KUESIONER PENELITIAN
Responden yang terhormat,
Bersama ini saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Terhadap Stres Kerja Karyawan Bidang Keperawatan Pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara”. Informasi yang Bapak/ Ibu berikan adalah bantuan yang bernilai dalam penyelesaian skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.Atas kerjasama Anda, saya ucapkan terima kasih.
PETUNJUK PENGISIAN :
Masa Kerja : …….tahun…….bulan
Bagian/Divisi :
2. Cara Pengisian Kuesioner
a. Mohon memberi tanda checklist ( √ ) pada salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai. Penilaian dapat dilakukan berdasarkan skala berikut ini :
b. Setiap pertanyaan hanya mewakili 1 (satu) jawaban saja. c. Mohon memberi jawaban yang sebenar-benarnya.
1. Variabel Kepemimpinan (X1) 1 Pemimpin saya adalah orang yang
jujur dalam memberikan informasi yang dibutuhkan terhadap anggotanya 2 Pemimpin menilai kinerja saya secara
objektif, tidak berdasarkan prasangka sendiri.
3 Pimpinan memberikan arahan kepada anggotanya yang kurang mampu memahami bidang pekerjaannya
4 Pimpinan memberikan semangat dan motivasi dalam bekerja.
5 Pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik dengan anggotanya
6 Dengan adanya komunikasi dengan pemimpin, saya terbantu untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu.
7 Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan 8 Pimpinan saya sangat bertanggung
jawab terhadap keputusan yang 1 Fasilitas yang tersedia belum memadai
2 Jumlah perawat didalam satu ruangan tidak sebanding dengan jumlah pasien yang dirawat
3 Perawat mendapat tugas dengan porsi yang berbeda-beda.
4 Saya keberatan pelaksanaan tugas piket jaga pada malam hari tidak sesuai jadwal yang ditentukan
5 Saya kesulitan memahami bahasa isyarat dari pasien
berkomunikasi
7 Informasi yang diperoleh tentang kondisi pasien terkadang tidak rinci 8 Terbatasnya informasi yang diberikan
atasan dapat menghambat pekerjaan saya.
9 Beban kerja yang tinggi membuat hubungan dengan rekan kerja kurang harmonis
10 Saya sering berbeda pendapat dengan rekan kerja saya yang berada dalam satu ruangan
11 Saya merasa terganggu jika harus membantu rekan kerja yang sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan.
12 Saya tidak senang memiliki rekan kerja yang suka mengkritik pekerjaan sayab
Variabel Stres Kerja (Y) 1 Beban kerja yang sulit mengakibatkan
tekanan darah saya meningkat
2 Saya selalu menghadapi tugas dalam jumlah banyak sehingga membuat saya merasa pusing
3 Tugas yang berlebihan membuat saya mengeluarkan banyak keringat
4. Beban kerja yang berlebihan membuat saya gemetaran.
5 Saya diberi banyak tugas pada waktu yang bersamaan sehingga membuat denyut jantung saya berdetak kencang. 6 Saya sering menyelesaikan tugas
dengan tergesa- gesa sehingga kinerja saya kurang maksimal.
7 Ketidak jelasan tugas dan peran membuat saya tidak puas dalam bekerja.
8 Saya menyelesaikan pekerjaan secara efektif tanpa emosi
kerja yang menegur kesalahan saya. 10 Saya kewalahan apabila rekan kerja
saya tidak hadir
11. Tanggung jawab yang diberikan membuat saya selalu berusaha untuk tetap hadir meskipun kondisi saya kurang mendukung
12. Saya merasa memiliki hasil kerja yang optimal
13. Saya menyelesaikan pekerjaan selalu terealisasi
Lampiran 3: Uji Validitas dan Reliabilitas
Q24 119.8333 86.351 .451 .923
Q25 119.8667 82.740 .701 .919
Q26 119.8667 86.189 .571 .921
Q27 120.4000 86.662 .648 .920
Q28 119.6000 87.076 .621 .921
Q29 120.3333 84.920 .679 .920
Q30 120.1000 87.955 .440 .923
Q31 120.3333 87.264 .522 .922
Scale Statistics
Lampiran 5: Analisis Deskriptif a. Karakteristik Responden
Statistics
Jenis_Kelamin Usia Jabatan Masa_Kerja Pendidikan
N Valid 60 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Perawat Madya 9 15.0 15.0 15.0
Perawat Muda 26 43.3 43.3 58.3
Perawat Pelaksana 11 18.3 18.3 76.7
Perawat Pelaksana Lanjutan 2 3.3 3.3 80.0
Perawat Penyelia 12 20.0 20.0 100.0
Masa_Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
b. Deskripsi Jawaban Responden
Deskripsi Jawaban Responden Variabel Kepemimpinan (X1)
Frequencies
Frequency Table
Q1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Q3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Q8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Deskripsi Jawaban Responden Variabel Konflik Kerja (X2)
Q1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Q4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1.00 13 21.7 21.7 21.7
2.00 47 78.3 78.3 100.0
Q9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Q2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Q7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Lampiran 7: Pengujian Hipotesis
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 115.617 2 57.808 39.525 .000a
Residual 83.367 57 1.463
Total 198.983 59
a. Predictors: (Constant), Konflik_Kerja, Kepemimpinan b. Dependent Variable: Stres_Kerja
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Kepemimpinan .210 .078 .232 2.704 .009 .997 1.003 Konflik_Kerja .513 .062 .713 8.308 .000 .997 1.003 a. Dependent Variable: Stres_Kerja
DAFTAR PUSTAKA Buku
Ghani, Mohammad A.2003. Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam
Persepektif. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Gitosudarmo. 2000. Perilaku Keorganisasian. Jilid II. Jakarta : Raja Grafindo.
Kartono, Kartini. 2005. Pemimpin Dan Kepemimpinan. Edisi Pertama. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga Jakarta : Erlangga.
Mukhlas, Makmuri.2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Mondy, R Wayne and Noe,Robert M.1996. Human Resources
Management.Prentice Hall International Inc.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Dari Teori ke Praktik. Penerbit Murai Kencana.
Robbins, Stephen P .2003. Perilaku Organisasi. Jilid II. Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia
Robbins, Stephen P dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Siagian, Sondang. P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi I. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Situmorang, Syafrizal Helmi. 2008. Analis Data Penelitian. Medan: USU Press.
Skripsi
Fadli .2004.Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT Kawasan Industri Medan.Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.Medan
Irawan, Rizki Andhi.2010. Analisis Pengaruh Stres Kerja dan Gaya
Kepemimpinan Terrhadap Kinerja Karyawan .Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahmawati,Siti.2008..Analisis Stres kerja karyawan pada PT pada PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Iskandar Muda .Fakultas
Ekonomi.Medan
Siregar, Muslim.2006.berjudul .Pengaruh Organisasi Terhadap Stres Kerja
Karyawan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Jurnal
Agung.Andreas.2007.Faktor-faktor penyebab Stres Kerja Pada Perawat ICU
Rumah Sakit Tipe C dikota Semarang. Fakultas Ekonomi.Semarang.
