• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V POLA MENDENGARKAN RADIO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

5.3 Hubungan Karakteristik Pendengar dengan Pola Mendengarkan Radio

Terdapat empat variabel karakteristik individu yang diuji hubungannya dengan variabel pola mendengarkan radio komunitas. Keempat variabel tersebut mencakup

variabel kategori usia remaja, variabel jenis kelamin, variabel keterdedahan media, dan variabel jenis kegiatan utama. Hubungan karakteristik pendengar dengan pola mendengarkan radio di uji dengan menggunakan uji Crosstab Chi-Square. Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah jenis kelamin yang berbeda diikuti dengan tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda juga.

Adapun data hubungan jenis kelamin dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Mendengarkan Radio

Jenis Kelamin Pola Mendengarkan Total

Rendah Tinggi

Laki-Laki 9 6 15

Perempuan 12 3 15

Total 21 9 30

Ket: p-valueChi-Square = 0,232

Sebanyak sembilan orang responden laki-laki memiliki tingkat pola mendengarkan radio yang rendah, dan enam orang responden laki-laki memiliki tingkat pola mendengarkan radio yang tinggi. Pada responden perempuan, terdapat 12 orang yang memiliki tingkat pola mendengarkan radio rendah, dan tiga orang perempuan yang memiliki tingkat pola mendengarkan radio tinggi. Karena p-value (0.232) > 0.05 maka terima H0 dan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan pola mendengarkan, yang artinya jenis kelamin yang berbeda tidak mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula.

Hubungan yang tidak signifikan antara jenis kelamin dengan pola mendengarkan radio disebabkan oleh tidak adanya kesibukan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan dalam kesehariannya, laki-laki dan perempuan yang berusia 17 tahun kebawah dimana sebagian besar adalah pelajar. Oleh karena mereka menghabiskan waktu dari pagi sampai sore di sekolah, mereka tidak mempunyai waktu luang untuk mendengarkan radio. Selain itu pada waktu sore hingga malam hari, para remaja lebih senang memanfaatkan waktu luangnya untuk menonton televisi dibanding mendengarkan radio. Begitu pula dengan mereka yang tergolong remaja akhir (18-21 tahun), dimana kesibukan laki-laki dan perempuan cenderung tidak jauh berbeda dan kebanyakan dari mereka mempunyai kesibukan yang sama. Hal ini dikarenakan

pendengar radio komunitas secara khusus memang difokuskan pada tingkat remaja. Pada umumnya, pola hidup remaja tidak terlalu terlihat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Berkumpul bersama, belajar, membantu orang tua, jalan-jalan, dan sebagainya menjadi kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh remaja setiap harinya. Sama halnya dengan remaja di RW ini, kesibukan utama yang terlihat adalah karangtaruna, dimana para remaja laki-laki dan perempuan secara bersama merancang dan mengolah kegiatan yang ditujukan untuk peningkatan kepedulian remaja pada daerah tempat tinggalnya sendiri.

Radio komunitas BeTe Radio tidak mempunyai program khusus yang ditujukan bagi laki-laki dan perempuan. Program siaran radio komunitas BeTe Radio bersifat umum yang didalamnya terdapat muatan informasi umum, hiburan, pendidikan, dan pengetahuan serta informasi khusus mengenai komunitas. Tidak adanya hubungan signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam mendengarkan radio komunitas dicontohkan melalui program request bebas. Laki-laki dan perempuan sama-sama berpartisipasi dalam permintaan lagu, sekaligus menyampaikan salam untuk para pendengar lainnya. Begitu pun dengan program Berita Tegal Gundil, baik laki-laki dan perempuan dapat mendengarkan berita dikarenakan berita yang disampaikan bersifat umum mengenai Kelurahan Tegal Gundil.

5.3.2 Hubungan Kategori Usia Remaja dengan Pola Mendengarkan Radio

Hubungan kategori usia remaja dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hubungan Kategori Usia Remaja dengan Pola Mendengarkan Radio

Kategori Usia Remaja Pola Mendengarkan Total

Rendah Tinggi

Remaja Awal 10 0 10

Remaja Menengah 8 2 10

Remaja Akhir 3 7 10

Total 21 9 30

Ket: p-valueChi-Square = 0,002

Seluruh responden yang tergolong dalam usia remaja awal memiliki pola mendengarkan rendah. Pada golongan remaja menengah terdapat delapan orang yang

memiliki pola mendengarkan rendah, dan dua orang dengan tingkat pola mendengarkan tinggi. Sedangkan untuk golongan remaja akhir, hanya terdapat tiga orang yang memiliki pola mendengarkan rendah, sisanya sebanyak tujuh orang memiliki pola mendengarkan tinggi. Karena p-value (0.002) < 0.05 maka tolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan pola mendengarkan, yang artinya tiap golongan usia yang berbeda mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula.

