• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1. Iklim Kerja

Suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh suatu sistem pengatur tubuh. Produksi panas dalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan, berbagai bahan kimia dan gangguan pada sistem pengatur panas misalnya pada keadaan demam. Iklim kerja merupakan suatu komponen dari faktor fisik di

lingkungan kerja yang meliputi tekanan panas dan dingin. Suhu panas biasanya menjadi masalah yang dominan daripada tekanan dingin bagi tenaga kerja (Matondang dkk, 2004).

Iklim kerja merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara kecepatan gerakan dan suhu radiasi dalam suatu ruangan yang berimplikasi terhadap tingkat pengeluaran panas dari tubuh. Kombinasi ke-empat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut suhu panas.

Suhu udara dapat diukur dengan thermometer disebut dengan suhu kering, kelembaban udara dapat diukur dengan menggunakan hygrometer dimana suhu dan kelembaban telah dapat diukur secara bersama-sama, misalnya dengan menggunakan sling psychometer dan arsman psychrometer yang menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu thermometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya dengan demikian suhu tersebut dapat menunjukkan kelembaban relativif. Selain alat di atas, terdapat alat yang lebih modern seperti Questtemp Heat Stress Monitoring dioperasikan secara digital meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan ISBB yang hasilnya tinggal membaca alat dengan menekan tombol ºC atau ºF (Tarwaka, 2004).

Orang Indonesia biasanya beraklimatisasi dengan suhu tropis sekitar 29-30ºC dengan kelembaban sekitar 85-90%. Aklimatisasi panas berarti proses yang terjadi pada seseorang selama seminggu pertama berada di tempat panas sehingga setelah itu dia mampu bekerja tanpa pengaruh panas. Tenaga kerja baru akan mengalami proses

aklimatisasi untuk melindungi tenaga kerja baru tersebut perlu diatur pembagian pekerjaan secara bertahap. Efisiensi kerja dapat dipengaruhi cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja jadi tidak dingin dan tidak panas. Suhu nikmat bekerja bagi orang Indonesia diantara 24-26ºC (suhu basah alami) dapat mendorong tingkat produktivitas.

Suhu panas adalah perpaduan dari suhu udara, kelembaban, panas radiasi dan kecepatan udara dalam suatu ruangan yang berimplikasi terhadap tingkat pengeluaran panas dari tubuh seorang tenaga kerja sebagai akibat dari melakukan pekerjaan (Matondang dkk, 2004). Ketika kemampuan fisiologi tenaga kerja, mengimbangi tekanan panas yang berlebih maka paparan panas menimbulkan gangguan penampilan kerja, meningkatkan resiko kecelakaan kerja.

Potensi bahaya paparan panas di lingkungan kerja dapat dipantau dengan melakukan pengukuran secara kuantitatif untuk mengetahui kondisi iklim kerja digunakan sebagai dasar dalam penanggulangannya. Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Hal penting diketahui oleh tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja panas adalah sumber panas. Dua hal penting tentang sumber panas di tempat kerja (Moejosoedarmo, 2008) :

a. Panas metabolisme

Tubuh manusia akan menghasilkan panas selama masih hidup, proses yang menghasilkan panas dalam tubuh ini disebut metabolisme. Panas metabolisme meningkat apabila beban kerja meningkat. Suhu tubuh harus dipelihara agar tetap

konstan sebesar 37ºC. Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan metabolisme. Oleh karena itu kelebihan panas metabolisme yang terbanyak harus dibuang atau dikeluarkan dari dalam tubuh ke udara sekitarnya (udara lingkungan tempat kerja).

b. Panas dari luar tubuh penting diketahui dengan alasan :

1) Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban panas kepada tubuh

2) Faktor panas lingkungan termasuk suhu udara, kecepatan udara, kelembaban udara dan panas radiasi dapat menentukan kecepatan tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan kerja.

Panas diperoleh tidak hanya dari suhu udara, melainkan tergantung dari kecepatan gerak udara, kelembaban udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari faktor ini disebut faktor dari cuaca kerja. Sedangkan yang tidak termasuk faktor cuaca kerja adalah panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi (kemampuan beradaptasi).