Nursyamsi,Idayanti. 2012.Pengaruh Kepemimpinan ,Pemberdayaan dan Stres Kerja Terhadap komitmen Organisasional Serta Dampaknya terhadap
Kinerja Dosen.Fakultas Ekonomi .Makasar.
Wiranta, Anak Agung. 2011 .Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Dan
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berupa penelitian asosiatif yakni, penelitian yang
menghubungkan dua variabel atau lebih, dengan jenis data kuantitatif. Dalam
penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh kepemimpinan dan konflik terhadap
stres kerja karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi
Sumatera Utara.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi
Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Letjend Djamin Ginting Km 10 Medan,
sedangkan waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2014 sampai dengan
Agustus 2014.
3.3 Batasan Operasional
Penelitian ini membahas tentang keterkaitan antara kepemimpinan dan
konflik yang merupakan variabel bebas terhadap stress kerja sebagai variabel
terikat pada karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah
3.4 Definisi Operasional
Defenisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepemimpinan (X1)
Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang
ditetapkan. (Robbins dan Judge 2008:49).
b. Konflik (X2 )
Konflik adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota
atau kelompok (dalam suatu organisasi/peusahaan) yang harus
membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-kegiatan kerja dan
atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status,
tujuan, nilai atau persepsi.Selain itu konflik diartikan sebagai
perbedaan, pertentangan dan perelisihan (Rivai, 2004: 507).
c. Stres Kerja Karyawan ( Y )
Robbins dan Judge (2008: 368) menyatakan bahwa stres merupakan
kondisi dinamis seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan
atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh
individu tersebut dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting.
Berdasarkan definisi operasional yang dikemukakan, maka peneliti
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
No Variabel Definisi Dimensi Indikator Pengukuran Skala
1 Kepemimpinan
3.5 Skala Pengukuran Variabel
Skala yang digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel adalah
dengan menggunakan skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut
Sugiyono (2009:98) adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur.
Berdasarkan pengertian diatas, maka skala yang digunakan adalah
skalaordinal dengan tujuan untuk memberikan informasi berupa rangking
atauperingkat pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrumen
pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal Sebagai gambaran, penulis
memberikan alternatif jawaban kepada responden dengan skala 1 – 5 dengan
pengukuran sebagai berikut :
Tabel 3.2
Instrumen Skala Ordinal
No. Alternatif Jawaban Ranking/Peringkat
1 Sangat Setuju 1
2 Setuju 2
3 Kurang Setuju 3
4 Tidak Setuju 4
5 Sangat Tidak Setuju 5
Sumber : Sugiyono, 2009:87
3.6 Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009 : 118). Populasi dalam penelitian
ini dibatasi hanya pada karyawan bidang keperawatan pada Rumah Sakit Jiwa
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimliki
oleh populasi. Sampel diambil dengan rumus slovin (Sugiyono, 2006:57) yaitu:
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Standar Error
Populasi (N) sebanyak 143 orang dan standar error sebanyak 10 % maka jumlah
sampel adalah sebagai berikut :
n = 58,84 (dibulatkan menjadi 60 orang) 3.7 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian yaitu :
Data primer merupakan data yang dipeoleh langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung
sebagai sumber informasi yang dicari. Data primer dari penelitian ini adalah
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumentasi
dan literatur dengan mempelajari berbagai tulisan dan buku-buku,
jurnal-jurnal, dan internet yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.8 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik antara lain :
a. Kuesioner (Questionnaire)
Merupakan teknik pengumpulan data yang berisikan identitas dan
pertanyaan responden untuk dijawab.
b. Wawancara (Interview)
Merupakan suatu jenis pengumpulan data dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaaan lisan terhadap narasumber untuk mendapatkan
informasi tentang variabel stress kerja serta kepemimpinan dan
konflik karyawan.
c. Studi dokumentasi
Merupakan pengumpulan data yang menggunakan bahan-bahan
literatur ,jurnal, dan situs internet yang berhubungan dengan masalah
yang
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitias
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah angket yang
valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
hendak diukur. Sedangkan instrumen yang reliabel adalah jika instrumen
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan
data yang sama (Sugiyono, 2006: 267).
Pengujian validitas ini dilakukan di luar dari jumlah sampel, dalam hal ini
uji validitas ini akan diberikan kepada 30 orang karyawan bidang keperwatan
Rumah Sakit Jiwa Sembada, Medan. Uji validitas ini menggunakan Software
SPSS 17.0 dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jika r hitung >r tabel, maka pernyataan dinyatakan valid
b. Jika r hitung<r tabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid
Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.
Hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut:
Tabel 3.3 Uji Validitas Corrected Item-Total
Correlation rtabel Keterangan
Lanjutan Tabel 3.3
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Dari hasil Uji Validitas terlihat bahwa nilai corrected item total
correlation (rhitung) seluruh pernyataan > nilai rtabel (0,361). Dengan demikian seluruh
pernyataan dalam kuesioner dinyatakan valid.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, maka uji selanjutnya
adalah menguji reliabilitas instrumen. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.(Situmorang et al,
2008:37). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi
17.00, butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas
ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Jika r alpha>r tabel maka pernyataan reliabel
b. Jika r alpha<r tabel maka pernyataan tidak reliabel
Tabel 3.4 Reliabilitas Variabel
Cronbach's Alpha N of Item rtabel Keterangan
.924 31 0,80 reliabel
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Pada Tabel 3.4, terlihat bahwa nilai cronbach’s alpha seluruh item/butir
pernyataan adalah sebesar 0,924 > rtabel (0,80). Dengan demikian seluruh item/butir
pernyataan variabel dinyatakan reliabel.
3.10 Teknis Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif
Tekhnis analisis deskriptif merupakan tekhnis analisis data dimana peneliti mengelompokkan atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari
keseluruhan data serta merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan
data mudah dikelola (Kuncoro,2009:192)
3.10.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada
analisis linier. Beberapa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data untuk melihat normal atau tidaknya sebaran data yang
dianalisis. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau
mendekati normal yakni tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Untuk
melihat normalitas data ini digunakan pendekatan grafik, yaitu Normality
Probability Plot dengan melihatpenyebaran data (titik) pada sumbu
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terjadi varian
gangguan berbeda dari suatu pengamatan, model regresi yang baik adalah
tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot. Jika sebuah varian sama,
maka dikatakan homokedastisitas dan apabila varian berbeda, maka
dikatakan terjadi heterokedastisitas. Alat untuk mengujinya terbagi dua
yaitu, dengan analasis grafik dan analisis residual yang berupa statistic
(Situmorang, 2008 : 63)
3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas variabel independen yang satu dengan yang lain
dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara
sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya
gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan
VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS.
Tolerance mengukur variabelitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Nilai umumnya yang biasa dipakai
adalah nilai Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi
multikolinearitas (Situmorang dkk, 2008: 104).
