Dalam pergaulan internasional, kualitas hubungan BPK dengan institusi sejenis di negara lain serta lembaga donor juga meningkat. Keadaan itu tidak hanya
mendatangkan manfaat bagi BPK, tetapi di sisi lain BPK dapat memberikan kontribusinya dalam pengembangan kapasitas BPK negara lain di lingkup ASOSAI (Asian Organization of
Supreme Audit Institution) dan INTOSAI.
Dalam ASOSAI, BPK terpilih menjadi salah satu dewan pengurus (Governing Board) ASOSIAI periode 2009‐2012 bersama delapan negara lain. Governing Board mempunyai kewenangan untuk merumuskan rencana strategis ASOSAI dan kebijakan lain terkait dengan pengembangan kapasitas para negara anggota melalui program‐program ASOSAI.
134 レ LAPORAN TAHUNAN 2010
BPK RI: Menjaga Momentum Kemajuan
Pada 2‐6 Agustus 2010, BPK menghadiri pertemuan ke‐42 Governing Board ASOSAI di Hanoi, Vietnam. Pertemuan ini merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan minimal 1 tahun sekali dan diikuti oleh sebelas Lembaga Pemeriksa atau Supreme Audit Institution (SAI) anggota Dewan Pengurus, yaitu: SAI Pakistan, SAI Korea Selatan, SAI Jepang, SAI Bangladesh, SAI Cina, SAI India, SAI Indonesia, SAI Iraq, SAI Kuwait, SAI Turkey, dan SAI Vietnam. Delegasi BPK dipimpin oleh Ketua BPK, Hadi Poernomo dan didampingi oleh Anggota I BPK, Moermahadi Soerja Djanegara, Tortama KN I BPK, Gatot Supiartono, Plt. Kepala Direktorat Litbang BPK, Bahtiar Arif dan Kepala Bagian
Hubungan Luar Negeri BPK , Juska M.E. Sjam. Keikutsertaan BPK merupakan wujud komitmen BPK dalam hubungan internasional sesuai perannya sebagai anggota Dewan Pengurus periode 2009‐2012. Pertemuan ini membahas mengenai rencana strategis
ASOSAI 2011‐2015, laporan kegiatan dan keuangan ASOSAI selama setahun dan ASOSAI yang akan datang.
Kemudian, di tempat yang sama pada 7‐8 Agustus 2010, INTOSAI Development Initiative (IDI) bersama dengan ASOSAI
menyelenggarakan Strategic Planning Meeting on Quality Assurance on
Performance Auditing (QAPA). Pertemuan ini membahas rencana kerjasama IDI‐ASOSAI dalam pengembangan pedoman pemastian kualitas pemeriksaan kinerja yang akan dilakukan selama 2 tahun yaitu 2010‐2012 dengan kegiatan: 1) Pertemuan Instruktur membahas perencanaan pada 6‐17 September 2010 di Bhutan, 2) Workshop pada November/Desember 2010, 3) uji coba (piloting) di masing‐masing SAI pada
Desember 2010‐Februari 2011, 4) reviu uji coba dan pelaporan pemanfaatan pada Maret 2011, 5) pertemuan reviu bulan April 2011, 6) kegiatan pasca pertemuan reviu, 7) evaluasi
LAPORAN TAHUNAN 2010 レ 135
Hubungan dan Komunikasi
7
Pertemuan Governing Board ASOSAI. Wujud komitmen BPK RI dalam hubungan internasional.kerjasama oleh ASOSAI dan IDI. Pada akhir acara Ketua Delegasi SAI menandatangani kesepakatan kerjasama IDI‐ASOSAI dalam program QAPA tersebut.
Hadir dalam pertemuan ini adalah delegasi dari 11 SAI, IDI, dan ASOSAI Training
Administrator. BPK RI mengikuti program ini bersama dengan 10 SAI lainnya, yaitu: SAI Bangladesh, SAI Bhutan, SAI Cambodia, SAI Cina, SAI Malaysia, SAI Mongolia, SAI Nepal, SAI Pakistan, SAI Thailand, dan SAI Vitenam. Delegasi BPK RI dipimpin oleh Anggota I BPK, Moermahadi Soerja Djanegara dengan
anggota delegasi Inspektur Utama BPK, Nizam Burhanuddin, dan Plt. Kepala Direktorat Litbang BPK, Bahtiar Arif.
