• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepemimpinan dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER PENELITIAN

Responden yang terhormat,

Bersama ini saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”. Informasi yang Bapak/ Ibu berikan adalah bantuan yang bernilai dalam penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.Atas kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.

PETUNJUK PENGISIAN :

Masa Kerja : …….tahun…….bulan

Bagian/Divisi :

2. Cara Pengisian Kuesioner

a. Mohon memberi tanda checklist ( √ ) pada salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan skala berikut ini :

b. Setiap pertanyaan hanya mewakili 1 (satu) jawaban saja. c. Mohon memberi jawaban yang sebenar-benarnya.

(2)

1. Variabel Kepemimpinan (X1) 1 Pemimpin saya adalah orang yang

jujur dalam memberikan informasi yang dibutuhkan terhadap anggotanya 2 Pemimpin menilai kinerja saya secara

objektif, tidak berdasarkan prasangka sendiri.

3 Pimpinan memberikan arahan kepada anggotanya yang kurang mampu memahami bidang pekerjaannya

4 Pimpinan memberikan semangat dan motivasi dalam bekerja.

5 Pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik dengan anggotanya

6 Dengan adanya komunikasi dengan pemimpin, saya terbantu untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu.

7 Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan 8 Pimpinan saya sangat bertanggung

jawab terhadap keputusan yang 1 Fasilitas yang tersedia belum memadai

2 Jumlah perawat didalam satu ruangan tidak sebanding dengan jumlah pasien yang dirawat

3 Perawat mendapat tugas dengan porsi yang berbeda-beda.

4 Saya keberatan pelaksanaan tugas piket jaga pada malam hari tidak sesuai jadwal yang ditentukan

5 Saya kesulitan memahami bahasa isyarat dari pasien

(3)

berkomunikasi

7 Informasi yang diperoleh tentang kondisi pasien terkadang tidak rinci 8 Terbatasnya informasi yang diberikan

atasan dapat menghambat pekerjaan saya.

9 Beban kerja yang tinggi membuat hubungan dengan rekan kerja kurang harmonis

10 Saya sering berbeda pendapat dengan rekan kerja saya yang berada dalam satu ruangan

11 Saya merasa terganggu jika harus membantu rekan kerja yang sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan.

12 Saya tidak senang memiliki rekan kerja yang suka mengkritik pekerjaan sayab

Variabel Stres Kerja (Y) 1 Beban kerja yang sulit mengakibatkan

tekanan darah saya meningkat

2 Saya selalu menghadapi tugas dalam jumlah banyak sehingga membuat saya merasa pusing

3 Tugas yang berlebihan membuat saya mengeluarkan banyak keringat

4. Beban kerja yang berlebihan membuat saya gemetaran.

5 Saya diberi banyak tugas pada waktu yang bersamaan sehingga membuat denyut jantung saya berdetak kencang. 6 Saya sering menyelesaikan tugas

dengan tergesa- gesa sehingga kinerja saya kurang maksimal.

7 Ketidak jelasan tugas dan peran membuat saya tidak puas dalam bekerja.

8 Saya menyelesaikan pekerjaan secara efektif tanpa emosi

(4)

kerja yang menegur kesalahan saya. 10 Saya kewalahan apabila rekan kerja

saya tidak hadir

11. Tanggung jawab yang diberikan membuat saya selalu berusaha untuk tetap hadir meskipun kondisi saya kurang mendukung

12. Saya merasa memiliki hasil kerja yang optimal

13. Saya menyelesaikan pekerjaan selalu terealisasi

(5)
(6)

Lampiran 3: Uji Validitas dan Reliabilitas

(7)

Q24 119.8333 86.351 .451 .923

Q25 119.8667 82.740 .701 .919

Q26 119.8667 86.189 .571 .921

Q27 120.4000 86.662 .648 .920

Q28 119.6000 87.076 .621 .921

Q29 120.3333 84.920 .679 .920

Q30 120.1000 87.955 .440 .923

Q31 120.3333 87.264 .522 .922

Scale Statistics

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

Lampiran 5: Analisis Deskriptif a. Karakteristik Responden

Statistics

Jenis_Kelamin Usia Jabatan Masa_Kerja Pendidikan

N Valid 60 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0 0

Frequency Table

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Perawat Madya 9 15.0 15.0 15.0

Perawat Muda 26 43.3 43.3 58.3

Perawat Pelaksana 11 18.3 18.3 76.7

Perawat Pelaksana Lanjutan 2 3.3 3.3 80.0

Perawat Penyelia 12 20.0 20.0 100.0

(13)

Masa_Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

b. Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi Jawaban Responden Variabel Kepemimpinan (X1)

Frequencies

Frequency Table

Q1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(14)

Q3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(15)

Q8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Deskripsi Jawaban Responden Variabel Konflik Kerja (X2)

Q1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(16)

Q4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 13 21.7 21.7 21.7

2.00 47 78.3 78.3 100.0

(17)

Q9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(18)

Q2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(19)

Q7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(20)
(21)
(22)

Lampiran 7: Pengujian Hipotesis

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 115.617 2 57.808 39.525 .000a

Residual 83.367 57 1.463

Total 198.983 59

a. Predictors: (Constant), Konflik_Kerja, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Stres_Kerja

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Kepemimpinan .210 .078 .232 2.704 .009 .997 1.003 Konflik_Kerja .513 .062 .713 8.308 .000 .997 1.003 a. Dependent Variable: Stres_Kerja

(23)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Ghani, Mohammad A.2003. Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam

Persepektif. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Gitosudarmo. 2000. Perilaku Keorganisasian. Jilid II. Jakarta : Raja Grafindo.

Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Edisi Pertama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga Jakarta : Erlangga.

Mukhlas, Makmuri.2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Mondy, R Wayne and Noe,Robert M.1996. Human Resources

Management.Prentice Hall International Inc.

Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Dari Teori ke Praktik. Penerbit Murai Kencana.

Robbins, Stephen P .2003. Perilaku Organisasi. Jilid II. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia

Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Siagian, Sondang. P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi I. Jakarta : Bumi Aksara

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.

Situmorang, Syafrizal Helmi. 2008. Analis Data Penelitian. Medan: USU Press.

(24)

Skripsi

Fadli .2004.Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada

PT Kawasan Industri Medan.Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.Medan

Irawan, Rizki Andhi.2010. Analisis Pengaruh Stres Kerja dan Gaya

Kepemimpinan Terrhadap Kinerja Karyawan .Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro. Semarang.

Rahmawati,Siti.2008..Analisis Stres kerja karyawan pada PT pada PT Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda .Fakultas

Ekonomi.Medan

Siregar, Muslim.2006.berjudul .Pengaruh Organisasi Terhadap Stres Kerja

Karyawan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jurnal

Agung.Andreas.2007.Faktor-faktor penyebab Stres Kerja Pada Perawat ICU

Rumah Sakit Tipe C dikota Semarang. Fakultas Ekonomi.Semarang.

