• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan didapatkan dari pembuatan tugas akhir ini adalah:

1. Bagi Peneliti

a. Mampu membuat kincir angin Savonius delapan tingkat tipe-U yang digunakan dalam penelitian.

b. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku perkuliahan khususnya yang berkaitan dengan perancangan kincir angin.

c. Sebagai pedoman untuk berinovasi pada pengembangan energi terbarukan khususnya pada pembangkit listrik tenaga angin.

2. Bagi Masyarakat

a. Menginformasi dan mengedukasi masyarakat, terutama pada daerah yang memerlukan pemberdayaan teknologi tepat guna terutama pada bidang energi terbarukan.

b. Memanfaatkan energi terbarukan agar dapat mewujudkan penggunaan energi yang lebih bersih bagi lingkungan hidup dan mengurangi beban anggaran negara.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

a. Menjadi referensi ilmu dalam pengembangan kincir angin Savonius bagi perpustakaan khususnya yang berhubungan dengan kincir angin Savonius.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Angin

Energi adalah kemampuan yang dimiliki suatu benda sehingga dapat melakukan kerja. Terdapat dua jenis energi yang diketahui manusia saat ini yaitu energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) dan energi yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable energy). Energi terbarukan sendiri terbagi menjadi beberapa macam yaitu; energi air, angin, surya, panas bumi, biogas, bio masa, serta tidal. Sementara energi yang tidak dapat diperbaharui biasanya terdapat pada energi fosil seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam.

Energi angin terjadi karena adanya pergerakan udara akibat rotasi bumi serta adanya perbedaan tekanan antara suatu tempat dengan tempat yang lain.

Perbedaan tekanan udara tersebut terjadi karena udara menerima energi panas dari radiasi sinar matahari sehingga suhu udara meningkat. Peningkatan suhu udara akan menyebabkan massa jenis udara menjadi ringan dan tekanan udara menjadi lebih rendah. Sementara udara yang tidak terkena radiasi sinar matahari, massa jenis udaranya menjadi lebih berat dan tekanannya akan menjadi lebih tinggi. Saat terjadi perbedaan tekanan, udara akan bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi menuju wilayah yang memiliki tekanan udara lebih rendah. Udara yang bergerak inilah yang kita kenal dengan sebutan angin. Angin memiliki banyak manfaat bagi kehidupan bila energinya dimanfaatkan dengan baik oleh manusia.

2.2 Kincir Angin

Kincir angin merupakan alat yang dibuat guna memanfaatkan energi angin yang tersedia di alam. Alat ini bekerja dengan memanfaatkan kecepatan angin untuk memutar sudu. Putaran sudu ini akan diteruskan menjadi putaran poros, nantinya energi mekanik dari putaran poros dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas manusia. Pada awalnya kincir angin banyak digunakan di wilayah Eropa digunakan untuk irigasi, menumbuk hasil pertanian dan menggiling gandum.

Seiring dengan berjalanya waktu kincir angin lebih banyak digunakan untuk mengkonversi energi angin menjadi energi listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan memasangkan generator sebagai pembangkit daya. Kincir angin yang mengubah energi angin menjadi listrik saat ini lebih sering kita kenal dengan sebutan turbin angin.

Kincir angin tebagi menjadi dua jenis berdasarkan posisi porosnya yaitu kincir angin sumbu horizontal dan kincir angin sumbu vertikal. Masing-masing jenis kincir angin ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda saat memanen energi angin pada kecepatan angin dan kondisi daerah tertentu. Dalam memanen energi angin diperlukan kincir angin yang tepat guna dengan kondisi dan kecepatan angin pada daerah instalasi.

2.2.1 Kincir Angin Sumbu Vertikal

Kincir angin ini memiliki sumbu rotor yang disusun secara vertikal. Kincir angin mampu menerima angin dari berbagai arah, sehingga kincir angin ini mampu diinstalasi pada daerah yang memiliki kondisi arah angin bervariasi.