3.10.3 Metode Analisis Regresi Berganda
Peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui
menggunakan bantuan program software SPSS (Statistic Product for Service
Solution) versi 17.00, agar hasil yang diperoleh lebih terarah.
Model regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + e Dimana:
Y = Stres Kerja = Konstanta
= Koefisien regresi berganda X1 = Kepemimpinan
X2 = Konflik = Standar Error
3.10.4 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan model regresi yang sudah memenuhi
syarat asumsi klasik , kemudian dianalisis dengan cara sebagai berikut:
3.10.4.1 Uji Signifikansi Simultan (uji-F)
Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel terikat.
H0 : b1=b2= 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat hubungan yang
positif dan signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu kepemimpinan
dan konflik terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).
Ha : b1≠b2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif
dan signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu kepemimpinan dan
konflik terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).
H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%
Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
3.10.4.2 Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji-t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel secara individual
terhadap variabel terikat.
H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa kepemimpinan dan konflik
terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).
H0 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan dari variabel bebas (X1 dan X2) yaitu berupa kepemimpinan dan konflik
terhadap stres kerja sebagai variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%
3.10.4.3 Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa kemampuan
model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati
satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) adalah besar
terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat
untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap
variabel terikat.Sebaliknya ,jika (R²) semakin kecil (mendekati nol)maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel (Y) semakin
kecil. Secara umum dapat dikatakan besarnya koefisien determinasi berganda
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Pada tahun 1935 “Doorgangshuizen Voor Krankzinnigen” (Rumah Sakit
Jiwa) di Glugur, sebagai Rumah Sakit Jiwa yang ke-5 memiliki kapasitas 26
tempat tidur sampai dengan pada masa pendudukan Jepang tahun 1943. Pada
masa pendudukan tentara sekutu (1943-1947) penderita gangguan jiwa Rumah
Sakit Glugur dievakuasi ke Dolok Merangkir ± 100 km dari Medan ke arah
Pematang Siantar dan selama ±3 tahun lamanya. Pada tahun 1950 penderita
gangguan jiwa dipindahkan oleh Tentara Belanda ke bekas Rumah Sakit
HariSSon dan CroSSfield serta sebagian ditampung di Rumah Penjara Pematang
Siantar. Tahun 1950 sampai dengan 1958 dibuka Poliklinik Psikiatri yang
merupakan Annex Rumah Sakit Jiwa Pematang Siantar terletak di Jl. Timor No.
19 Medan. Tahun 1958 sampai dengan 1981 Rumah Sakit milik Belanda (Zieken
Verpleging) letaknya di Jl. Timor No. 10 Medan dimanfaatkan sebagai Rumah
Sakit Jiwa Medan dan menampung pasien rawat inap dari Pematang Siantar
dengan kapasitas 200 tempat tidur.
Pada tanggal 5 Februari 1981, berdasarkan Surat Menteri Kesehatan RI
Nomor 1897/Yankes/DKJ/78 dan dengan Persetujuan Menteri Keuangan tanggal
8 Desember 1978 Nomor S-849/MK/001/1978 Rumah Sakit Jiwa Medan di
ruislag dan dipindahkan ke lokasi baru di terusan Padang Bulan dengan luas tanah
Djamin Ginting km. 10 Medan, pada 15 Oktober 1981, diresmikan oleh Menteri
Kesehatan RI (Dr. Suwardjono Suryaningrat) yang memiliki kapasitas sebanyak
450 tempat tidur, yang merupakan RS. Jiwa Departemen Kesehatan.
Selanjutnya Rumah Sakit Jiwa tersebut mendapat Sertifikat Akreditasi
Rumah Sakit Nomor: YM.00.03.3.5.5829 yang meliputi Administrasi,
Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan
dan Rekam Medis pada tanggal 28 Desember 1999. Setelah Otonomisasi dari
tahun 2000 sampai dengan 2003, Rumah Sakit Jiwa Medan merupakan UPT
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Kemudian sesuai dengan Perda Nomor
8 tahun 2004 dan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor:
188.34/2641/K/2004, tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi
Sumatera Utara, maka RS. Jiwa Pusat Medan menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara.
Kemudian Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara mendapat Piagam
Penghargaan Citra Pelayanan Prima oleh Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara pada tanggal 31 Oktober 2008. Penetapan Rumah Sakit Jiwa
Daerah selaku Penyelenggara Pola Pengelola Keuangan Badam Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor: 445/4496/K/tahun 2008.
4.1.2 Visi, Misi, Dan Motto Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Visi
Menjadikan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang Terbaik Secara Profesional
Misi
1. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Fisik yang Terpadu
2. Meningkatkan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Gangguan Jiwa
dan Masalah Psikososial Masyarakat
3. Menyediakan dan Mengembangkan Fasilitas Pendidikan, Pelatihan, dan
Penelitian dalam Bidang Pelayanan Kesehatan Jiwa
4. Meningkatkan Upaya Profesionalisme dan Sumber Daya Manusia (SDM)
Melalui Pengembangan Ilmu Filosofi, Keterampilan, dan Etika Profesi
Motto
HORAS (Harmonis, Objektif, Rapi, Aman, Sigap)
4.1.3 Struktur Organisasi
Struktur organisasi memegang peranan penting dalam perusahan atau
instansi. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, pembagian tanggung
jawab dan wewenang tidak akan tumpang tindih serta koodinasi dan kerja sama
antar bidang atau bagian dapat terjalin dengan baik. Struktur organisasi yang
diterapkan Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara adalah struktur organisasi
berbentuk garis/lini, dimana terdapat satu kesatuan perintah dari pimpinan ke
bagian dibawahnya dan bagian akan memimpin sub. bagian dibawahnya. Lebih
jelas struktur organisasi Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara dapat dilihat
Sumber: Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara (2013)
Gambar 4.1 Strurktur Organisasi 4.1.4 Deskripsi Pekerjaan
Berikut dapat dijelaskan deskripsi tugas jabatan yang ada pada Rumah Sakit
Jiwa Daerah Sumatera Utara.
1. Direktur
Direktur Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumut mempunyai tugas
memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasikan kebijakan daerah yang
bersifat spesifik di bidang pelayanan kesehatan jiwa yang mencakup
penatausahaan, pengkajian dan pengembangan, pelayanan medis, perawatan
dan penunjang medis serta tugas pembantuan.
Sub. Bag. Umum
Sub. Bag. Aggaran Direktur
2. Wakil Direktur Bidang Pelayanan Medis
Wakil direktur pelayanan mempunyai tugas membantu Direktur dalam
kegiatan Bidang Pelayanan Medik, Penunjang Medik, dan Keperawatan.
3. Wakil Direktur Bidang Administrasi
Wakil Direktur Administrasi mempunyai tugas membantu Direktur dalam
melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi, dan menyelenggarakan
koordinadi pengawasan yang selanjutnya ditetapkan oleh Direktur yang
meliputi Bagian Tata Usaha, Bagian Keuangan, dan Bagian Pengkajian
dan Pengembangan.