Darah membawa panas dari dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dipindahkan ke sekitarnya. Kecepatan panas yang dipindahkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja (Moejosoedarmo, 2008) melalui :

a. Konduksi perpindahan panas dari partikel yang satu ke partikel yang lain yang saling berhubungan dalam keadaan tetap misalnya perpindahan panas dari kulit ke

udara, namun agar dapat berlangsung maka suhu udara harus lebih dingin dari suhu kulit

b. Konveksi sirkulasi udara di atas kulit yang hasilnya adalah peningkatan kegiatan pendinginan. Adanya angin dingin atau angin sepoi-sepoi serta penyediaan kipas angin secara terus menerus mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh. Makin tinggi kecepatan udara lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang

c. Penguapan cara pendinginan tubuh yang dilakukan dengan menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat oleh konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit

d. Radiasi perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda yang lebih dingin yang ada disekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja. Panas dipindahkan melalui suatu ruangan sedangkan benda-benda tidak saling menyentuh antara yang satu dengan yang lain.

Apabila suhu udara lingkungan kerja naik sampai pada batas tertentu, dimana lebih tinggi dari suhu tubuh, maka panas yang hilang atau pendinginan dengan cara konduksi, konveksi, radiasi akan berhenti dan dimulai terjadinya penyerapan panas dari lingkungan ke tubuh. Pada suatu keadaan dengan suhu dan kelembaban tertentu, pendinginan tubuh melalui penguapan akan terhenti dan suhu tubuh mulai naik. Bila keadaan seperti ini terjadi, tenaga kerja dalam bahaya dan dapat menderita sakit yang disebabkan oleh panas.

Pada dasarnya tubuh akan tetap mempertahankan suhu dalam kondisi yang stabil pada 37ºC. Untuk menjaga kestabilan suhu tubuh maka terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan bentuk paling ringan dari suhu panas adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Paparan suhu panas dalam waktu lama juga menyebabkan iritabiliti, lesu, moral menurun, meningkatkan gelisah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sumber paparan panas di tempat kerja yaitu: cuaca panas dimana paparan panas matari terutama pada pekerjaan diluar ruangan seperti pertambangan logam, konstruksi, pertambangan, pertanian dan pekerja di pelabuhan. Sumber paparan panas dapat juga berasal dari proses produksi yang menggunakan mesin, peralatan dapur pijar, tungku pembakaran dan sistem ventilasi yang tidak baik terutama pada pekerjaan di dalam ruangan.

Sebagai akibat masuknya energi panas ke lingkungan tempat kerja, dapat menimbulkan perubahan pada iklim di dalam lingkungan tempat kerja tersebut. Perubahan ini telah menyebabkan terjadinya suhu panas yang akan diterima oleh tenaga yang bekerja di lingkungan tempat kerja tersebut sebagai beban tambahan yang dapat mengakibatkan banyak pengaruh negatif bagi tenaga kerja baik gangguan pekerjaan maupun gangguan kesehatan. Keadaan yang seperti ini jelas akan mengakibatkan banyak waktu kerja yang hilang dan lebih lanjut akan menurunkan produktivitas tenaga kerja. Suhu panas dapat mengakibatkan kelainan (Matondang dkk, 2004) :

a. Heat stroke akibat bekerja di lingkungan kerja yang panas sekali, maka suhu tubuh akan naik sampai 40ºC, sedangkan tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat sehingga penderita akan kehilangan kesadaran.

b. Heat exhaustion terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama terjadi pada orang yang belum teraklimatisasi terhadap panas. Penderita akan banyak mengeluarkan keringat sedangkan suhu tubuh normal atau sub normal, tekanan darah akan menurun dan frekuensi nadi akan menjadi cepat. Penderita merasa lemah sekali dan apabila dibiarkan akan menjadi pingsan

c. Dehidrasi terjadi akibat pengaruh lingkungan kerja yang panas dan disertai dengan pengeluaran keringat yang berlebihan, akan terjadi kehilangan garam-garam natrium. Seorang pekerja dapat kehilangan 1 liter/jam cairan dan elektrolit dalam keringat. Kehilangan ini harus digantikan dengan minum air setiap 15-20 menit dalam jumlah banyak diperlukan bila benar-benar haus. Dan setelah beberapa minggu biasanya penderita akan mengalami kejang-kejang otot tubuh dan otot perut yang menimbulkan rasa sakit sekali, disamping itu terdapat pula gejala pingsan, lemah dan muntah atau rasa mual

d. Kelainan kulit terjadi miliria akibat pengaruh iklim kerja yang panas dan keringat berlebihan sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal pada permukaan kulit.