Karena dapat menirima angin dari segala arah kincir ini tidak harus diarahkan pada arah angin tertentu untuk mendapat kerja maksimal. Pada kincir ini generator dan gearbox dapat diletakan didekat permukaan tanah, sehingga tidak dibutuhkan menara saat instalasinya dan membuat perawatan kincir ini menjadi lebih mudah. Biaya pembangunan dan perawatan kincir ini juga cenderung lebih murah karena instalasi dan perawatanya tidak memerlukan banyak peralatan pendukung layaknya kincir angin sumbu horizontal.

Pada awalnya putaran rotor kincir ini hanya memanfaatkan efek magnus yang terjadi akibat adanya selisih gaya drag (gaya yang mendorong pergerakan sebuah benda padat melalui fluida (zat cair atau gas) )pada kedua sisi rotor atau sudu sehingga menghasilkan momen gaya terhadap sumbu putar rotor. Terdapat tiga macam bentuk rotor pada kincir angin ini yaitu Savonius, Darrieus, dan

A. Kincir Angin Savonius

Kincir angin tipe ini pertama kali diciptakan oleh insinyur Finlandia SJ Savonius pada tahun 1929, dan diaplikasikan pada tahun 1931 yang dikenal dengan S-rotor. Kincir ini awalnya di desain dengan memasangkan dua bagian lempengan silinder untuk memasangkan dua potongan setengah silinder yang di posisikan seperti huruf S sebagai sudu. Sudu diposisikan pada sumbu rotor vertikal yang tegak lurus terhadap arah angin. Kincir ini memiliki kerja seperti anemometer cangkir yang bekerja berbasis gaya drag. Kincir angin ini mempunyai kemampuan untuk memutar sudu sendiri dan bekerja pada kecepatan angin yang rendah (Islam, 2018).

Gambar 2.1 Kincir angin Savonius (Abdullah, dkk, 2016)

B. Kincir Angin Darrieus

Kincir angin ini ditemukan oleh Goerge Jeans Maria Darrieus seorang insinyur asal Prancis pada tahun 1931. Pada awalnya Darrieus membuat dua bentuk kincir yaitu Eggbeater/curved bladed dan Straight-Bladed. Kincir angin ini memiliki sudu yang diposisikan simetri dengan poros. Posisi ini membuat kincir cukup efektif dalam menangkap angin dari berbagai arah. Kincir ini memanfaatkan gaya lift yang terjadi ketika angin berhembus untuk menggerakan sudu. Sudu kincir ini akan bergerak mengitari sumbu.

Gambar 2.2 Kincir angin Darrieus

(Sumber :https://prd1stei15.wordpress.comdiakses pada 17 Agustus 2021)

C. Kincir Angin H-Rotor

Kincir angin ini ditemukan pada tahun 1970 di Inggris melalui penelitian para ahli. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa mekanisme yang yang digunakan pada Straight-Bladed-Darrieus menyebutkan bahwa, sudu tersebut memicu efek hambatan karena membatasi kecepatan aliran angin. Maka dibuatlah kincir angin H-rotor yang dapat mengatur intensitas kecepatan angin untuk mencapai kecepatan putar rotor optimalnya.

2.2.2 Kincir Angin Sumbu Horizontal

Kincir angin ini memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara. Komponen utama kincir angin horizontal terdiri dari sudu, ekor, tiang penyangga, dan alternator. Secara garis besar kincir angin ini dibagi berdarsarkan letak rotor terhadap arah angin yaitu upwind dan downwind. Jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah angin datang. Sedangkan jenis downwind memiliki rotor yang membelakangi arah angin datang. Energi angin yang ditangkap oleh sudu kincir angin horizontal menghasilkan putaran yang rendah.

