• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.4 Hubungan Kebiasaan Menyirih dengan Derajat Atrisi Gigi

Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang.2 Kebiasaan menyirih dapat menyebabkan terjadinya atrisi gigi.17,40 Atrisi gigi adalah hilangnya substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan.31 Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat atrisi akibat menyirih adalah lama menyirih. Lama menyirih adalah berapa lama penyirih telah melakukan kebiasaan menyirih, terhitung sejak pertama kali melakukannya sampai pada saat penelitian dilakukan. Lama menyirih turut mempengaruhi besar derajat atrisi karena semakin lama penyirih melakukan kebiasaan menyirih, maka semakin banyak terjadi pengikisan pada permukaan gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi antagonisnya dalam proses menyirih. Semakin banyak terjadi pengikisan pada permukaan gigi, maka semakin tinggi derajat atrisi.62

Lama menyirih juga terkait dengan berkurangnya dimensi vertikal wajah.31,52,53 Hal ini terjadi karena semakin lama kebiasaan menyirih dilakukan, maka semakin besar derajat atrisi gigi. Semakin besar derajat atrisi, maka semakin besar pengurangan dimensi vertikal rahang. Pada penyirih yang telah menyirih berpuluh tahun, pengikisan gigi yang terjadi umumnya telah sampai ke bagian sepertiga servikal gigi. Pengikisan tersebut menyebabkan berkurangnya berkurangnya dimensi

vertikal rahang. Penurunan dimensi vertikal rahang telah dilaporkan terkait dengan berbagai penyakit atau gangguan pada sistem stomatognasi, diantaranya dapat menyebabkan nyeri atau kliking pada sendi temporomandibular, kerusakan struktur sendi temporomandibular, dan mengganggu hubungan fungsional yang normal antara kondilus, diskus, dan eminensia, yang akan menimbulkan rasa sakit, kelainan fungsi, atau kedua-duanya.53

Atrisi gigi sebagai akibat kebiasaan menyirih dalam waktu yang lama, akan semakin diperparah dengan adanya bahan menyirih yang bersifat kasar dan keras. Dalam campuran sirih, bahan yang bersifat kasar adalah kapur dan bahan yang bersifat keras adalah pinang. Apabila gigi terpapar dengan kapur dan pinang dalam waktu yang lama, maka gigi akan mengalami banyak pengikisan. Bahan pinang yang keras akan menstimuli otot-otot pengunyahan untuk memberikan tekanan pengunyahan yang besar. Tekanan pengunyahan yang besar menyebabkan gaya gesekan yang besar antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan. Kondisi ini menyebabkan semakin mudahnya terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Tekanan pengunyahan yang besar dapat menyebabkan perforasi, keausan, bahkan fraktur pada diskus sendi temporomandibular, yang dapat mendorong terjadinya perubahan pada permukaan artikular sendi temporomandibular.31

Dalam penelitian ini, hubungan antara lama menyirih dengan derajat atrisi gigi menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya lama menyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini dapat terlihat pada grafik 1, dimana atrisi gigi derajat 3 meningkat persentasenya seiring dengan meningkatnya lama menyirih, sebaliknya atrisi gigi derajat 1 dan 2 menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya lama menyirih. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama kebiasaan menyirih dilakukan, maka semakin meningkat derajat atrisi. Hal ini terjadi karena semakin lama penyirih melakukan kebiasaan menyirih, permukaan oklusal gigi semakin terkikis, yang menyebabkan atrisi gigi derajat 1 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 2, dan atrisi gigi derajat 2 meningkat menjadi menjadi atrisi gigi derajat 3.

Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan oleh Chang dan DeVol di Taiwan pada tahun 1973, yang menunjukkan bahwa lama menyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase excessive attrition seiring dengan meningkatnya lama menyirih, sebaliknya slight dan medium attrition menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya lama menyirih.62

5.4.2 Hubungan Frekuensi Menyirih dengan Derajat Atrisi Gigi

Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Kebiasaan menyirih dapat menyebabkan terjadinya atrisi gigi.17,40 Atrisi gigi adalah hilangnya substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan.31 Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat atrisi akibat menyirih adalah frekuensi menyirih. Frekuensi menyirih adalah berapa kali penyirih mengganti kunyahan sirih dalam satu hari. Frekuensi menyirih turut mempengaruhi besar derajat atrisi karena semakin tinggi frekuensi menyirih, maka semakin banyak terjadi pengikisan pada gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses menyirih. Semakin banyak terjadi pengikisan pada gigi, maka semakin tinggi derajat atrisi gigi.62

