• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DINAMIKA HUBUNGAN INGGRIS DAN UNI EROPA

D. Hubungan Inggris dan Uni Eropa periode tahun 2000 - 2016

Selain Treaty of Amsterdam, Perjanjian Maastricht direvisi kembali dalam Treaty of Nice yang dibuat pada tahun 2001 yang berisi tentang reformasi lembaga institusi Uni Eropa dalam mempersiapkan perluasan anggota Uni Eropa yang saat itu masih 15 anggota menjadi 25 negara anggota.43

Sebagai implementasi dari Perjanjian Maastricht, penggunaan mata uang tunggal Euro mulai resmi berlaku pada 1 Januari 1999.Akan tetapi tidak semua negara anggota bergabung didalamnya.Inggris, Swedia, dan Finlandia secara tegas dan terang – terangan menolak Euro pada saat itu.44Setelah itu, beberapa negara berangsur angsur mengadopsi Euro sebagai mata uang negaranya. Hingga tahun 2016 hanya Denmark dan Inggris yang tidak menerapkan Euro sebagai mata uang resminya.

Setahun setelah penandatanganan penggunaan mata uang Euro, terjadi krisis pada negara Yunani.Hsl tersebut terjadi karena besarnya rasio hutang pemerintah negara-negara di kawasan Eropa yang meningkat secara signifikan terutama Yunani.Rasio utang Yunani pada tahun 2000 hanya sebesar 77% dari

42https://europa.eu.,Loc.Cit.,

43https://europa.eu.,Loc.Cit.,.

33

PDBnya.Pada tahun 2012 naik mencapai 170% dan nilai tersebut diprediksi oleh IMF akan semakin tumbuh menjadi diatas 180% pada tahun 2013.45

Parahnya lagi negara negara lain dikawasan Eropa seperti Irlandia, Portugal, Italia, Spanyol, bahkan Prancis juga mengalami kondisi yang sama. Kejadian ini membuat negara anggota Eurozone meragukan keberhasilan kebijakan tersebut.Meskipun tidak ikut menggunakan mata uang Euro, sekitar 60 persen ekspor Inggris ditujukan ke negara-negara Uni Eropa.46 Sehingga Inggris juga akan terkena dampak apabila negara mitranya bangkrut.

Selain itu, hubungan Inggris dan Uni Eropa juga mengalami ketegangan pada saat pembuatan Perjanjian Lisbon (2007).Perjanjian Lisbon merupakan pembaharuan dari perjanjian sebelumnya yaitu perjanjian Nice. Beberapa pembaruan tersebut yakni memperkuat parlemen Eropa dengan pembatasan terhadap jumlah anggota parlemen, dan penggantian mekanisme pengambilan keputusan yang sebelumnya menggunakan unanimity dirubah menjadi qualified majority.47 Pada tanggal 13 Desember 2007 European Council menandatangani perjanjian ini. Selanjutnya perjanjian ini baru berlaku pada bulan Desember 2009.

Perjanjian tersebut sempat ditentang oleh Inggris karena dianggap memberikan kekuatan yang terlalu besar untuk Uni Eropa48 Alasan Inggris bergabung dengan Uni Eropaadalah keuntungan ekonomi.Inggris tidak

45Adiningsih, Sri. Rosa Kristiadi. macroeconomic dashboard. (3 Juni 2015). Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM: http://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/krisis-ekonomi-eropa-terus-berlanjut/ . (diakses pada 10 Februari 2017)

46Alifandi, A. BBC News. 10 Desember 2012.

http://www.bbc.co.uk/blogs/indonesia/london/2010/12/enam-belas-negara-uni-eropa.html . (diakses pada 10 februari 2017)

47https://europa.eu., Loc.Cit.,

34

menyetujui integrasi yang terlalu menghilangkan kedaulatan negaradan memberikan Uni Eropa kekuatan yang terlalu besar karena dapat menghilangkan kekuasaannegara anggotanya.Ketidaksetujuan Inggris diperlihatkan pada saat penandatanganan kesepakatan secara seremonial.Sebanyak 26 negara anggota Uni Eropa datang untuk menandatangani perjanjian tersebut terkecuali Inggris.Inggris baru menandatangani perjanjian tersebut satu hari setelahnya.

Krisis Euro semakin memuncak ditahun 2009, menyebabkan dampak pada masalah ekonomi yang meluas ke beberapa negara sehingga menimbulkan krisis financial global.49 Sentimen Inggris terhadap Eropa semakin percaya bahwa kondisi Eropa tidakakan semakin membaik. Hal ini semakin menunjukan bahwa Uni Eropa belum mampu mengatasi krisis yang melanda negara anggota Eurozone.

