• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Koefisien Daya Terhadap Tip Speed Ratio Pada Variasi

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Kincir Angin Savonius Tanpa Kekasaran Permukaan

4.1.3 Hubungan Koefisien Daya Terhadap Tip Speed Ratio Pada Variasi

Kalkulasi dilakukan hingga mendapatkan nilai koefisien daya dan tip speed ratio pada seluruh data seperti pada Tabel 4.2. Maka, seluruh data tersebut dapat dibentuk grafik hubungan koefisien daya terhadap tip speed ratio. Grafik ini mengunakan seluruh data asli hasil perhitungan dan tersaji seperti pada Gambar 4.2. Pada grafik terlihat bahwa hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio akan membentuk garis kurva polinomial pangkat 2 terbuka kebawah. Koefisien daya cendurung akan naik seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio hingga mencapai puncak. Selajutnya nilai koefisien daya akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio setelah melewati titik puncak.

Gambar 4.2 Grafik koefisien daya terhadap tip speed ratio pada variasi tanpa kekasaran permukaan

Tabel 4.2 Hasil kalkulasi data pengujian pada variasi tanpa kekasaran permukaan

4 0,84 95,8 10,03 0,168 76,16 1,69 0,602 2,21

5 0,84 93,3 9,77 0,168 76,16 1,64 0,586 2,16

6 0,84 92,2 9,66 0,168 76,16 1,62 0,579 2,13

7 1,24 79,6 8,34 0,248 76,16 2,07 0,500 2,71

8 1,24 76,2 7,98 0,248 76,16 1,98 0,479 2,60

9 1,24 72,2 7,56 0,248 76,16 1,88 0,454 2,46

10 1,69 68,6 7,18 0,338 76,16 2,43 0,431 3,19

11 1,69 70,6 7,39 0,338 76,16 2,50 0,444 3,28

12 1,69 66,2 6,93 0,338 76,16 2,34 0,416 3,08

13 2,04 51,5 5,39 0,408 76,16 2,20 0,324 2,89

14 2,04 50,0 5,24 0,408 76,16 2,14 0,314 2,81

15 2,04 56,6 5,93 0,408 76,16 2,42 0,356 3,18

16 2,34 41,3 4,32 0,468 76,16 2,02 0,259 2,66

17 2,34 45,0 4,71 0,468 76,16 2,21 0,283 2,90

18 2,34 48,0 5,03 0,468 76,16 2,35 0,302 3,09

19 2,59 39,0 4,08 0,518 76,16 2,12 0,245 2,78

20 2,59 39,0 4,08 0,518 76,16 2,12 0,245 2,78

21 2,59 38,5 4,03 0,518 76,16 2,09 0,242 2,74

22 2,89 31,5 3,30 0,578 76,16 1,91 0,198 2,50

23 2,89 34,0 3,56 0,578 76,16 2,06 0,214 2,70

24 2,89 34,5 3,61 0,578 76,16 2,09 0,217 2,74

25 2,99 30,0 3,14 0,598 76,16 1,88 0,188 2,47

26 2,99 30,5 3,19 0,598 76,16 1,91 0,192 2,51

27 2,99 30,0 3,14 0,598 76,16 1,88 0,188 2,47

28 3,09 30,0 3,14 0,618 76,16 1,94 0,188 2,55

29 3,09 26,0 2,72 0,618 76,16 1,68 0,163 2,21

30 3,09 25,0 2,62 0,618 76,16 1,62 0,157 2,12

Dari Gambar 4.2 kita dapat mengetahui bahwa hubungan Cpdengan λ dapat dirumuskan nilai Cp maxpada grafik adalah

0,1761

Untuk mencari titik maksimum maka

360

Meninjau dari Pers. 4.1 Cp maxpada λ = 0,360 adalah

Dari perhitungan yang menggunakan Pers. 4.1 kita dapat mengetahui bahwa nilai Cp maxsebesar 3,11% terjadi saat λ bernilai 0,360.

4.2 Hasil Penelitian Kincir Angin Savonius dengan Setengah Kekasaran Permukaan Bagian Dalam Sudu

Penelitian pada kincir angin Savonius dengan setengah kekasaran permukaan bagian dalam sudu yang telah dibuat seperti pada Gambar 3.18 a dan b. pengujian dilakukan pada Rabu, 1 Desember 2021 pukul 10.00-15.00 WIB. Data hasil pengujian pada varasi ini dicatat seperti pada Tabel 4.3.

