• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Ketidakjujuran dan Keberhasilan Hidup

Berdasarkan kutipan dalam buku be honest ( Pepenhermawan, 2010:10), jika seseorang selalu berkata jujur, seseorang tidak harus mengingat apa pun. Sebuah prinsip yang nampaknya begitu sederhana namun terkadang menjadi begitu sulit untuk dilakukan. Kejujuran bisa jadi telah menjadi barang yang teramat langka di negeri ini. Dapat dilihat perilaku korup dan manipulatif yang ada di negeri Indonesia ini. Seorang bahkan pernah mencibir, “Orang besar makan orang besar. Orang kecil makan orang kecil.” Pernyataan itu dilontarkan manakala seseorang tersebut menyaksikan bagaimana preman jalan memalaki para sopir angkutan kota. Apabila seseorang sekadar memaki-maki dan memprotes tidak akan membuahkan hasil.

Seseorang lebih baik melakukan introspeksi ke dalam dan menilai diri sendiri secara jujur, sejauh mana seseorang telah bersikap jujur dalam hidup ini. Seseorang lebih baik mengubah diri sendiri daripada berharap orang lain berubah. Seorang yang lain juga pernah melontarkan sebuah pernyataan yang provokatif, “Dunia ini sudah banyak kebohongan, kalau tidak ikut-ikutan bohong mau makan apa?” Seperti yang dikatakan (alm) Romo Y.B. Mangunwijaya, “Jika

orang lain berbuat salah, kamu tidak harus ikut-ikutan berbuat salah.”

Menurut Winarto (1995:14), ketika seseorang jujur, seseorang menjadi diri seseorang sendiri, menjadi pribadi yang utuh, apa adanya, bukan ada apanya. Seseorang tidak perlu memasang topeng secara bergantian. Ketika seseorang jujur, seseorang akan menjadi orang yang bisa dipercaya. Inilah yang akan membentuk nama baik atau reputasi. Nama baik akan menjadi modal yang sangat berharga bagi perjalanan dan keberhasilan hidup. Ketika seseorang jujur, seseorang bisa menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya. Ini merupakan sebuah warisan yang jauh lebih berharga daripada uang atau materi. Ketika seseorang jujur, seseorang menjadi sahabat terbaik bagi dirinya sendiri. Sebab seringkali ketidakjujuran membuat seseorang sulit berdamai dengan dirinya sendiri. Seseorang tidak akan pernah bisa mengbohongi hati nuraninya sendiri.

Kejujuran adalah pangkal keberhasilan. Jujur pada diri sendiri akan melahirkan sikap syukur pada diri sendiri, sikap tidak berlebihan dan sikap melampaui batas. Kadang seseorang terjebak dalam sebuah jurang kepalsuan, dengan menampilkan sosok yang tidak apa adanya. Keadaan itu dimanipulasi oleh dirinya sendiri sedemikian rupa, seseorang ingin disebut orang kaya, dengan memperbanyak utang dan kreditan, seseorang ingin tampak cantik dan tampan dengan operasi plastic, dengan mengkonsumsi obat diluar batas atau ingin disebut gaul dengan meniru-niru gaya dan kehidupan orang lain. Jika seseorang tidak jujur pada diri sendiri, ia yang akan rugi. Yang akan menanggung hutang akibat seseorang ingin tampil sebagai sosok gaul adalah dirinya sendiri, yang akan dimintai pertanggung jawaban adalah dirinya sendiri, bukan orang

lain.

Jadi seseorang tidak perlu menipu dirinya sendiri atau ingin diperhatikan orang lain. Akan lebih ringan beban dan tanggung jawab seseorang, ketika seseorang tampil sebagaimana adanya. Seseorang tidak mungkin sama dengan orang lain, orang lain pun pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri.

Ketidakjujuran hanya akan berpangkal pada kehancuran, hanya akan menjadi bom waktu, hanya akan menjadi bara dalam sekam, yang setiap saat akan mengancam seseorang dengan ledakan kehancuran. Sebaliknya kejujuran akan mengantar seseorang pada puncak tertinggi tatanan bangunan keberhasilan. Jujur merupakan sikap terpuji yang dianjurkan oleh agama yang selalu bersanding dengan kebenaran yang harus dikawal dan ditegakkan.

