• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Faktor-faktor Perusahaan

2.5 Kerangka Konseptual

2.5.2 Hubungan Konflik dan Stres

Menurut Luthans (2006:445) salah satu penyebab stress adalah stressor individu yang terdiri dari tingkat konflik intraindividu yang berakar dari frustasi , tujuan dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian, kontrol personal, dan daya tahan psikologis yang mempengaruhi tingkat stres yang dialami seseorang. Pengaruh stres dan konflik intraindividu dapat menyebabkan masalah fisik, masalah psikologis dan masaalh prilaku

Berdasarkan teori yang dikemukakan maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

               

Sumber : Robbins dan Judge (2008:62), Luthans (2006:445)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual  

Kepemimpinan (X1) 

 

Konflik  (X2) 

 

Stres Kerja Karyawan 

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku,fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.Hipotesis merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara variael-variabel dalam penelitian, serta merupakan pernyataan yang paling spesifik (Kuncoro, 2009:59)

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, serta kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres Kerja

Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.

2. Konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres Kerja Karyawan

Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.

3. Kepemimpinan dan konflik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stres

Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu pada tenaga kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi baru, batasan atau waktu yang lebih ketat, perubahan tuntutan terhadap hasil kerja serta perubahan dalam peraturan kerja dan lain-lain yang dapat menimbulkan suatu situasi yang menekan tenaga kerja yang bersangkutan. Jika karyawan sebagai individu tidak dapat dengan segera menyesuaikan diri, maka ia dapat mempersepsikan hal ini sebagai tekanan yang mengancam dirinya dan lama kelamaan dapat menimbulkan stres bagi karyawan yang bersangkutan.

Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam kehidupan adalah stres. Stres tersebut harus diatasi, baik oleh individu sendiri, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para spesialis. Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stres yang tidak diatasi dengan baik biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun di luarnya (Siagian, 2004:300)

Stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres.

Menurut Hasibuan (2001: 203), Faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja antara lain: beban kerja yang terlalu sulit (berlebihan), tekanan dan sikap kepemimpinan yang kurang wajar (adil), waktu dan peralatan kerja yang kurang memadahi, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, dan masalah keluarga.

Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara komprehensif tentang bagaimana mengarahkan, mempengaruhi dan mengawasi orang lain untuk

mengerjakan tugas sesuai dengan perintah yang direncanakan (Fahmi,2013: 68). Ketidakseimbangan dan pencampuran yang terjadi secara terus menerus

dengan intensitas yang kuat dapat menyebabkan konflik peran. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya konflik-konflik dalam perusahaan, bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan dampak yang sangat berarti bagi usaha pencapaian tujuan perusahaan. Konflik yang tidak ditangani secara tepat dan bijaksana, menyebabkan tekanan jiwa atau stres pada diri karyawan. Konflik menurut Robbins (2008: 173) adalah merupakan sebuah proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi perhatian dan kepentingan pihak pertama. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi. Ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh ekspektasi perilaku, dan sebagainya. Konflik merupakan suasana batin yang berisi kegelisahan dan pertentangan antara dua motif atau lebih mendorong seseorang untuk melakukan

dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan.Bila tidak dikendalikan secara baik akan menimbulkan dampak negatif. Dalam batas- batas tertentu, konflik kerja justru dapat mengakibatkan pengaruh yang positif atau menguntungkan. Namun, apabila lewat suatu batas tertentu, konflik dapat menimbulkan hal negatif atau merugikan. Jadi , tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa konflik selalu merugikan perusahaan. Misalnya dalam suatu perusahaan, persaingan yang sehat dapat menimbulkan efek yang positif. Namun, bila persaingan tersebut melampaui batas, dapat menjadi persaingan yang tidak sehat yang menimbulkan efek negatif (Rivai, 2004:508).

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu rumah sakit jiwa yamg ada di Sumatera Utara yang kepemilikannya adalah milik pemerintah. Rumah sakit ini terletak di terusan Padang Bulan km 10, yang berfungsi untuk melayani kesehatan gangguan jiwa dan fisik masyarakat.Dalam memberikan pelayanan kepada masyrakat.

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara dapat lebih memberikan pelayanan dengan maksimal, jika pemeliharaan hubungan antara kepala perawat dengan perawat, perawat dengan pasien dilakukan secara berkelanjutan dan serasi. Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pemeliharaan hubungan tersebut adalah mengenai penanggulangan stres kerja para perawat. Penanggulangan terhadap stres kerja itu sendiri harus mendapatkan perhatian dan kesungguhan dari manajemen rumah sakit agar tujuan organisasi bisa lebih mudah dicapai.