4.2.1 Kalkulasi Data Variasi Setengah Kekasaran Permukaan Bagian Dalam Sudu

Kalkulasi data dilakukan hanya satu kali pada setiap nilai dari karakteristik kincir sebagai perwakilan dari seluruh data pada Tabel 4.3 sebagai acuan pengolahan data. Data perwakilan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah

0

data dari Tabel 4.3 nomer 6 dengan nilai gaya pengimbang torsi sebesar 0,8 N dan kecepatan rotor yang tercatat sebesar 84,8 rpm.

Tabel 4.3 Data hasil pengujian kincir angin dengan setengah kekasaran permukaan bagian dalam sudu

No

Kalkulasi diawali dengan perhitungan kecepatan sudut mengunakan Pers.

2.3. didapatkan nilai kecepatan sudut sebesar 8,88 rad/s. Selanjutya dilakukan perhitungan terhadap torsi mengunakan Pers. 2.2 untuk data nomer 6 pada Tabel 4.3. Perhitungan mengunakan nilai gaya pembebanan sebesar 0,84 N dan panjang lengan torsi sebesar 0,2 m maka dihasikan nilai torsi sebesar 0,168 Nm.

Perhitungan daya angin mengunakan Pers. 2.1 untuk data nomer 6 pada Tabel 4.3.

Perhitungan mengunakan nilai densitas angin sebesar 1,18 kg/m3, kecepatan angin sebesar 6 m/s, tinggi sudu sebesar 0,83 m, dan lebar sudu sebesar 0,72 m maka didapatkan nilai daya angin sebesar 76,16 watt. Dari nilai kecepatan sudut sebesar 8,88 rad/s dan torsi yang telah diketahui, maka dapat dihitung daya kincir dan didapatkan nilai sebesar 1,49 watt.

Setelah diketahui nilai daya angin sebesar 76,13 watt dan daya kincir sebesar 1,49 watt, maka dapat dicari nilai dari koefisien daya. Perhitungan koefisien daya menggunakan Pers. 2.5 dan didapat nilai koefisien daya sebesar 1,96%. Tip speed ratio dihitung dengan menggunakan Pers. 2.6. Perhitungan mengunakan nilai kecepatan sudut sebesar 8,88 rad/s, kecepatan angin sebesar 6 m/s, dan jari-jari kincir sebesar 0,72 m, sehingga didapatkan nilai sebesar 0,533.

Selanjutnya seluruh data diolah dengan persamaan yang ditentukan, sehingga didapatkan nilai karakteristik kincir angin dari variasi ini, nilai-nilai tersebut akan disajikan dalam Tabel 4.4.

4.2.2 Hubungan Kecepatan Rotor Terhadap Torsi Pada Variasi Setengah Kekasaran Permukaan Bagian Dalam Sudu

Setelah dilakukan kalkulasi data terhadap torsi pada seluruh data pada Tabel 4.3. Maka, data tersebut dapat dibentuk grafik hubungan kecepatan rotor terhadap Torsi, sehingga dapat diketahui karakteristik dari kincir angin variasi setengah kekasaran permukaan bagian dalam sudu. Grafik ini mengunakan seluruh data asli hasil perhitungan dan pengamatan yang tersaji pada Gambar 4.3.

Tabel 4.4 Hasil kalkulasi data pengujian pada variasi setengah kekasaran permukaan bagian dalam sudu