Nursyamsi,Idayanti. 2012.Pengaruh Kepemimpinan ,Pemberdayaan dan Stres Kerja Terhadap komitmen Organisasional Serta Dampaknya terhadap

Kinerja Dosen.Fakultas Ekonomi .Makasar.

Wiranta, Anak Agung. 2011 .Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dan

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini berupa penelitian asosiatif yakni, penelitian yang

menghubungkan dua variabel atau lebih, dengan jenis data kuantitatif. Dalam

penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap

stres kerja karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi

Sumatera Utara.

 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi

Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Letjend Djamin Ginting Km 10 Medan,

sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2014 sampai dengan

Agustus 2014.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini membahas tentang keterkaitan antara kepemimpinan dan

konflik yang merupakan variabel bebas terhadap stress kerja sebagai variabel

terikat pada karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah

(26)

3.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepemimpinan (X1)

Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu

kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang

ditetapkan. (Robbins dan Judge 2008:49).

b. Konflik (X2 )

Konflik adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota

atau kelompok (dalam suatu organisasi/peusahaan) yang harus

membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan

atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status,

tujuan, nilai atau persepsi.Selain itu konflik diartikan sebagai

perbedaan, pertentangan dan perelisihan (Rivai, 2004: 507).

c. Stres Kerja Karyawan ( Y )

Robbins dan Judge (2008: 368) menyatakan bahwa stres merupakan

kondisi dinamis seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan

atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh

individu tersebut dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.

Berdasarkan definisi operasional yang dikemukakan, maka peneliti

(27)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Definisi Dimensi Indikator Pengukuran Skala

1 Kepemimpinan

(28)

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala yang digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel adalah

dengan menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut

Sugiyono (2009:98) adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan

kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur.

Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah

skalaordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa rangking

atauperingkat pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen

pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal Sebagai gambaran, penulis

memberikan alternatif jawaban kepada responden dengan skala 1 – 5 dengan

pengukuran sebagai berikut :

Tabel 3.2

Instrumen Skala Ordinal

No. Alternatif Jawaban Ranking/Peringkat

1 Sangat Setuju 1

2 Setuju 2

3 Kurang Setuju 3

4 Tidak Setuju 4

5 Sangat Tidak Setuju 5

Sumber : Sugiyono, 2009:87

3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya

atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009 : 118). Populasi dalam penelitian

ini dibatasi hanya pada karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa

(29)

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimliki

oleh populasi. Sampel diambil dengan rumus slovin (Sugiyono, 2006:57) yaitu:

 

Keterangan:

 

n = Jumlah Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Standar Error

Populasi (N) sebanyak 143 orang dan standar error sebanyak 10 % maka jumlah

sampel adalah sebagai berikut :

       

         

        n = 58,84 (dibulatkan menjadi 60 orang)  3.7 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian yaitu :

Data primer merupakan data yang dipeoleh langsung dari subjek penelitian

dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung

sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dari penelitian ini adalah

(30)

1. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumentasi

dan literatur dengan mempelajari berbagai tulisan dan buku-buku,

jurnal-jurnal, dan internet yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa teknik antara lain :

a. Kuesioner (Questionnaire)

Merupakan teknik pengumpulan data yang berisikan identitas dan

pertanyaan responden untuk dijawab.

b. Wawancara (Interview)

Merupakan suatu jenis pengumpulan data dengan cara mengajukan

beberapa pertanyaaan lisan terhadap narasumber untuk mendapatkan

informasi tentang variabel stress kerja serta kepemimpinan dan

konflik karyawan.

c. Studi dokumentasi

Merupakan pengumpulan data yang menggunakan bahan-bahan

literatur ,jurnal, dan situs internet yang berhubungan dengan masalah

yang

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitias

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah angket yang

(31)

valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

hendak diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah jika instrumen

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan

data yang sama (Sugiyono, 2006: 267).

Pengujian validitas ini dilakukan di luar dari jumlah sampel, dalam hal ini

uji validitas ini akan diberikan kepada 30 orang karyawan bidang keperwatan

Rumah Sakit Jiwa Sembada, Medan. Uji validitas ini menggunakan Software

SPSS 17.0 dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika r hitung >r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid

b. Jika r hitung<r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Uji Validitas Corrected Item-Total

Correlation rtabel Keterangan

(32)

Lanjutan Tabel 3.3

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Dari hasil Uji Validitas terlihat bahwa nilai corrected item total

correlation (rhitung) seluruh pernyataan > nilai rtabel (0,361). Dengan demikian seluruh

pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid.

3.9.2 Uji Reliabilitas

   Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, maka uji selanjutnya

adalah menguji reliabilitas instrumen. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana

suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.(Situmorang et al,

2008:37). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi

17.00, butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas

ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha>r tabel maka pernyataan reliabel

b. Jika r alpha<r tabel maka pernyataan tidak reliabel

(33)

Tabel 3.4 Reliabilitas Variabel

Cronbach's Alpha N of Item rtabel Keterangan

.924 31 0,80 reliabel

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Pada Tabel 3.4, terlihat bahwa nilai cronbach’s alpha seluruh item/butir

pernyataan adalah sebesar 0,924 > rtabel (0,80). Dengan demikian seluruh item/butir

pernyataan variabel dinyatakan reliabel.

3.10 Teknis Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif

Tekhnis analisis deskriptif merupakan tekhnis analisis data dimana peneliti mengelompokkan atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari

keseluruhan data serta merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan

data mudah dikelola (Kuncoro,2009:192)

3.10.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada

analisis linier. Beberapa tersebut adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data untuk melihat normal atau tidaknya sebaran data yang

dianalisis. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau

mendekati normal yakni tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Untuk

melihat normalitas data ini digunakan pendekatan grafik, yaitu Normality

Probability Plot dengan melihatpenyebaran data (titik) pada sumbu

(34)

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terjadi varian

gangguan berbeda dari suatu pengamatan, model regresi yang baik adalah

tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi dapat dilakukan dengan melihat

ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot. Jika sebuah varian sama,

maka dikatakan homokedastisitas dan apabila varian berbeda, maka

dikatakan terjadi heterokedastisitas. Alat untuk mengujinya terbagi dua

yaitu, dengan analasis grafik dan analisis residual yang berupa statistic

(Situmorang, 2008 : 63)

3. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas variabel independen yang satu dengan yang lain

dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara

sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya

gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan

VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS.

Tolerance mengukur variabelitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan

oleh variabel independen lainnya. Nilai umumnya yang biasa dipakai

adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi

multikolinearitas (Situmorang dkk, 2008: 104).

3.10.3 Metode Analisis Regresi Berganda

Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui

(35)

menggunakan bantuan program software SPSS (Statistic Product for Service

Solution) versi 17.00, agar hasil yang diperoleh lebih terarah.

