumbuhan A. excelsa yang terbukti baik dalam mengkonservasi air dan tanah. Dengan demikian TNGGP akan dapat berperan secara berkelanjutan sebagai kawasan penyangga air untuk daerah-daerah hilirnya, termasuk daerah ibu kota Jakarta dan Bogor.