No

4 0,84 85,5 8,95 0,168 76,16 1,50 0,537 1,98

5 0,84 85,7 8,97 0,168 76,16 1,51 0,538 1,98

6 0,84 84,8 8,88 0,168 76,16 1,49 0,533 1,96

7 1,39 63,7 6,67 0,278 76,16 1,85 0,400 2,43

8 1,39 65,9 6,90 0,278 76,16 1,92 0,414 2,52

9 1,39 65,5 6,86 0,278 76,16 1,91 0,412 2,50

10 1,74 54,0 5,65 0,348 76,16 1,97 0,339 2,58

11 1,74 53,0 5,55 0,348 76,16 1,93 0,333 2,54

12 1,74 55,0 5,76 0,348 76,16 2,00 0,346 2,63

13 1,99 44,0 4,61 0,398 76,16 1,83 0,276 2,41

14 1,99 48,0 5,03 0,398 76,16 2,00 0,302 2,63

15 1,99 50,0 5,24 0,398 76,16 2,08 0,314 2,74

16 2,34 39,5 4,14 0,468 76,16 1,94 0,248 2,54

17 2,34 37,0 3,87 0,468 76,16 1,81 0,232 2,38

18 2,34 39,0 4,08 0,468 76,16 1,91 0,245 2,51

19 2,49 34,5 3,61 0,498 76,16 1,80 0,217 2,36

20 2,49 34,5 3,61 0,498 76,16 1,80 0,217 2,36

21 2,49 33,5 3,51 0,498 76,16 1,75 0,210 2,29

22 2,74 31,0 3,25 0,548 76,16 1,78 0,195 2,34

23 2,74 28,5 2,98 0,548 76,16 1,64 0,179 2,15

24 2,74 30,3 3,17 0,548 76,16 1,74 0,190 2,28

25 3,09 25,0 2,62 0,618 76,16 1,62 0,157 2,12

26 3,09 26,5 2,78 0,618 76,16 1,71 0,167 2,25

27 3,09 24,7 2,59 0,618 76,16 1,60 0,155 2,10

28 3,29 20,5 2,15 0,658 76,16 1,41 0,129 1,85

Gambar 4.3 Grafik hubungan kecepatan rotor terhadap torsi pada variasi setengah kekasaran permukaan bagian dalam sudu

Dari grafik dapat kita ketahui bahwa nilai kecepatan rotor awal cenderung lebih kecil dari variasi sebelumnya dan mengalami penurunan secara linier seiring dengan bertambahnya nilai torsi yang dihasilkan turbin.

4.2.3 Hubungan Koefisien Daya Terhadap Tip Speed Ratio Pada Variasi Setengah Kekasaran Permukaan Bagian Dalam Sudu

Kalkulasi dilakukan hingga mendapatkan nilai koefisien daya dan tip speed ratio pada seluruh data seperti pada Tabel 4.4. Selanjutnya, seluruh data tersebut dapat dibentuk grafik hubungan koefisien daya terhadap tip speed ratio. Pada grafik terlihat bahwa hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio akan membentuk garis kurva polinomial pangkat 2 terbuka kebawah. Koefisien daya cendurung akan naik seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio hingga mencapai puncak. Selajutnya nilai koefisien daya akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio setelah melewati titik puncak.

Namun, nilai dari koefisien daya dan tip speed ratio yang dihasilkan dari kincir dengan variasi ini cenderung lebih rendah dari variasi tanpa kekasaran seperti yang dapat terlihat pada Gambar 4.4.

0 4.4 Grafik koefisien daya terhadap tip speed ratio pada variasi setengah

kekasaran permukaan sudu bagian dalam

Dari Gambar 4.4 kita dapat mengetahui bahwa hubungan Cpdengan λ dapat dirumuskan nilai Cp maxpada grafik adalah

0,3514

Untuk mencari titik maksimum maka

327

Meninjau dari Pers. 4.1 Cp maxpada λ = 0,327 adalah

Dari perhitungan yang menggunakan Pers. 4.1 kita dapat mengetahui bahwa nilai Cp max sebesar 2,66% terjadi saat λ bernilai 0,327. Cp max pada variasi ini

4.3 Hasil Penelitian Kincir Angin Savonius dengan Kekasaran Penuh Pada Permukaan Bagian Dalam Sudu.

Penelitian pada kincir angin Savonius dengan penuh kekasaran permukaan bagian dalam sudu yang telah dibuat seperti pada Gambar 3.19 a dan b. pengujian dilakukan pada Kamis, 2 Desember 2021 pukul 11.00-15.00 WIB. Data hasil pengujian pada varasi ini dicatat seperti pada Tabel 4.5.

4.3.1 Kalkulasi Data Variasi Kekasaran Permukaan Penuh

Kalkulasi data dilakukan hanya satu kali sebagai perwakilan dari seluruh data pada Tabel 4.5 sebagai acuan pengolahan data. Data perwakilan yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data dari Tabel 4.5 nomer 9 dengan nilai gaya pengimbang torsi sebesar 1,24 N dan kecepatan rotor yang terbaca pada tachometer sebesar 63,8 rpm.

Tabel 4.5 Data hasil pengujian kincir angin dengan penuh kekasaran permukaan bagian dalam sudu

Kalkulasi diawali dengan perhitungan kecepatan sudut mengunakan Pers.