Di tingkat INTOSAI, BPK terlibat aktif sebagai wakil ketua, anggota Steering
Committee maupun project leader dalam
INTOSAI Working Group on Environmental
Audit (WGEA), Working Group on Accountability for and Audit of Disaster‐ related Aid (AADA), Working group on Fight Against International Money Laundering and Corruption (FAIMLAC), Working Group on Key National Indicators (KNI), Task Force on Global Financial Crisis dan Professional Standard Committee.
Dalam perannya sebagai project leader INTOSAI WGEA, BPK berhasil menyelesaikan
Guidance Materials on Forestry Auditing yang
telah disahkan menjadi dokumen INTOSAI. Dokumen tersebut akan dipergunakan
sebagai petunjuk pemeriksaan oleh seluruh
supreme audit institution di dunia dalam
pemeriksaan kehutanan. Saat ini BPK juga sedang menyusun petunjuk pemeriksaan INTOSAI serupa khususnya untuk
pemeriksaan dana bantuan bencana. BPK juga berperan aktif dalam pengembangan kapasitas pemeriksa di kawasan Asia, Afrika dan Karibia di bidang kehutanan dengan menjadi subject matter
expert dan mengajarkan teknik penggunaan
teknologi Geographic Information System (GIS) dalam pemeriksaan yang telah dikembangkan BPK. Atas upaya
mengembangkan GIS untuk pemeriksaan, BPK mendapat penghargaan dari Masyarakat Ahli Penginderaan Jauh Indonesia (MAPIN) pada tahun 2008 sebagai institusi yang
menggunakan teknologi GIS dan remote
136 レ LAPORAN TAHUNAN 2010
BPK RI: Menjaga Momentum Kemajuan
Kunjungan Delegasi SAI Vietnam. Model kehutanan BPK RI menjadi dokumen INTOSAI.
sensing dalam pemeriksaan. Dengan
teknologi ini, BPK dapat menghemat waktu dan tenaga serta menghasilkan temuan yang sulit ditemukan di lapangan.
BPK telah menandatangani MoU bilateral dalam hal pemeriksaan keuangan negara dengan supreme audit institution di tiga belas negara yaitu, Aljazair, Australia, Ceko, Cina, Iran, Kamboja, Malaysia, Maroko, Norwegia, Polandia, Rusia, Swedia, dan Tunisia. Melalui kegiatan kerjasama tersebut BPK
meningkatkan kemampuan pemeriksanya di berbagai bidang seperti pemeriksaan kinerja, militer, lingkungan, bank sentral, dan lainnya. Tujuannya adalah agar kualitas pemeriksaan BPK berstandar internasional.
Selain itu, melalui kerjasama ini, BPK juga turut meningkatkan kemampuan negara lain dalam berbagai bidang yang lebih dikuasai oleh BPK. Misalnya, BPK menjadi salah satu tempat tujuan BPK negara lain untuk melakukan studi banding atau pertukaran pengalaman. Badan Pemeriksa Keuangan negara Bhutan, Cina, Vietnam, dan Malaysia, misalnya, pernah meminta BPK membagi pengetahuannya di bidang pemeriksaan lingkungan, pemeriksaan investigatif,
penerapan GIS, organisasi, SDM, infrastruktur, pemeriksaan internal, dan keyakinan mutu.
Dewasa ini, hubungan BPK dengan lembaga donor berkembang bukan saja dalam program‐program bantuan untuk pengembangan kapasitas BPK, namun juga
dalam hal pemeriksaan proyek‐proyek
lembaga donor di Indonesia. Dengan semakin diakuinya keberadaan BPK, lembaga donor seperti World Bank dan Asian Development Bank mulai meminta BPK untuk menjadi pemeriksa atas proyek‐proyeknya di
Indonesia. Hal ini sekaligus menjadi tantangan bagi BPK di masa datang.