Oleh karena itu sebagian besar kincir angin menggunakan sistem transmisi untuk mengubah putaran rendah menjadi lebih cepat untuk memutar generator. Ada berbagai macam bentuk dari kincir angin ini seperti yang terdapat pada gambar berikut :

Gambar 2.4 Kincir angin sumbu horizontal (Daryanto, 2007)

Unconfined Vortex

Pin

2.3 Persamaan Dalam Perhitungan

Persamaan yang dipakai dalam penelitian berdasarkan skema perhitungan yang akan diambil dari sistem kincir angin ini. Skema tersebut ditunjukan pada gambar berikut :

Gambar 2.5 Skema perhitungan

2.3.1 Daya Angin

Daya angin ( ) disebabkan oleh aliran angin yang berhembus. Daya dipengaruhi oleh massa jenis udara, luasan sudu terkena angin dan kecepatan angin.

2 3

1 Av

Pin   (2.1)

dengan :

ρ = Massa jenis udara (kg/m3) A = Luas sudu terkena angin (m2) v = Kecepatan angin (m/s)

2.3.2 Torsi

Torsi (T) adalah hasil kali gaya pembebanan dan panjang lengan torsi.

Fl

T 

(2.2)

dengan :

P

in Kincir angin 8

tingkat tipe-U

P

out

Cpdan λ

2.3.3 Kecepatan Sudut

Kecepatan sudut (ω) adalah kecepatan ujung sudu terhadap satu kali rotasi poros setiap detik.

60 2 n

(2.3)

dengan :

n = Kecepatan rotor (rpm)

2.3.4 Daya Kincir

Daya yang dihasilkan kincir ( ) adalah daya dihasilkan kincir akibat adanya angin yang melintasi sudu.

T

P

out

(2.4)

dengan :

T = Torsi (Nm)

ω = Kecepatan sudut (rad/s)

2.3.5 Koefisien Daya

Koefisien daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh kincir angin dengan daya yang disediakan oleh angin

%

= Daya angin (watt)

= Daya kincir (watt)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Albert Betz, Cpmaksimal yang dapat dicapai dari berbagai tipe kincir angin adalah 59%. Hasil penelitiannya lalu dituangkan dalam bentuk grafik Betz limit. Berikut adalah grafik betz limit :

Pout

Pout

Pin

Gambar 2.6 Grafik karakteristik berbagai macam kincir angin (Ragheb, 2011) 2.3.6 Tip Speed Ratio

Tip Speed Ratio (λ) adalah perbandingan antara kecepatan pada ujung sudu kincir angin dengan kecepatan angin.

v

r

 

(2.6)

dengan :

ω = Kecepatan sudut (rad/s) r = Jari-jari sudu (m) v = Kecepatan angin (m/s)

2.4 Tinjauan Pustaka

Pada penelitian bapak Budi Sugiharto (2010), dilakukan variasi kekasaran permukaan sudu. Variasi kekasaran sudu ini diakukan dengan memasangkan material kekasaran pada bagian luar, dalam serta luar-dalam sudu. Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa nilai daya keluaran terbesar diperoleh dari kincir tanpa pemasangan material kekasaran. Sementara itu, semakin banyak luasan sudu kincir yang diberikan kekasaran permukaan maka akan semakin kecil nilai Cpdan λ yang dihasilkan oleh rotor. Hal ini juga menunjukan bahwa pemasangan sirip akan menghambat laju dari aliran udara dan mengurangi kecepatan putar pada rotor.

Pada penelitian oleh Yohanes Wahyu (2017), dilakukan analisis unjuk kerja pada kincir angin dengan pengambilan data mengunakan variasi pembebanan.

Variasi pembebanan ini dilakukan dengan metode pengereman kincir. Pada penelitian ini diketahui bahwa semakin kincir direm maka akan semakin besar juga nilai pembebanan yang diberikan. Semakin besar nilai pembebanan maka akan dihasilkan torsi yang dihasilkan. Namun, pembebanan juga akan memperkecil nilai dari Cp dan λ pada kincir yang di uji. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa variasi pembebanan akan membentuk grafik kurva polinomial yang naik hingga titik maksimal, lalu turun setelah mencapai titik tertingginya.

