• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karateristik Konsumen dengan Sikap Konsumen

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN

6.1 Karateristik Konsumen

6.1.4 Hubungan Karateristik Konsumen dengan Sikap Konsumen

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara variabel-variabel karateristik konsumen dengan sikap konsumen didapatkan hasil bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang kurang erat. Hal ini dilihat dari frekuensi menonton televisi dan tingkat pengalaman terhadap produk yang memiliki hubungan yang rendah dengan sikap konsumen, dan tingkat pendapatan yang tidak memiliki hubungan terhadap sikap konsumen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa karateristik konsumen kurang berpengaruh terhadap sikap konsumen. Nilai keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut ditunjukkan pada tabel 13.

Tabel 13. Koefisien Korelasi Karateristik Konsumen dengan Sikap Konsumen Karateristik

Konsumen

Kognitif Afektif Konatif

Frekuensi Menonton Televisi 0.308 0.338 0.470 Tingkat Pengalaman 0.271 0.292 0.271 Tingkat Pendapatan 0.231 0.195 -0.008 6.2 Rancangan Iklan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa seluruh responden menyatakan bahwa iklan Indomie ‘Satu Selera’ merupakan iklan yang menarik, dapat dipahami, dan dapat diterima. Selain itu sebagian besar responden juga menyatakan bahwa iklan tersebut melibatkan mereka. Seluruh responden tersebut memiliki sikap yang tinggi baik pada tahap kognitif, afektif, dan konatif kecuali sebagian kecil responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut tidak melibatkan mereka. Responden tersebut memiliki sikap konatif yang rendah. Data tersebut tersaji pada tabel 14.

Tabel 14. Rancangan Iklan Rancangan Iklan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)

Kognitif Afektif Konatif

Attraction rendah - - - - -

tinggi 30 100 % tinggi tinggi tinggi

Comprehension rendah - - - - -

tinggi 30 100 % tinggi tinggi tinggi

Acceptability rendah - - - - -

tinggi 30 100 % tinggi tinggi tinggi

Self-involvement rendah 7 23.3 % tinggi tinggi rendah

tinggi 23 76.7 % tinggi tinggi tinggi

ket : kisaran skor rendah : 5-12.5 kisaran skor tinggi : 12.6-20

6.2.1 Attraction

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang telah mengisi kuesioner, seluruh responden (100 %) menyatakan bahwa iklan indomie ‘Satu Selera’ memiliki tingkat attraction yang tinggi. Dari 30 responden tersebut dikategorikan lagi ke dalam dua kategori yaitu menarik dan sangat menarik. Responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut menarik berjumlah 26 orang (86.7 %), sedangkan 4 orang responden lainnya (13.3 %) menyatakan iklan tersebut sangat menarik.

Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan bahwa iklan indomie ‘Satu Selera’ merupakan iklan yang menarik. Beberapa hal yang membuat iklan tersebut menarik diantaranya adalah penggunaan jingle yang bagus yaitu jingle original Indomie yang telah diarransemen ulang dan menerjemahkan liriknya ke dalam berbagai bahasa daerah. Jingle itu mudah diingat dan dinyanyikan oleh konsumen. Penggunaan model-model iklan yang menarik juga merupakan daya tarik bagi konsumen. Selain itu pengambilan

lokasi-lokasi yang menarik di beberapa tempat di Indonesia dan editing iklan membuat iklan tersebut menarik untuk dilihat.

6.2.1.1 Hubungan Attraction dengan Kognitif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki attraction dengan sikap kognitif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.616 (tabel 15). Nilai Koefisien korelasi ini menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi. Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut menarik memiliki sikap kognitif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat menarik memiliki sikap kognitif yang tergolong sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara attraction dengan kognitif.

Semakin iklan itu menarik, maka semakin tinggi pula pengetahuan konsumen mengenai produk. Hal tersebut dikarenakan ketika iklan tersebut menarik konsumen, maka informasi atau pengetahuan mengenai produk akan bertambah. Konsumen mendapat pengetahuan mengenai jingle indomie dan tagline ‘indomie seleraku’ dari iklan indomie ‘satu selera’ yang dikemas secara menarik.

Tabel 15. Hubungan Attraction dengan Kognitif

Attraction Kognitif Spearman's rho Attraction Correlation Coefficient 1.000 .616**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Kognitif Correlation Coefficient .616** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

6.2.1.2 Hubungan Attraction dengan Afektif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki attraction dengan sikap afektif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.701 yang berarti menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi (tabel 16). Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut menarik memiliki sikap afektif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat menarik memiliki skor sikap afektif yang lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara attraction dengan afektif.

Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa koefisien korelasi terbesar antara rancangan iklan yang memiliki attraction dengan sikap konsumen adalah pada sikap afektif (tabel 27). Hal tersebut membuktikan bahwa pengaruh terbesar dari rancangan iklan yang menarik adalah pada kesukaan konsumen terhadap produk Indomie. Semakin menarik iklan maka konsumen akan menyukai produk tersebut karena sikap terhadap produk dibentuk oleh sikap terhadap iklan. Iklan Indomie versi ‘satu selera’ menggunakan jingle, model iklan, setting, serta editing yang menarik yang membuat konsumen menyatakan bahwa produk Indomie merupakan produk mie instan favorit masyarakat Indonesia dan bukan produk sembarangan.

Tabel 16. Hubungan Attraction dengan Afektif

Attraction Afektif Spearman's rho Attraction Correlation Coefficient 1.000 .701**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Afektif Correlation Coefficient .701** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

6.2.1.3 Hubungan Attraction dengan Konatif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki attraction dengan sikap konatif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.597 yang berarti menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi (tabel 17). Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut menarik memiliki sikap konatif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat menarik memiliki skor sikap konatif yang lebih tinggi.Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara attraction dengan konatif.

Semakin menarik iklan maka konsumen ingin membeli produk tersebut. Ketika sebuah iklan tersebut dikatakan menarik maka konsumen yang menyaksikan iklan tersebut akan tertarik untuk membeli produk tersebut. Iklan Indomie versi ‘satu selera’ menggunakan jingle, model iklan, setting, serta editing yang menarik yang membuat konsumen menyatakan bahwa produk Indomie merupakan produk mie instan favorit masyarakat Indonesia dan bukan produk sembarangan, yang juga menunjukan kualitas dan rasa lebih baik dari produk mie instan lainnya. Hal tersebut membuat konsumen memiliki keinginan untuk mengkonsumsi produk Indomie.

Tabel 17. Hubungan Attraction dengan Konatif

Attraction Konatif Spearman's rho Attraction Correlation Coefficient 1.000 .597**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Konatif Correlation Coefficient .597** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan

Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

6.2.2 Comprehension

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang telah mengisi kuesioner, seluruh responden (100 %) menyatakan bahwa iklan indomie ‘Satu Selera’ memiliki tingkat comprehension yang tinggi. Dari 30 responden tersebut dikategorikan lagi ke dalam dua kategori yaitu dapat dipahami dan sangat dapat dipahami. Responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut dapat dipahami berjumlah 23 orang (76.7 %), sedangkan 7 orang responden lainnya (23.3 %) menyatakan iklan tersebut sangat dapat dipahami.

Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan bahwa iklan indomie ‘Satu Selera’ merupakan iklan yang dapat dipahami maksudnya. Iklan tersebut dapat menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia melalui tampilan representasi budaya-budaya di Indonesia. Tampilan budaya-budaya tersebut menunjukan bahwa Indonesia memiliki beragam budaya. Responden juga dapat memahami bahwa iklan tersebut menggambarkan bangsa Indonesia memiliki satu selera dalam memilih mie instan yaitu Indomie yang ditunjukan oleh lirik jingle serta representasi budaya-budaya yang mengkonsumsi Indomie. Selain itu penggunaaan tagline ‘indomie seleraku’ juga menambah pemahaman responden bahwa Indomie merupakan selera masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi mie instan.

6.2.2.1 Hubungan Comprehension dengan Kognitif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki comprehension dengan sikap kognitif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.727 (tabel 18). Nilai Koefisien korelasi ini menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi. Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut dapat dipahami memiliki sikap kognitif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat dapat dipahami memiliki sikap kognitif yang tergolong sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara comprehension dengan kognitif.

Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa koefisien korelasi terbesar antara rancangan iklan yang memiliki comprehension dengan sikap konsumen adalah pada sikap kognitif (tabel 27). Hal tersebut membuktikan bahwa pengaruh terbesar dari rancangan iklan yang dapat dipahami adalah terhadap pengetahuan konsumen terhadap produk Indomie.