4. Bidang Pelayanan Medis
Bidang pelayanan medis mempunyai tugas membantu Wadir Pelayanan
dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan unit rawat
jalan, unit gawat darurat (UGD) dan rekam medik, serta unit rawat inap
dan unit rehabilitasi.
5. Bidang Keperawatan
Bidang Keperawatan bertugas membantu Wadir Pelayanan dalam
menyelenggarakan pengaturan dan pengendalian kegiatan asuhan
keperawatan dalam rangka pelaksanaan tugas keperawatan, unit rawat
jalan dan gawat darurat, unit rawat inap, dan rehabilitasi.
6. Bidang Penunjang Medis
Bidang Penunjang Medis mempunyai tugas membantu Wadir Pelayanan
Medis dalam Bidang Penunjang Medis, Instalasi Laboraturium, Instalasi
Sarana Rumah Sakit (IPSRS), dan Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL).
7. Bagian Tata Usaha
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas membantu Wadir Administrasi
dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan kegiatan administrasi
umum dan kepegawaian RS. Jiwa Pemprov. Sumut.
8. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Wadir Administrasi dalam
pengelolaan keuangan dan penyiapan anggaran rumah sakit.
9. Bagian Pengkajian Dan Pengembangan
Bagian Pengkajian dan Pengembangan mempunyai tugas membantu
Wadir Administrasi dalam menyelenggarakan penyusunan program dan
pengkajian serta pengembangan terhadap seluruh kegiatan RS Jiwa.
10. Seksi Rawat Inap Dan Rehabilitasi
Bertugas melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data jumlah pasien,
melaksanakan koordinasi dengan jabatan fungsional, menyusun jadwal
dinas tim dokter, serta pembuatan laporan data pasien rawat inap dan
rehabilitasi pasien.
11. Seksi Rawat Jalan dan UGD
Bertugas Melaksanakan dan mengumpulkan, menyajikan data untuk
penyusunan dan penyempurnaan standar pelaksanaan keperawatan unit
pengendalian, dan peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan, serta
melaksanakan koodinasi rotasi bagi para perawat
12. Seksi Laboratorium, Farmasi, dan Gizi
Melaksanakan pengumpulan, pengelolahan, dan penyajian bahan/data
untuk menyusun dan menyempurnakan standar pelaksanaan pelayanan
Instalasi Laboraturium, Farmasi, dan Gizi serta Melaksanakan
pengkoordinasian kegiatan Instalasi Laboraturium, Farmasi, dan Gizi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
13. Sub. Bagian Umum
Melaksanakan pengumpulan bahan/data dan referensi untuk kebutuhan
pelaksanaan tugas dan fungsi ketatausahaan, Melaksanakan penyusunan
perencanaan/program kerja ketatausahaan Melaporkan dan
mempertanggungjawabkan atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Bidang Tata Usaha sesuai standar yang ditetapkan.
14. Sub. Bag. Anggaran
Melaksanakan pengumpulan, penyiapan bahan, dan pembinaan
pengelolaan teknis administrasi keuangan serta melaporkan dan
mempertanggugjawabkan atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala
Bagian Keuangan sesuai standar yang ditetapkan.
15. Sub. Bagian Program
Melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian bahan/data untuk
penyusunan dan penyempurnaan program rumah sakit dan standar
internal administrasi RS Jiwa, penyempurnaan program laporan serta
Melaksanakan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsinya kepada Kepala Bagian Pengkajian dan Pengembangan sesuai
ketentuan dan standar yang ditetapkan.
16. Seksi Rawat Jalan, UGD, dan Rekam Medik
Seksi ini bertugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian
data pasien rawat jalan dan UGD, melaksanakan pengumpulan, pegolahan,
dan pelayanan fungsional kesehatan jiwa anak, remaja, dewasa, lansia, dan
masyrakat, dan melaksanakan penyusunan jadwal dinas dokter yang
bertugas di unit pelayanan rawat jalan, UGD, serta pelayanan fungsional
kesehatan jiwa anak, remaja, dewasa, dan unit pelayanan pasien narkoba
serta Membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas
kepada Bidang Pelayanan.
17. Seksi Rekam Medik dan IPAL
Yaitu bertugas melaksanakan pengumpulan bahan/data untuk penyusunan
dan penyempurnaan standar pelaksanaan pengelolaan IPSRS, Instalasi
Elektro Medik, dan IPAL dan melaksanakan koordinasi kegiatan pada
IPSRS, Instalasi Elektro Medik, dan IPAL sesuai dengan ketentuan dan
standar yang ditetapkan, serta melaksanakan pelaporan dan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala
Bidang Penunjang Medis sesuai dengan standar yang ditetapkan.
18. Sub. Bagian Kepegawaian
Bertugas dalam melaksanakan pengumpulan dan pengolahan bahan/data
melaksanakan penyiapan dan pengusulan kenaikan pangkat dan pensiun
pegawai, peninjauan masa kerja, dan pemberian penghargaan serta
tugas/izin belajar, pendidikan, dan pelatihan kepemimpinan/struktural,
fungsional, dan teknis serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Bidang Tata Usaha sesuai bidang tugasnya.
19. Sub. Bagian Penerimaan dan Pengeluaran
Sub bagian ini bertugas melaksanakan pengumpulan bahan/data dan
referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi bagian keuangan
dan Menyusun target penerimaan dan pengeluaran rumah sakit serta
Melaksanakan penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA).
20. Sub. Bagian Pengembangan
Sub bagian ini bertugas melaksanakan pengumpulan, pengolahan, dan
penyajian bahan/data untuk penyusunan dan penyempurnaan standar
pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan penelitian di lingkungan RS Jiwa
sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku
4.2 Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif
4.2.1.1 Karakteristik Responden
Dari hasil penyebaran kuesioner, diperoleh karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin, usia, jabatan, masa kerja, dan tingkat pendidikan.
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 16 26,7%
Perempuan 44 73,3%
Jumlah 60 100%
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
terlihat bahwa responden laki-laki berjumlah 16 orang atau 26,7% dan responden
perempuan berjumlah 44 orang atau 73,3%. Dengan demikian responden
perempuan lebih dominan dibanding responden laki-laki, hal ini karena pada
umumnya pihak rumah sakit lebih membutuhkan perawat perempuan dibanding
perawat laki-laki. Perawat perempuan dianggap lebih sabat, lebih teliti, dan
umumnya lebih lemah lembut dalam merawat pasien, selain itu, profesi sebagai
perawat lebih disukai perempuan dari pada laki-laki.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia Jumlah (Orang) Persentase
< 30 Tahun 8 13,3%
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan usia <30
tahun berjumlah 8 orang (13,3%), usia 30-35 tahun berjumlah 2 orang (3,3%),
usia 36-40 tahun sebanyak 8 orang (13,3%), usia 41-50 tahun sejumlah 32 orang
(53,3%), dan responden berusia >50 tahun berjumlah 10 orang (16,7%). Dari data
tersebut terlihat bahwa responden dengan usia 41-50 tahun merupakan kategori
Daerah Sumatera Utara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sehingga memilih
bertahan dengan pekerjaannya hingga masa pensiun, sebagai PNS perputaran
pegawai di Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara juga sangat rendah
sehingga pegawai yang berusia muda relatif sedikit.