Model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y= a + b1X1 + b2X2 + e Dimana:

Y = Stres Kerja = Konstanta

= Koefisien regresi berganda X1 = Kepemimpinan

X2 = Konflik = Standar Error

3.10.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berdasarkan model regresi yang sudah memenuhi

syarat asumsi klasik , kemudian dianalisis dengan cara sebagai berikut:

3.10.4.1 Uji Signifikansi Simultan (uji-F)

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat.

H0 : b1=b2= 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat hubungan yang

positif dan signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu kepemimpinan

dan konflik terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).

Ha : b1≠b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif

dan signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu kepemimpinan dan

konflik terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).

(36)

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.10.4.2 Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel secara individual

terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa kepemimpinan dan konflik

terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).

H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa kepemimpinan dan konflik

terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%

3.10.4.3 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa kemampuan

model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati

satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) adalah besar

terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat

untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap

variabel terikat.Sebaliknya ,jika (R²) semakin kecil (mendekati nol)maka dapat

dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel (Y) semakin

kecil. Secara umum dapat dikatakan besarnya koefisien determinasi berganda

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 1935 “Doorgangshuizen Voor Krankzinnigen” (Rumah Sakit

Jiwa) di Glugur, sebagai Rumah Sakit Jiwa yang ke-5 memiliki kapasitas 26

tempat tidur sampai dengan pada masa pendudukan Jepang tahun 1943. Pada

masa pendudukan tentara sekutu (1943-1947) penderita gangguan jiwa Rumah

Sakit Glugur dievakuasi ke Dolok Merangkir ± 100 km dari Medan ke arah

Pematang Siantar dan selama ±3 tahun lamanya. Pada tahun 1950 penderita

gangguan jiwa dipindahkan oleh Tentara Belanda ke bekas Rumah Sakit

HariSSon dan CroSSfield serta sebagian ditampung di Rumah Penjara Pematang

Siantar. Tahun 1950 sampai dengan 1958 dibuka Poliklinik Psikiatri yang

merupakan Annex Rumah Sakit Jiwa Pematang Siantar terletak di Jl. Timor No.

19 Medan. Tahun 1958 sampai dengan 1981 Rumah Sakit milik Belanda (Zieken

Verpleging) letaknya di Jl. Timor No. 10 Medan dimanfaatkan sebagai Rumah

Sakit Jiwa Medan dan menampung pasien rawat inap dari Pematang Siantar

dengan kapasitas 200 tempat tidur.

Pada tanggal 5 Februari 1981, berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI

Nomor 1897/Yankes/DKJ/78 dan dengan Persetujuan Menteri Keuangan tanggal

8 Desember 1978 Nomor S-849/MK/001/1978 Rumah Sakit Jiwa Medan di

ruislag dan dipindahkan ke lokasi baru di terusan Padang Bulan dengan luas tanah

(38)

Djamin Ginting km. 10 Medan, pada 15 Oktober 1981, diresmikan oleh Menteri

Kesehatan RI (Dr. Suwardjono Suryaningrat) yang memiliki kapasitas sebanyak

450 tempat tidur, yang merupakan RS. Jiwa Departemen Kesehatan.

Selanjutnya Rumah Sakit Jiwa tersebut mendapat Sertifikat Akreditasi

Rumah Sakit Nomor: YM.00.03.3.5.5829 yang meliputi Administrasi,

Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan

dan Rekam Medis pada tanggal 28 Desember 1999. Setelah Otonomisasi dari

tahun 2000 sampai dengan 2003, Rumah Sakit Jiwa Medan merupakan UPT

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian sesuai dengan Perda Nomor

8 tahun 2004 dan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor:

188.34/2641/K/2004, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi

Sumatera Utara, maka RS. Jiwa Pusat Medan menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

Kemudian Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara mendapat Piagam

Penghargaan Citra Pelayanan Prima oleh Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara pada tanggal 31 Oktober 2008. Penetapan Rumah Sakit Jiwa

Daerah selaku Penyelenggara Pola Pengelola Keuangan Badam Layanan Umum

Daerah (PPK-BLUD) Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Gubernur

Sumatera Utara Nomor: 445/4496/K/tahun 2008.

4.1.2 Visi, Misi, Dan Motto Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Visi

Menjadikan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang Terbaik Secara Profesional

(39)

Misi

1. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang Terpadu

2. Meningkatkan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Jiwa

dan Masalah Psikososial Masyarakat

3. Menyediakan dan Mengembangkan Fasilitas Pendidikan, Pelatihan, dan

Penelitian dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa

4. Meningkatkan Upaya Profesionalisme dan Sumber Daya Manusia (SDM)

Melalui Pengembangan Ilmu Filosofi, Keterampilan, dan Etika Profesi

Motto

HORAS (Harmonis, Objektif, Rapi, Aman, Sigap)

4.1.3 Struktur Organisasi

Struktur organisasi memegang peranan penting dalam perusahan atau

instansi. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, pembagian tanggung

jawab dan wewenang tidak akan tumpang tindih serta koodinasi dan kerja sama

antar bidang atau bagian dapat terjalin dengan baik. Struktur organisasi yang

diterapkan Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara adalah struktur organisasi

berbentuk garis/lini, dimana terdapat satu kesatuan perintah dari pimpinan ke

bagian dibawahnya dan bagian akan memimpin sub. bagian dibawahnya. Lebih

jelas struktur organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara dapat dilihat

(40)

Sumber: Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara (2013)

Gambar 4.1 Strurktur Organisasi 4.1.4 Deskripsi Pekerjaan

Berikut dapat dijelaskan deskripsi tugas jabatan yang ada pada Rumah Sakit

Jiwa Daerah Sumatera Utara.

1. Direktur

Direktur Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumut mempunyai tugas

memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasikan kebijakan daerah yang

bersifat spesifik di bidang pelayanan kesehatan jiwa yang mencakup

penatausahaan, pengkajian dan pengembangan, pelayanan medis, perawatan

dan penunjang medis serta tugas pembantuan.

Sub. Bag.  Umum 

Sub. Bag.  Aggaran  Direktur 

(41)

2. Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis

Wakil direktur pelayanan mempunyai tugas membantu Direktur dalam

kegiatan Bidang Pelayanan Medik, Penunjang Medik, dan Keperawatan.

3. Wakil Direktur Bidang Administrasi

Wakil Direktur Administrasi mempunyai tugas membantu Direktur dalam

melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi, dan menyelenggarakan

koordinadi pengawasan yang selanjutnya ditetapkan oleh Direktur yang

meliputi Bagian Tata Usaha, Bagian Keuangan, dan Bagian Pengkajian

dan Pengembangan.

4. Bidang Pelayanan Medis

Bidang pelayanan medis mempunyai tugas membantu Wadir Pelayanan

dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan unit rawat

jalan, unit gawat darurat (UGD) dan rekam medik, serta unit rawat inap

dan unit rehabilitasi.