Seseorang seharusnya menanamkan kesadaran untuk selalu hidup jujur dan menyadari akibat buruk ketidakjujuran. Seseorang yang memahami arti kejujuran dan akibat buruk ketidakjujuran yang meskipun dulunya biasa berbohong dan selalu hidup dalam ketidakjujuran akan mempunyai tekad untuk hidup jujur dan membenci adanya kebohongan. Seseorang yang demikian tidak akan pernah kompromi dengan kebohongan yang ada disekitarnya termasuk kepada orang terdekatnya. Sikap tidak kompromi dengan kebohongan tersebut akan membantu mengubahkan ketidakjujuran pada orang di sekitarnya.

Seseorang membiasakan sikap jujur sebagai budaya di dalam kehidupan keluarga. Seseorang sejak kecil pintar sekali meniru apa yang dilihat, dan kebohongan dari tingkah laku dan perkataan yang dilakukan orang tua juga akan menanamkan kebohongan dalam mental anak kecil tersebut. Apapun itu bentuk

kebohongannya sekalipun dalam hal kecil, itu semua terekam dalam memori seseorang. Janji yang yang tidak ditepati juga menjadi penyebab yang mudah direkam. Sebaiknya seseorang jangan pernah menjanjikan sesuatu yang pastinya tidak ditepati. Jika janji tersebut tidak jadi karena faktor lain, sebaiknya seseorang meminta maaf dan memberikan pengertian. Seseorang juga jangan menceritakan sesuatu yang mengandung kebohongan karena ketika nantinya orang tersebut melihat kenyataannya dan dia akan merekamnya. Seseorang tidak boleh gengsi meminta maaf jika ada kesalahan. Sikap yang mau mengakui kesalahan tersebut yang akan direkam menjadi suatu kebaikan di masa depan.

Akibat ulah ketidakjujuran, mahal ongkos yang harus dibayarnya, tidak dipercaya orang, menanggung dosa, serta merugikan diri sendiri dan juga terlebih orang lain. Sudah sejauh manakah ketidak jujuran melanda negeri ini.

Kalau mau jujur, sejak janin dalam proses “pembuatan” oleh manusia tidak sedikit mereka melalui proses yang tidak jujur. Paling tidak, tidak jujur dengan Tuhan mereka. Terkadang proses yang tidak jujur ini, diberitakan secara terang-terangan kepada publik, sebagai tanda cinta suci sejoli manusia. Dan bahkan ada yang mengamininya sebagai perbuatan yang bersifat pribadi, karena semua orang juga melakukan yang sama. Padahal tidak pernah ada, ketidak jujuran tidak mengakibatkan pengaruh kepada kepentingan umum. Ketidakjujuran selalu mempunyai efek domino yang berakibat kepada orang lain.

Dalam (http://blogku.net/entrepreneurship /harga-ketidakjujuran /) menyatakan, fenomena palsu dan ketidakjujuran sudah menjadi salah satu penyakit dari orang yang hendak menginginkan suatu tujuan, baik jabatan maupun kekuasaan. Kebohongan dan ketidakjujuran menjadi iklim sehingga orang yang tidak bermaksud bohong terpaksa harus berbohong. Lebih gawat lagi, 26

komunikasi bisa dijalankan. Dalam kondisi seperti itu jika masyarakat tidak berkomunikasi dalam kebohongan, dan memakai bahasa kebohongan, mereka akan ketinggalan dan tidak mendapatkan apa-apa. Pembelajaran yang merupakan sikap jujur itu sangatlah mengena di tengah realitas kondisi sosial kemasyarakatan kita dewasa ini. Seharusnya memang demikianlah sikap yang kita pilih ketika menghadapi hal yang sama.

Menurut Yulia Lea dalam ( http://macheda.blog.uns.ac.id/2011/02/26 /belajar-hidup), sifat dan tingkah laku seseorang dalam berkerja harus dapat menyertai, kesabaran, ketekunan, kerajinan, dan kemauan kerja keras dalam usaha pembinaan pribadi seseorang. Seorang pekerja yang tidak memiliki kejujuran dan disiplin pribadi, tidak akan berhasil di dalam mencapai tujuan dan cita-citanya.

Kejujuran dan disiplin pribadi seorang pekerja merupakan kewajiban moral yang dibebankan kepada diri sendiri, untuk keperluan dirinya sendiri. Seseorang yang yang tidak jujur di dalam bekerja, akibatnya akan menderita dan menerima suatu keadaan seperti tidak dipercaya oleh banyak orang, menjadi rendah diri dan rasa malu, mudah tersinggung atau emosi, cepat iri dan dengki, suka dendam, berprasangka buruk dan dusta, tidak mempunyai banyak teman, serta mengalami kehancuran dalam bekerja, Belum lagi resiko psikologis lainnya berupa malu, tertekan, dan kehilangan muka yang harus ditanggung oleh seseorang.