Remaja awal yang umumnya terdiri dari pelajar SMP (Sekolah Menengah Pertama), belum memiliki ketertarikan untuk mendengarkan radio komunitas, umumnya mereka hanya sebatas mengetahui adanya radio komunitas BeTe Radio di Kelurahan Tegal Gundil, namun belum sepenuhnya menjadi pendengar setia atau aktif. Hal ini dikarenakan selain belum munculnya kesadaran keingintahuan mengenai informasi terkait Kelurahan Tegal Gundil, radio komunitas BeTe Radio juga tidak menyediakan program khusus untuk segmen pelajar SMP atau sederajat. Program-program yang bersifat informasi mengenai Kelurahan Tegal Gundil yang disiarkan menjadikan para pelajar SMP kurang tertarik untuk mendengarkan radio komunitas ini, sedangkan program-program yang bersifat umum seperti hiburan, request lagu, dan curhat kurang berjalan efektif, untuk kumpulan lagu yang dimiliki radio komunitas ini sendiri juga dinilai kurang update oleh para responden yang tergolong remaja awal. Begitu pun untuk remaja menengah yang sebagian besar juga memiliki pola mendengarkan yang rendah, remaja menengah yang umumnya pelajar SMA (Sekolah Menengah Atas) tidak jauh berbeda penyebabnya dengan remaja awal atau pelajar SMP, namun ada beberapa responden yang terkadang mengikuti kegiatan radio komunitas BeTe Radio, seperti kumpul karangtaruna dan panitia acara remaja di Kelurahan Tegal Gundil. Keikutsertaan dalam beberapa kegiatan ini secara tidak langsung diakui oleh beberapa responden remaja menengah mempengaruhi mereka dalam peningkatan aspek frekuensi dan durasi mendengar mereka terhadap radio komunitas BeTe Radio.

Responden yang tergolong remaja akhir, sebanyak 70% memiliki pola mendengarkan yang tinggi. Selain dari kesibukan mereka yang tidak lagi berkutat dalam kegiatan persekolahan, responden remaja akhir lebih banyak menghabiskan waktu mereka dirumah dan berkumpul di “Perpustakaan KALAM”. Walaupun bukan bagian dari pengelola radio, para remaja akhir ini sering berpartisipasi dalam kegiatan yang diadakan oleh komunitas BeTe Radio, seperti bekerja sambilan di “Perpustakaan

KALAM” yang didalamnya terdapat perpustakaan dan kafe kecil yang ditujukan untuk masyarakat umum. Responden yang tergolong remaja akhir ini juga memiliki tingkat frekuensi dan durasi mendengar yang lebih besar dibanding responden yang tergolong remaja awal dan menengah, selain di sebabkan oleh beberapa hal yang telah disebutkan di atas, kebanyakan dari responden remaja akhir mempunyai tingkat kepedulian terhadap Kelurahan Tegal Gundil yang lebih tinggi dibanding golongan usia lainnya. Hal tersebut dapat terlihat dari antusiasme responden remaja akhir dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kepemudaan yang diadakan oleh pemerintah setempat, serta aktif dalam kegiatan karangtaruna.

5.3.3 Hubungan Keterdedahan Media dengan Pola Mendengarkan Radio

Data hubungan keterdedahan media dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Hubungan Keterdedahan Media dengan Pola Mendengarkan Radio

Keterdedahan Media Pola Mendengarkan Total

Rendah Tinggi

Televisi 5 8 13

Televisi dan Surat Kabar 8 1 9

Televisi dan Majalah 8 0 8

Total 21 9 30

Ket: p-valueChi-Square = 0,004

Kategori responden yang hanya terdedah media televisi dengan tingkat pola mendengarkan rendah sebanyak lima orang, sedangkan delapan orang untuk tingkat pola mendengarkan tinggi. Untuk keterdedahan media televisi dan surat kabar, tingkat pola mendengarkan rendah sebanyak delapan orang, dan hanya satu orang yang memiliki tingkat pola mendengarkan tinggi. Sedangkan untuk seluruh responden dengan kategori keterdedahan media televisi dan majalah memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah, yaitu sebanyak delapan orang. Karena p-value (0.004) < 0.05 maka tolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterdedahan media dan pola mendengarkan, yang artinya tiap kategori keterdedahan media yang berbeda mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula.

Hubungan yang signifikan antara keterdedahan media dan pola mendengarkan, sangat terlihat pada Tabel diatas, dimana responden yang terdedah media televisi dan surat kabar sebanyak 88,88% dari total keseluruhan sembilan responden, memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah. Begitu pun dengan responden yang terdedah media televisi dan majalah, sebanyak 100% dari total keseluruhan delapan responden, memiliki tingkat pola mendengarkan yang rendah. Pada umumnya responden dalam pencarian kebutuhannya akan informasi, pendidikan, dan hiburan akan terbagi-bagi waktu dan perhatiannya dalam menggunakan media massa. Oleh karenanya semakin banyak media massa yang digunakan atau dijadikan pilihan, maka akan berpengaruh pada pola mendengarkan seseorang. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor terdapatnya hubungan signifikan antara keterdedahan media dengan pola mendengarkan dalam penelitian ini. Selain itu para responden yang terdedah media massa surat kabar dan majalah mengaku bahwa berita yang ada pada kedua media cetak itu lebih update dan dapat dibaca berulang-ulang, lain halnya dengan sifat media massa radio yang tidak bisa diulangi siarannya sesuai keinginan pendengar.