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan
Jabatan Jumlah (Orang) Persentase
Perawat Madya 9 15,0%
Perawat Muda 26 43,3%
Perawat Penyelia 12 20,0%
Perawat Pelaksana Lanjutan 2 3,3%
Perawat Pelaksana 11 18,3%
Total 60 100%
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan jabatan,
terlihat bahwa responden dengan jabatan Perawat Madya berjumlah 9 orang
(15,0%), Perawat Muda 26 orang (43,3%), Perawat Penyelia 12 orang (20,0%),
Perawat Pelaksana Lanjutan 2 orang (3,3%), dan Perawat Pelaksana berjumlah 11
orang (18,3%). Jabatan yang paling dominan adalah Perawat Muda. Hal ini
karena kebijakan jabatan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara
umumnya berjalan secara reguler artinya jabatan perawat akan naik secara berkala
sesuai dengan masa kerjanya.
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah (Orang) Persentase
Dari tabel tersebut terlihat bahwa responden dengan masa kerja <10 tahun
berjumlah 13 orang (21,7%), masa kerja 10-15 tahun 4 orang (6,7%), masa kerja
16-20 tahun 11 orang (18,3%), masa kerja 21-25 tahun 23 orang (38,3%), masa
kerja 26-30 tahun 6 orang (10,0%), dan masa kerja >30 tahun berjumlah 3 orang
(5,0%). Masa kerja yang paling dominan adalah masa kerja 21-25 tahun hal ini
karena sebagian besar perawat sudah lama mengabdi dengan masa kerja rata-rata
diatas 20 tahun. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat perputaran pegawai
rendah. Umumnya pegawai akan terus mengabdi hingga masa pensiun dan sangat
jarang yang mengajukan pensiun dini, serta kebijakan pengangkatan pegawai
yang ditentukan oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dan
kebijakan Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,
sehingga jumlah pegawai baru relatif sedikit.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase
S1 34 56,7%
D3 25 41,7%
SLTA 1 1,7%
Total 60 100%
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terlihat bahwa responden
dengan tingkat pendidikan S1 (Strata Satu) berjumlah 34 orang (56,7%),
pendidikan D3 (Diploma Tiga) berjumlah 25 orang (41,7%), dan tingkat
pendidikan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) berjumlah 1 orang (1,7%).
Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pendidikan yang paling dominan adalah
pendidikan S1 (Strata Satu) hal ini karena tuntutan profesi perawat yang
pengetahuan, keterampilan serta sikap yang profesional dalam menagani pasien,
sehingga sebagian perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara yang
sebelumnya lulusan Akademi Keperawatan (Akper) melanjutkan studi ke jenjang
S1 selain karena tuntutan profesi juga untuk pengembangan karir.
4.21.2 Deskripsi Jawaban Responden
Deskripsi jawaban responden menggambarkan bagaimana frekuensi
jawaban responden atas pernyataan yang diajukan dalam kuesioner. Berikut ini
dapat dilihat frekuensi jawaban responden tentang variabel kepemimpinan (X1),
variabel konflik kerja (X2), dan variabel stres kerja (Y).
Tabel 4.6
Deskripsi Jawaban Responden Tentang Variabel Kepemimpinan (X1)
Butir Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa:
1. Untuk Q1 (Pemimpin saya adalah orang yang jujur dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan terhadap anggotanya) terdapat 19 responden
(31,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 41 responden (68,3%) Setuju (S),
dan tidak ada responden yang menjawab Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju
keseluruhan responden mengakui kejujuran pimpinan dalam menyampaikan
informasi yang dibutuhkan.
2. Untuk Q2 (Pemimpin menilai kinerja saya secara objektif, tidak berdasarkan
prasangka sendiri.) terdapat 19 responden (31,7%) menjawab Sangat Setuju
(SS), 39 responden (65,0%) Setuju (S), dan 2 responden (3,3%) menjawab
Kurang Setuju (KS), serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju
(TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan sebagian besar
responden menilai bahwa pimpinan melakukan penilaian kinerja secara
objektif.
3. Untuk Q3 (Pimpinan memberikan arahan kepada anggotanya yang kurang
mampu memahami bidang pekerjaannya) terdapat 6 responden (10,0%)
menjawab Sangat Setuju (SS), 43 responden (71,7%) Setuju (S), dan 11
responden (18,3%) menjawab Kurang Setuju (KS), serta tidak ada
responden yang menjawab Tidak Setuju (TS) maupun Sangat Tidak Setuju
(STS). Ini menunjukkan secara umum, pimpinan akan memberikan arahan
bagi karyawan yang kurang mampu dalam memahami pekerjaan.
Sedangkan responden yang menjawab Kurang Setuju (KS), umumnya
karena pimpinan terkadang hanya memberi arahan secara umun dan tidak
rinci sehingga sebagian responden masih masih kurang paham.
4. Untuk Q4 (Pimpinan memberikan semangat dan motivasi dalam bekerja)
terdapat 15 responden (25,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 39 responden
(65,0%) Setuju (S), dan 6 responden (10,0%) menjawab Kurang Setuju
Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menilai bahwa pimpinan memberikan semangat dan motivasi
bagi karyawan dalam bekerja. Namun masih terdapat sebagian kecil
responden yang menjawab kurang setuju hal ini karena sebagian responden
tersebut menilai bahwa semangat dan motivasi yang diberikan pimpinan
terlalu normatif dan hanya fokus pada pekerjaan semata, sehingga sebagian
responden yang mungkin memiliki persoalan diluar pekerjaan kurang
termotivasi.
5. Untuk Q5 (Pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik dengan
anggotanya) terdapat 18 responden (30,0%) menjawab Sangat Setuju (SS),
42 responden (70,0%) Setuju (S), dan tidak ada responden menjawab
Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS).
Ini menunjukkan bahwa pimpinan mampu berkomunikasi dengan baik pada
seluruh anggotanya.
6. Untuk Q6 (Dengan adanya komunikasi dengan pemimpin, saya terbantu
untuk melaksanakan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu.) terdapat 13
responden (21,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 44 responden (73,3%)
Setuju (S), dan 3 responden (5,0%) menjawab Kurang Setuju (KS), serta
tidak ada responden yang menjawan Tidak Setuju (TS) maupun Sangat
Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
akan merasa terbantu jika komunikasi dengan pimpinan terjalin dengan
baik. Namun masih terdapat sebagian kecil responden yang kurang setuju
memberikan dampak pada penyelesaian tugas yang cepat dan tepat waktu
karena menurut mereka persoalan utamanya adalah jumlah perawat yang
kurang memadai dibandingkan dengan jumlah pasien.