Grafik ini terjadi pada grafik hubungan Cpterhadap λ. Sementara itu, pada grafik kecepatan rotor terhadap torsi akan cendrung membentuk garis linear ke bawah.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian

Dalam penelitian kincir angin ini dibuat diagram alur penelitian untuk memperjelas kerangka berpikir yang akan peneliti lakukan dalam menentukan langkah penelitian ini seperti pada Gambar 3.1.

Mulai

Perancangan kincir angin Savonius 8 tingkat tipe-U dan pemilihan material

Pembuatan kincir angin sumbu vertikal Savonius delapan tingkat dan material variasi kekasaran permukaan

Studi literatur dan studi pustaka

X

Perlakuan variasi tanpa kekasaran permukaan, separuh kekasaran permukaan, dan kekasaran penuh pada

permukaan sudu bagian dalam

Gambar 3.1. Diagram alur penelitian (lanjutan) X

Pengambilan data dan pengujian masing-masing variasi dengan kecepatan angin 6 m/s dan variasi pembebanan

Pengolahan data dengan menghitung Pin, Pout, T Cp, dan λ

Apakah data sesuai ?

Tidak

Ya

Analisis dan pembahasan

Kesimpulan

Selesai

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Tachometer

Tachometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan putaran rotor saat pengujian turbin. Tachometer yang digunakan adalah jenis Tachometer digital dengan pembacaan kecepatan rotor dalam satuan rpm (revolution per minute) seperti pada Gambar 3.2. Tachometer bekerja dengan memantulkan sinar Inframerah pada poros kincir yang beputar. Kecepatan rotor akan terbaca bila poros yang telah diberi strip silver berputar dan memantulkan kembali cahaya inframerah kearah datangnya cahaya tachometer. Setelah beberapa saat kecepatan rotor akan terlihat di layar tachometer.

Gambar 3.2 Tachometer digital BENETECH-GM8905 3.2.2 Anemometer

Anemometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin yang dihasilkan oleh blower. Anemometer yang digunakan adalah jenis anemometer digital seperti pada Gambar 3.3. Anemometer ini bekerja dengan menerima angin pada jarak 2.7 m dari blower. Setelah beberapa saat kecepatan

Gambar 3.3 Anemometer digital SANFIX-GM816A 3.2.3 Neraca Pegas

Neraca Pegas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur gaya pembebanan dari sistem pengereman kincir sperti pada Gambar 3.4. Neraca pegas dihubungkan dengan lengan torsi yang ada pada sistem pengereman dengan mengunakan benang yang diikat pada bagian atas neraca. Sementara itu bagian kait bawah neraca (pegas) akan dihubungkan pada rangka kincir dengan mengunakan benang. Benang pada bagian kail bawah neraca ini akan ditarik dan disesuaikan dengan variasi pembebanan dari sistem pengereman hingga lengan torsi tepat pada titik acuan tegak lurus. Sehingga akan diperoleh data gaya pembebanan sesuai dengan gaya yang yang diberikan pada sistem pengereman.

Gambar 3.4 Neraca pegas

3.2.4 Sistem Pengereman

Sistem pengereman merupakan alat yang digunakan untuk memberi beban pada kincir saat berputar dengan metode pengereman roda logam mengunakan dua kain yang dijepit seperti pada Gambar 3.5. Kain ini berfungsi seperti kampas rem dan roda logam berfungsi seperti piringan cakram. Pengoprasian alat ini dilakukan secara manual dengan cara menambah karet untuk menjepit dua tangkai pengereman. Sehingga kain didalam sistem akan menjepit piringan yang membuat putaran kincir menjadi lebih lambat.