Semakin iklan tersebut dapat dipahami maka pengetahuan konsumen akan bertambah pula. Tampilan budaya-budaya pada iklan tersebut dapat membuat konsumen paham bahwa Indomie merupakan mie instan favorit Indonesia. Hal itu juga didukung oleh lirik jingle serta representasi budaya-budaya yang mengkonsumsi Indomie. Selain itu penggunaaan tagline ‘indomie seleraku’ juga menambah pemahaman konsumen bahwa Indomie merupakan selera masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi mie instan. Setelah konsumen paham akan maksud dari iklan tersebut maka pengetahuan konsumen akan produk tentu saja bertambah. Pengetahuan konsumen tersebut berupa Indomie merupakan favorit masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam budaya.

Tabel 18. Hubungan Comprehension dengan Kognitif

Comprehension Kognitif

Spearman's rho Comprehension Correlation Coefficient 1.000 .727**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Kognitif Correlation Coefficient .727** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan

Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

N : jumlah responden

6.2.2.2 Hubungan Comprehension dengan Afektif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki comprehension dengan sikap afektif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.645 yang berarti menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi (tabel 19). Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan iklan tersebut

dapat dipahami memiliki sikap afektif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat dapat dipahami memiliki skor sikap afektif yang lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara comprehension dengan afektif.

Semakin iklan tersebut dapat dipahami maka konsumen akan menyukai produk tersebut. Tampilan budaya-budaya pada iklan tersebut dapat membuat konsumen paham bahwa Indomie merupakan mie instan favorit Indonesia. Hal itu juga didukung oleh lirik jingle serta representasi budaya-budaya yang mengkonsumsi Indomie. Selain itu penggunaaan tagline ‘indomie seleraku’ juga menambah pemahaman konsumen bahwa Indomie merupakan selera masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi mie instan. Hal-hal tersebut membuat konsumen menyukai produk Indomie karena konsumen paham bahwa produk Indomie merupakan favorit masyarakat Indonesia. Konsumen dapat berpikir bahwa masyarakat Indonesia menyukai Indomie.

Tabel 19. Hubungan Comprehension dengan Afektif

Comprehension Afektif

Spearman's rho Comprehension Correlation Coefficient 1.000 .645**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Afektif Correlation Coefficient .645** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan

Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

N : jumlah responden

6.2.2.3 Hubungan Comprehension dengan Konatif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki comprehension dengan sikap konatif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.611 yang berarti menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi (tabel 20). Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan iklan tersebut

dapat dipahami memiliki sikap konatif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat dapat dipahami memiliki skor sikap konatif yang lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara comprehension dengan konatif.

Semakin iklan tersebut dapat dipahami maka konsumen ingin membeli produk tersebut. Tampilan budaya-budaya pada iklan tersebut dapat membuat konsumen paham bahwa Indomie merupakan mie instan favorit Indonesia. Hal itu juga didukung oleh lirik jingle serta representasi budaya-budaya yang mengkonsumsi Indomie. Selain itu penggunaaan tagline ‘indomie seleraku’ juga menambah pemahaman konsumen bahwa Indomie merupakan selera masyarakat Indonesia dalam mengkonsumsi mie instan. Hal-hal tersebut membuat konsumen ingin membeli produk Indomie karena karena konsumen paham bahwa produk Indomie merupakan favorit masyarakat Indonesia. Konsumen dapat berpikir bahwa masyarakat Indonesia mengkonsumsi Indomie sehingga konsumen tersebut pun ingin membeli produk Indomie.

Tabel 20. Hubungan Comprehension dengan Konatif

Comprehension Konatif

Spearman's rho Comprehension Correlation Coefficient 1.000 .611**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Konatif Correlation Coefficient .611** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

N : jumlah responden

6.2.3 Acceptability

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil bahwa dari 30 responden yang telah mengisi kuesioner, seluruh responden (100 %) menyatakan bahwa iklan indomie ‘Satu Selera’ memiliki tingkat acceptibility yang tinggi. Dari 30

responden tersebut dikategorikan lagi ke dalam dua kategori yaitu menarik dan sangat menarik. Responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut dapat diterima berjumlah 20 orang (66.7 %), sedangkan 10 orang responden lainnya (33.3 %) menyatakan iklan tersebut sangat dapat diterima.

Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden menyatakan bahwa iklan indomie ‘Satu Selera’ merupakan iklan yang dapat diterima oleh konsumen. Beberapa hal yang membuat iklan tersebut dapat diterima oleh konsumen diantaranya adalah karena budaya-budaya yang ditampilkan dalam iklan tersebut cukup menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia, iklan tersebut tidak mengandung unsur menjatuhkan produk lain, tidak mengandung unsur kekerasan, pornografi, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan etika. Selain itu iklan tersebut tidak meniru iklan produk-produk lain.

