• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kesepakatan Kerja antara Pihak Perkebunan PTPN II Dengan Pekerja

MASALAH PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA YANG BEKERJA DI PERKEBUNAN PTPN

A. Hubungan Kesepakatan Kerja antara Pihak Perkebunan PTPN II Dengan Pekerja

1. Direktur Utama BHATARA MOEDA NASUTION

2. Direktur Produksi JOHANES SIJABAT

3. Direktur Keuangan NAIF ALI DAHBUL

4. Direktur SDM/ Umum TAMBAH KARO- KARO

5. Direktur Pemasaran/ Renbang BERANI PURBA

Dalam suatu masyarakat modern, musyawarah untuk mengadakan Perjanjian Kerja Bersama merupakan lembaga yang sangat penting. Demikian juga fungsinya penting sekali karena melalui musyawarah untuk mencapai mufakat inilah Serikat Pekerja dapat memenuhi kewajiban para anggotanya untuk berusaha meningkatkan kondisi, persyaratan kerja serta jaminan sosialnya.

Perjanjian Kerja Bersama dilihat dari segi Hubungan Kerja merupakan suatu karakteristik yang essensial yang diakui oleh pengusaha, pekerja dan oleh pemerintah. Maka oleh karena itu Perjanjian Kerja Bersama merupakan induk dari perjanjian kerja. Dengan demikian perjanjian kerja tidak dapat mengenyampingkan isi Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tapi sebaliknya, Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dapat mengenyampingkan isi perjanjian kerja.

94 Surat Keputusan Menteri Negara BUMN RI No. KEP-31/ MBU/ 2007 sampai dengan KEP- 42/ MBU/ 2007 dan KEP- 128/ MBU/ 2006, Susunan Direksi PTPN- II.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Dengan demikian dapat dikemukakanlah beberapa hal yang merupakan hubungan perjanjian kerja dengan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah:95

a. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)/perjanjian perburuhan merupakan perjanjian induk dari perjanjian kerja;

b. Perjanjian kerja tidak dapat mengenyampingkan perjanjian perburuhan, bahkan sebaliknya perjanjian kerja dapat dikesampingkan oleh perjanjian perburuhan/PKB jika isinya bertentangan;

c. Ketentuan yang ada dalam perjanjian perburuhan/PKB secara otomatis beralih dalam isi perjanjian kerja yang dibuat;

d. Perjanjian perburuhan/ PKB merupakan jembatan untuk menuju perjanjian kerja yang baik.

Hubungan antara pengusaha dengan para tenaga kerja/ pekerja merupakan hubunganyang berdimensi banyak. Hubungan yang terjadi menyangkut dari segala aspek kehidupan. Yaitu aspek ekonomis, aspek sosial, aspek budaya, aspek politik dan juga menyangkut aspek keamanan. Oleh karena itu dalam mengatur hubungan tersebut perlu diusahakan agar sejauh mungkin ada kejelasan pengaturan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. Maka dengan adanya kejelasan/kepastian atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut akan terjalin hubungan yang serasi, selaras, seimbang dan harmonis di antara pihak- pihak yang bersangkutan yaitu pihak perusahaan dan pekerja.

95 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1977, hlm 89.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Namun dalam praktek pengaturan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban khususnya yang berkaitan dengan persyaratan kerja tidaklah sederhana, karena adanya berbagai faktor seperti :

a. Tidak mungkin mengatur semua persyaratan kerja ke dalam peraturan perundang-undangan.

b. Adanya kepentingan yang berbeda yang ikut mempengaruhi perumusan

persyaratan kerja.

Biasanya dalam pengaturan persyaratan kerja dipergunakan 2 (dua) mekanisme yang saling berhubungan dan saling menunjang satu sama lain, yaitu:96

1. Peraturan Perundang-undangan, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dimana persyaratan kerja yang terdapat dalam Perundang-undangan ini lebih bersifat normative yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang berkepentingan di dalam perkebunan/perusahaan masing- masing.

2. Peraturan Khusus yang berlaku di dalam perkebunan/perusahaan masing- masing, yaitu Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku di dalam PT. Perkebunan Nusantara II. Hal ini diperlukan karena adanya hal-hal yang tidak mungkin diatur di dalam peraturan perundang-undangan, karena adanya kekhususan tertentu atau karena sangat dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi perkebunan/perusahaan masing-masing.

96Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Pengaturan ini dapat dilakukan melalui Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Yang semula disebut dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). Perjanjian Kerja Bersama ini diadakan oleh dan antara Direksi PT Perkebunan Nusantara II dengan Serikat Pekerja yang di dalamnya memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban Perusahaan dan karyawan/Pekerja, upah jam kerja, jaminan sosial, dan lain sebagainya. Dengan demikian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini merupakan suatu peraturan induk atau peraturan dasar bagi perjanjian kerja, baik terhadap perjanjian kerja yang sudah diselenggarakan maupun yang akan diselenggarakan.

Dasar hukum dalam membuat suatu Perjanjian Kerja Bersama ini diatur dalam:97

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh.

- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku sejak 1 Januari 2008, untuk masa jangka waktu 2 (dua) tahun.98

97 PT. Perkebunan Nusantara II, 2007, Materi Sosialisasi dan Konsolidasi Organisasi Serikat Karyawan (SEKAR) PT. Perkebunan Nusantara II, Tanjung Morawa, hlm 3.

98 Pasal 111 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 3, Bandingkan Dengan Pasal 73 angka (1) Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008, hlm 55.

Dan apabila sudah berakhir, maka Perjanjian Kerja Bersama ini dianggap diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berikutnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

keinginannya untuk membuka perundingan baru Perjanjian Kerja Bersama ini.99

Dengan adanya kondisi demikian, maka di dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama kedua belah pihak tinggal mengambil alih isi yang terdapat di dalam peraturan perusahaan. Kedua belah pihak tersebut tinggal menambah dan mengurangi tentang syarat-syarat kerja yang telah diatur di dalam peraturan perusahaan.

Pemberitahuan ini harus diajukan kepada pihak lainnya paling sedikit 30 (tiga puluh) hari sebelum berakhirnya masa berlaku Perjanjian Kerja Bersama ini, maka ketentuan-ketentuan yang ada dalam Perjanjian Kerja Bersama ini tetap berlaku sampai tercapainya Perjanjian Kerja Bersama yang baru.

Seringkali suatu perusahaan/perkebunan dalam mengadakan hubungan kerjanya dilandasi dengan peraturan perusahan/perkebunan itu sendiri. Peraturan tersebut dibuat secara sepihak, tertulis dan ditempelkan di tempat- tempat umum dan dapat dibaca dan diketahui pekerjanya. Yang lebih penting bahwa peraturan perusahaan tersebut terlebih dahulu harus mendapatkan pengesahan dari Departemen Tenaga Kerja. Dengan adanya ketentuan tersebut maka syarat-syarat kerja yang ada di dalam peraturan perusahaan jelas telah tersusun rapid an tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, norma kesusilaan dan kebiasaan yang berlaku.

100

99 Pasal 73 angka 2 Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008, hlm 55.

100 Karena peraturan perusahaan merupakan peraturan yang mengatur tentang hak dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha yang dituangkan secara tertulis serta telah diketahui oleh Departemen Tenaga Kerja.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Maka materi yang dapat dimasukkan dalam Perjanjian Kerja Bersama, berasal dari 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:101

1. Peraturan Perusahaan

Isi dari peraturan perusahaan dapat diambil sepanjang sesuai dengan syarat-syarat kerja yang disetujui oleh para pihak yang membuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Karena peraturan perusahaan telah dibuat secara tertulis dan rinci serta pada umumnya tidak bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah karena telah disetujui oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja.

2. Keputusan P4P/P

Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang penyelesaian perselisihan perburuhan, menentukan bahwa persetujuan yang tercapai karena perundingan itu dapat disusun menjadi perjanjian perburuhan menurut ketentuan yang tercantum dalam undang-undang perjanjian perburuhan.102

3. Isi Perjanjian Kerja Bersama yang lama

Selanjutnya pasa 6 ayat (3) menentukan bahwa persetujuan yang tercapai karena perundingan termaksud pada ayat (2) di atas dan karena perundingan dimaksud pada pasal 4 ayat (1) mempunyai kekuatan hukum sebagai perjanjian perburuhan.

Apabila dalam suatu perusahaan/perkebunan sebelumnya telah ada dibuat Perjanjian Kerja Bersama tersebut telah disetujui oleh para pihak dan

101

Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, maka isi Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tersebut dapat disalin untuk di contoh dan dibuat lagi dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama yang baru. Hal ini hanya berlaku apabila merupakan perpanjangan Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

Sebagai salah satu bentuk dari perjanjian, maka Perjanjian Kerja Bersama mempunyai suatu tujuan yang ingin dicapai, sama seperti bentuk perjanjian lainnya, yang masing-masing juga mempunyai tujuan tersendiri.