Gambar 3.5 Sistem Pengereman 3.2.5 Blower

Blower merupakan alat yang digunakan untuk memberikan angin dengan kecepatan konstan bagi turbin. Alat ini memiliki baling-baling dengan diameter sebesar 1,5 m seperti pada Gambar 3.6. Kecepatan angin yang dihasilkan oleh blower diatur sehingga didapatkan kecepatan angin rata-rata sebesar 6 m/s.

Roda logam Bearing

Poros

Tangkai pengereman

Kain

3.2.6 Rangka Kincir

Rangka kincir merupakan alat yang digunakan untuk memasangkan kincir pada jarak 2,7 m dari blower. Rangka kincir memiliki material besi L yang disusun sehingga membentuk rangka yang nantinya dapat digunakan untuk memasangkan turbin. Rangka kincir memiliki tinggi total rangka sebesar 1,76 m, lebar total rangka sebesar 1 m, lebar dalam rangka sebesar 0,9 m, dan 1,12 m untuk tinggi dalam rangka seperti pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Rangka kincir 3.2.7 KincirAngin

Kincir angin dalam pengjian ini adalah kincir angin Savonius 8 tingkat tipe-U dengan beda sudut tiap tingkat sebesar 20˚. Dalam penelitian menggunakan tiga variasi kekasaran permukan untuk mengetahui unjuk kerja paling optimal pada masing-masing variasi kekasaran yang diberikan pada sudu turbin. Berikut adalah komponen dalam kincir angin:

A. Sudu kincir

Sudu kincir berfungsi untuk menangkap angin yang nantinya akan memutar turbin. Sudu didesain memiliki dua sudu pada setiap tingkatnya. Pada penelitian ini sudu dibuat dengan materian kertas karton padi dengan ketebalan 3 mm yang

dilem dengan menggunakan lem korea dan dikeraskan mengunakan cat besi &

kayu berwarna biru muda. Berikut adalah gambar dari sudu yang dibuat:

Gambar 3.8 Gambar dua dimensi sudu dengan satuan cm

Gambar 3.9 Sudu siap pakai B. Housing

Housing berfungsi untuk menghubungkan sudu dengan poros dan dudukan

dipasang dengan menggunakan baut, cincin, dan mur seperti pada Gambar 3.10 dan 3.11.

Gambar 3.10 Gambar dua dimensi housing dengan satuan cm

Gambar 3.11 Housing siap pakai beserta dengan baut dan mur

C. Poros turbin

Poros kincir berfungsi untuk meneruskan putaran kincir ke sistem pengereman. Poros terbuat dari material besi pipa dengan diameter dalam sebesar 3/4 inch, ketebalan 1,8 mm, dan panjang 1,25 m seperti pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Poros kincir D. Bearing

Bearing berfungsi untuk mengurangi gesekan dari putaran poros. Bearing juga digunakan untuk memasangkan kincir pada rangka turbin. Berikut adalah gambar dari Bearing yang digunakan:

Gambar 3.13 Bearing FBJ-F205 E. Lapisan kekasaran

Lapisan kekasaran ini dibuat dengan mengklupas sisi rata dari kardus untuk mendapatkan sisi alur kekasaran dari bagian dalam kardus. Ukuran lapisan kekasaran adalah 10 x 32,2 cm2 dengan jarak antar puncak kurva kekasaran adalah 0,4 mm dan kedalaman dari puncak sebesar 0,8 mm. Satu lapisan

Gambar 3.14 Tampak atas lapisan kekasaran

Gambar 3.15 Tampak samping lapisan kekasaran 3.3 Skema Pengujian

Pengujian diawali dengan merangkai sudu kincir menjadi delapan tingkat dengan beda sudut tiap tingkat sebesar 20˚. Setelah itu, kincir dipasang ke rangka kincir dan dilanjutkan dengan pemasangan sistem pengereman. Selanjutnya neraca pegas dihubungkan pada lengan torsi dengan menggunakan benang.