Ditambah dengan adanya banjir migran yang datang ke Eropa dan menyebabkan krisis migran.Krisis tersebut terjadi akibat datangnya hampir satu juta pencari suaka (asylum seekers) dari berbagai negara Timur Tengah ke negara negara Eropa lewat laut mediterrania yang dimulai dari tahun 2014 hingga memuncak pada 2015.Inggris merupakan salah satu negara yang ikut berselisih dalam menanggapi krisis tersebut.Perselisihan memanas sehingga Perdana Menteri David Cameroon mengatakan siap memimpin Inggris untuk keluar dari Uni Eropa karena masalah migran tersebut.50

49Alifandi.,Loc.Cit.,

35

Tahun 2013 tepatnya pada 23 Januari dalam pidato kampanye beliau, David Cameroon mengatakan jika Partai Konservatif memenangkan pemilu 2015, beliau menjanjikan akan berkerja keras untuk menegosiasikan kembali posisi Inggris dengan Uni Eropa dan mengadakan referendum kembali. Sebelum pemilu diadakan, hasil polling sementara menunjukan Partai Buruh berada 5 poin didepan Partai Konservatif dalam jajak pendapat sehingga Partai Konservatif dirasa tidak mungkin menang. Tetapi ternyata hasilnya berbeda, Partai Konservatif berhasil memenangkan suara mayoritas di pemilu 2015.51

Sesuai janjinya, David Cameroon beberapa kali menegosiasikan posisi baru Inggris di Uni Eropa dengan beberapa permintaan.Inggris meminta kebijakan yang lebih ketat terkait dengan imigran,sistem keuangan dan keistimewaan bagi negaranya untuk menolak kebijakan Uni Eropa.52Proses negosiasi berjalan dengan tidak mudah.David Cameroon bersikeras menegosiasikan posisi baru bagi Inggris agar negara pimpinannya tidak sampai keluar dari Uni Eropa.Akan tetapi, negosiasi tidak berjalan sesuai dengan keinginan Inggris yang akhirnya memaksa perdana menteri untuk memutuskan keluar atau tidak dari Uni Eropa melalui referendum.Karena Inggris tidak dapat memenangkan negosiasi tersebut maka David Cameroon memulai perundingan mengenai kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.Proses perundingan tersebut dilakukan pada bulan Juli ditahun 2013 dan 2014.

51Murray, G., Loc.Cit

36

Proses negosiasi keluarnya Inggris didasarkan pada Article 50 Lisbon Treaty yang mengatur tentang proses keluarnya suatu negara dari Uni Eropa. Didalam pasal tersebut diatur apabila sebuah negara ingin keluar, memerlukan waktu 2 tahun untuk bernegosiasi (lihat lampiran 1). Didalam pasal tersebut disebutkan apabila sebuah negara ingin keluar maka sebelumnya negara tersebut harus memberitahu European Council dan mengadakan negosiasi withdrawal dengan Uni Eropa dengan diberikan waktu 2 tahun untuk mencapai kesepakatan.

Ditahun 2015 David Cameroon telah selesai mencapai kesepakatan dengan 27 anggota Uni Eropa lain. Ditahun yang sama, perdana menteri juga menyampaikan pernyataan untuk mengadakan referendum Brexit didepan House of Common yang dijadwalkan akan dilaksanakan ditahun 2017. Dan di bulan November 2015, David Cameroon bertemu dengan Donald Tusk, Presiden EU Council untuk merundingkan proses keluarnya Inggris. Akhirnya pada bulan Febuari 2016 David Cameroon mencapai kesepalatan di pertemuan rutin Uni Eropa( EU Summit 2016). Masih dibulan yang sama, David Cameroon mengumumkan bahwa referendum dipercepat dan menyerahkan keputusan kepada rakyat Inggris untuk mengambil tindakan atas hal tersebut. Karena dinilai tidak berhasil memenangkan posisi Inggris yang baru di Uni Eropa sesuai janjinya, David Cameroon memutuskan akan mengadakan referendum dan menyerahkan kepada masyarakat Inggris apakah Inggris akan tetap di Uni Eropa atau keluar.

Pada akhirnya referendum diadakan pada tanggal 23 Juni 2016 dengan pertanyaan “ Apakah Inggris akan melanjutkan keanggotaannya di Uni Eropa atau keluar ?”. Berbeda dengan hasil referendum sebelumnya di tahun 1975,

37

referendum kali ini sebanyak 52% rakyat Inggris menginginkan untuk keluar dari Uni Eropa dan 48% menginginkan untuk tetap sebagai anggota. Referendum diikuti oleh sekitar 71,8 % pemilih yang merupakan jumlah partisipasi pemilih terbesar sejak pemilu tahun 1992.53

38

BAB III

FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG INGGRIS

KELUAR DARI UNI EROPA

Bab tiga ini penulis akan membahas mengenai tuntutan politik dalam negeri Inggris, didahului dengan pemaparan tentang referendum Brexit 2016, tuntutan partai United Kingdom Independence Party dan Grup Kampanye Vote Leave, menjelaskan tentang kondisi ekonomi dan militer Inggris, serta konteks lingkungan geografis Inggris dengan Uni Eropa. Pada bab tiga penulis akan membagi menjadi lima sub bab utama yaitu: Referendum Brexit tahun 2016, pengaruh United Kingdom Independence Party (UKIP) dalam menuntut keluarnya Inggris dari Uni Eropa, pengaruh organisasi kampanye Vote Leave dalam referendum, kondisi ekonomi dan militer Inggris, serta bab terakhir yang menjelaskan lingkungan geografis Inggris terhadap Uni Eropa. Masing-masing bab tersebut akan dijabarkan sebagai berikut

Dokumen terkait