5. Bidang Keperawatan

Bidang Keperawatan bertugas membantu Wadir Pelayanan dalam

menyelenggarakan pengaturan dan pengendalian kegiatan asuhan

keperawatan dalam rangka pelaksanaan tugas keperawatan, unit rawat

jalan dan gawat darurat, unit rawat inap, dan rehabilitasi.

6. Bidang Penunjang Medis

Bidang Penunjang Medis mempunyai tugas membantu Wadir Pelayanan

Medis dalam Bidang Penunjang Medis, Instalasi Laboraturium, Instalasi

(42)

Sarana Rumah Sakit (IPSRS), dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah

(IPAL).

7. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Wadir Administrasi

dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan administrasi

umum dan kepegawaian RS. Jiwa Pemprov. Sumut.

8. Bagian Keuangan

Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Wadir Administrasi dalam

pengelolaan keuangan dan penyiapan anggaran rumah sakit.

9. Bagian Pengkajian Dan Pengembangan

Bagian Pengkajian dan Pengembangan mempunyai tugas membantu

Wadir Administrasi dalam menyelenggarakan penyusunan program dan

pengkajian serta pengembangan terhadap seluruh kegiatan RS Jiwa.

10. Seksi Rawat Inap Dan Rehabilitasi

Bertugas melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data jumlah pasien,

melaksanakan koordinasi dengan jabatan fungsional, menyusun jadwal

dinas tim dokter, serta pembuatan laporan data pasien rawat inap dan

rehabilitasi pasien.

11. Seksi Rawat Jalan dan UGD

Bertugas Melaksanakan dan mengumpulkan, menyajikan data untuk

penyusunan dan penyempurnaan standar pelaksanaan keperawatan unit

(43)

pengendalian, dan peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan, serta

melaksanakan koodinasi rotasi bagi para perawat

12. Seksi Laboratorium, Farmasi, dan Gizi

Melaksanakan pengumpulan, pengelolahan, dan penyajian bahan/data

untuk menyusun dan menyempurnakan standar pelaksanaan pelayanan

Instalasi Laboraturium, Farmasi, dan Gizi serta Melaksanakan

pengkoordinasian kegiatan Instalasi Laboraturium, Farmasi, dan Gizi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

13. Sub. Bagian Umum

Melaksanakan pengumpulan bahan/data dan referensi untuk kebutuhan

pelaksanaan tugas dan fungsi ketatausahaan, Melaksanakan penyusunan

perencanaan/program kerja ketatausahaan Melaporkan dan

mempertanggungjawabkan atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

Bidang Tata Usaha sesuai standar yang ditetapkan.

14. Sub. Bag. Anggaran

Melaksanakan pengumpulan, penyiapan bahan, dan pembinaan

pengelolaan teknis administrasi keuangan serta melaporkan dan

mempertanggugjawabkan atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala

Bagian Keuangan sesuai standar yang ditetapkan.

15. Sub. Bagian Program

Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian bahan/data untuk

penyusunan dan penyempurnaan program rumah sakit dan standar

(44)

internal administrasi RS Jiwa, penyempurnaan program laporan serta

Melaksanakan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan

fungsinya kepada Kepala Bagian Pengkajian dan Pengembangan sesuai

ketentuan dan standar yang ditetapkan.

16. Seksi Rawat Jalan, UGD, dan Rekam Medik

Seksi ini bertugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian

data pasien rawat jalan dan UGD, melaksanakan pengumpulan, pegolahan,

dan pelayanan fungsional kesehatan jiwa anak, remaja, dewasa, lansia, dan

masyrakat, dan melaksanakan penyusunan jadwal dinas dokter yang

bertugas di unit pelayanan rawat jalan, UGD, serta pelayanan fungsional

kesehatan jiwa anak, remaja, dewasa, dan unit pelayanan pasien narkoba

serta Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas

kepada Bidang Pelayanan.

17. Seksi Rekam Medik dan IPAL

Yaitu bertugas melaksanakan pengumpulan bahan/data untuk penyusunan

dan penyempurnaan standar pelaksanaan pengelolaan IPSRS, Instalasi

Elektro Medik, dan IPAL dan melaksanakan koordinasi kegiatan pada

IPSRS, Instalasi Elektro Medik, dan IPAL sesuai dengan ketentuan dan

standar yang ditetapkan, serta melaksanakan pelaporan dan

pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala

Bidang Penunjang Medis sesuai dengan standar yang ditetapkan.

18. Sub. Bagian Kepegawaian

Bertugas dalam melaksanakan pengumpulan dan pengolahan bahan/data

(45)

melaksanakan penyiapan dan pengusulan kenaikan pangkat dan pensiun

pegawai, peninjauan masa kerja, dan pemberian penghargaan serta

tugas/izin belajar, pendidikan, dan pelatihan kepemimpinan/struktural,

fungsional, dan teknis serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh

Kepala Bidang Tata Usaha sesuai bidang tugasnya.

19. Sub. Bagian Penerimaan dan Pengeluaran

Sub bagian ini bertugas melaksanakan pengumpulan bahan/data dan

referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi bagian keuangan

dan Menyusun target penerimaan dan pengeluaran rumah sakit serta

Melaksanakan penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA).

20. Sub. Bagian Pengembangan

Sub bagian ini bertugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan

penyajian bahan/data untuk penyusunan dan penyempurnaan standar

pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan penelitian di lingkungan RS Jiwa

sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku

4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penyebaran kuesioner, diperoleh karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, usia, jabatan, masa kerja, dan tingkat pendidikan.

(46)

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki 16 26,7%

Perempuan 44 73,3%

Jumlah 60 100%

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

terlihat bahwa responden laki-laki berjumlah 16 orang atau 26,7% dan responden

perempuan berjumlah 44 orang atau 73,3%. Dengan demikian responden

perempuan lebih dominan dibanding responden laki-laki, hal ini karena pada

umumnya pihak rumah sakit lebih membutuhkan perawat perempuan dibanding

perawat laki-laki. Perawat perempuan dianggap lebih sabat, lebih teliti, dan

umumnya lebih lemah lembut dalam merawat pasien, selain itu, profesi sebagai

perawat lebih disukai perempuan dari pada laki-laki.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (Orang) Persentase

< 30 Tahun 8 13,3%

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan usia <30

tahun berjumlah 8 orang (13,3%), usia 30-35 tahun berjumlah 2 orang (3,3%),

usia 36-40 tahun sebanyak 8 orang (13,3%), usia 41-50 tahun sejumlah 32 orang

(53,3%), dan responden berusia >50 tahun berjumlah 10 orang (16,7%). Dari data

tersebut terlihat bahwa responden dengan usia 41-50 tahun merupakan kategori

(47)

Daerah Sumatera Utara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga memilih

bertahan dengan pekerjaannya hingga masa pensiun, sebagai PNS perputaran

pegawai di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara juga sangat rendah

sehingga pegawai yang berusia muda relatif sedikit.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan

Jabatan Jumlah (Orang) Persentase

Perawat Madya 9 15,0%

Perawat Muda 26 43,3%

Perawat Penyelia 12 20,0%

Perawat Pelaksana Lanjutan 2 3,3%

Perawat Pelaksana 11 18,3%

Total 60 100%

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan jabatan,

terlihat bahwa responden dengan jabatan Perawat Madya berjumlah 9 orang

(15,0%), Perawat Muda 26 orang (43,3%), Perawat Penyelia 12 orang (20,0%),

Perawat Pelaksana Lanjutan 2 orang (3,3%), dan Perawat Pelaksana berjumlah 11

orang (18,3%). Jabatan yang paling dominan adalah Perawat Muda. Hal ini

karena kebijakan jabatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara

umumnya berjalan secara reguler artinya jabatan perawat akan naik secara berkala

sesuai dengan masa kerjanya.