7. Untuk Q7 (Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 35
responden (58,3%) Setuju (S), dan 13 responden (21,7%) menjawab
Kurang Setuju (KS), serta tidak ada responden yang menjawan Tidak Setuju
(TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian
besar responden dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Namun
masih terdapat responden yang menjawab kurang setuju hal ini karena
pimpinan hanya melibatkan responden dengan jabatan tertentu atau
perawat senior dalam pengambilan keputusan sedangkan
perawat-perawat yang relatif muda kurang dilibatkan.
8. Untuk Q8 (Pimpinan saya sangat bertanggung jawab terhadap keputusan
yang diambilnya) terdapat 21 responden (35,0%) menjawab Sangat Setuju
(SS), 35 responden (58,3%) Setuju (S), dan 4 responden (6,7%) menjawab
Kurang Setuju (KS), serta tidak ada responden yang menjawan Tidak Setuju
(TS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan sebagian besar
responden menilai bahwa pimpinan bertanggung jawab atas keputasan yang
Tabel 4.7
Deskripsi Jawaban Responden Tentang Variabel Konflik Kerja (X2)
Butir
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa:
1. Untuk Q1 (Fasilitas yang tersedia belum memadai) terdapat 29 responden
(48,3%) menjawab Setuju (S), 21 responden (35,0%) menjawab Kurang
Setuju (KS), dan 10 responden (16,7%) menjawab Tidak Setuju (TS), tidak
ada responden yang menjawab Sangat Setuju (SS) maupun Sangat Tidak
Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai
bahwa fasilitas yang tersedia masih belum memadai, namun sebagian
responden lagi menilai fasilitas yang ada telah cukup namun perlu
pembenahan hal ini karena sebagian ruangan fasilitasnya sudah memadai,
namun di sebagian ruangan yang lain fasilitasnya masih belum memadai.
2. Untuk Q2 (Jumlah perawat didalam satu ruangan tidak sebanding dengan
jumlah pasien yang dirawat) terdapat 19 responden (31,7%) menjawab
Setuju (S), 29 responden (48,3%) menjawab Kurang Setuju (KS), dan 12
yang menjawab Sangat Setuju (SS) maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini
menunjukkan bahwa secara umum jumlah perawat di dalam satu ruangan
masing kurang jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang dirawat.
3. Untuk Q3 (Perawat mendapat tugas dengan porsi yang berbeda-beda)
terdapat 2 responden (3,3%) menjawab Sangat Setuju (SS), 34 responden
(56,7%) menjawab Setuju (S), dan 21 responden (35,0%) menjawab Kurang
Setuju (KS) dan 2 responden (5,0%) Tidak Setuju (TS), serta tidak ada
responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden mendapat tugas dengan porsi yang
berbeda. Namun masih terdapat sebagian responden yang menjawab kurang
setuju dan tidak setuju, hal ini karena perawat ditempatkan di setiap ruang
rawat dengan jumlah dan kondisi pasien yang berbeda, sehingga meskipun
dalam aturan pembagian tugas telah dilakukan dengan porsi yang sama,
namun dalam praktiknya tingkat kesulitan dan tekanan kerja yang dihadapi
perawat berbeda beda sesuai dengan kondisi dan perilaku pasien.
4. Untuk Q4 (Saya keberatan pelaksanaan tugas piket jaga pada malam hari
tidak sesuai jadwal yang ditentukan) terdapat 3 responden (5,0%) menjawab
Sangat Setuju (SS), 54 responden (90,0%) menjawab Setuju (S), dan 3
responden (5,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden
yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa keberatan jika
5. Untuk Q5 (Saya kesulitan memahami bahasa isyarat dari pasien) terdapat 3
responden (5,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 43 responden (71,7%)
menjawab Setuju (S), dan 14 responden (23,3%) menjawab Kurang Setuju
(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun
Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden kesulitan memahami bahasa isyarat dari pasien.
6. Untuk Q6 (Saya kesulitan mengartikan bahasa lisan dari beberapa pasien
yang ingin berkomunikasi) terdapat 13 responden (21,7%) menjawab Sangat
Setuju (SS), 38 responden (63,3%) menjawab Setuju (S), dan 9 responden
(15,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang
menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kesulitan
memahami bahasa lisan dari pasien yang ingin berkomunikasi.
7. Untuk Q7 (Informasi yang diperoleh tentang kondisi pasien terkadang tidak
rinci) terdapat 9 responden (15,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 37
responden (61,7%) menjawab Setuju (S), dan 14 responden (23,3%)
menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab
Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden mendapat informasi yang kurang jelas
tentang kondisi pasien. Hal ini umumnya karena tidak mendapat detail
kondisi pasien secara tertulis hanya mengetahui informasi umum dari rekan
pelaksanaan kerja terkadang perawat harus bertanya tentang tindakan
lanjutan yang harus dilakukan.
8. Untuk Q8 (Terbatasnya informasi yang diberikan atasan dapat menghambat
pekerjaan saya.) terdapat 13 responden (21,7%) menjawab Sangat Setuju
(SS), 47 responden (78,3%) menjawab Setuju (S), dan tidak ada responden
yang menjawab Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat
Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa keterbatasan informasi dari
atasan dapat menghambat pekerjaan perawat dalam bertugas.
9. Untuk Q9 (Beban kerja yang tinggi membuat hubungan dengan rekan kerja
kurang harmonis) terdapat 1 responden (1,7%) menjawab Sangat Setuju
(SS), 39 responden (65,0%) menjawab Setuju (S), dan 20 responden
(33,3%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang
menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini
menunjukkan bahwa beban kerja yang tinggi menyebabkan sebagian besar
responden memiliki hubungan kerja yang kurang harmonis dengan rekan
kerja.)
10. Untuk Q10 (Saya sering berbeda pendapat dengan rekan kerja saya yang
berada dalam satu ruangan) terdapat 7 responden (11,7%) menjawab Sangat
Setuju (SS), 35 responden (58,3%) menjawab Setuju (S), dan 18 responden
(30,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang
menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden sering berbeda pendapat
responden yang menjawab kurang setuju karena perawat yang ditempatkan
dalam satu ruangan terdiri dari berbagai jabatan, masa kerja, serta karakter
yang berbeda sehingga perbedaan pendapat dimungkinkan terjadi.
11. Untuk Q11 (Saya merasa terganggu jika harus membantu rekan kerja yang
sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan.) terdapat 4
responden (6,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 38 responden (63,3%)
menjawab Setuju (S), dan 18 responden (30,0%) menjawab Kurang Setuju
(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun
Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden merasa terganggu ketika harus membantu rekan kerja yang
sedang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan.