2.3. didpatkan nilai kecepatan sudut sebesar 6,68 rad/s. Selanjutya dilakukan perhitungan terhadap torsi mengunakan Pers. 2.2 untuk data nomer 9 pada Tabel 4.5. Perhitungan mengunakan nilai gaya pembebanan sebesar 1,24 N dan panjang lengan torsi sebesar 0,2 m. dari hasil perhitungan didapatkan nilai torsi sebesar 0,248 Nm. Perhitungan daya angin mengunakan Pers. 2.1 untuk data nomer 6 pada Tabel 4.1. Perhitungan mengunakan nilai densitas angin, kecepatan angin, tinggi sudu, dan lebar sudu yang sama sepeti perhitungan pada variasi sebelumnya.

Didapatkan nilai daya angin sebesar 76,16 watt. Dari nilai kecepatan sudut sebesar 9,66 rad/s dan torsi sebesar 0,248 Nm yang telah diketahui, maka dapat dihitung daya kincir. Perhitungan mengunakan Pers. 2.4 dan diketahui daya kincir sebesar 1,66 watt.

Setelah diketahui nilai daya angin sebesar 79,13 watt dan daya kincir sebesar 1,66 watt, maka dapat dicari nilai dari koefisien daya. Perhitungan koefisien daya menggunakan Pers. 2.5 dan di dapatkan nilai koefisien daya sebesar 2,18 %. Tip speed ratio dihitung dengan menggunakan Pers. 2.6.

Perhitungan mengunakan nilai kecepatan sudut sebesar 6,68 rad/s, kecepatan angin sebesar 6 m/s, dan jari-jari kincir sebesar 0,72 m, maka didapatkan nilai tip speed ratio sebesar 0,401.

Seluruh kalkulasi data akan digunakan untuk mengetahui karakteristik dari kincir angin variasi kekasaran permukaan penuh. Selanjutnya, seluruh data pada Tabel 4.5 diolah dengan persamaan dan langkah perhitungan yang sama. Setelah seluruh data diolah dan didapatkan nilai karakteristiknya, Nilai-nilai tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 4.6.

4.3.2 Hubungan Kecepatan Rotor Terhadap Torsi Pada Variasi Kekasaran Penuh Pada Permukaan Bagian Dalam Sudu.

Setelah dilakukan kalkulasi data terhadap torsi pada seluruh data pada

variasi kekasaran penuh pada permukaan bagian dalam sudu. Grafik ini mengunakan seluruh data asli yang tersaji pada Gambar 4.3.

Dari grafik pada Gambar 4.3 dapat kita ketahui bahwa nilai kecepatan rotor akan mengalami penurunan secara linier seiring dengan bertambahnya pembebanan yang diberikan pada kincir dan nilai torsi yang dihasilkan. Nilai seluruh data kecepatan rotor juga lebih kecil pada nilai torsi yang sama, bila dibandingkan dengan data pada variasi setengah kekasaran permukaan.

Gambar 4.5 Grafik hubungan kecepatan rotor terhadap torsi pada variasi kekasaran penuh pada permukaan sudu bagian dalam

4.3.3 Hubungan Koefisien Daya Terhadap Tip Speed Ratio Pada Variasi Kekasaran Penuh Pada Permukaan Bagian Dalam Sudu.

Seluruh data hasil perhitungan akan dibentuk grafik hubungan koefisien daya terhadap tip speed ratio seperti yang dapat dilihat pada Gambar 4.6. Pada grafik terlihat bahwa hubungan antara koefisien daya dan tip speed ratio akan membentuk garis kurva polinomial pangkat 2 terbuka kebawah. Koefisien daya cendurung akan naik seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio hingga mencapai puncak. Selajutnya nilai koefisien daya akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio setelah melewati titik puncak.

Namun, nilai seluruh data koefisien daya dan tip speed ratio yang dihasilkan dari

kincir dengan variasi ini cenderung sedikit lebih rendah dari variasi dengan setengah kekasaran permukaan.