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Masa Kerja Jumlah (Orang) Persentase

(48)

Dari tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan masa kerja <10 tahun

berjumlah 13 orang (21,7%), masa kerja 10-15 tahun 4 orang (6,7%), masa kerja

16-20 tahun 11 orang (18,3%), masa kerja 21-25 tahun 23 orang (38,3%), masa

kerja 26-30 tahun 6 orang (10,0%), dan masa kerja >30 tahun berjumlah 3 orang

(5,0%). Masa kerja yang paling dominan adalah masa kerja 21-25 tahun hal ini

karena sebagian besar perawat sudah lama mengabdi dengan masa kerja rata-rata

diatas 20 tahun. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat perputaran pegawai

rendah. Umumnya pegawai akan terus mengabdi hingga masa pensiun dan sangat

jarang yang mengajukan pensiun dini, serta kebijakan pengangkatan pegawai

yang ditentukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dan

kebijakan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,

sehingga jumlah pegawai baru relatif sedikit.

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

S1 34 56,7%

D3 25 41,7%

SLTA 1 1,7%

Total 60 100%

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terlihat bahwa responden

dengan tingkat pendidikan S1 (Strata Satu) berjumlah 34 orang (56,7%),

pendidikan D3 (Diploma Tiga) berjumlah 25 orang (41,7%), dan tingkat

pendidikan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) berjumlah 1 orang (1,7%).

Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pendidikan yang paling dominan adalah

pendidikan S1 (Strata Satu) hal ini karena tuntutan profesi perawat yang

(49)

pengetahuan, keterampilan serta sikap yang profesional dalam menagani pasien,

sehingga sebagian perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara yang

sebelumnya lulusan Akademi Keperawatan (Akper) melanjutkan studi ke jenjang

S1 selain karena tuntutan profesi juga untuk pengembangan karir.

4.21.2 Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi jawaban responden menggambarkan bagaimana frekuensi

jawaban responden atas pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Berikut ini

dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang variabel kepemimpinan (X1),

variabel konflik kerja (X2), dan variabel stres kerja (Y).

Tabel 4.6

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Variabel Kepemimpinan (X1)

Butir Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa:

1. Untuk Q1 (Pemimpin saya adalah orang yang jujur dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan terhadap anggotanya) terdapat 19 responden

(31,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 41 responden (68,3%) Setuju (S),

dan tidak ada responden yang menjawab Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju

(50)

keseluruhan responden mengakui kejujuran pimpinan dalam menyampaikan

informasi yang dibutuhkan.

2. Untuk Q2 (Pemimpin menilai kinerja saya secara objektif, tidak berdasarkan

prasangka sendiri.) terdapat 19 responden (31,7%) menjawab Sangat Setuju

(SS), 39 responden (65,0%) Setuju (S), dan 2 responden (3,3%) menjawab

Kurang Setuju (KS), serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju

(TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan sebagian besar

responden menilai bahwa pimpinan melakukan penilaian kinerja secara

objektif.

3. Untuk Q3 (Pimpinan memberikan arahan kepada anggotanya yang kurang

mampu memahami bidang pekerjaannya) terdapat 6 responden (10,0%)

menjawab Sangat Setuju (SS), 43 responden (71,7%) Setuju (S), dan 11

responden (18,3%) menjawab Kurang Setuju (KS), serta tidak ada

responden yang menjawab Tidak Setuju (TS) maupun Sangat Tidak Setuju

(STS). Ini menunjukkan secara umum, pimpinan akan memberikan arahan

bagi karyawan yang kurang mampu dalam memahami pekerjaan.

Sedangkan responden yang menjawab Kurang Setuju (KS), umumnya

karena pimpinan terkadang hanya memberi arahan secara umun dan tidak

rinci sehingga sebagian responden masih masih kurang paham.

4. Untuk Q4 (Pimpinan memberikan semangat dan motivasi dalam bekerja)

terdapat 15 responden (25,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 39 responden

(65,0%) Setuju (S), dan 6 responden (10,0%) menjawab Kurang Setuju

(51)

Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden menilai bahwa pimpinan memberikan semangat dan motivasi

bagi karyawan dalam bekerja. Namun masih terdapat sebagian kecil

responden yang menjawab kurang setuju hal ini karena sebagian responden

tersebut menilai bahwa semangat dan motivasi yang diberikan pimpinan

terlalu normatif dan hanya fokus pada pekerjaan semata, sehingga sebagian

responden yang mungkin memiliki persoalan diluar pekerjaan kurang

termotivasi.

5. Untuk Q5 (Pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik dengan

anggotanya) terdapat 18 responden (30,0%) menjawab Sangat Setuju (SS),

42 responden (70,0%) Setuju (S), dan tidak ada responden menjawab

Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS).

Ini menunjukkan bahwa pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik pada

seluruh anggotanya.

6. Untuk Q6 (Dengan adanya komunikasi dengan pemimpin, saya terbantu

untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu.) terdapat 13

responden (21,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 44 responden (73,3%)

Setuju (S), dan 3 responden (5,0%) menjawab Kurang Setuju (KS), serta

tidak ada responden yang menjawan Tidak Setuju (TS) maupun Sangat

Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden

akan merasa terbantu jika komunikasi dengan pimpinan terjalin dengan

baik. Namun masih terdapat sebagian kecil responden yang kurang setuju

(52)

memberikan dampak pada penyelesaian tugas yang cepat dan tepat waktu

karena menurut mereka persoalan utamanya adalah jumlah perawat yang

kurang memadai dibandingkan dengan jumlah pasien.

7. Untuk Q7 (Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan

keputusan) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 35

responden (58,3%) Setuju (S), dan 13 responden (21,7%) menjawab

Kurang Setuju (KS), serta tidak ada responden yang menjawan Tidak Setuju

(TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian

besar responden dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Namun

masih terdapat responden yang menjawab kurang setuju hal ini karena

pimpinan hanya melibatkan responden dengan jabatan tertentu atau

perawat senior dalam pengambilan keputusan sedangkan

perawat-perawat yang relatif muda kurang dilibatkan.