Adapun tujuan dari Perjanjian Kerja Bersama adalah sebagai berikut:103 a. Untuk memperjelas hak-hak dan kewajiban pihak pengusaha, serikat pekerja/

para pekerja.

b. Menetapkan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja bagi pekerja. c. Meningkatkan dan memperteguh hubungan kerja perusahaan.

d. Mengatur dan menyelesaikan perbedaan-perbedaan pendapat perselisihan.

e. Menciptakan, memelihara dan meningkatkan disiplin serta hubungan

Industrial anatara perusahaan, serikat pekerja dan para pekerja.

Pihak-pihak yang dapat mengadakan Perjanjian Kerja Bersama sebagaimana ditetapkan dalam pasal 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 adalah :104

1. Dari pihak perkebunan yaitu : a. Pengusaha

103 Lalu Husni, Dasar- Dasar Hukum Perburuhan, Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hlm 254. 104 Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

b. Perkumpulan atau perkumpulan- perkumpulan pengusaha yang berbadan hukum.

2. Dari pihak pekerja yaitu : a. Serikat Pekerja atau

b. Serikat-Serikat Pekerja, yang sudah terdaftar pada Departemen Tenaga Kerja (DEPNAKER).

Serikat Pekerja yang akan dibahas dalam penulisan ini dapat diartikan sebagai serikat pekerja di PTPN II adalah Serikat Pekerja Perkebunan PTPN II (Persero) yang terdaftar di Depnakertrans Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara yang berkedudukan di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara.

Sedangkan pengertian dari Karyawan/ Pekerja itu sendiri adalah pekerja yang bekerja di PTPN II yang mempunyai jenjang penggolongan dari 1A sampai dengan IVD dengan memperoleh upah.

Dalam kaitannya dengan itu kita mengetahui bahwa di Indonesia sebelu reformasi berjalan hanya terdapat 1 (satu) wadah tunggal organisasi pekerja yaitu Serikat Pekerja Seluruh Indonesia atau yang disingkat dengan SPSI. Namun setelah adanya reformasi tahun 1998 yang dilakukan oleh mahasiswa, maka sekarang di Indonesia semakin banyak lahir serikat-serikat pekerja (serikat buruh) seperti Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) sebagaimana yang telah disebutkan di atas tadi, kemudian ada Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI), Persatuan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), dan lain sebagainya.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Dalam pembuatan Perjanjian Kerja Bersama ini haruslah berdasarkan kepada 2 (dua) asas yaitu:105

1. Asas kekeluargaan dan gotong royong, serta 2. Musyawarah untuk mufakat

Dengan demikian adanya perbedaan kepentingan diantara pihak- pihak bukan untuk dipertentangkan akan tetapi di musyawarahkan secara bersama-sama baik secara kekeluargaan dan gotong royong, sehingga tercapailah suatu kesepakatan.

Namun kepada pihak-pihak masih diberikan kebebasan untuk mau bersama-sama merundingkan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama ini. Pada dasarnya Perjanjian Kerja Bersama ini dibentuk atas dasar adanya kesepakatan kedua belah pihak, sehingga apa yang disepakati akan mengikat kedua belah pihak. Dan sesuai dengan asas perjanjian, maka pihak-pihak yang diberikan keleluasaan/kebebasan untuk menetapkan persetujuan mengenai apa saja yang dikehendakinya sepanjang tidak bertentangan dengan:

a. Hukum/ ketentuan perundang-undangan, b. Ketertiban umum,

c. Kesusilaan,

d. Tidak boleh ada diskriminasi, baik berdasarkan agama, golongan, warga Negara/bangsa maupun keyakinan politik atau keanggotaan dari suatu perkumpulan tertentu.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Jika ada hal-hal yang dianggap bertentangan dengan hal-hal tersebut di atas akibatnya adalah tidak sah. Suatu perjanjian kerja yang bertentangan dengan Perjanjian Kerja Bersama adalah tidak sah dan dalam hal demikian maka yang berlaku adalah peraturan yang terdapat dalam Perjanjian Kerja Bersama.106

Perjanjian Kerja Bersama yang telah ditandatangani akan mengikat pihak- pihak yang menyelenggarakan Perjanjian Kerja Bersama tersebut. Oleh karena itu agar supaya isi Perjanjian Kerja Bersama tersebut benar- benar dipahami oleh seluruh tenaga kerja tersebut, maka timbullah kewajiban terhadap kedua belah pihak tersebut, sebagai berikut:

Hal ini sesuai dengan pengertian bahwa Perjanjian Kerja Bersama merupakan peraturan dasar dalam perjanjian kerja.