6.2.3.1 Hubungan Acceptability dengan Kognitif

Berdasarkan hasil uji antar antara rancangan iklan yg memiliki acceptability dengan sikap kognitif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.533 (tabel 21). Nilai Koefisien korelasi ini menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi. Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut dapat diterima memiliki sikap kognitif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat dapat diterima memiliki sikap kognitif yang tergolong sangat tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara acceptability dengan kognitif.

Semakin iklan tersebut diterima oleh konsumen maka pengetahuan konsumen mengenai produk juga akan bertambah. Iklan tersebut cukup menampilkan representasi budaya Indonesia yang membuat konsumen dapat menerima iklan tersebut. Hal tersebut membuat konsumen mengetahui bahwa Indomie merupakan produk mie instan favorit seluruh masyarakat Indonesia.

Tabel 21. Hubungan Acceptability dengan Kognitif

Acceptability Kognitif

Spearman's rho Acceptability Correlation Coefficient 1.000 .533**

Sig. (2-tailed) . .002

N 30 30

Kognitif Correlation Coefficient .533** 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 97.98 %

N : jumlah responden

6.2.3.2 Hubungan Acceptability dengan Afektif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki acceptability dengan sikap afektif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.701 yang berarti menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi (tabel 22). Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut dapat diterima memiliki sikap afektif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat dapat diterima memiliki skor sikap afektif yang lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara acceptability dengan afektif.

Hasil pengolahan data juga menunjukkan bahwa koefisien korelasi terbesar antara rancangan iklan yang memiliki acceptability dengan sikap konsumen adalah pada sikap afektif (tabel 27). Hal tersebut membuktikan bahwa pengaruh terbesar dari rancangan iklan yang dapat diterima adalah pada kesukaan konsumen terhadap produk Indomie.

Semakin iklan tersebut diterima oleh konsumen maka konsumen semakin menyukai produktersebut. Iklan tersebut cukup menampilkan representasi budaya Indonesia yang membuat konsumen dapat menerima iklan tersebut. Selain itu,

kekerasan, pornografi, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan etika, serta tidak meniru iklan produk-produk lain juga membuat iklan tersebut diterima oleh konsumen. Setelah konsumen dapat menerima iklan tersebut tentu saja membuat konsumen menyukai iklan tersebut dan pada akhirnya juga menyukai produk tersebut.

Tabel 22. Hubungan Acceptability dengan Afektif

Acceptability Afektif

Spearman's rho Acceptability Correlation Coefficient 1.000 .701**

Sig. (2-tailed) . .000

N 30 30

Afektif Correlation Coefficient .701** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 99.98 %

N : jumlah responden

6.2.3.3 Hubungan Acceptability dengan Konatif

Berdasarkan hasil uji antara rancangan iklan yg memiliki acceptability dengan sikap konatif didapatkan koefisien korelasi sebesar 0.583 yang berarti menunjukkan hubungan yang erat atau tinggi (tabel 23). Hal tersebut juga ditunjukkan pada tabel 14 dimana responden yang menyatakan bahwa iklan tersebut dapat diterima memiliki sikap konatif yang tinggi. Selain itu, seluruh responden yang menyatakan iklan tersebut sangat dapat diterima memiliki skor sikap konatif yang lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat hubungan yang erat antara acceptability dengan konatif.

Semakin iklan tersebut diterima oleh konsumen maka konsumen ingin membeli produk tersebut. Iklan tersebut cukup menampilkan representasi budaya Indonesia yang membuat konsumen dapat menerima iklan tersebut. Selain itu,

kekerasan, pornografi, dan hal-hal lain yang bertentangan dengan etika, serta tidak meniru iklan produk-produk lain juga membuat iklan tersebut diterima oleh konsumen. Setelah konsumen menerima iklan tersebut tentu saja membuat konsumen menyukai iklan tersebut dan ingin membeli produk.

Tabel 23. Hubungan Acceptability dengan Konatif

Acceptability Konatif

Spearman's rho Acceptability Correlation Coefficient 1.000 .583**

Sig. (2-tailed) . .001

N 30 30

Konatif Correlation Coefficient .583** 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 30 30

ket : Correlation Coefficient : nilai keeratan hubungan Sig ( 2-tailed) : signifikansi 0.01, selang kepercayaan 98.98 %

N : jumlah responden

Dokumen terkait