Tabel 4.6 Hasil kalkulasi data pengujian pada variasi kekasaran permukaan penuh pada permukaan bagian dalam sudu

No

4 0,84 75,8 7,94 0,168 76,16 1,33 0,476 1,75

5 0,84 74,7 7,82 0,168 76,16 1,31 0,469 1,73

6 0,84 74,9 7,84 0,168 76,16 1,32 0,471 1,73

7 1,24 61,6 6,45 0,248 76,16 1,60 0,387 2,10

8 1,24 62,4 6,53 0,248 76,16 1,62 0,392 2,13

9 1,24 63,8 6,68 0,248 76,16 1,66 0,401 2,18

10 1,64 54,2 5,68 0,328 76,16 1,86 0,341 2,44

11 1,64 54,6 5,72 0,328 76,16 1,88 0,343 2,46

12 1,64 54,8 5,74 0,328 76,16 1,88 0,344 2,47

13 1,99 39,5 4,14 0,398 76,16 1,65 0,248 2,16

14 1,99 40,5 4,24 0,398 76,16 1,69 0,254 2,22

15 1,99 38,5 4,03 0,398 76,16 1,60 0,242 2,11

16 2,29 31,5 3,30 0,458 76,16 1,51 0,198 1,98

17 2,29 31,0 3,25 0,458 76,16 1,49 0,195 1,95

18 2,29 33,5 3,51 0,458 76,16 1,61 0,210 2,11

19 2,54 25,5 2,67 0,508 76,16 1,36 0,160 1,78

20 2,54 23,5 2,46 0,508 76,16 1,25 0,148 1,64

21 2,54 27,0 2,83 0,508 76,16 1,44 0,170 1,89

22 2,84 20,5 2,15 0,568 76,16 1,22 0,129 1,60

23 2,84 20,0 2,09 0,568 76,16 1,19 0,126 1,56

24 2,84 21,0 2,20 0,568 76,16 1,25 0,132 1,64

0

Gambar 4. 6 Grafik koefisien daya terhadap tip speed ratio variasi kekasaran penuh pada permukaan sudu bagian dalam

Dari Gambar 4.4 kita dapat mengetahui bahwa hubungan Cpdengan λ dapat dirumuskan nilai Cp maxpada grafik adalah

0,2414

Untuk mencari titik maksimum maka

317

Meninjau dari Pers. 4.1 Cp maxpada λ = 0,326 adalah

Dari perhitungan yang menggunakan Pers. 4.1 kita dapat mengetahui bahwa nilai Cp maxsebesar 2,31% terjadi saat λ bernilai 0,317. pada variasi ini Cp maxdan λ mempunyai nilai yang lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil perhitungan pada kincir angin dengan kekasaran penuh pada permukaan bagian dalam sudu.

4.4 Pengaruh Variasi Kekasaran Permukaan Terhadap Kecepatan Rotor dan Torsi

Pada seluruh data hasil pengamatan baik tanpa pembebanan maupun dengan pembebanan menunjukan bahwa, nilai kecepatan rotor yang dihasilkan oleh kincir angin tanpa kekasaran permukaan memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua variasi lainnya. Kecepatan putaran rotor akan semakin melambat seiring dengan bertambahnya nilai torsi yang dihasilkan akibat adanya perlakuan pembebanan. Sudu kincir tanpa kekasaran permukaan mampu menerima torsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan setengah dan penuh kekasaran permukaan seperti pada Gambar 4.7.

Kecepatan rotor tercepat saat kincir tanpa mengalami pembebanan adalah pada variasi tanpa kekasaran permukaan sebesar 116,4 rpm, disusul dengan variasi setengah kekasaran permukaan sebesar 109,5 rpm, dan yang terakhir adalah kekasaran permukaan penuh sebesar 105,0 rpm seperti pada Gambar 4.8.

Gambar 4.7 Grafik hubungan kecepatan rotor dan torsi setiap variasi kekasaran

Gambar 4.8 Diagram kecepatan rotor tanpa beban pada setiap variasi kekasaran permukaan dengan kecepatan angin 6 m/s

4.5 Pengaruh Variasi Kekasaran Permukaan Terhadap Koefisien Daya dan Tip Speed Ratio

Besar persentase koefisien daya yang dihasilkan oleh tiga variasi dari kekasaran kincir angin cenderung akan membentuk garis kurva polinomial pangkat 2 terbuka kebawah. Koefisien daya cendurung akan naik seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio hingga mencapai puncak. Selajutnya nilai koefisien daya akan mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya nilai tip speed ratio setelah melewati titik puncak. Keseluruhan data nilai koefisien daya tertinggi dihasilkan oleh variasi tanpa kekasaran permukaan.