Idealnya pencegahan suhu panas dilakukan dengan isolasi pekerja dari lingkungan panas dengan rancangan tehnik. Bila ini tidak mungkin suhu panas dapat dicegah dengan kombinasi pengendalian tehnik, perubahan kerja, alat pelindung diri,

pendidikan atau penyuluhan terhadap tenaga kerja yang bekerja dalam kondisi panas yang berlebih. Pengendalian suhu panas yang lazim dilakukan :

a. Terhadap lingkungan kerja dengan mempercepat aliran udara atau gerakan udara dengan ventilasi umum dimana dengan kecepatan udara yang cukup tinggi dapat membantu untuk mempercepat penguapan keringat, dengan pemasangan metal shielding pemasangan plat logam biasanya ditempatkan antara sumber panas dan tenaga kerja yang bersifat reflektif permukaan dinding yang mengkilap, pemasangan alat pendingin dimana cara ini baik namun sangat mahal dan digunakan hanya pada ruangan terbatas, menyediakan tempat istirahat yang memenuhi syarat untuk recovery.

b. Terhadap tenaga kerja menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat tenaga kerja, pada kondisi dimana lingkungan mempunyai tingkat radiasi rendah dianjurkan berpakaian sedang dan untuk lingkungan yang mempunyai radiasi tinggi dianjurkan dengan pakaian kerja yang menutup seluruh permukaan kulit dan warna putih, dihindarkan bagi tenaga kerja yang harus bekerja di lingkungan kerja panas apabila berbadan gemuk sekali dan menderita suatu penyakit jantung.

Pemantauan lingkungan kerja terhadap paparan panas dilakukan dengan pengukuran komponen cuaca kerja dan penilaian beban kerja, dengan menggunakan suatu parameter pemaparan panas yang disebut indeks suhu basah dan bola yaitu penggabungan suhu udara kering, suhu basah bola dan suhu radiasi. NAB Iklim kerja

menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3. NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap jam ISSB (ºC) Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75%-100% 31,0 28,0 -

50%-75% 31,0 29,0 27,5

25%-50% 32,0 30,0 29,0

0%-25% 32,2 31,1 30,5

Sumber : Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 Tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Kemenakertrans, 2011.

Catatan :

a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai 200 Kkal/jam b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

2. Kebisingan

Bunyi atau suara didefinisikan sebagai rangkaian gelombang yang merambat dari suatu sumber getar sebagai akibat perubahan kerapatan dan juga tekanan suara. Bunyi terjadi bila sumber bunyi merambat, gerakan rambatannya menjauhi sumber

bunyi dan bergerak di udara dengan kecepatan ± 340 m/detik dan kecepatan akan bertambah besar apabila bergerak di dalam air dengan sebesar 1500 m/detik sedang di dalam baja kecepatan bunyi sebesar 5000 m/detik. Membahas suara, berarti ikut juga membahas tentang frekuensi, frekuensi sebagai gelombang lengkap yang merambat persatuan waktu yang dinyatakan per-detik (cps) atau dalam Hertz (HZ). Bunyi dapat didengar manusia sangat terbatas terletak pada kisaran 20-20.000 HZ. Frekuensi 4.000 HZ adalah frekuensi paling peka yang ditangkap telinga. Kebisingan adalah adanya bunyi yang tidak dikehendaki (Santoso, 2004).

Pengaruh gangguan kebisingan tergantung pada intensitas dan frekuensi nada. Sumber bising di tempat kerja adalah pemintalan dan penenunan pada industri kecil, peleburan logam kilang kayu, boiler, percetakan, kontruksi, pengrajin besi dan bandar udara. Intensitas suara atau bunyi merupakan besarnya tekanan yang dipancarkan oleh sumber bunyi.

Alat untuk mengukur suara adalah Sound Level Meter (SLM) dengan satuan decibel (dB) (Suma’mur, 2009). Peralatan ini dapat berfungsi sebagai fungsi telinga manusia dalam hal kepekaannya terhadapat suara pada berbagai frekuensi, dimana mekanisme kerja dari pada SLM adalah apabila ada benda yang bergetar maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat, selanjutnya perubahan tekanan udara tersebut diubah menjadi energi yang akan menggerakkan meter petunjuk.

1 Kebisingan yang kontiniu dengan spektrum frekuensi yang luas misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar dan lainnya.