8. Untuk Q8 (Pimpinan saya sangat bertanggung jawab terhadap keputusan

yang diambilnya) terdapat 21 responden (35,0%) menjawab Sangat Setuju

(SS), 35 responden (58,3%) Setuju (S), dan 4 responden (6,7%) menjawab

Kurang Setuju (KS), serta tidak ada responden yang menjawan Tidak Setuju

(TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan sebagian besar

responden menilai bahwa pimpinan bertanggung jawab atas keputasan yang

(53)

Tabel 4.7

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Variabel Konflik Kerja (X2)

Butir

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa:

1. Untuk Q1 (Fasilitas yang tersedia belum memadai) terdapat 29 responden

(48,3%) menjawab Setuju (S), 21 responden (35,0%) menjawab Kurang

Setuju (KS), dan 10 responden (16,7%) menjawab Tidak Setuju (TS), tidak

ada responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) maupun Sangat Tidak

Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai

bahwa fasilitas yang tersedia masih belum memadai, namun sebagian

responden lagi menilai fasilitas yang ada telah cukup namun perlu

pembenahan hal ini karena sebagian ruangan fasilitasnya sudah memadai,

namun di sebagian ruangan yang lain fasilitasnya masih belum memadai.

2. Untuk Q2 (Jumlah perawat didalam satu ruangan tidak sebanding dengan

jumlah pasien yang dirawat) terdapat 19 responden (31,7%) menjawab

Setuju (S), 29 responden (48,3%) menjawab Kurang Setuju (KS), dan 12

(54)

yang menjawab Sangat Setuju (SS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini

menunjukkan bahwa secara umum jumlah perawat di dalam satu ruangan

masing kurang jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat.

3. Untuk Q3 (Perawat mendapat tugas dengan porsi yang berbeda-beda)

terdapat 2 responden (3,3%) menjawab Sangat Setuju (SS), 34 responden

(56,7%) menjawab Setuju (S), dan 21 responden (35,0%) menjawab Kurang

Setuju (KS) dan 2 responden (5,0%) Tidak Setuju (TS), serta tidak ada

responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mendapat tugas dengan porsi yang

berbeda. Namun masih terdapat sebagian responden yang menjawab kurang

setuju dan tidak setuju, hal ini karena perawat ditempatkan di setiap ruang

rawat dengan jumlah dan kondisi pasien yang berbeda, sehingga meskipun

dalam aturan pembagian tugas telah dilakukan dengan porsi yang sama,

namun dalam praktiknya tingkat kesulitan dan tekanan kerja yang dihadapi

perawat berbeda beda sesuai dengan kondisi dan perilaku pasien.

4. Untuk Q4 (Saya keberatan pelaksanaan tugas piket jaga pada malam hari

tidak sesuai jadwal yang ditentukan) terdapat 3 responden (5,0%) menjawab

Sangat Setuju (SS), 54 responden (90,0%) menjawab Setuju (S), dan 3

responden (5,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden

yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa keberatan jika

(55)

5. Untuk Q5 (Saya kesulitan memahami bahasa isyarat dari pasien) terdapat 3

responden (5,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 43 responden (71,7%)

menjawab Setuju (S), dan 14 responden (23,3%) menjawab Kurang Setuju

(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun

Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kesulitan memahami bahasa isyarat dari pasien.

6. Untuk Q6 (Saya kesulitan mengartikan bahasa lisan dari beberapa pasien

yang ingin berkomunikasi) terdapat 13 responden (21,7%) menjawab Sangat

Setuju (SS), 38 responden (63,3%) menjawab Setuju (S), dan 9 responden

(15,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang

menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kesulitan

memahami bahasa lisan dari pasien yang ingin berkomunikasi.

7. Untuk Q7 (Informasi yang diperoleh tentang kondisi pasien terkadang tidak

rinci) terdapat 9 responden (15,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 37

responden (61,7%) menjawab Setuju (S), dan 14 responden (23,3%)

menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab

Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mendapat informasi yang kurang jelas

tentang kondisi pasien. Hal ini umumnya karena tidak mendapat detail

kondisi pasien secara tertulis hanya mengetahui informasi umum dari rekan

(56)

pelaksanaan kerja terkadang perawat harus bertanya tentang tindakan

lanjutan yang harus dilakukan.

8. Untuk Q8 (Terbatasnya informasi yang diberikan atasan dapat menghambat

pekerjaan saya.) terdapat 13 responden (21,7%) menjawab Sangat Setuju

(SS), 47 responden (78,3%) menjawab Setuju (S), dan tidak ada responden

yang menjawab Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat

Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa keterbatasan informasi dari

atasan dapat menghambat pekerjaan perawat dalam bertugas.

9. Untuk Q9 (Beban kerja yang tinggi membuat hubungan dengan rekan kerja

kurang harmonis) terdapat 1 responden (1,7%) menjawab Sangat Setuju

(SS), 39 responden (65,0%) menjawab Setuju (S), dan 20 responden

(33,3%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang

menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini

menunjukkan bahwa beban kerja yang tinggi menyebabkan sebagian besar

responden memiliki hubungan kerja yang kurang harmonis dengan rekan

kerja.)

10. Untuk Q10 (Saya sering berbeda pendapat dengan rekan kerja saya yang

berada dalam satu ruangan) terdapat 7 responden (11,7%) menjawab Sangat

Setuju (SS), 35 responden (58,3%) menjawab Setuju (S), dan 18 responden

(30,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang

menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden sering berbeda pendapat

(57)

responden yang menjawab kurang setuju karena perawat yang ditempatkan

dalam satu ruangan terdiri dari berbagai jabatan, masa kerja, serta karakter

yang berbeda sehingga perbedaan pendapat dimungkinkan terjadi.

11. Untuk Q11 (Saya merasa terganggu jika harus membantu rekan kerja yang

sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan.) terdapat 4

responden (6,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 38 responden (63,3%)

menjawab Setuju (S), dan 18 responden (30,0%) menjawab Kurang Setuju

(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun

Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden merasa terganggu ketika harus membantu rekan kerja yang

sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan.

12. Untuk Q12 (Saya tidak senang memiliki rekan kerja yang suka mengkritik

pekerjaan saya) terdapat 15 responden (25,0%) menjawab Sangat Setuju

(SS), 43 responden (71,7%) menjawab Setuju (S), dan 2 responden (3,3%)

menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab

Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden tidak senang mendapat kritikan dari rekan

(58)

Tabel 4.8

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Variabel Stres Kerja (Y)

Butir Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa:

1. Untuk Q1 (Beban kerja yang sulit mengakibatkan tekanan darah saya

meningkat) terdapat 13 responden (21,7%) menjawab Sangat Setuju (SS),

40 responden (66,7%) menjawab Setuju (S), dan 7 responden (11,7%)

menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab

Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan

bahwa beban kerja yang sulit mengakibatkan tekanan darah sebagian besar

responden meningkat.