12. Untuk Q12 (Saya tidak senang memiliki rekan kerja yang suka mengkritik
pekerjaan saya) terdapat 15 responden (25,0%) menjawab Sangat Setuju
(SS), 43 responden (71,7%) menjawab Setuju (S), dan 2 responden (3,3%)
menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab
Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden tidak senang mendapat kritikan dari rekan
Tabel 4.8
Deskripsi Jawaban Responden Tentang Variabel Stres Kerja (Y)
Butir Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa:
1. Untuk Q1 (Beban kerja yang sulit mengakibatkan tekanan darah saya
meningkat) terdapat 13 responden (21,7%) menjawab Sangat Setuju (SS),
40 responden (66,7%) menjawab Setuju (S), dan 7 responden (11,7%)
menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab
Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan
bahwa beban kerja yang sulit mengakibatkan tekanan darah sebagian besar
responden meningkat.
2. Untuk Q2 (Saya selalu menghadapi tugas dalam jumlah banyak sehingga
membuat saya merasa pusing) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab
Sangat Setuju (SS), 46 responden (76,7%) menjawab Setuju (S), dan 2
responden (3,3%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden
menunjukkan bahwa beban kerja yang banyak cenderung membuat
responden merasa pusing.
3. Untuk Q3 (Tugas yang berlebihan membuat saya mengeluarkan banyak
keringat) terdapat 19 responden (31,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), dan
41 responden (68,3%) menjawab Setuju (S), serta tidak ada responden yang
menjawab Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak
Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa tugas yang berlebihan membuat
responden berkeringat.
4. Untuk Q4 (Saya diberi banyak tugas pada waktu yang bersamaan sehingga
membuat denyut jantung saya berdetak kencang) terdapat 18 responden
(30,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 37 responden (61,7%) menjawab
Setuju (S), dan 5 responden (8,3%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta
tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat
Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa pemberian tugas yang banyak
pada waktu yang bersamaan membuat sebagian besar denyut jantung
responden cenderung berdetak kencang.
5. Untuk Q5 (Saya sering menyelesaikan tugas dengan tergesa- gesa sehingga
kinerja saya kurang maksimal.) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab
Sangat Setuju (SS), 42 responden (70,0%) menjawab Setuju (S), dan 6
responden (10,0%) menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden
yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar responden sering tergesa-gesa dalam
6. Untuk Q6 (Ketidak jelasan tugas dan peran membuat saya tidak puas dalam
bekerja) terdapat 12 responden (20,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 43
responden (71,7%) menjawab Setuju (S), dan 5 responden (8,3%) menjawab
Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju
(TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa ketidak
jalasan tugas dan peran membuat responden tidak puas dalam bekerja.
7. Untuk Q7 (Saya merasa tersinggung bila ada rekan kerja yang menegur
kesalahan saya) terdapat 3 responden (5,0%) menjawab Sangat Setuju (SS),
47 responden (78,3%) menjawab Setuju (S), dan 10 responden (16,7%)
menjawab Kurang Setuju (KS) serta tidak ada responden yang menjawab
Tidak Setuju (TS), maupun Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan
bahwa sebagian besar responden merasa tersinggung bila ada rekan kerja
yang menegur kesalahannya. Untuk responden yang menjawab kurang
setuju beralasan bahwa mereka tidak selalu tersinggung jika ada rekan kerja
menegur kesalahan mereka khususnya jika rekan kerja tersebut lebih senior
dan disampaikan dengan cara yang baik, namun terkadang bisa tersinggung
jika yang menegur adalah rekan kerja sejawat atau yang yang lebih junior
terlebih jika ditegur dengan cara yang kurang baik.
8. Untuk Q8 (Saya kewalahan apabila rekan kerja saya tidak hadir) terdapat 26
responden (43,3%) menjawab Sangat Setuju (SS), 34 responden (56,7%)
menjawab Setuju (S), dan tidak ada responden yang menjawab Kurang
menunjukkan bahwa responden secara keseluruhan akan merasa kewalahan
dalam bekerja jika rekan kerjanya tidak hadir.
9. Untuk Q9 (Tanggung jawab yang diberikan membuat saya selalu berusaha
untuk tetap hadir meskipun kondisi saya kurang mendukung) terdapat 11
responden (18,3%) menjawab Sangat Setuju (SS), 39 responden (65,0%)
menjawab Setuju (S), dan 10 responden (16,7%) menjawab Kurang Setuju
(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun
Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab yang
diberikan membuat sebagian besar responden selalu berusaha untuk tetap
hadir meskipun kondisinya kurang mendukung. Sebagian responden yang
menjawab kurang setuju beralasan bahwa mereka akan mempertimbangkan
kondisi pribadi dengan tanggung jawab kerja dengan persetujuan atasan,
jika masih memungkinkan mereka tetap akan masuk kerja setelah urusan
pribadinya selesai atau sebaliknya masuk kerja terlebih dahulu, kemudian
meminta izin pada atasan untuk pulang kerja lebih awal.
10. Untuk Q10 (Saya merasa memiliki hasil kerja yang optimal) terdapat 10
responden (16,7%) menjawab Sangat Setuju (SS), 35 responden (58,3%)
menjawab Setuju (S), dan 15 responden (25,0%) menjawab Kurang Setuju
(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun
Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa secara umum,
sebagian besar responden merasa memiliki hasil kerja yang optimal.
Namun masih terdapat sebagian responden yang menjawab kurang setuju,
sehingga responden kurang mengetahui bagaimana hasil penilaian
kinerjanya dengan demikian, meskipun telah berupaya maksimal, sebagian
responden merasa hasil kerja mereka masih kurang optimal. Hal ini juga
karena rutinitas kerja yang monoton dengan beban kerja yang banyak
membuat responden sulit menilai hasil kerjanya.
11. Untuk Q11 (Saya menyelesaikan pekerjaan selalu terealisasi) terdapat 6
responden (10,0%) menjawab Sangat Setuju (SS), 43 responden (71,7%)
menjawab Setuju (S), dan 11 responden (18,3%) menjawab Kurang Setuju
(KS) serta tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju (TS), maupun
Sangat Tidak Setuju (STS). Ini menunjukkan bahwa secara umum, sebagian
besar responden mampu menyelesaikan pekerjaan. Untuk responden yang
menjawab kurang setuju beralasan bahwa terkadang pekerjaan tidak selalu
terealisasi bukan karena ketidakmampuan, namun karena saat mengerjakan
suatu pekerjaan, pimpinan sewaktu-waktu bisa saja memintanya untuk
membantu perawat di ruangan lain sehingga pekerjaan sebelumnya akan
dilanjutkan oleh rekan kerjanya. Selain hal itu, terkadang ada pasien yang
butuh perhatian khusus sehingga sebagian pekerjaan tidak terealisasi atau
mengalami keterlambatan penyelesaian.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik yang digunakan meliputi Uji Normalitas Data, Uji
1. Uji Normalitas Data
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Gambar 4.2 Histogram Normalitas Data
Uji Normalitas Data dengan pendekatan histogram diatas menunjukkan
bahwa model regresi yang digunakan telah berdistribusi normal, hal ini dapat
dilihat dari garis histogram tidak menceng ke kiri atau ke kanan, sehingga
penyebaran datanya telah berdistribusi secara normal.
b. Pendekatan Grafik
Pendekatan lainnya yang digunakan dalam untuk menguji normalitas data
adalah Pendekatan Grafik. Pendekatan Grafik yang digunakan adalah Normality
Probability Plot. Berikut adalah hasil Uji Normalitas Data dengan pendekatan
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Gambar 4.3 Normality Probability Plot
Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan pendekatan grafik diatas, dapat
diketahui bahwa data memiliki distribusi atau penyebaran yang normal, hal ini
dapat dilihat dari penyebaran titik berada disekitar sumbu diagonal dari grafik.