2 Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit misalnya gergaji sirkuler, katub gas dan lainnya.

3 Kebisingan terputus-putus misalnya lalu-lintas, pesawat terbang di lapangan udara. 4 Kebisingan impulsif misalnya tembakan bedil, meriam dan ledakan.

5 Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan.

NAB kebisingan menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. NAB Kebisingan

Waktu Pemaparan Per-hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 Jam 85 4 88 2 91 1 94 30 Menit 97 15 100 7,5 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112 28,12 Detik 115 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,70 127 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139

Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat. Efek umum tingkat kebisingan yang berbeda menyebabkan :

1. Pengaruh fisiologi pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih terputus-putus, datangnya tiba-tiba dan tidak terduga menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan lainnya.

2. Pengaruh psikologi memengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel, mudah tersinggung dan marah.

3. Gangguan komunikasi resiko pendengaran terjadi apabila komunikasi dijalankan dengan teriak, menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan terjadi kecelakaan kerja, menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.

4. Ketulian merupakan efek paling serius, dibagi menjadi tuli sementara, ketulian menetap dan trauma akustik.

2.5. Landasan Teori

Produktivitas kerja merupakan ukuran dari hasil perbandingan antara keluaran dan masukan, biasanya ditentukan dalam satuan. Tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya dapat dicapai apabila beban kerja, beban tambahan dan kapasitas kerja berada dalam keadaan seimbang.

Arsad (1998), mengungkapkan produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari. Dengan mengetahui jumlah keluaran dan waktu yang dibutuhkan maka tingkat produktivitas tenaga kerja dapat diketahui. Perhitungan produktivitas mencakup jumlah unit produksi dibagi jumlah

waktu kerja yang dibutuhkan. Biasanya unit produksi berupa barang atau jasa dengan satuan berat atau buah, waktu kerja dengan satuan jam atau hari.

Meningkatnya produktivitas kerja memiliki manfaat yang banyak baik terhadap perusahaan, pekerja bahkan bagi negara. Peningkatan produktivitas kerja menciptakan pendapatan perkapita lebih besar, cenderung memperkecil inflasi, dapat mengendalikan stabilitas gaji, meningkatkan keuntungan perusahaan, peningkatan upah/pendapatan yang memengaruhi tingkat sosial serta status kesehatan pekerja.

Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kerja menurut Suma’mur (2009), antara lain :

a. Keadaan gizi merupakan gambaran dari pola asupan makan sehari–hari seseorang. Tujuan pengaturan makanan mencakup upaya meningkatkan status gizi, antara lain menjaga keseimbangan berat badan (IMT) dan meningkatkan kadar Hb. Status gizi yang baik dapat mengurangi angka kesakitan, tidak masuk kerja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sebaliknya status gizi buruk menyebabkan lemah tidak bertenaga, timbulnya penyakit dan mangkir kerja.

b. Riwayat kesehatan dan penyakit akibat kerja yang diperburuk oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.

c. Lingkungan kerja yaitu faktor kimia, fisik, biologis dan psikologi. Lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja yang dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tugas yang dibebankan, tugas ini bertujuan mencapai tingkat produktivitas kerja. Lingkungan fisik mencakup iklim

kerja, penerangan, kebisingan, getaran dan bau-bauan. udara, merupakan kondisi tempat aktivitas tenaga kerja berlangsung. Kondisi lingkungan kerja fisik yang tidak sesuai dengan ketentuan NAB memengaruhi efektivitas dan efisiensi dalam bekerja erat hubungannya dengan daya kerja. Dalam melakukan pekerjaan, hendaknya lingkungan memberikan rasa nyaman baik segi penataan tempat kerja, penerangan, intensitas suara, suhu lingkungan, higiene. Lingkungan kerja yang tidak sesuai dapat mengganggu konsentrasi kerja tenaga, dalam jangka pendek dan panjang dapat mengganggu kesehatan memengaruhi berlangsungnya proses kerja dan menurunkan produktivitas.

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah variabel Indeks massa tubuh, kadar Hemoglobin, iklim kerja, kebisingan dan variabel produktivitas kerja. Agar memperjelas dapat dilihat pada kolom di bawah ini :

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Indeks Massa Tubuh

Kadar Hemoglobin

Produktivitas Kerja

Lingkungan Fisik 1. Iklim Kerja 2. Kebisingan

BAB 3

Dokumen terkait