• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konsep Diri Profesional Perawat dengan Produktifitas Kerja

BAB 6 PEMBAHASAN

6.9. Hubungan Konsep Diri Profesional Perawat dengan Produktifitas Kerja

Berdasarakan hasil pengujian hipotesa dapat dijelaskan bahwa konsep diri professional perawat berpengaruh terhadap produktifitas kerja dengan nilai koefisien parameter sebesar 0,4953 dan nilai t=9,0782 > 1,96. Besarnya nilai

koefesien 0,4953 berarti setiap ada peningkatan konsep diri profesional sebnyak satu kali akan meningkatkan produktifitas sebanyak 0,4953.

Faktor cairng dan staff relations dalam konsep diri professional perawat dalam penelitian ini, sejalan dengan hasil studi literatur Schmidt and McArthur (2018) yang mengungkapkan Nilai keperawatan profesional didefinisikan sebagai prinsip keperawatan profesional yang penting dari martabat manusia, integritas, altruisme, dan keadilan yang berfungsi sebagai kerangka kerja untuk standar, praktik profesional, dan evaluasi. Caring atau kepedulian sering dicatat dalam tinjauan literatur yang relevan tentang nilai-nilai keperawatan. Dapat dikatakan bahwa altruisme, integritas, keadilan, dan martabat manusia secara teoritis terkait dengan kepedulian. Kolaborasi dan kerja tim dapat tersirat dalam atribut-atribut penting dari rasa hormat, integritas, dan keadilan.

Tao et al. (2012) dalam penelitiannya terkait psikologis dan persepsi perawat dalam bekerja terkait organisasi dan pekerjaannya menjelaskan perawat dalam keadaan psikologis yang positif lebih mudah dikaitkan dan tertanam dalam organisasi dan pekerjaan mereka, dan lebih mudah beradaptasi dan kompeten untuk jabatan mereka. Faktor-faktor ini menghasilkan evaluasi positif dan pengakuan terhadap organisasi. Psikologi positif mewujudkan keadaan positif. Mereka saling mempengaruhi dan bersama-sama berkontribusi pada kinerja yang lebih baik. Penelitian Tao et al. (2012) telah membuktikan bahwa perbedaan mendalam antara psikologi perawat individu memiliki dampak yang signifikan secara statistik terhadap retensi mereka dan keterikatan pada organisasi. Evaluasi dan pembentukan keseluruhan perawat dari citra pekerjaan yang melekat kebanyakan

secara subjektif. Oleh karena itu, mereka cenderung dipengaruhi oleh kecenderungan individu dan struktur kognitif karyawan. Namun, psikologi positif akan secara signifikan menunjukkan peran utama dari kognisi positif seseorang tentang diri sendiri dan dunia luar. Unsur-unsur psikologis positif seperti self-efficacy, optimisme, ketahanan dan harapan semuanya terkait dengan kenyamanan kerja. Hal ini berarti bahwa perawat dengan psikologi yang berorientasi positif memiliki self-affirmation dan kognitif tendensi yang lebih tinggi membantu mereka merasa bahagia dan nyaman dalam organisasi atau lingkungan medis.

Hasil penelitian Chenevert, Jourdain, and Vandenberghe (2016) menunjukkan bahwa citra diri profesional perawat pascasarjana memediasi hubungan antara persepsi high involvement work practice (HIWP) dan niat untuk meninggalkan profesi. Namun, niat untuk meninggalkan profesi itu tidak terkait dengan peran profesional. Selain itu, citra diri profesional perawat tidak terkait dengan niat untuk meninggalkan organisasi. HIWP terdiri dari faktor reward, competence development, decentralization of authority dan information exchange. Dalam penelitian ini hal tersebut nampak dari karakteristik organisasi dan lingkungan organisasi yang memberikan pengaruh signifikan terhadap konsep diri professional perawat. Pembentukan konsep diri professional perawat terkait care, knowledge, staff relations dan leadership. Kepuasan terhadap profesi, pengembangan kompetensi, kerja sama tim hingga kemampuan dalam memimpin merupakan harapan dalam mendapatkan konsep diri professional yang tinggi.

Guo et al. (2017) menunjukkan dalam penelitiannya, terkait keinginan untuk menjadi perawat dengan melihat faktor idenditas dan self-efficacy professional,

identitas pribadi yang negatif berarti kesempatan yang lebih besar bagi mereka untuk memilih menjadi perawat dengan mempertimbangkan tekanan lingkungan kerja dan alasan obyektif lainnya. Demikian pula, jika mereka tidak percaya mereka dapat menangani karir keperawatan, yang setara dengan self-efficacy profesional rendah, mereka tidak akan memilih keperawatan sebagai jurusan.

Andrews, Burr, and Bushy (2010) dalam penelitian kualitatif terkait konsep diri professional perawat, mengungkapkan lingkungan kerja yang negatif dan hubungan dengan atasan serta kolaboratif yang kurang memuaskan mengakibatkan dampak negative yang memberikan rasa isolasi social pada perawat. Lingkungan kerja negative seperti beban kerja yang dirasakan memberatkan, tugas yang lebih berfokus pada dokumen dan kebijakan fiscal serta anggaran yang tidak memadai bagi perawat menyebabkan perawat merasa tidak memiliki otonomi professional. hubungan dengan atasan serta kolaboratif seperti hubungan negative antar perawat tingkat atas atau administrative, pole kepegawaian yang tidak memadai, tidak terlibatnya perawat dalam pengambilan keputusan sehingga perawat merasa lemah dan tidak berdaya dalam berhadapan dengan lingkungan kerja. Andrews et al. (2010) mengungkapkan komentar dari responden menunjukkan bahwa ketidakmampuan yang dirasakan secara langsung mempengaruhi hasil kualitas perawatan pasien dan keselamatan yang dapat mengakibatkan konsep diri yang berkurang. Dalam keadaan seperti itu, konsep diri mungkin memiliki pengaruh yang jauh lebih besar pada komitmen organisasi perawat daripada kepuasan keseluruhan terhadap lingkungan kerja (Andrews et al. 2010).