Stres kerja yang dialami perawat di rumah sakit jiwa dapat bersumber dari lingkungan internal. Hal ini disebabkan oleh tugas-tugas perawat yang monoton

dan kondisi ruangan yang sempit. Tuntutan untuk bertindak cepat dan tepat dalam menangani pasien biasanya dihadapi oleh perawat diruang gawat darurat atau bagian kecelakaan. Melalui pengamatan langsung terhadap perawat diperoleh keterangan bahwa perawat menemukan kesulitan untuk berkomunikasi baik dengan pasiennya, disamping itu harus tetap waspada akan tingkah pasien yang terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.

Dari hasil pra survey yang dilakukan terhadap perawat-perawat yang bekerja dirumah sakit jiwa, ada empat kategori sumber stres pada perawat jiwa, yaitu karakteristik pasien yang negatif, keterbatasan sumber daya, konflik staf dan masalah penjadwalan. Perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara memiliki tingkat stres kerja yang tinggi.

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pemimpin keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, membujuk untuk melakukan tugas dengan tanggung jawab. Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Seorang perawat membutuhkan seorang pemimpin yang memberikan contoh untuk diteladani, yang memotivasi, yang menimbulkan semangat kerja, dan yang mempercayai bawahan untuk mengendalikan diri sendiri.

Berdasarkan data pra survey yang dilakukan penulis terhadap perawat di rumah sakit jiwa diketahui bahwa terdapat gaya kepemimpinan kepala perawat di rumah sakit jiwa menerapkan gaya kepemimpinan demokrasi yaitu, salah satu gaya

kepemimpinan yang melibatkan kelompok dalam mengambil keputusan dan memberi tanggung jawab kepada perawat. Gaya kepemimpinan yang terjadi pada kepala perawat rumah sakit jiwa ini mampu mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif. terkadang bisa saja dapat membahayakan bagi keselamatan jiwa si perawat.

Adapun jam kerja perawat dirumah sakit jiwa bekerja dalam tiga shift, yaitu shift pagi mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, shift siang mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan 20.00 WIB, dan shift malam mulai pukul 20.00 WIB sampai dengan 08.00 WIB. Kepemimpinan yang terjadi pada kepala perawat di rumah sakit jiwa ini memiliki ketegasan dalam berkomunikasi, memotivasi sehingga pergantian shift pun berputar sesuai jam kerja. Namun, sejumlah perawat menilai ketegasan yang dimiliki pemimpin bisa menimbulkan stres karena tuntutan pekerjaan yang harus berjalan secara optimal, efektif dan efisien, mengingat keterbatasan sumber daya manusia sebagai perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien disetiap ruangan.

Tabel 1.1

Jumlah perawat dan pasien dalam setiap ruangan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

NO. Nama Ruangan Jumlah Perawat/ Hari Jumlah Pasien

1. Sibual-Buali 7 Orang 65 Orang

2. Kamboja 7 Orang 61 Orang

3. Sorak Merapi 7 Orang 60 Orang

4. Mawar 6 Orang 49 Orang

5. Sipiso-Piso 6 Orang 25 Orang

6. Cempaka 6 Orang 23 Orang

7. Sinabung 7 Orang 19 Orang

8. Melur 7 Orang 22 Orang

9. Gunung Sitoli 6 Orang 14 Orang

10. Singgalang 6 Orang 32 Orang

11. Bukit Barisan 7 Orang 44 Orang

12. Sibayak 6 Orang 11 Orang

13. Napza 6 Orang 8 Orang

14. GMO 5 Orang 11 Orang

15. Pusuk Buhit 7 Orang 58 Orang

16. Dolok Martimbang 7 Orang 44 Orang

17. Anggrek 6 Orang 27 Orang

Sumber :Bagian Keperawatan (2014),diolah

Tabel 1.1 menunjukkan keterbatasan sumber daya manusia khususnya perawat dengan jumlah pasien yang sangat banyak, yang membuat para perawat merasa kewalahan dalam menangani pasien. Perawat dituntut melayani pasien secara maksimal dan keseluruhan. Sehingga, perawat sering mengalami konflik internal dalam dirinya, dimana ia merasa bimbang mana yang harus atau dilakukan.

Akibatnya timbullah gejala stres pada perawat seperti: merasa kelelahan, emosi, marah, intonasi suara jadi tinggi, berfikir tidak realistis, sedih dan khawatir. Menurut Suarli dan Yanyan (2002:51) ketenagakerjaan dalam keperawatan primer beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat.

Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa perawat di rumah sakit jiwa, konflik yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sumatera Utara adalah terdapat antara rekan sekerja yaitu kurang adanya saling mendukung dalam mengerjakan pekerjaan sebagai team, di samping itu sifat yang saling menjatuhkan antara perawat satu dan perawat lainnya demi menguatkan posisinya didepan pemimpin. Terlihat para perawat di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara mengalami stres didalam melakukan pekerjaannya, dan konflik kerja yang terus menerus berkelanjutan yang membuat suasana di dalam lingkungan kerja menjadi tidak kondusif, dan turunnya semangat kerja. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”.

Dokumen terkait