Banyak orang yang menganggap keberhasilan diperoleh dari

hanya sedikit peranan dari dalam diri sebagai kekuatan yang menentukan

keberhasilan. Sebetulnya perbedaan yang nyata antara mereka yang disebut beruntung ialah karena dapat mengambil keuntungan dari kesempatan yang tersedia serta berbuat sebaiknya dengan potensi yang dimiliki, sedangkan mereka yang tidak beruntung tidak melakukan demikian.

3.3 Besarnya Ketidakjujuran Mempengaruhi Sendi Kehidupan di Indonesia Menurut Subiono (2009:8) dalam ( http://ekosubiono.blogspot.com/2009 / 10 /arti-kejujuran . html ), ada banyak orang pintar saat ini di negeri ini, tapi juga kekurangan orang jujur dan punya rasa malu dinegeri ini. Indonesia memiliki hampir semua potensi untuk menjadi bangsa yang besar, kekayaan alam yang melimpah, sumber daya manusia yang juga banyak, dua hal yang mungkin menjadi kekhawatiran pada bangsa ini adalah kurangnya orang jujur dan orang yang menjunjung tinggi rasa malu.

Dalam (http://www.kolomayah.info/tag/cerita-ketidakjujuran-dan.akibatn ya), Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD mengemukakan, bahwa banyak pejabat dan pimpinan di negeri ini tersandera ketidakjujuran. Indonesia terpuruk dan berada dalam situasi tidak baik seperti saat ini, karena tidak ada kejujuran. Kejujuran sangat penting, karena membekali seseorang untuk bertindak dengan benar dan berani. Orang menjadi tidak berani karena tidak jujur.

Menurut Mahfud, saat ini banyak pejabat dan pemimpin yang tersandera 28

tindakan yang benar. Akibatnya penegakan hukum dan birokrasi pemerintahan yang baik menjadi terhambat. Apabila negara ini jujur pasti Indonesia mempunyai masa depan yang baik. Orang yang ingin melakukan pembaharuan perlu keberanian. Tetapi jika risiko sudah dilandasi kejujuran, seseorang tidak akan pernah takut untuk menghadapi risiko.

Landasan prinsip untuk berbuat baik dan benar akan kita peroleh melalui kejujuran. Orang yang beriman dengan perkataannya yang jujur, di dalam hidupnya tidak akan takut dan cemas. Orang yang takut mengambil keputusan, tidak bertindak cepat, tepat dan cermat karena ia tidak jujur. Kalau generasi tua sebagian besar sudah terlanjur tersandera oleh ketidakjujuran di masa lalu, harus disiapkan generasi yang akan datang. Mereka turut menyiapkan masa depan membangun di lingkungan sendiri dan selalu semangat menegakkan kejujuran, tidak korupsi, jujur, bersih, serta dapat membina moral bangsa.

Dalam (http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/21/jujur-bersikap-tidak-jujur), banyak yang mengatakan untuk menjadi jujur itu sulit, itu adalah realitanya. Bila seseorang telah terbiasa bersikap tidak jujur pasti ia akan sulit untuk menjadi bersikap jujur. Tidak heran, begitu seseorang akan mati-matian untuk menutupi ketidakjujuran yang telah dilakukan. Segala cara dilakukan agar tidak terbongkar . Bahkan ketika ketahuan pun, seseorang masih akan rela membela diri dengan membayar mahal pengacara atas nama hukum dan HAM . Apalagi para koruptor di negeri ini. Sampai saat ini belum ada koruptor yangberani jujur mengakui perbuatannya dan meminta maaf kepada rakyat yang

khilaf akibat rasa malunya yang ditutupi dengan kesalahan. Masih banyak contoh - contoh yang bisa ditemukan dikehidupan sehari-hari tentang ketidakjujuran yang telah dilakukan. Namun tidak ada hati nurani seseorang untuk mengakuinya ketika tertangkap basah atau ketahuan. Bila seseorang berani berlaku tidak jujur seharusnya ia berani juga untuk berlaku jujur dan tidak perlu malu mengakuinya.