2. Untuk Q2 (Saya selalu menghadapi tugas dalam jumlah banyak sehingga

membuat saya merasa pusing) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab

Sangat Setuju (SS), 46 responden (76,7%) menjawab Setuju (S), dan 2

responden (3,3%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden

(59)

menunjukkan bahwa beban kerja yang banyak cenderung membuat

responden merasa pusing.

3. Untuk Q3 (Tugas yang berlebihan membuat saya mengeluarkan banyak

keringat) terdapat 19 responden (31,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), dan

41 responden (68,3%) menjawab Setuju (S), serta tidak ada responden yang

menjawab Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak

Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa tugas yang berlebihan membuat

responden berkeringat.

4. Untuk Q4 (Saya diberi banyak tugas pada waktu yang bersamaan sehingga

membuat denyut jantung saya berdetak kencang) terdapat 18 responden

(30,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 37 responden (61,7%) menjawab

Setuju (S), dan 5 responden (8,3%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta

tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat

Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa pemberian tugas yang banyak

pada waktu yang bersamaan membuat sebagian besar denyut jantung

responden cenderung berdetak kencang.

5. Untuk Q5 (Saya sering menyelesaikan tugas dengan tergesa- gesa sehingga

kinerja saya kurang maksimal.) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab

Sangat Setuju (SS), 42 responden (70,0%) menjawab Setuju (S), dan 6

responden (10,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden

yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden sering tergesa-gesa dalam

(60)

6. Untuk Q6 (Ketidak jelasan tugas dan peran membuat saya tidak puas dalam

bekerja) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 43

responden (71,7%) menjawab Setuju (S), dan 5 responden (8,3%) menjawab

Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju

(TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa ketidak

jalasan tugas dan peran membuat responden tidak puas dalam bekerja.

7. Untuk Q7 (Saya merasa tersinggung bila ada rekan kerja yang menegur

kesalahan saya) terdapat 3 responden (5,0%) menjawab Sangat Setuju (SS),

47 responden (78,3%) menjawab Setuju (S), dan 10 responden (16,7%)

menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab

Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden merasa tersinggung bila ada rekan kerja

yang menegur kesalahannya. Untuk responden yang menjawab kurang

setuju beralasan bahwa mereka tidak selalu tersinggung jika ada rekan kerja

menegur kesalahan mereka khususnya jika rekan kerja tersebut lebih senior

dan disampaikan dengan cara yang baik, namun terkadang bisa tersinggung

jika yang menegur adalah rekan kerja sejawat atau yang yang lebih junior

terlebih jika ditegur dengan cara yang kurang baik.

8. Untuk Q8 (Saya kewalahan apabila rekan kerja saya tidak hadir) terdapat 26

responden (43,3%) menjawab Sangat Setuju (SS), 34 responden (56,7%)

menjawab Setuju (S), dan tidak ada responden yang menjawab Kurang

(61)

menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan akan merasa kewalahan

dalam bekerja jika rekan kerjanya tidak hadir.

9. Untuk Q9 (Tanggung jawab yang diberikan membuat saya selalu berusaha

untuk tetap hadir meskipun kondisi saya kurang mendukung) terdapat 11

responden (18,3%) menjawab Sangat Setuju (SS), 39 responden (65,0%)

menjawab Setuju (S), dan 10 responden (16,7%) menjawab Kurang Setuju

(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun

Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab yang

diberikan membuat sebagian besar responden selalu berusaha untuk tetap

hadir meskipun kondisinya kurang mendukung. Sebagian responden yang

menjawab kurang setuju beralasan bahwa mereka akan mempertimbangkan

kondisi pribadi dengan tanggung jawab kerja dengan persetujuan atasan,

jika masih memungkinkan mereka tetap akan masuk kerja setelah urusan

pribadinya selesai atau sebaliknya masuk kerja terlebih dahulu, kemudian

meminta izin pada atasan untuk pulang kerja lebih awal.

10. Untuk Q10 (Saya merasa memiliki hasil kerja yang optimal) terdapat 10

responden (16,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 35 responden (58,3%)

menjawab Setuju (S), dan 15 responden (25,0%) menjawab Kurang Setuju

(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun

Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa secara umum,

sebagian besar responden merasa memiliki hasil kerja yang optimal.

Namun masih terdapat sebagian responden yang menjawab kurang setuju,

(62)

sehingga responden kurang mengetahui bagaimana hasil penilaian

kinerjanya dengan demikian, meskipun telah berupaya maksimal, sebagian

responden merasa hasil kerja mereka masih kurang optimal. Hal ini juga

karena rutinitas kerja yang monoton dengan beban kerja yang banyak

membuat responden sulit menilai hasil kerjanya.

11. Untuk Q11 (Saya menyelesaikan pekerjaan selalu terealisasi) terdapat 6

responden (10,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 43 responden (71,7%)

menjawab Setuju (S), dan 11 responden (18,3%) menjawab Kurang Setuju

(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun

Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa secara umum, sebagian

besar responden mampu menyelesaikan pekerjaan. Untuk responden yang

menjawab kurang setuju beralasan bahwa terkadang pekerjaan tidak selalu

terealisasi bukan karena ketidakmampuan, namun karena saat mengerjakan

suatu pekerjaan, pimpinan sewaktu-waktu bisa saja memintanya untuk

membantu perawat di ruangan lain sehingga pekerjaan sebelumnya akan

dilanjutkan oleh rekan kerjanya. Selain hal itu, terkadang ada pasien yang

butuh perhatian khusus sehingga sebagian pekerjaan tidak terealisasi atau

mengalami keterlambatan penyelesaian.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik yang digunakan meliputi Uji Normalitas Data, Uji

(63)

1. Uji Normalitas Data

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Gambar 4.2 Histogram Normalitas Data

Uji Normalitas Data dengan pendekatan histogram diatas menunjukkan

bahwa model regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat

dilihat dari garis histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sehingga

penyebaran datanya telah berdistribusi secara normal.

b. Pendekatan Grafik

Pendekatan lainnya yang digunakan dalam untuk menguji normalitas data

adalah Pendekatan Grafik. Pendekatan Grafik yang digunakan adalah Normality

Probability Plot. Berikut adalah hasil Uji Normalitas Data dengan pendekatan

(64)

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Gambar 4.3 Normality Probability Plot

Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan pendekatan grafik diatas, dapat

diketahui bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang normal, hal ini

dapat dilihat dari penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal dari grafik.

