• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara FGF-2 Dengan Derajat WHO Meningioma Intrakranial Setelah dilakukan telaah deskripsi terhadap data yang diperoleh, selanjutnya akan

Histopatologi WHO

HASIL PENELITIAN

5.1. KARAKTERISTIK SAMPEL

5.1.10. Hubungan Antara FGF-2 Dengan Derajat WHO Meningioma Intrakranial Setelah dilakukan telaah deskripsi terhadap data yang diperoleh, selanjutnya akan

Kemaknaan dalam pengelompokan berdasarkan jenis kelamin ditentukan dengan menggunakan tes Student t jika distribusi data normal dan Mann-Whitney U jika distribusi data normal. Karena distribusi data tidak normal, maka dilakukan uji tes Mann-Whitney U

dengan hasil p: 0,76 (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai FGF-2 laki-laki dengan perempuan.

Mann-Whitney U

5.1.9. Hubungan Antara FGF-2 Dengan Histopatologi Meningioma Intrakranial

Setelah dilakukan telaah deskripsi terhadap data yang diperoleh, selanjutnya akan dicari hubungan antara kadar FGF-2 dengan variabel histopatolgi. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan uji Kruskal – Wallis test.

Tabel 5.9. Distribusi FGF 2 Berdasarkan Histopatologi

HIstopatologi Mean Median SD Min Max P

Meningothelial 183,5 63,8 348,0 11,2 1366,2 Transitional 98,9 36,2 162,5 0,0 422,0 Fibroblastic 88,1 56,9 92,4 0,0 259,0 0,4* Angiomatous 53,8 27,3 47,3 25,6 108,5 Atypical 112,5 112,5 0,7 112,0 113,0 Anaplastic - - - - - *Kruskall-Wallis test

Berdasarkan tabel diatas, nilai korelasi yang didapat pada hubungan antara kadar FGF-2 dengan histopatologi adalah p = 0,3 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dijumpai hubungan signifikan antara kadar FGF-2 dengan bentuk histopatologi penderita meningioma intrakranial. Pada tebel diatas anaplastic meningioma tidak memiliki nilai hitung oleh karena hanya memiliki 1 sampel saja.

5.1.10. Hubungan Antara FGF-2 Dengan Derajat WHO Meningioma Intrakranial Setelah dilakukan telaah deskripsi terhadap data yang diperoleh, selanjutnya akan dicari hubungan antara kadar FGF-2 dengan variabel derajat WHO meningioma intrakranial. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan uji KruskalWallistest.

Tabel 5.10. Distribusi FGF-2 Berdasarkan Derajat WHO

Histopatologi Mean Median SD Min Max p

WHO Grade 1 129,3 54,2 252,1 0,0 1366,2

0,07

WHO Grade 2 112,5 112,5 0,7 112,0 113,0

WHO Grade 3 - - - - -

*Kruskall-Wallis test

Nilai korelasi yang didapat pada hubungan antara kadar FGF-2 dengan derajat WHO adalah p = 0,07 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak dijumpai hubungan signifikan antara kadar FGF-2 dengan derajat WHO penderita meningioma intrakranial.

BAB 6 PEMBAHASAN

Meningioma intrakranial merupakan tumor otak jinak yang berasal dari jaringan pembungkus otak atau meningens. Tumor otak primer yang paling sering didiagnosa adalah meningioma yaitu sebesar 33,8% dari seluruh tumor otak primer (Wiemels et al, 2010; Cea-Soriano et al, 2012). Meningioma intrakranial merupakan tumor jinak ekstra-aksial yang tumbuh dari sel-sel arachnoid cap dengan pertumbuhan yang lambat (Al-Hadidy et al, 2007). Meningioma intrakranial menduduki 15% hingga 20% dari keseluruhan tumor intrakranial primer. Insidensi meningkat dengan pertambahan usia. Lebih sering dijumpai pada wanita dengan perbandingan pria:wanita sama dengan ratio 1 : 2 (Al-Mefty et al, 2011).

Pada penelitian ini diperoleh dari 52 sampel penderita meningioma intrakranial yang berobat ke RSUP H Adam Malik Medan. Dari 52 sampel tersebut, 38 sampel perempuan dan 14 sampel laki-laki. Jika dilakukan perbandingan pada kedua jenis kelamin ini didapatkan perbandingan sebesar; pria:wanita sama dengan 1:2,7.

Pada tahun 2012 Landriel melalui studinya memaparkan hal yang sama, insidensi wanita:pria = 2,5:1 (Landriel, 2012). Beberapa penelitian di negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris juga didapati hal yang sama (Barnholtz-Sloan, 2007). Hal ini berarti meningioma intrakranial dalam pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh hormon seks.

Tingginya insidensi pada perempuan dibandingkan pada laki - laki ternyata tidak memberikan dampak pada kadar FGF-2. Pada laki-laki nilai median kadar FGF-2 ialah 72,01pg/Ml min: 1366,23-3,32) dan pada perempuan memiliki median 58,42 (max-min: 1143,87-0,00). Kemudian dilakukan analisis pada data tersebut dan didapat nilai p = 0,76. Hal ini bermakna tidak dijumpai adanya perbedaan bermakna antara kadar FGF-2 pada perempuan maupun laki – laki. Kadar FGF-2 tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Berdasarkan suku, meningioma paling banyak dijumpai pada suku Batak (n=24, 46,2%), diikuti suku Jawa (n=20, 38,5%), Aceh, Melayu, Mandailing, Tamil, Cina, dan Karo. Suku-suku tersebut merupakan suku yang mayoritas dijumpai di Sumatera Utara. Suku Batak serta Jawa merupakan suku terbesar yang paling banyak melakukan kunjungan ke RSUP H Adam Malik Medan. Hasil frekuensi meningioma intrakranial berdasarkan kesukuan ini hampir sesuai dengan demografi penduduk propinsi Sumatera Utara.