Ketidakjujuran seseorang yang terlalu tinggi membuat orang tersebut tidak memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan. Bila seseorang malu untuk mengakui ketidakjujurannya, seharusnya orang tersebut tidak berani untuk melakukan hal yang tidak jujur hanya karena kebodohan dan ketidaksadaran dirinya sebagai manusia yang bermartabat dan mulia. Itulah yang seringkali terjadi dan masih terus berlangsung di negeri Indonesia ini. Ketidakjujuran ditutupi lagi dengan ketidakjujuran demi ketidakjujuran.

Krisis multidimensional, korupsi, kolusi, nepotisme, kekerasan, teror, pelanggaran HAM, dan sebagainya, adalah daftar persoalan bangsa ini, namun hingga kini para pemimpin, politisi, dan elite Indonesia tidak pernah bisa menyelesaikan semua persoalan itu secara signifikan. Bertahannya Indonesia sampai saat sekarang ini bukan karena prestasi pemimpin, tetapi kalangan rakyat jelata yang berjuang hidup gigih dalam kejujurannya. Hingga saat ini, para pemimpin dan struktur pemerintahan tetap menjadi persoalan yang merusak kuat dalam kehidupan bangsa ini. Penyelesaian semua persoalan itu tidak akan pernah terjadi, jika para pemimpin, politisi, dan elite Indonesia tidak lebih dulu mengatasi dan menyelesaikan ketidakjujuran yang merupakan problem mendasar

Seseorang sering diingatkan tentang tingkah laku sosial ini yang idealnya menggambarkan pancaran perilaku keagamaan kita. Ada nilai kesalehan yang selalu relevan. Tetapi realitasnya, banyak yang menunjukkan terjadinya kesenjangan pada banyak segi. Para koruptor seenaknya menggangsir harta rakyat. Hati nurani mereka ditutup rapat. Pemanfaatan peluang merupakan hal yang biasa, sehingga kejujuran menjadi sikap langka.

BAB IV PENUTUP

Dapat disimpulkan bahwa kejujuran memiliki banyak sekali manfaat terutama dalam usaha yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu keberhasilan yang sudah lama dicita-citakan. Manfaat yang dapat diperoleh dari kejujuran sangat penting bagi keberhasilan hidup, termasuk karir seseorang, terungkap bahwa bersifat jujur kepada semua orang dan memiliki hasrat untuk menjadi figur yang dihormati adalah faktor penting yang menunjang keberhasilan. Salah satu hal yang sangat didambakanbanyak orang dari pemimpin juga adalah kejujuran. Seseorang harus selalu ingat bahwa para pengikut tidak mengharapkan seorang pemimpin yang sempurna dalam segala hal namun mereka mengharapkan pemimpin yang jujur.

Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan ketidakjujuran. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur adalah simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.

Ketika seseorang berkata dan berlaku jujur hari ini atau saat ini, mungkin seseorang tidak secara langsung merasakan manfaat kejujuran saat itu juga, tapi harus diingat, bahwa kejujuran adalah sebuah investasi besar bagi tatanan bangunan keberhasilan seseorang. Jujur adalah saham yang ditanam yang akan menghasilkan timbal balik yang jauh lebih menguntungkan dari segi apapun, baik

31

32 itu keberhasilan usaha kita didunia, maupun kehidupan seseorang di akhirat kelak.

tugasnya adalah sifat kejujuran dan memiliki kepercayaan dari banyak orang terhadap dirinya. Apabila seseorang di dalam pekerjaannya tidak jujur dan tidak bertanggung jawab, akibatnya banyak orang yang tidak mempercayainya, baik kepada bidang usahanya maupun kepada kariernya.

4.2 Saran

Menjadi seseorang yang jujur bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Dengan sikap seseorang yang terbuka dan mau berkomunikasi dengan orang di sekitar pasti seseorang akan mendapatkan saran dan masukan untuk masalah yang dihadapi oleh orang tersebut. Seseorang yang berani berbuat ketidakjujuran harus berani pula menanggung risiko dan konsekuensi yang akan dihadapi.

Selain perjuangan yang keras, kejujuran seseorang juga sangat berpengaruh pada keberhasilan hidup. Perjuangan yang keras hanya berawal dari satu langkah yang kita ambil sebagai sebuah permulaan. Jangan takut untuk bersikap jujur, karena seseorang yang berani jujur akan memperoleh keuntungan yang lebih besar, berlipat-lipat, serta mengantar seseorang pada puncak tertinggi tatanan bangunan keberhasilan.

Dokumen terkait