Dalam manajemen keperawatan saat ini, ada kurangnya kinerja tinggi yang nyata, pembelajaran dan pengembangan yang berkelanjutan, serta reformasi dan penyesuaian strategis yang aktif. Ukuran saat ini dalam manajemen keperawatan berfokus pada penurunan kesalahan, yang tidak membantu perawat untuk melakukan hal yang benar dengan lebih efektif. Tidak cukup hanya mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi keperawatan. Sifat positif perawat adalah kekuatan yang diabaikan dan sedikit perhatian diberikan pada pertumbuhan, pelatihan, dan pemenuhan diri mereka.

Pada kenyataanya sistem dirumah sakit masih banyak menjunjung metodologi tradisional yang berorientasi negatif lebih memperhatikan kepemimpinan yang tidak efektif, karyawan tidak etis, tekanan dan konflik, sikap dan tindakan yang disfungsional, dan struktur organisasi, strategi dan budaya yang melawan produktivitas.

Nayeri menunjukkan bahwa produktivitas perawat bergantung pada faktor "sumber daya manusia" yang bertindak sebagai variabel utama. Parameter ini memiliki hubungan signifikan langsung atau tidak langsung dengan efektivitas dan efisiensi. Manajemen dan faktor organisasi berperan dalam membentuk budaya produktivitas. Gaya manajemen dan kepemimpinan mempengaruhi produktivitas, efektivitas dan kualitas layanan staf. Selain itu status kepegawaian, pola kepegawaian, metode organisasi, tingkat kepercayaan pada perawat dan sistem pembayaran yang adil berdasarkan kinerja dan efektivitas individu juga menjadi faktor yang mempengaruhi produktifitas. Kebutuhan pelatihan untuk mendukung

staf terus berubah dan harus terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi (Nayeri, Bahabadi, and Kazemnejad 2014; Nayeri et al. 2006).

Faktor dalam diri perawat seperti kelelahan dan stres dapat memberikan dampak negative terhadap produktifitas. Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan non-perawatan diperlukan untuk mengurangi kelelahan dan menghemat sumber daya keperawatan yang dibutuhkan (Nayeri et al. 2014; Nayeri et al. 2006). Keamanan kerja dan kekayaan finansial merupakan faktor penting lainnya yang ditemukan berhubungan dengan produktivitas.

Keseimbangan antara kerja dan kehidupan memiliki efek positif terhadap produktivitas. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas perawat sama-sama terkait dengan martabat perawat dan rasa hormat. Martabat dan rasa hormat terhadap pekerjaan adalah indikasi lingkungan yang hormat. Pengalaman perawat tentang rasa hormat dikaitkan dengan kerja sama, pengakuan, independensi, dukungan, dan keadilan (Nayeri et al. 2014; Nayeri et al. 2006).

Kinerja manajer merupakan faktor kunci yang memfasilitasi atau menghambat produktivitas perawat. Karakteristik manajer yang mempengaruhi produktivitas tim perawat termasuk mengarahkan perawat dengan menjadi teladan, menggunakan keterampilan kepemimpinan dengan tepat, mendukung tim, memotivasi tim dengan memberi pengakuan dan memberi terima kasih kepada personil, memiliki keterampilan hubungan baik, dan memperhatikan masalah staf (Nayeri et al. 2014; Nayeri et al. 2006). Hal ini juga sejalan dengan Borhani et al. (2016) dalam penelitiannya mendapatkana hasil bahwa upaya meningkatkan QWL dan dimensinya dapat meningkatkan produktivitas kelompok masyarakat yang

layak, dan melangkah maju dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Manajer perawatan kesehatan harus fokus pada moralitas dan kinerja berbasis keterampilan dari perawat dan dokter untuk menyediakan lingkungan kerja yang lebih berbasis manusia dan kolaboratif.

Berdasarkan pemodelan masing-masing rumah sakit, konsep diri professional perawat memiliki peran penting pada dalam membentuk produktifitas kerja perawat pelaksanan, yaitu RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Sanglah Denpasar RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Hal ini menunjukkan pentingnya konsep diri professional perawat terhadap produktifitas kerja perawat pelaksana.

Produktifitas kerja perawat yang tinggi terbentuk dari konsep diri professional yang tinggi. Hal ini disebabkan kondisi psikologi perawat yang baik, perawat merasakan kenyamanan dan keamanan, dukungan dari atasan dan lingkungan kerja, perawat merasakan lebih dihargai, perawat juga merasa dilibatkan dalam kegiatan organisasi atau rumah sakit dan dalam pengambilan keputusan. Konsep diri professional menunjang kinerja dan produktifitas dari perawat yang akan meningkatkan kualitas pelayanan dan akhirnya meningkatkan kepuasan pasien dan produktifitas rumah sakit.

6.10. Perbedaan Hasil Penelitian Pemodelan Konsep Diri Profesional