Frekuensi menyirih sebagai salah satu faktor yang menentukan besar derajat atrisi gigi akibat menyirih, juga dipengaruhi faktor lain seperti lama menyirih dan komposisi menyirih. Derajat atrisi gigi pada penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kali/hari dan lama menyirih 16 – 36 tahun, umumnya lebih tinggi daripada penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kali/hari dan lama menyirih 2 – 15 tahun. Hal ini disebabkan karena semakin lama kebiasaan menyirih dilakukan maka semakin banyak kegiatan menyirih yang telah dilakukan. Semakin banyak kegiatan menyirih dilakukan maka semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi akibat kontak yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses menyirih. Semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin

banyak pengikisan yang terjadi pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan derajat atrisi gigi menjadi meningkat.62

Demikian pula derajat atrisi gigi pada penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kali/hari dan komposisi menyirih daun sirih, kapur, gambir, dan pinang, umumnya lebih tinggi dari penyirih dengan frekuensi menyirih lebih dari tiga kali/hari dan komposisi menyirih daun sirih, kapur, dan gambir. Hal ini terjadi karena semakin keras komposisi menyirih maka semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi dalam proses menyirih. Semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan semakin cepatnya terjadi atrisi gigi yang parah.62

Dalam penelitian ini, hubungan antara frekuensi menyirih dengan derajat atrisi gigi menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya frekuensi menyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini terlihat pada grafik 2, dimana atrisi gigi derajat 3 meningkat persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih, sebaliknya atrisi gigi derajat 1 dan 2 menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih. Hal ini terjadi karena semakin tinggi frekuensi menyirih, permukaan oklusal gigi akan semakin terkikis, yang menyebabkan atrisi gigi derajat 1 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 2, dan atrisi gigi derajat 2 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 3. Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan oleh Chang dan DeVol di Taiwan pada tahun 1973, yang menunjukkan bahwa frekuensi menyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase excessive attrition seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih, sebaliknya slight dan medium attrition menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya frekuensi menyirih.62

5.4.3 Hubungan Komposisi Menyirih dengan Derajat Atrisi Gigi

Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Kebiasaan menyirih dapat menyebabkan terjadinya atrisi gigi.17,40 Atrisi gigi adalah hilangnya substansi gigi

akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan.31 Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat atrisi gigi akibat menyirih adalah komposisi menyirih. Komposisi menyirih adalah bahan-bahan yang terkandung dalam campuran sirih. Komposisi menyirih turut mempengaruhi besar derajat atrisi gigi karena semakin kasar atau keras komposisi menyirih, maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Semakin mudah terjadi pengikisan pada gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah.17

Komposisi menyirih yang umumnya digunakan oleh perempuan penyirih suku Karo di Pancur Batu adalah daun sirih, kapur, gambir, dan pinang. Dalam komposisi menyirih tersebut terdapat bahan yang kasar dan keras. Bahan yang kasar dalam campuran sirih adalah kapur. Kapur sirih memiliki sifat yang kasar karena pada umumnya kapur sirih terbuat dari kulit kerang atan batu kapur yang dihaluskan.3 Kekasaran kapur menyebabkan semakin mudahnya terjadi pengikisan pada permukaan gigi dalam proses menyirih. Semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi, maka semakin cepat terjadi atrisi gigi yang parah.17 Di dalam komposisi menyirih juga terdapat bahan pinang yang bersifat keras. Ketika dikunyah, bahan pinang akan menstimuli otot-otot pengunyahan untuk memberikan tekanan pengunyahan yang besar. Tekanan pengunyahan yang besar menyebabkan gigi menerima gesekan mekanis yang besar. Semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi, maka semakin semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan semakin cepatnya terjadi atrisi gigi yang parah.31

Dalam penelitian ini, hubungan antara komposisi menyirih dengan derajat atrisi gigi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya komposisi menyirih tidak memliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini dapat dilihat pada grafik 3, dimana atrisi gigi derajat 3 dan 1 mengalami peningkatan persentase yang tidak signifikan seiring dengan penambahan pinang dalam komposisi menyirih, sementara atrisi gigi derajat 2 menurun persentasenya seiring dengan penambahan pinang dalam komposisi menyirih. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi menyirih, dalam arti khusus konsistensi atau kekerasan bahan pinang, tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat atrisi gigi. Hasil penelitian

ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Trivedy di Kanada pada tahun 2002, yang menunjukkan bahwa derajat atrisi gigi bergantung pada konsistensi atau kekerasan bahan pinang. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya perbedaan jumlah dan berat komposisi menyirih yang digunakan di Kanada dan di Sumatera Utara. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh jumlah dan berat masing-masing komposisi menyirih terhadap derajat atrisi gigi.17