Setelah semua terpasang, rangka kincir akan diposisikan seperti gambar berikut:

Gambar 3.16 Skema pengujian kincir angin

Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Konversi Energi guna menghindari aliran angin diluar ruangan saat pengujian. Angin yang digunakan pada pengujian bersumber dari blower. rangka kincir diletakan dengan acuan poros kincir sejauh 2,7 m dari blower. Blower diatur hingga menghasilkan kecepatan angin rata-rata sebesar 6 m/s yang terukur oleh anemometer.

Selanjutnya mekanisme pembebanan dilakukan dengan menjepit tuas pengereman 0.8 mm

0.4 mm

dengan karet. Penambahan karet dilakukan secara bertahap hingga kincir berhenti berputar. Ketika dilakukan pembebanan, lengan torsi akan bergeser dan menarik benang pada neraca pegas, lalu akan terbaca beban yang dihasilkan dari pengereman. Data kecepatan rotor dan jumlah pembebanan dicatat dari keadaan tanpa pembebanan hingga putaran rotor terakhir sebelum berhenti. Sebelum kincir berputar, poros ditempelkan stiker silver yang bertujuan untuk memudahkan pembacaan kecepatan rotor dengan menggunakan tachometer.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah tiga variasi dari kekasaran permukaan. Variasi ini dilakukan dengan menempelkan lapisan kekasaran pada bagian dalam sudu. Penempelan lapisan kekasaran dilakukan dengan menggunakan double side tape. Pada variasi pertama, analisis unjuk kerja kincir dilakukan tanpa menempelkan lapisan kekasaran pada sudu. Pada variasi kedua, analisis unjuk kerja kincir dilakukan dengan menempelkan satu lapisan kekasaran pada setengah bagian dalam sudu terluar. Pada variasi ketiga, analisis unjuk kerja kincir dilakukan dengan menempelkan dua lapisan kekasaran pada bagian dalam sudu, hingga seluruh permukaan dalam sudu tertutup sempurna. Gambaran dari variasi yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.17 a dan b, 3.18 a dan b, serta 3.19 a dan b.

(b) (a)

Gambar 3.18 Foto (a) sudu dan (b) kincir angin lengkap dengan setengah kekasaran permukaan

Gambar 3.19 Foto (a) sudu dan (b) kincir angin lengkap dengan penuh kekasaran permukaan

3.5 Langkah Pengambilan Data

Data dalam penelitian ini diambil setelah seluruh alat terpasang pada posisinya sesuai dengan skema pengujian dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menghidupkan blower dan memasang anemometer pada jarak 2,7 m.

2. Mengatur kecepatan angin pada blower hingga kecepatan angin rata-rata yang terbaca pada anemometer sebesar 6 m/s.

(b)

(b) (a)

(a)

3. Mengukur kecepatan poros kincir dengan mengunakan tachometer pada variasi pertama tanpa kekasaran permukaan.

4. Melakukan pembebanan mengunakan karet gelang yang kaitkan pada tuas pembebanan.

5. Mencatat putaran rotor dan besar pembebanan pada setiap pembebanan hingga kincir berhenti.

6. Mengulangi langkah ketiga untuk variasi setengah kekasaran permukaan dan kekasaran permukaan penuh.

7. Mengolah data hingga didapatkan nilai torsi (T), daya input (Pin), daya output (Pout), koefisien daya (Cp), dan tip sped ratio (λ).

8. Membuat grafik hubungan dari kecepatan rotor (n) dengan torsi (T) dan hubungan dari koefisien daya (Cp) dengan tsr pada masing-masing variasi.

9. Mengabungkan grafik koefisien daya (Cp) dengan tsr menjadi satu dan grafik koefisien daya (Cp) dengan tip sped ratio (λ) menjadi satu dari seluruh variasi.

