• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.3 Hubungan Karakteristik Operator SPBU terhadap Tekanan Darah

Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p (0,348) > α (0,05) dan tekanan darah diastolik p (0,142) > α (0,05). Faktor jenis kelamin pada operator SPBU sangat penting terutama dalam menentukan tugas dan waktu pembagian jadwal kerja shift. Untuk pekerja perempuan diberi tugas jaga pada waktu siang hari sedangkan pekerja laki-laki diberi tugas jaga siang dan malam. Perbedaan inilah yang bias menyebabkan perbedaan tekanan darah yang dialami oleh pekerja berdasarkan jenis kelamin.

Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat diakibatkan oleh faktor hormonal (Depkes, 2006).

5.3.2 Hubungan Usia Terhadap Tekanan Darah

Terdapat korelasi yang positif antara usia terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p (0,0001) < α (0,05), kekuatan korelasi yang sangat kuat dengan nilai r 0,825 menunjukkan jika usia meningkat maka tekanan darah sistolik juga akan meningkat. Terdapat korelasi yang positif antara usia terhadap tekanan darah diastolik dengan nilai p (0,0001) < α (0,05), kekuatan korelasi yang sedang dengan nilai r 0,522 menunjukkan jika usia meningkat maka tekanan darah diastolik juga akan meningkat.

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Fauci (Nasution, 2013) menyebutkan bahwa usia menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada angka kejadian tekanan darah tinggi Tekanan darah cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar. Usia dapat mempengaruhi kesehatan, karena organ atau alat-alat tubuh akan semakin menurun fungsinya apabila usia seseorang semakin tua.

Teori dan beberapa penelitian mengatakan bahwa pada usia yang semakin tua kemungkinan kenaikan tekanan darah akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh adanya proses penuaan yang dapat menimbulkan perubahan anatomi dan mekanisme dinamika aorta serta pembuluh sistemik lainnya yang secara normal akan terjadi perubahan berupa penebalan dinding pembuluh darah, berkurangnya elastisitas yang mengakibatkan kekakuan pada aorta dan pembuluh darah lain sehingga mengakibatkan aterosklerosis. Adanya aterosklerosis dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah arteri dan peningkatan tahanan vascular (Ganong, 1995).

5.3.3 Hubungan Lama Paparan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah

Setelah dilakukan penelitian dengan uji Korelasi tidak diperoleh nilai p karena semua responden memiliki lama paparan kebisingan perhari yang sama (homogen) yaitu 8 jam perhari dalam 1 minggu. Pemerintah telah membuat Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pasal 77 ayat 1, UU No. 13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40

jam dalam 1 minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

Semakin lama seseorang bekerja dalam sehari maka semakin lama ia akan terpapar oleh bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan tersebut seperti pencemaran lingkungan. Penelitian Gong Yang (Sugiharto, 2007) juga menunjukkan ada hubungan antara jam kerja dan kejadian hipertensi. Penelitian dengan studi cross sectional dan berdasarkan populasi ini menunjukkan bahwa lama jam kerja mempengaruhi pada kejadian hipertensi yang disebabkan stress kerja. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat bekerja, seperti paparan panas, debu, ataupun asap, sehingga jika terpapar dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan stres kerja, sedangkan stress merupakan salah satu faktor risiko penyakit hipertensi. Penelitian tersebut pada orang yang bekerja ≥ 51 jam per minggu.

5.3.4 Hubungan Masa Kerja Terhadap Tekanan Darah

Terdapat korelasi yang positif antara masa kerja terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p (0,001) < α (0,05), kekuatan korelasi yang kuat dengan nilai r 0,618 menunjukkan jika masa kerja meningkat maka tekanan darah sistolik juga akan meningkat. Terdapat korelasi yang positif antara masa kerja terhadap tekanan darah diastolik dengan nilai p (0,0001) < α (0,05), kekuatan korelasi yang sedang dengan nilai r 0,470 menunjukkan jika masa kerja meningkat maka tekanan darah diastolik juga akan meningkat.

Masa kerja merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keterampilan dalam melayani costomer yang datang ke SPBU. Semakin lama masa kerja akan membuat pekerja lebih beradaptasi dan menambah pengalaman kerja. Dari data yang diperoleh tentang masa kerja, masa kerja responden terbanyak yaitu > 2 tahun yang merupakan waktu cukup lama untuk pekerja beradaptasi dan menyesuaikan dengan aktifitas sehari-hari di tempat kerja. Pengalaman kerja juga akan dapat membedakan pengaruh kondisi kerja terhadap dampak yang mungkin timbul terhadap dirinya sendiri.

Faktor-faktor yang yang mempengaruhi gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah dan pendengaran antara lain adalah intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan dan lamanya orang tersebut berada ditempat kerja atau didekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup (Azwar, 1990).

5.3.5 Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap Tekanan Darah

Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan minum kopi terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p (0,464) > α (0,05) dan tekanan darah diastolik dengan nilai p (0,711) > α (0,05). Pada peminum kopi, penyerapan gula dalam darahnya berlangsung lebih cepat, sehingga keinginan untuk menambah konsumsi gula terus meningkat. Ternyata hal tersebut memicu terjadinya penumpukan kolesterol, yang berdampak terhadap penebalan, penyempitan dan kekakuan dinding pembuluh darah, dengan demikian PJK pun menjadi sulit dihindari. Mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, yang berpotensi mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Otot jantung

mendapat makanan dari pembuluh darah nadi korona kiri dan kanan, bila pembuluh darah korona tersumbat terjadilah PJK (Afian,2010). Penelitian serupa dilakukan Nasution (2013) bahwa tidak terdapat hubungan antara kebiasaan minumm kopi pengemudi becak dengan tekanan darah di Kota Padangsidimpuan. 5.3.6 Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah

Tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap tekanan darah sistolik dengan nilai p (0,811) > α (0,05) dan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok terhadap tekanan darah diastolik dengan nilai p (0,509) > α (0,05).

Rokok juga dapat dihubungkan dengan hipertensi. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok (Sylvia, 1995). Penelitian Singgih (1995) juga menyebutkan bahwa nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan saluran-saluran nadi sehingga menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh.

Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari (Sheldon, 2005).

Dokumen terkait