2. Uji Heteroskedastisitas (Pendekatan Grafik Scatter Plot)

Untuk melihat ada tidaknya Heteroskedastisitas pada model yang

digunakan, dilakukan dengan Uji Heteroskedastisitas (Scatter Plot). Berikut hasil

(65)

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Gambar 4.4 Scatter Plot

Berdasarkan Hasil Uji Heteroskedastisitas diatas, diketahui bahwa titik –

titik penyebaran pada Scatter Plot tidak menunjukkan pola tertentu dan

penyebarannya berada di atas dan di bawah angka nol, sehingga model regresi

yang digunakan tidak mengalami Heteroskedastisitas.

3. Uji Multikolonearitas

Uji Multikolonearitas pada penelitian ini digunakan untuk melihat ada

tidaknya gejala multikolonearitas antar variabel indevenden. Pada Tabel 4.9

berikut dapat dilihat hasil Uji Multikolonearitas dengan melihat nilai Tolerance

(66)

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolonearitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 4.178 1.944 2.150 .036

VAR00001 .210 .078 .232 2.704 .009 .997 1.003 VAR00002 .513 .062 .713 8.308 .000 .997 1.003 a. Dependent Variable: VAR00003

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Pada Tabel 4.9 disimpulkan bahwa pada model regresi yang digunakan

tidak terlihat adalanya gejala multikolonearitas antar variabel indevenden. Hal ini

dapat diketahui dari nilai tolerance dan nilai VIF, hasil perhitungan menunjukkan

bahwa nilai tolerance variabel independen adalah sebesar 0,997 dengan nilai VIF

sebesar 1,003, Sehingga nilai tersebut telah sesuai denan kriteria pengambilan

keputusan dimana nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5.

4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan

dan pengaruh variabel kepemimpinan (X1), dan variabel konflik kerja (X2),

terhadap variabel stres kerja (Y).

Hasil perhitungan regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10

(67)

Tabel 4.10

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa VAR00001 .210 .078 .232 2.704 .009 VAR00002 .513 .062 .713 8.308 .000 a. Dependent Variable: VAR00003

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Hasil Analisis regresi linear berganda Tabel 4.10 diperoleh persamaan

sebagai berikut:

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :

1. Konstanta (a) = 4,178 menunjukkan nilai konstan, jika nilai variabel bebas

(kepemimpinan, dan konflik kerja) = 0 maka kinerja karyawan (Y) akan

sebesar 4,178.

2. Koefisien regresi variabel kepemimpinan sebesar 0,210 menunjukkan

bahwa variabel kepemimpinan berpengaruh positif terhadap stres kerja (Y).

Dengan kata lain, jika variabel kepemimpinan ditingkatkan sebesar satu

satuan maka stres kerja akan berkurang sebesar 0,210

3. Koefisien regresi variabel konflik kerja sebesar 0,513 menunjukkan bahwa

(68)

jika variabel konflik kerja meningkat sebesar satu satuan maka stres kerja

akan meningkat sebesar 0,513.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil Uji Simultan (Uji F) menunjukkan seberapa besar hubungan dan

pengaruh variabel kepemimpinan (X1), dan variabel konflik Kerja (X2) secara

bersama-sama atau serempak terhadap variabel stres kerja (Y). Hasil Uji F dapat

dilihat pada Tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11

Hasil Uji Singifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 115.617 2 57.808 39.525 .000a

Residual 83.367 57 1.463

Total 198.983 59

a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001 b. Dependent Variable: VAR00003

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa secara simultan atau

serempak, variabel kepemimpinan (X1) dan variabel konflik kerja berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel stres kerja (Y). Hal ini terlihat dari nilai

Fhitung 39,525 > nilai Ftabel 3,15, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. <

0,005. Maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak.

4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Hasil Uji Parsial (Uji t) menunjukkan seberapa besar hubungan dan

(69)

(X2), secara parsial terhadap variabel stres kerja (Y) Hasil Uji t dapat dilihat

pada Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficientsa

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Tabel 4.12 Hasil Uji t diatas, diketahui bahwa:

1. Variabel kepemimpinan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

stres kerja (Y) hal ini terlihat dari nilai nilai thitung (2,704) > ttabel (1,671) dengan

tingkat signifikasi sebesar 0,009 < 0,05.

2. Variabel konflik kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel stres kerja (Y) hal ini terlihat dari nilai thitung(8,308) < ttabel (1,671)

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut, sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis maka

Ha diterima dan H0 ditolak.

4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (Uji R²)

Dalam penelitian ini dapat diketahui berapa besar kontribusi variabel

kepemimpinan (X1), dan variabel konflik kerja (X2), terhadap variabel stres kerja

(Y). Melalui koefisien determinasi (R²) dengan menggunakan program SPSS

(70)

Tabel 4.13

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .762a .581 .566 1.20937

a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001 b. Dependent Variable: VAR00003

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan Hasil Uji Determinasi (R²) pada Tabel 4.13 diketahui bahwa

variabel kepemimpinan (X1), dan variabel konflik kerja (X2), memiliki kontribusi

positif sebesar 0,566 (56,60%) terhadap variabel stres kerja (Y). Sedangkan

sisanya sebesar 43,40% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan

kerja, kompensasi, motivasi, dan beban kerja yang tidak diikutsertakan dalam

penelitian ini.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pembahasan Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang variabel kepemimpinan (X1),

variabel konflik kerja (X2), dan variabel stres kerja (Y) yang telah diuraikan

sebelumnya, terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang variabel

kepemimpinan untuk keseluruhan item/butir pernyataan didominasi oleh jawaban

Setuju (S). Hasil frekuensi jawaban tersebut menunjukkan bahwa penerapan

kepemimpinan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara secara umum

sudah cukup baik meskipun masih terdapat sebagian responden yang menilai

kurang setuju khususnya pada pernyataan (pimpinan melibatkan bawahan dalam

Gambar

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Instrumen Skala Ordinal
Tabel 3.3 Uji Validitas
Tabel 3.4 Reliabilitas Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jum’at 10 Januari 2014 Bribtu Nurul Avandi anggota seseksep criminal sector kelapa nunggang, tewas setelah ditembak seseorang yang akan merampok motor miliknya yang terparkir di

The goal for the final year is to enrich the method-mix by re- searching a coin image recognition technique, to further improve and evaluate the methods researched so far and

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi HIV dan Sifilis serta Hubungan antara penyebaran Sifilis dan penularan HIV, menggunakan alat pemeriksaan Rapid Test HIV 3

Berdasarkan indikator kinerja keberhasilan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar materi ciri-ciri

Kebiasaan memberikan makanan selain AS1 yang terlalu awal (dua minggu), selain merupakan pemborosan sumber daya, karena kebutuhan zat gizi bayi masih bisa dipenuhi hanya dari

Toko buku berkah memberikan kemudahan bagi Konsumen, karena dapat memilih buku melalui Website yang buka 24 jam setiap hari, karena situs ini dapat di akses dimana saja dan kapan

Behavioral metrics and normative guidance for household preparedness generally focus on six of the dimensions discussed earlier: hazard knowledge, formal and informal response