Maksud adanya pembatasan- pembatasan ini adalah untuk melindungi pihak yang lemah menuju kepada suatu tujuan guna menjamin penghidupan yang layak bagi kemanusiaan terhadap setiap warganegara.

107

1. Kedua belah pihak berkewajiban memberikan penjelasan kepada

anggotanya baik mengenai isi, makna, pengertian yang ada dalam Perjanjian Kerja Bersama ini ataupun yang berhubungan dengan pelaksanaannya.

2. Kedua belah pihak bertanggung jawab atas dipenuhinya serta ditaatinya semua kewajiban yang ada dalam Perjanjian Kerja Bersama ini ataupun yang berhubungan dengan pelaksanaannya.

106 Pasal 27 angka 2 Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008.

107 Pasal 4 Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

Setiap pekerja yang bekerja di Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa wajib mentaati semua tata tertib/peraturan yang dibuat di dalamnya. Tata tertib itu meliputi:108

a. Kewajiban pekerja b. Larangan bagi pekerja c. Sanksi/ hukuman disiplin ad. a. Kewajiban Pekerja

1. Mentaati peraturan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan- ketentuan diperusahaan.

2. Bersedia dipindahkan/dimutasikan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya (antar jabatan atau antar wilayah kerja).

3. Menjaga dan menyimpan rahasia jabatan dan perusahaan.

4. Mentaati ketentuan jam dan hari kerja yang berlaku di perusahaan.

5. Melaksanakan pekerjaan dengan sungguh- sungguh dan penuh tanggung jawab dengan memperhatikan segala pedoman dan instruksi yang dikeluarkan oleh atasan.

6. Bersikap sopan santun terhadap sesame pekerja untuk membina rasa setia kawan dan menjalin kerjasama demi kelancaran jalannya perusahaan. 7. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dalam hal sifat pekerjaannya

mengharuskan demikian.

8. Menyerahkan kembali kepada perusahaan semua dokumen dan barang- barang milik perusahaan (termasuk rumah dinas/ asset perusahaan) yang

108

Pasal 65 angka 1 dan 2 Buku Pedoman PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa, Perjanjian Kerja Bersama, Medan, 2008, hlm 46.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

ada padanya saat pekerja yang bersangkutan meletakkan jabatan/ diberhentikan/dimutasikan.

ad. b. Larangan bagi Pekerja

1. Menyalahgunakan wewenang jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga maupun golongan yang merugikan perusahaan, antara lain:

Membawa/menggunakan/menyewakan/menjual barang-barang/ alat- lat milik perusahaan tanpa izin pimpinan perusahaan.

Secara langsung ataupun tidak langsung melibatkan diri dalam usaha yang berkaitan dengan usaha lain.

2. Menyediakan tenaganya diluar perusahaan.

Dalam waktu tugas dinas secara perorangan atau bersama- sama dengan orang lain, secara langsung atau tidak langsung untuk kepentingan usaha lain.

3. Membocorkan rahasia jabatan dan/atau rahasia perusahaan meliputi:

Rahasia mengenai atau yang ada hubungannya dengan jabatan, baik berupa dokumen (surat, notulen rapat dan lain- lain), data maupun perintah atau keputusan lain dari pimpinan perusahaan.

Rahasia perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara.

Cariny F. Marbun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Perkebunan ( Studi Kasus PT. Perkebunan

4. Melalaikan pelaksanaan tugas yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara.

ad. c. Sanksi/ Hukuman Disiplin bagi Pekerja.

Pekerja yang melanggar ketentuan disiplin berupa kewajiban dan larangan sebagaimana yang dimaksud dalam butir a dan b diatas dapat dijatuhi sanksi/ hukuman disiplin, berupa:109

1. Teguran lisan dan tertulis

Jenis sanksi/ hukuman disiplin adalah sebagai berikut:

2. Peringatan tertulis

3. Penundaan kenaikan upah pokok berkala 4. Penundaan kenaikan pangkat/golongan

5. Penurunan pangkat/golongan dan atau pembebasan dari jabatan. 6. Pemberhentian untuk sementara waktu.

7. Pemberhentian/Pemutusan Hubungan Kerja.

B. Perjanjian Kesepakatan Kerjasama Dalam Melindungi Hak-Hak dan