• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin dan Lingkungan Fisik terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Sektor II PT. Pelindo I Ujung Baru Belawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin dan Lingkungan Fisik terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Sektor II PT. Pelindo I Ujung Baru Belawan"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH, KADAR HEMOGLOBIN DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI SEKTOR II UJUNG BARU PT. PELINDO I

BELAWAN

TESIS

OLEH

JENNI LILIS. S. SIAGIAN 097032108/IKM

PRORAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

THE INFLUENCE OF BODY MASS INDEX, HAEMOGLOBINE LEVEL AND PHYSICAL ENVIRONMENT ON WORK PRODUCTIVITY OF THE

LOADING AND UNLOADING WORKERS IN SECTOR II, UJUNG BARU, PT. PELINDO I BELAWAN

THESIS

By

JENNI LILIS. S. SIAGIAN 097032108/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH, KADAR HEMOGLOBIN DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI SEKTOR II UJUNG BARU PT. PELINDO I

BELAWAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Mendapatkan Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Kerja pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JENNI LILIS. S. SIAGIAN 097032108/IKM

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(4)

Judul Tesis : PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH, KADAR HEMOGLOBIN DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI SEKTOR II UJUNG BARU PT. PELINDO I BELAWAN

Nama Mahasiswa : Jenni Lilis. S. Siagian Nomor Induk Mahasiswa : 097032108

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Kerja

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si) (Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada tanggal : 04 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si Anggota : 1. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH, KADAR HEMOGLOBIN DAN LINGKUNGAN FISIK TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT DI SEKTOR II UJUNG BARU PT. PELINDO I

BELAWAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

(7)

ABSTRAK

Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan melakukan pekerjaan dengan mengandalkan kekuatan fisik. TKBM bekerja secara tim, mengangkat barang dengan kondisi pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang serta pada lingkungan kerja dengan tekanan panas dan intensitas bising yang tinggi namun TKBM tetap mampu menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2,1 ton/jam/orang.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan lingkungan fisik terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Populasi yakni seluruh tenaga kerja bongkar muat yang bekerja pada 3 kapal yang sedang berlabuh berjumlah 108 orang. Sampel yang diambil adalah total populasi. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan pengukuran. Untuk mengetahui pengaruh indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin terhadap produktivitas kerja dianalisis dengan uji regresi logistik ganda (α = 0,05), pengaruh lingkungan fisik (iklim kerja dan kebisingan) terhadap produktivitas kerja dianalisis dengan uji t-independent (α = 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan variabel indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Variabel kadar hemoglobin merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dengan nilai koefisien β = 4,126. Variabel lingkungan fisik tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Hendaknya Koperasi Upaya Karya menyediakan kantin dan memberikan makanan sesuai kebutuhan pekerja serta menyediakan air minum mineral. Bagi Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan, agar mengawasi proses kerja sehingga pekerjaan berjalan sesuai dengan prosedur.

(8)

ABSTRACT

Loading and unloading worker (TKBM) at Belawan Seaport do their jobs by relying on their physical strength. The loading and unloading work in a team, to lift things in condition irregular and imbalance diet and them in environment heat stress and high intensity noise but loading and unloading worker still able to accomplish their jobs of 2,1 tons/hour/man.

This study aims to analyze the relationships body mass index, haemoglobine level, physical environment on work productivity of the loading and unloading in Sector II, Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. This type of research is the explanatory research. The population of this study are all of the employed as loading and unloading worker at 3 ship anchor the sum 108 man, draw by totally sample technique. Data obtained through observasion, interviews and examination. Body mass index and haemoglobine level were analyze with multiple logistic regression (α = 5 %) and physic environment were analyze work climate and noise with t-test independent ( α = 5 %).

The result of this study showed that the variable body mass index and haemoglobine level had influence on work productivity. Haemoglobine level was the variabel where the most dominant influence to work productivity with β = 4,12. The variable of physical environment did not have influence on their work productivity.

Cooperative efforts should work provides a cafeteria and provide food according to the needs of workers and providing mineral water and for Officer Belawan Port Health Office, to oversee the work process so that work is progressing in accordance with the procedure.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul "Pengaruh Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin dan Lingkungan Fisik terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Sektor II PT. Pelindo I Ujung Baru Belawan".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama proses pelaksanaan tesis ini.

5. Dra. Lina Tarigan, Apt, M.S selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

6. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku ketua komisi pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku anggota komisi pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Prof. Dudung Purwadi, Oxxan L. Raharjo, Ir. Dirman, Mumu Mulyadi, Ir. Haryono, Ir. F. Swarno, Adiarto, S.T, M.T., Saipul Ulya, Ir. Yotam Panjaitan dan Ir. Manahara Nainggolan selaku pimpinan penulis di PT. Duta Graha Indah, Tbk yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan ini. 9. Ir. Sugiyono selaku Kepala Otoritas Pelabuhan Belawan Medan yang telah

bersedia memberikan izin tempat penelitian dilakukan dan memberikan banyak informasi serta data yang diperlukan untuk penulisan tesis ini.