Karakteristik kincir angin dengan menerapkan tiga variasi kekasaran permukaan memiliki koefisien daya maksimum Cp max(%) dan tip speed ratio λ yang bervariasi seperti pada Gambar 4.9. Dari grafik dapat diketahui bahwa koefisien daya maksimum pada variasi tanpa kekasaran permukaan memiliki nilai Cp maxsebesar 3,11% saat nilai λ sebesar 0,360, pada variasi setengah kekasaran permukaan memiliki nilai Cp max sebesar 2,66% saat nilai λ sebesar 0,327, pada variasi kekasaran permukaan penuh memiliki nilai Cp maxsebesar 2,31% saat nilai λsebesar 0,317 seperti pada Gambar 4.9 dan 4.10.

Gambar 4.9 Diagram koefisien daya maksimum seluruh variasi kekasaran permukaan dengan kecepatan angin 6 m/s

Gambar 4.10Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio seluruh

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisa dari data, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik rotor kincir angin tanpa kekasaran permukaan menghasilkan kecepatan rotor tertinggi sebesar 116,4 rpm, rotor dengan separuh kekasaran permukaan sebesar 109,5 rpm, rotor dengan kekasaran permukaan penuh sebesar 105,0 rpm.

2. Karakteristik rotor kincir angin tanpa kekasaran permukaan menghasilkan (Cp max) tertinggi sebesar 3,11% saat nilai λ sebesar 0,360, pada variasi setengah kekasaran permukaan memiliki nilai Cp maxsebesar 2,66% saat nilai λ sebesar 0,327, pada variasi kekasaran permukaan penuh memiliki nilai Cp maxsebesar 2,31% saat nilai λ sebesar 0,317.

3. Unjuk kerja kincir angin terbaik secara keseluruhan dipegang oleh model kincir dengan variasi tanpa kekasaran permukaan. Pemberian kekasaran permukaan akan menurunkan unjuk kerja dari kincir angin karena memiliki sifat sebagai penghambat aliran angin.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian, terdapat beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Untuk mendapatkan hasil pengukuran pembebanan dan kecepatan rotor yang akurat diperlukan waktu beberapa menit pasca pembebanan hingga putaran kincir menjadi lebih konstan.

2. Diperlukan penelitian dengan memodifikasi kontur kekasaran permukaan guna menegtahui pengaruh dari variasi bentuk kontur kekasaran permukaan bagian dalam sudu.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, I. dkk. (2016). Kajian Potensi Energi Angin di Daerah Kawasan Pesisir Pantai Serdang Bedagai Untuk Menghasilkan Energi Listrik.

Jurnal Ilmiah Mekanik Teknik Mesin ITM. vol 2.

Anonim. 2015. Jenis Turbin Angin. Diakses pada 5 Mei 2021, dari http://termodinamikarini.blogspot.com/2015/05/jenis-jenis-turbin-angin.h tml.

Budi Sugiharto.(2010). Karakteristik Kekasaran Permukaan Sudu Kincir Angin Savonius. Mekanika, Volume 8 no. 2.

Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu.

Yogyakarta : Balai PPTAGG – UPT LAGG.

Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementrian ESDM (Ditjen EBTKE). 2018. Potensi Energi Baru dan Energi Terbarukan dalam Indonesia Outlook Energi 2018. Jakarta : Dewan Energi Nasional.

Islam, M. Ting, D. S. K. & Fartaj, A. 2018. Wind Power Plants: Fundamentals, Design, Construction and Operation. James and James, London and Solarpraxis, Berlin.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI. 2008. Prospek Pengembangan Energi Listrik Tenaga Angin di Indonesia. Jakarta:

Kementerian ESDM.

Pemerintah Pusat. 2021. Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2020 (Audited). Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia.

M.Ragheb., & Ragheb, A. M. (2011). Fundamental and Advanced Topics in Wind Power. Fundamental and Advanced Topics in Wind Power. Vol 1.

Sekretariat Jendral Dewan Energi Nasional (DEN). 2019. Outlook Energi Indonesia (EOI). Jakarta : Sekeretariat Jendral DEN.

https://prd1stei15.wordpress.com/2015/10/14/inovasi-kincir-angin-untuk-plta-pembangkit-listrik-tenaga-angin/.

Yohanes Wahyu. 2017. “Karakteristik Turbin Angin Savonius Temodifikasi Empat Sudu dengan Lima Variasi Sudu Pitch Turbin”. Skripsi.

Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

LAMPIRAN

A. Desain Komponen Kincir

Gambar A.1 Gambar teknik sudu kincir

Gambar A.2 Gambar teknik housing kincir

Gambar A.3 Gambar 3D kincir

Dokumen terkait