5.4.4 Hubungan Umur Penyirih dengan Derajat Atrisi Gigi

Menyirih adalah suatu proses mengunyah campuran bahan yang umumnya terdiri atas daun sirih, kapur, gambir, dan pinang.2 Kebiasaan menyirih dapat menyebabkan terjadinya atrisi gigi.17,40 Atrisi gigi adalah hilangnya substansi gigi akibat gesekan mekanis yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses pengunyahan.31 Salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat atrisi gigi akibat menyirih adalah umur penyirih. Umur penyirih adalah umur responden saat penelitian dilakukan. Umur penyirih turut mempengaruhi besar derajat atrisi gigi karena semakin tua umur penyirih maka semakin lama kebiasaan menyirih telah dilakukan. Semakin lama kebiasaan menyirih dilakukan maka semakin banyak kegiatan menyirih yang telah dilakukan. Semakin banyak kegiatan menyirih dilakukan maka semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi akibat kontak yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses menyirih. Semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin banyak pengikisan yang terjadi pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan derajat atrisi gigi menjadi meningkat.62

Umur penyirih sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi besar derajat atrisi gigi juga dipengaruhi oleh waktu kapan penyirih memulai kebiasaan menyirih. Penyirih yang memulai kebiasaan menyirih sewaktu muda atau umur remaja, pada umumnya memiliki derajat atrisi gigi yang lebih tinggi dari penyirih yang berumur sama namun memulai kebiasaan menyirih setelah berumah tangga atau di umur yang lebih tua. Hal ini terjadi karena semakin muda umur saat memulai kebiasaan menyirih, maka semakin lama kebiasaan menyirih telah dilakukan. Semakin lama

kebiasaan menyirih dilakukan maka semakin banyak kegiatan menyirih yang telah dilakukan. Semakin banyak kegiatan menyirih dilakukan maka semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi akibat kontak yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses menyirih. Semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin banyak pengikisan yang terjadi pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan derajat atrisi gigi menjadi meningkat.62

Hal lain yang mempengaruhi besar derajat atrisi gigi berdasarkan umur penyirih adalah frekuensi dan komposisi menyirih. Derajat atrisi gigi pada penyirih dengan umur 50 – 69 tahun dan frekuensi menyirih lebih dari tiga kali/hari, umumnya lebih tinggi dari penyirih dengan umur 50 – 69 tahun dan frekuensi menyirih satu – tiga kali/hari. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi frekuensi menyirih maka semakin banyak kegiatan menyirih telah dilakukan. Semakin banyak kegiatan menyirih dilakukan maka semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi akibat kontak yang terjadi antara gigi dengan gigi yang berantagonis dalam proses menyirih. Semakin banyak gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin banyak pengikisan yang terjadi pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan derajat atrisi gigi menjadi meningkat.62

Demikian pula derajat atrisi gigi pada penyirih dengan umur 50 – 69 tahun dan komposisi menyirih daun sirih, kapur, gambir, dan pinang, umumnya lebih tinggi dari penyirih dengan umur 50 – 69 tahun dan komposisi menyirih daun sirih, kapur, dan gambir. Hal ini disebabkan karena semakin keras komposisi menyirih maka semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi dalam proses menyirih. Semakin besar gesekan mekanis yang diterima oleh gigi maka semakin mudah terjadi pengikisan pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan semakin cepatnya terjadi atrisi gigi yang parah.62

Dalam penelitian ini, hubungan antara umur penyirih dengan derajat atrisi gigi menunjukkan perbedaan yang bermakna. Ini artinya umur penyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini dapat terlihat pada grafik 4, dimana atrisi gigi derajat 3 meningkat persentasenya seiring dengan meningkatnya umur penyirih, dan atrisi gigi derajat 1 dan 2 menurun persentasenya seiring dengan

meningkatnya umur penyirih. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur penyirih, permukaan oklusal gigi akan semakin terkikis, yang menyebabkan atrisi gigi derajat 1 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 2, dan atrisi gigi derajat 2 meningkat menjadi atrisi gigi derajat 3. Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan oleh Chang dan DeVol di Taiwan pada tahun 1973. Penelitian yang dilakukan Chang dan DeVol menunjukkan bahwa umur penyirih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap derajat atrisi gigi. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya persentase excessive attrition seiring dengan meningkatnya umur menyirih, sementara slight dan medium attrition menurun persentasenya seiring dengan meningkatnya umur menyirih. 62

5.5 Hubungan Kebiasaan Menyuntil dengan Derajat Abrasi Gigi

Dokumen terkait