10. Menyimpulkan kinerja dari kincir angin berdasarkan grafik yang tersedia.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian dari unjuk kerja kincir angin Savonius delapan tingkat dengan perlakuan variasi permukaan dalam sudu tanpa kekasaran permukaan, separuh kekasaran permukaan, dan kekasaran permukaan penuh. Pegambilan data dilakukan dengan perlakuan yang sama pada setiap variasi kekasaran permukaan terhadap kecepatan angin, jarak kincir dari blower, dan pembebanan. Kecepatan angin yang digunakan adalah 6 m/s, Jarak kincir dari blower adalah 2,7 m, dan pembebanan dilakukan secara bertahap dengan penambahan karet pada sistem pengereman hingga kincir berhenti berputar.

Jumlah data dari pembebanan bervariasi pada masing-masing variasi kekasaran permukaan. Hal ini terjadi karena perbedaan karakteristik kincir terhadap kemampuan tahanan pembebanan. Dari pengujian akan diambil tiga data kecepatan rotor pada tiap perlakuan pembebanan.

Data yang diperoleh dari pengujian kincir ini adalah kecepatan rotor n (rpm) dan gaya pembebanan atau pengimbang torsi, F (N) dari masing-masing variasi.

Data hasil pengujian kincir selanjutnya akan diolah untuk mengetahui nilai dari kecepatan sudut ω (rad/s), Torsi T (Nm), daya angin Pin (watt), daya kincir Pout

(watt), koefisien daya Cp (%), dan tip speed ratio λ. Selanjutnya, data akan diolah menjadi grafik hubungan kecepatan rotor terhadap torsi dan grafik hubungan koefisien daya terhadap tip speed ratio. Karakteristik dari masing-masing variasi dapat dianalisis dari grafik yang telah diperoleh. Berikut adalah analisis dari hasil penelitian dari masing-masing variasi:

4.1 Hasil Penelitian Kincir Angin Savonius Tanpa Kekasaran Permukaan Penelitian pada kincir angin Savonius tanpa kekasaran permukaan yang telah dibuat seperti pada Gambar 3.17 a dan b. pengujian dilakukan pada Selasa, 30 November 2021 pukul 11.00-15.00 WIB. Data hasil pengujian pada varasi ini dicatat seperti pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data hasil pengujian kincir angin tanpa kekasaran permukaan

4.1.1 Kalkulasi Data Variasi Tanpa Kekasaran Permukaan

Kalkulasi data dilakukan hanya satu kali sebagai perwakilan dari seluruh data pada Tabel 4.1 sebagai acuan pengolahan data. Kalkulasi diawali dengan perhitungan kecepatan sudut mengunakan Pers. 2.3. Perhitungan mengunakan data nomer 5 dengan kecepatan rotor sebesar 93,3 rpm dari Tabel 4.1 maka dapat ditulis menjadi:

Selanjutya dilakukan perhitungan terhadap torsi mengunakan Pers. 2.2 untuk data nomer 5 pada Tabel 4.1. Perhitungan mengunakan nilai gaya pembebanan sebesar 0,84 N dan panjang lengan torsi sebesar 0,2 m maka dapat ditulis menjadi:

Perhitungan daya angin mengunakan Pers. 2.1 untuk data nomer 5 pada Tabel 4.1. Perhitungan mengunakan nilai densitas angin sebesar 1,18 kg/m3, kecepatan angin sebesar 6 m/s, tinggi sudu sebesar 0,83 m, dan lebar sudu sebesar 0,72 m maka ditulis menjadi:

watt

Dari nilai kecepatan sudut sebesar 9,77 rad/s dan torsi sebesar 0,168 Nm yang telah diketahui, maka dapat dihitung daya kincir. Perhitungan mengunakan Pers. 2.4 sebagai berikut:

watt

Setelah diketahui nilai daya angin sebesar 76,16 watt dan daya kincir sebesar 1,64 watt, maka dapat dicari nilai dari koefisien daya. Perhitungan

Setelah diketahui nilai daya angin sebesar 76,16 watt dan daya kincir sebesar 1,64 watt, maka dapat dicari nilai dari koefisien daya. Perhitungan

Dokumen terkait