• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala

BAB V Pembahasan

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala

Hasil pengujian dengan program Lisrel 8.30 menunjukkan bahwa hubungan keterampilan manajerial kepala sekolah dengan komunikasi organisasi adalah positif dan signifikan. Ini artinya, bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan langsung antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan komunikasi organisasi pada Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Kalimantan Selatan diterima.

Temuan ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Hersey dan Blanchard (1982) yang mengatakan bahwa untuk melaksanakan tugas-tugas manajerial paling tidak diperlukan tiga bidang keterampilan, yaitu: conceptual skill, human skill, dan technical skill. Megginson, Mosley dan Pietri (1992) menjelaskan bahwa keterampilan hubungan manusiawi berkaitan dengan

berbagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami keadaan orang lain, sehingga mudah dalam melakukan hubungan yang lebih efektif.

Selanjutnya Wagner III dan Hollenbeck (1992) menjelaskan bahwa keterampilan hubungan manusiawi itu merupakan suatu kemampuan dalam diri manajer untuk dapat bekerja dan membangun kerjasama yang efektif antara anggota di dalam suatu organisasi. Lebih spesifik lagi Gordon dan McIntyre (dalam Moedjiarto, 2002) menyimpulkan bahwa hubungan baik antara kepala sekolah dan guru saja belumlah cukup untuk meningkatkan norma-norma belajar di sekolah. Namun, kemampuan untuk melakukan hubungan dan bekerjasama dengan orang lain merupakan asset yang paling penting bagi seorang kepala sekolah menengah tingkat atas. Lipham, Rankin, dan Hoeh (1985) dengan tegas menekankan perlunya kepala sekolah memiliki keterampilan konseptual, keterampilan teknis, dan keterampilan insani, terutama dalam pencapaian tujuan dan perwujudan tujuan pendidikan. Sementara itu Blumberg dan Greenfield (1980) meletakkan kompetensi kepala sekolah berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya yang lebih menekankan pada kompetensi manajerial dan kepemimpinan pendidikan. Hoyle, English, dan Steffy (1985) yang merupakan anggota dari American Association of School Administrator (AASA) menyimpulkan berdasarkan beberapa hasil penelitian dan ide-ide untuk suksesnya kepemimpinan kepala sekolah menyarankan agar setiap kepala sekolah mempunyai beberapa keterampilan yang meliputi: (1) keterampilan mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi iklim sekolah; (2) keterampilan membangkitkan dorongan untuk sekolah; (3) keterampilan mengembangkan kurikulum; (4) keterampilan manajemen pembelajaran; (5) keterampilan mengevaluasi staf; (6) keterampilan mengembangkan staf; (7) keterampilan mengalokasikan sumber daya; dan (8) keterampilan dalam penelitian pendidikan, penilaian, dan perencanaan.

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya penciptaan keefektifan organisasi dengan membentuk suatu iklim sekolah yang positif, yang diawali dengan hubungan yang

serasi, selaras, dan seimbang antara kepala sekolah dengan guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peranan kepala sekolah sebagai manajer pendidikan juga sangat memerlukan keterampilan-keterampilan tersebut.

2. Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dengan Pengendalian Konflik

Hasil pengujian dengan program Lisrel 8.30 menunjukkan bahwa hubungan keterampilan manajerial kepala sekolah dengan pengendalian konflik adalah positif namun tidak signifikan. Ini artinya, bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan langsung antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan pengendalian konflik pada Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Kalimantan Selatan diterima.

Temuan ini sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Campbell (dalam Stoops & Johnson, 1967) yang meneliti mengenai perilaku kepala sekolah yang berkaitan dengan keterampilan hubungan manusiawi dengan guru-guru di sekolah, dalam studi itu ditemukan perilaku kepala sekolah dalam hal keterampilan hubungan manusiawi adalah selalu berusaha menjernihkan setiap permasalahan yang terjadi di antara guru-guru. Sementara itu dalam kaitannya dengan perilaku keterampilan manajerial kepala sekolah berkaitan dengan keterampilan hubungan manusiawi maka Oliva (1984) mengemukakan ciri-cirinya sebagai berikut, yaitu: (1) menerima saran dan kritik yang sifatnya konstruktif; (2) menciptakan dan memelihara hubungan yang positif dengan guru-guru; (3) menciptakan dan memelihara hubungan yang positif dengan personel sekolah lainnya; (4) menciptakan hubungan yang positif dengan masyarakat; dan (5) mendukung program sekolah.

Menurut Gorton (1976) peran utama kepala sekolah ada enam, yaitu sebagai: (1) manajer; (2) pemimpin pengajaran; (3) orang yang berpegang teguh pada disiplin; (4) fasilitator hubungan dengan masyarakat; (5) Pengantar perubahan; dan (6) mediator konflik. Selanjutnya Pidarta (1995) mencoba mengidentifikasi peranan kepala sekolah sebagai pencipta iklim

dan lingkungan bekerja dan belajar yang kondusif pada dasarnya adalah dengan mendinamisasi dan menyelesaikan semua konflik yang ada. Sedangkan Wahjosumidjo (2002) dalam pembahasannya mengenai tinjauan teoritik mengenai kepemimpinan kepala sekolah mengemukakan bahwa salah satu tugas penting kepala sekolah sebagai seorang pemimpin pendidikan adalah mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi.

3. Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dengan Iklim Organisasi

Hasil pengujian dengan program Lisrel 8.30 menunjukkan bahwa hubungan keterampilan manajerial kepala sekolah dengan iklim organisasi adalah positif namun tidak signifikan. Ini artinya, bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan langsung antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan iklim organisasi pada Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Kalimantan Selatan diterima.

Temuan ini sejalan dengan apa yang dikatakan Stupak (dalam Soetopo, 2001) menekankan fungsi pemimpin adalah menciptakan suasana (atmosphere) dan iklim di mana para pegawai dapat berkembang, karena kepemimpinan kepala sekolah juga merupakan variabel kunci yang mempengaruhi sifat dari iklim sekolah, dengan demikian keterampilan seorang pemimpin berpengaruh terhadap iklim organisasi sekolah yang dipimpinnya. Studi Garland dan O’Reilly (dalam Owens, 1991) juga menemukan bahwa keberhasilan kepemimpinan bukan disebabkan oleh prestasi staf, tetapi oleh tanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan (situasi atau iklim) yang memungkinkan pengembangan organisasi dapat mencapai level yang tinggi.

Demikian juga Pidarta (1995) yang mengidentifikasi beberapa peranan kepala sekolah dalam lembaga pendidikan, bahwa untuk menciptakan iklim dan lingkungan bekerja dan belajar yang kondusif, dibutuhkan keterampilan manajerial kepala sekolah kepala sekolah dalam penempatan personalia yang tepat, pembinaan antar hubungan dan komunikasi, dinamisasi dan penyelesaian konflik, pemanfaatan informasi,

serta memperkaya dan mengharmoniskan lingkungan kerja serta lingkungan belajar. Karena iklim yang kondusif di samping akan mempengaruhi kegairahan guru dalam bekerja, juga berpengaruh langsung terhadap sikap guru dalam pelaksanaan inovasi di sekolah.

Penelitian Wahyudi (1999) menyimpulkan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah berhubungan langsung dengan kinerja guru. Demikian pula penelitian Sulistyorini (2000) menyimpulkan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah berhubungan langsung dengan iklim organisasi sekolah dasar dan kinerja gurunya. Selanjutnya penelitian Sugeng (2001) dan Gemnafle (2003) menemukan kesimpulan bahwa keterampilan manajerial kepala sekolah ternyata berhubungan langsung secara signifikan dengan unjuk kerja guru dalam mengajar di sekolah menengah.

4. Hubungan Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dengan Keefektifan Organisasi

Hasil pengujian dengan program Lisrel 8.30 menunjukkan bahwa hubungan keterampilan manajerial kepala sekolah dengan keefektifan organisasi adalah positif namun tidak signifikan. Ini artinya, bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan langsung dan tidak langsung antara keterampilan manajerial kepala sekolah dengan keefektifan organisasi pada Madrasah Aliyah Negeri di provinsi Kalimantan Selatan diterima.

Temuan ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Lipham, Rankin, dan Hoeh (1985) yang dengan tegas menekankan perlunya kepala sekolah memiliki keterampilan-keterampilan konseptual, teknis, dan insani terutama dalam pencapaian tujuan dan perwujudan tujuan pendidikan. Hasil penelitian Blumberg dan Greenfield (1980) juga menemukan bahwa salah satu karakteristik kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang mempunyai harapan tinggi terhadap prestasi belajar siswa dan unjuk kerja guru, untuk dapat merealisasikan harapan tersebut maka kepala sekolah harus mengoptimalkan sumber daya di sekolah dengan menjalankan keterampilan manajerial.

Hoyle, English, dan Steffy (1985) menyarankan agar setiap kepala sekolah mempunyai beberapa keterampilan yang meliputi: (1) keterampilan mendesain, menerapkan, dan mengevaluasi iklim sekolah; (2) keterampilan membangkitkan dorongan untuk sekolah; (3) keterampilan mengembangkan kurikulum; (4) keterampilan manajemen pembelajaran; (5) keterampilan mengevaluasi staf; (6) keterampilan mengembangkan staf; (7) keterampilan mengalokasikan sumber daya; dan (8) keterampilan dalam penelitian pendidikan, penilaian, dan perencanaan. Demikian pula Said (1988) mengidentifikasi beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah agar dapat membawa sekolah menghasilkan kualitas sesuai dengan yang diharapkan sampai ke tingkat ex-cellence, yaitu keterampilan teknikal, keterampilan kemanusiaan, keterampilan pendidikan, keterampilan simbolik, dan keterampilan kultural.

Sergiovanni (1991) menekankan kompetensi kepala sekolah berdasarkan peran utamanya, yaitu statesperson leadership, edu-cational leadership, organizational leadership, administrative leader-ship, supervisory leaderleader-ship, dan team leadership. Sementara itu Blumberg dan Greenfield (1980) meletakkan kompetensi kepala sekolah berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya yang lebih menekankan pada kompetensi manajerial dan kepemimpinan pendidikan. Sedangkan Mantja (2002) mengemukakan bahwa dalam penyiapan khusus jabatan kekepalasekolahan, di bidang administrasi pendidikan ada lima kelompok kompetensi yang diperlukan untuk memenuhi fungsi dasar kepala sekolah, yakni: (1) program instruksional; (2) kepegawaian; (3) kesiswaan; (4) sumber-sumber fisik dan financial; dan (5) hubungan masyarakat dan sekolah.

5. Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Pengendalian