Berbeda hal nya dengan responden yang hanya terdedah media massa televisi, sebanyak 100% dari total keseluruhan delapan orang responden memiliki pola mendengarkan yang tinggi, kebanyakan dari responden memilih menggunakan media televisi hanya untuk beberapa program acara yang diinginkan saja dan untuk mengisi waktu luang mereka. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan saat mereka melakukan aktifitas, seperti menjaga warung, mengerjakan pekerjaan rumah (PR), berkumpul bersama teman-teman, mereka lebih memilih menggunakan media siaran radio, radio dinilai dapat didengarkan walaupun sedang mengerjakan pekerjaan sehari-hari.

5.3.4 Hubungan Jenis Kegiatan Utama dengan Pola Mendengarkan Radio

Data hubungan kepemilikan media dengan pola mendengarkan radio secara ringkas disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hubungan Jenis Kegiatan Utama dengan Pola Mendengarkan Radio

Jenis Kegiatan Utama Pola Mendengarkan Total

Rendah Tinggi

Pelajar 13 2 15

Bekerja Kantoran 2 0 2

Membantu Pekerjaan Orang Tua 5 1 6

Pengangguran 1 6 7

Total 21 9 30

Ket: p-valueChi-Square = 0,003

Kategori pelajar memiliki jumlah terbesar yang memiliki tingkat pola mendengarkan rendah dibandingkan dengan kategori pekerjaan lainnya, yaitu sebanyak 13 orang, dimana yang memiliki tingkat pola mendengarkan tinggi hanya dua orang. Untuk kategori bekerja kantoran yang berjumlah dua orang, seluruhnya berada pada taraf pola mendengarkan yang rendah. Kemudian untuk kategori membantu pekerjaan orang tua, terdapat lima orang dengan pola mendengarkan rendah, dan satu orang untuk pola mendengarkan tinggi. Kategori terakhir, yaitu pengangguran, hanya satu orang responden yang memiliki pola mendengarkan rendah dari total keseluruhan pada kategori ini sebanyak tujuh orang. Karena p-value (0.003) < 0.05 maka tolak H0 dan disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kegiatan utama dan pola mendengarkan radio, yang artinya tiap kategori jenis kegiatan utama yang berbeda mempengaruhi tingkat pola mendengarkan radio komunitas yang berbeda pula.

Remaja awal dan menengah yang sebagian besar adalah pelajar, seperti hal nya yang telah dijelaskan pada sub bab hubungan usia dengan pola mendengarkan radio, mereka belum mempunyai ketertarikan terhadap radio komunitas BeTe Radio, mereka lebih memilih mendengarkan radio-radio swasta yang lebih sering memutarkan lagu-lagu yang terbaru tanah air dan luar negeri, serta membawakan berita-berita terkini mengenai remaja, seperti fashion, gosip artis dalam dan luar negeri, dan life style remaja terkini. Untuk responden yang bekerja kantoran, mereka mengaku tidak mempunyai waktu untuk mendengarkan radio selama jam kerja, yaitu dari jam 7.30 hingga 16.00, dan saat mereka kembali kerumah, mereka lebih senang memakai waktu luang untuk beristirahat dan menonton acara televisi kesukaan mereka, dan hanya sesekali mendengarkan radio komunitas BeTe Radio. Untuk variabel kategori jenis kegiatan utama responden membantu pekerjaan orang tua, hampir semua responden memiliki

pola mendengarkan radio yang rendah. Kategori membantu pekerjaan orang tua disini termasuk didalamya seperti membantu orang tua dalam berjualan makanan di warung makan, pengrajin kerajinan sulam pita, dan menjaga warung. Selanjutnya, untuk responden yang membantu orang tua dalam berjualan makanan, responden mengaku selama dia melakukan aktifitas pekerjaan tersebut, media siaran televisi selalu disajikan untuk para konsumen di warung makan tersebut, sehingga kecil kemungkinan untuk sang responden mendengarkan radio. Begitu pun untuk responden yang membantu orang tuanya dalam membuat kerajinan sulam pita, pengrajin sulam pita yang sebagian besar terdiri dari kalangan ibu-ibu ini, lebih senang memutar lagu-lagu sunda, dangdut, dan pop ketimbang mendengarkan radio dalam tiap kegiatan membuat kerajinan tersebut, sehingga responden yang tergolong dalam usia remaja menengah dan akhir yang menjadi pengrajin juga mengikuti keinginan ibu-ibu untuk mendengarkan lagu-lagu tersebut. Lain halnya dengan kategori pengangguran, kebanyakan dari mereka sedang mencari pekerjaan, namun dalam kesehariannya tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan. Mereka mengaku lebih senang melakukan waktu luangnya dengan mendengarkan radio komunitas untuk mendapatkan hiburan, serta menambah wawasan, terutama berita-berita terkait Kelurahan Tegal Gundil dan informasi-informasi kegiatan kepemudaan.

5.4 Hubungan Penilaian Format Siaran dengan Pola Mendengarkan Radio

Dokumen terkait