Usia penderita meningioma terbanyak pada rentang 30-39 tahun (28,84%). Rentang usia ini merupakan rentang usia produktif dimana kadar hormon seks lebih tinggi pada

Lokasi umum meningioma primer dalam urutan paling sering adalah convexity, parasagital, sphenoid wing, cavernous, tubercullum sellae, lamina cribrosa, foramen magnum, zona torcular, tentorium cerebelli, sudut serebelopontin, dan sinus sigmoid (Chou, 1991 dan Otsuka,2010). Hal ini hampir menyerupai hasil peneltian, convexity meningioma

merupakan tumor dengan lokasi terbanyak dijumpai (n=17, 32,7%), diikuti Sphenoid ridge meningioma (n=13, 25%), dan Falxmeningioma (n=7, 13,5%).

Berdasarkan hasil histopatologi, didapati frekuensi terbanyak adalah tipe

Meningothelialmeningioma sebesar 23 kasus (44,2%), diikuti oleh Fibroblastic meningioma 14 kasus (26,9%), Transitional meningioma 6 kasus (11,5%). Kadar FGF 2 pada

meningothelial meningioma (median 63,83 pg/Ml; max:1366,23; min: 11,23), transitional meningioma (median 36,19 pg/Ml; max:422; min: 0), Fibroblastic meningioma (median 56,92 pg/Ml; max:259; min: 0), Epithelial meningioma (median 36,28 pg/Ml; max:59,92; min: 12,64), Atypical meningioma (median 112,5 pg/Ml; max:113; min: 112), Angiomatous meningioma (median 27,29 pg/Ml; max:108,52; min: 25,63).

Untuk melihat apakah kadar FGF-2 juga memiliki peranan pada perbedaan subtipe meningioma maka dilakukan uji Kruskal-wallis dengan hasil p=0,42. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna secara statistika dan tidak ada hubungan antara perbedaan kadar FGF-2 dengan perbedaan jenis histopatologi meningioma intrakranial. Akan tetapi ada suatu hal menarik dari hasil diatas, yaitu kadar FGF-2 pada atypical meningioma

(WHO grade 2) dalam penelitian ini ialah 112 pg/ml dan 113 pg/ml, dan kadar meningioma anaplastic (WHO Grade 3) adalah 1143,7 pg/ml sedangkan median subtipe yang lain (WHO Grade 1) dibawah 110 pg/ml. Dari data ini terkesan bahwa kadar FGF-2 semakin meningkat dengan meningkatnya grade WHO, namun belum bisa dipastikan dengan tepat apakah hal tersebut benar oleh karena sampel dengan hasil patologi anatomi atypicalmeningioma hanya 2 sampel dan anaplastic hanya 1 sampel.

Menurut klasifikasi WHO, distribusi penderita dengan meningioma WHO grade 1 sebanyak 49 penderita (94,2%), WHO grade 2 sebanyak 2 penderita (3,8%), dan 1 orang penderita WHO grade 3 (1,9%).

Publikasi oleh Yi Wei et al (2004) memaparkan bahwa kadar FGF-2 semakin meningkat seiring dengan meningkatnya derajat klasifikasi WHO. Hal ini disebabkan oleh FGF-2 merupakan angiogenic growth factor potensial yang merangsang stimulasi proliferasi sel endotelial pembuluh darah dan terlibat dalam angiogenesis neoplasma dari beberapa tumor termasuk meningioma.

Median FGF-2 pada penderita meningioma intrakranial WHO derajat 1 (median 54,26 pg/Ml; max:1366,23; min: 0), WHO derajat 2 (median 112,5 pg/Ml; max:113; min: 112), WHO derajat 3 (median 1143,87 pg/Ml).

Nilai korelasi yang didapat pada hubungan antara kadar FGF-2 dengan derajat meningioma berdasarkan klasifikasi WHO adalah p = 0,07 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar FGF-2 dengan derajat meningioma berdasarkan klasifikasi WHO.

Berdasarkan statistika tidak dijumpai adanya hubungan antara kadar FGF-2 dengan klasifikasi derajat WHO. Akan tetapi jika diperhatikan nilai median pada setiap derajat klasifikasi WHO, akan ditemukan nilai kadar FGF-2 yang berbeda dan cenderung meningkat. Pada WHO derajat 1 ditemukan kadar FGF-2 <100pg/ml, WHO derajat 2 kadar FGF-2 > 100pg/ml, dan derajat 3 kadar FGF-2 > 1000 pg/ml. Tidak adanya hubungan yang bermakna mungkin disebabkan karena data tidak terdistribusi secara normal.

Sebagai keterbatasan dari penelitian ini adalah data yang digunakan tidak homogen dan tidak terdistribusi secara normal. Selain itu perbandingan jumlah sampel pada setiap kelompok pada penelitian ini tidak sama.

BAB 7

Dokumen terkait