a. Hubungan antara umur petani dengan penilaiannya terhadap pengurus
Umur dalam penelitian ini adalah umur petani sampel yang merupakan
anggota dari kelompok tani pada saat penelitian dilaksanakan. Umur tersebut
diduga berhubungan dengan penilaian terhadap peran pengurus dalam
pelaksanaan musyawarah kelompok tani.
Tabel 19. Hasil korelasi antara umur dan penilaian terhadap musyawarah kelompok KTS KTB Rs -0,717 -0,579 Probabilitas (Sig) 0,000 0,001 t-hitung 5,442 3,757 Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan hasil statistik diperoleh bahwa kelompok tani daerah (KTS)
umur dan penilaian, dengan nilai t-hitung 5.442 yang berarti lebih besar dari t
tabel 2.048, maka hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antar umur
dengan penilaian anggota daerah KTS terhadap musyawarah kelompok. Sehingga
hipotesis yang menyatakan hubungan signifikan antara umur dan penilaian
diterima. Nilai koefesien korelasi (rs) negatif (-) menunjukan bahwa semakin
tinggi umur maka penilaian responden semakin tidak baik.
Sama halnya dengan KTS, hasil korelasi untuk daerah KTB juga
menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan musyawarah kelompok. Nilai
t hitung yang diperoleh adalah 3,757 yang lebih besar dari t tabel yaitu 2,048. Hal
ini berarti bahwa terdapat hubungan antara umur dengan penilaian terhadap
pelaksanaan musyawarah kelompok.
Hasil dari wawancara di lapangan diketahui bahwa petani yang berumur
lebih tua cenderung menilai negatif atau menilai tidak baik terhadap peran
pengurus kelompok dalam pelaksanaan musyawarah. Petani berumur lebih tua
menilai bahwa pengurus di kelompok taninya belum mempunyai cukup
pengalaman dalam melaksanakan musyawarah ataupun pertemuan kelompok
sehingga pelaksanaannya dinilai kurang baik.
b. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pelaksanaan musyawarah kelompok tani
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah lamanya petani sampel
menempuh pendidikan. Tingkat pendidikan tersebut diduga memiliki hubungan
dengan penilaian terhadap musyawarah kelompok tani. Untuk melihat hubungan
Tabel 20. Hasil Korelasi antara tingkat pendidikan dengan penilaian terhadap musyawarah kelompok KTS KTB Rs 0,633 0,409 Probabilitas (Sig) 0,000 0,025 t-hitung 4,326 2,371 Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan hasil analisis statistik dapat dilihat bahwa untuk daerah KTS
memperoleh nilai rs = 0,633 dengan t hitung 4,326 sehingga lebih besar dari t-
tabel 2,048 maka hipotesis diterima, yaitu ada hubungan signifikan positif antara
tingkat pendidikan dengan penilaian musyawarah kelompok. Hal ini menunjukan
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin baik penilaiannya
terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok.
Demikian juga untuk KTB yang memiliki nilai rs = 0,409 dan nilai t
hitung lebih besar dari t tabel sehingga menerima hipotesis yaitu 2,371 sehingga
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penilaian
musyawarah kelompok tani. Responden yang telah menempuh pendidikan cukup
tinggi akan menilai dengan lebih realistis dibandingkan dengan responden yang
hanya menempuh pendidikan Sekolah Dasar.
c. Hubungan antara masa keanggotaan dengan pelaksanaan musyawarah kelompok tani.
Masa keanggotaan dalam hal ini adalah lamanya petani sampel tergabung
dalam kelompok tani. Masa keanggotaan diduga memiliki hubungan yang
signifikan dengan penilaian petani sampel terhadap pelaksanaan musyawarah
kelompok. Untuk melihat hubungan masa keanggotan dengan penilaian terhadap
Tabel 21. Hasil korelasi antara masa keanggotaan dan penilaian terhadap musyawarah kelompok KTS KTB Rs -0,543 -0,720 Probabilitas (Sig) 0,002 0,000 t- hitung 3,421 5,489 Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan analisis korelasi di atas diketahui bahwa masa keanggotaan
anggota kelompok tani pada daerah KTS memiliki hubungan yang signifikan
dengan musyawarah kelompok, dengan nilai rs -0,543 yang berarti semakin lama
masa keanggotaanya maka semakin tidak baik penilaiannya. Sedangkan nilai t
hitung 3,421 lebih besar dari t tabel 2,048 sehingga hipotesis diterima.
Hasil korelasi pada derah KTB juga menyatakan ada hubungan antara
masa keanggotan anggota kelompok tani dengan musyawarah kelompok, dengan
nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel yaitu 5,489 sehinga hipotesis yang
menyatakan hubungan antara karakteristik masa keanggotan dengan pelaksanaan
musyawarah kelompok diterima. Petani responden yang telah lama bergabung
dalam kelompok tani telah memiliki pengalaman dalam dinamika kelompok
tersebut, sehingga dapat membandingkan performance setiap generasi pengurus. Petani responden cenderung menilai negatif terhadap peran pengurus dalam
pelaksanaan musyawarah saat ini karena mereka dianggap kurang berpengalaman
dalam melaksanakan roda kepengurusan dan musyawarah kelompok. Hal ini juga
berkaitan dengan umur responden dimana responden yang telah lama bergabung
d. Hubungan antara luas lahan yang dimiliki dengan penilaian terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok tani
Luas lahan adalah besarnya luas lahan yang dimiliki petani sampel. Luas
lahan diduga memiliki hubungan dengan penilaian anggota kelompok terhadap
pengurus dalam pelaksanaan musyawarah kelompok. Oleh karena itu untuk
melihat hubungan luas lahan dengan musyawarah kelompok maka diuji dengan
korelasi Rank Sperman dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 22. Korelasi antara luas lahan dan penilaian terhadap pelaksanaan musyawarah kelompok KTS KTB Rs -0,386 -0,030 Probabilitas (Sig) 0,035 0,877 t- hitung 2,087 1,664 Signifikan pada α = 0,05 t-tabel = 2,048
Sumber : lampiran 8 dan lampiran 9
Berdasarkan hasil korelasi diketahui bahwa luas lahan yang dimiliki
anggota daerah KTS memiliki hubungan yang signifikan dengan musyawarah
kelompok, dengan nilai rs -0,386 yang berarti semakin luas lahannya maka
semakin tidak baik penilaiannya. Sedangkan nilai t hitung 2,087 lebih besar dari t
tabel 2.048 sehingga menerima hipotesisyang menyatakan hubungan yang nyata
antara karakteristik luas lahan terhadap musyawarah kelopok tani.
Namun hasil korelasi daerah KTB menyatakan tidak ada hubungan antara
luas lahan anggota kelompok tani dengan musyawarah kelompok, dengan nilai t
hitung yang lebih kecil dari t tabel yaitu 1,664 sehinga menolak hipotesis. Tidak
ada hubungan yang signifikan antara luas lahan dengan penilaian terhadap
dalam luas lahan sehingga tidak adanya hubungan yang signifikan antara luas
lahan dan jawaban dari responden.