2. Uji Heteroskedastisitas (Pendekatan Grafik Scatter Plot)
Untuk melihat ada tidaknya Heteroskedastisitas pada model yang
digunakan, dilakukan dengan Uji Heteroskedastisitas (Scatter Plot). Berikut hasil
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Gambar 4.4 Scatter Plot
Berdasarkan Hasil Uji Heteroskedastisitas diatas, diketahui bahwa titik –
titik penyebaran pada Scatter Plot tidak menunjukkan pola tertentu dan
penyebarannya berada di atas dan di bawah angka nol, sehingga model regresi
yang digunakan tidak mengalami Heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolonearitas
Uji Multikolonearitas pada penelitian ini digunakan untuk melihat ada
tidaknya gejala multikolonearitas antar variabel indevenden. Pada Tabel 4.9
berikut dapat dilihat hasil Uji Multikolonearitas dengan melihat nilai Tolerance
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolonearitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 4.178 1.944 2.150 .036
VAR00001 .210 .078 .232 2.704 .009 .997 1.003 VAR00002 .513 .062 .713 8.308 .000 .997 1.003 a. Dependent Variable: VAR00003
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Pada Tabel 4.9 disimpulkan bahwa pada model regresi yang digunakan
tidak terlihat adalanya gejala multikolonearitas antar variabel indevenden. Hal ini
dapat diketahui dari nilai tolerance dan nilai VIF, hasil perhitungan menunjukkan
bahwa nilai tolerance variabel independen adalah sebesar 0,997 dengan nilai VIF
sebesar 1,003, Sehingga nilai tersebut telah sesuai denan kriteria pengambilan
keputusan dimana nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 5.
4.2.3 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui hubungan
dan pengaruh variabel kepemimpinan (X1), dan variabel konflik kerja (X2),
terhadap variabel stres kerja (Y).
Hasil perhitungan regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa VAR00001 .210 .078 .232 2.704 .009 VAR00002 .513 .062 .713 8.308 .000 a. Dependent Variable: VAR00003
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Hasil Analisis regresi linear berganda Tabel 4.10 diperoleh persamaan
sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan tersebut dapat diketahui bahwa :
1. Konstanta (a) = 4,178 menunjukkan nilai konstan, jika nilai variabel bebas
(kepemimpinan, dan konflik kerja) = 0 maka kinerja karyawan (Y) akan
sebesar 4,178.
2. Koefisien regresi variabel kepemimpinan sebesar 0,210 menunjukkan
bahwa variabel kepemimpinan berpengaruh positif terhadap stres kerja (Y).
Dengan kata lain, jika variabel kepemimpinan ditingkatkan sebesar satu
satuan maka stres kerja akan berkurang sebesar 0,210
3. Koefisien regresi variabel konflik kerja sebesar 0,513 menunjukkan bahwa
jika variabel konflik kerja meningkat sebesar satu satuan maka stres kerja
akan meningkat sebesar 0,513.
4.2.4 Pengujian Hipotesis
4.2.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Hasil Uji Simultan (Uji F) menunjukkan seberapa besar hubungan dan
pengaruh variabel kepemimpinan (X1), dan variabel konflik Kerja (X2) secara
bersama-sama atau serempak terhadap variabel stres kerja (Y). Hasil Uji F dapat
dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Singifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 115.617 2 57.808 39.525 .000a
Residual 83.367 57 1.463
Total 198.983 59
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001 b. Dependent Variable: VAR00003
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat diketahui bahwa secara simultan atau
serempak, variabel kepemimpinan (X1) dan variabel konflik kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel stres kerja (Y). Hal ini terlihat dari nilai
Fhitung 39,525 > nilai Ftabel 3,15, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. <
0,005. Maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis Ha diterima dan H0 ditolak.
4.2.4.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t)
Hasil Uji Parsial (Uji t) menunjukkan seberapa besar hubungan dan
(X2), secara parsial terhadap variabel stres kerja (Y) Hasil Uji t dapat dilihat
pada Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficientsa
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Tabel 4.12 Hasil Uji t diatas, diketahui bahwa:
1. Variabel kepemimpinan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
stres kerja (Y) hal ini terlihat dari nilai nilai thitung (2,704) > ttabel (1,671) dengan
tingkat signifikasi sebesar 0,009 < 0,05.
2. Variabel konflik kerja (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel stres kerja (Y) hal ini terlihat dari nilai thitung(8,308) < ttabel (1,671)
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut, sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis maka
Ha diterima dan H0 ditolak.
4.2.4.3 Uji Koefisien Determinasi (Uji R²)
Dalam penelitian ini dapat diketahui berapa besar kontribusi variabel
kepemimpinan (X1), dan variabel konflik kerja (X2), terhadap variabel stres kerja
(Y). Melalui koefisien determinasi (R²) dengan menggunakan program SPSS
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .762a .581 .566 1.20937
a. Predictors: (Constant), VAR00002, VAR00001 b. Dependent Variable: VAR00003
Sumber: Pengolahan SPSS (2014)
Berdasarkan Hasil Uji Determinasi (R²) pada Tabel 4.13 diketahui bahwa
variabel kepemimpinan (X1), dan variabel konflik kerja (X2), memiliki kontribusi
positif sebesar 0,566 (56,60%) terhadap variabel stres kerja (Y). Sedangkan
sisanya sebesar 43,40% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan
kerja, kompensasi, motivasi, dan beban kerja yang tidak diikutsertakan dalam
penelitian ini.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan Pengaruh Kepemimpinan Dan Konflik Kerja Terhadap Stres Kerja Karyawan
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang variabel kepemimpinan (X1),
variabel konflik kerja (X2), dan variabel stres kerja (Y) yang telah diuraikan
sebelumnya, terlihat bahwa frekuensi jawaban responden tentang variabel
kepemimpinan untuk keseluruhan item/butir pernyataan didominasi oleh jawaban
Setuju (S). Hasil frekuensi jawaban tersebut menunjukkan bahwa penerapan
kepemimpinan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara secara umum
sudah cukup baik meskipun masih terdapat sebagian responden yang menilai
kurang setuju khususnya pada pernyataan (pimpinan melibatkan bawahan dalam