(11)

11. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya Minat Studi Kesehatan Kerja, yaitu Ade Irma Suryani, Dameria Tarigan, Deni Yaneva, Edi Suranta Surbakti, Sherly Sondang Saragih, Surita Ginting, Togar Manalu, Zahera Dewi, Maulana Akbar yang telah membantu penulis dalam proses penulisan tesis ini hingga selesai.

12. Kedua orang tua yang penulis sayangi, yang selalu perhatian dan mendoakan penulis dalam penyelesaian studi.

13. Keluarga besar Siagian dan Sirait, buat dukungan doa dan motivasi

14. Teman-teman satu kost di jalan Sei Batang Kuis No. 2 Medan, atas bantuan dan dukungannya, khususnya Agustina Simangunsong dan Dewi Simarmata.

15. Teman-teman di PT. Duta Graha Indah, Tbk proyek Pemb. Gedung Bidakara 2 Jakarta, proyek Pemb. Taxy Way II Kualanamu L. Pakam, proyek Pemb. Cardiac Center RSUP. HAM Medan, proyek Pemb. Plaza Mayestik Jakarta atas dukungan doa dan motivasi yang sangat berarti buat penulis.

16. Teman-teman di Fakultas Kesehatan Masyarakat jurusan K3 UIEU Jakarta angkatan 2001, buat dukungan doa, motivasi dan kerja sama dalam penulisan tesis ini.

17. Teman-teman arisan alumni SMPN 2 Porsea angk. 96 Jakarta, buat dukungan doa, motivasi yang sangat berarti buat penulis.

(12)

19. Teman-teman angk. 2009 “Kelompok Tinggal Kelas” dan angk. 2010 yang telah banyak memberikan dukungan motivasi dan ilmu dalam menyelesaikan studi ini. 20. Keluarga Tiopan Simamora dan Keluarga Besar Sinaga, buat dukungan doa dan

motivasi.

Hanya Tuhan Yang Maha Pengasih yang dapat memberikan balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2012 Penulis

(13)

RIWAYAT HIDUP

Jenni Lilis. S. Siagian, lahir di Porsea Kabupaten Toba-Samosir pada tanggal 10 November 1980, anak ke-empat dari enam orang bersaudara, putri pasangan Bapak Amir Siagian dan Ibu Langgat br. Sirait.

Pada tahun 1987 Penulis memulai pendidikan di SDN 173632 Kecamatan Porsea diselesaikan tahun 1993, menamatkan SMPN 2 Kecamatan Porsea tahun 1996, menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan Yayasan Tenaga Pembangunan Arjuna tahun 2000. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Universitas INDONUSA Esa Unggul Jakarta pada Fakultas Kesehatan Masyarakat peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diselesaikan tahun 2006.

Pada tahun 2003-2004 penulis bekerja di PT. Arsamas Tianduta, tahun 2007-2008 bekerja di PT. Columbindo Perdana Jakarta, tahun 2007-2008-2011 bekerja di PT. Duta Graha Indah, Tbk Jakarta sebagai QHSE Coord.

(14)

DAFTAR ISI

2.2. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Produktivitas Kerja ... 17

2.3. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja ... 19

2.4. Hubungan Lingkungan Fisik dengan Produktivitas Kerja ... 22

(15)

4.2.3. Indeks Massa Tubuh Responden ... 51

4.2.4. Kadar Hemoglobin Responden ... 51

4.2.5. Iklim Kerja Responden ... 52

4.2.6. Kebisingan Responden ... 52

4.2.7. Produktivitas Kerja Responden ... 53

4.2.8. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Produktivitas Kerja ... 54

4.2.9. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja ... 55

4.2.10. Hubungan Iklim Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 55

4.2.11. Hubungan Kebisingan dengan Produktivitas Kerja ... 56

4.2.12. Analisis Pengaruh Indeks Massa Tubuh dan Kadar Hemoglobin terhadap Produktivitas Kerja ... 57

BAB 5 PEMBAHASAN ... 60

5.1. Karakteristik Responden………. 60

5.2. Pengaruh Indeks Massa Tubuh terhadap Produktivitas Kerja.……… 61

5.3. Pengaruh Kadar Hemoglobin terhadap Produktivitas Kerja ... 63

5.4. Pengaruh Iklim Kerja terhadap Produktivitas Kerja ... 65

5.5. Pengaruh Kebisingan terhadap Produktivitas Kerja ... 67

5.6. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1. Kesimpulan ... 71

6.2. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kategori IMT ... 19

2.2 Kadar Kadar Hemoglobin ... 20

2.3 NAB Iklim Kerja dengan Indikator ISBB (ºC) yang Diperkenankan ... 31

2.4 NAB Kebisingan ... 33

3.1 Definisi Operasional ... 40

4.1 Frekuensi Umur Responden ... 49

4.2 Frekuensi Masa Kerja Responden ... 50

4.3 Frekuensi Indeks Massa Tubuh Responden ... 51

4.4 Frekuensi Kadar Hemoglobin Responden ... 51

4.5 Produktivitas Kerja Responden ... 53

4.5 Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Produktivitas Kerja ... 54

4.7 Tabulasi Silang Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja ... 55

4.8 Hubungan Iklim Kerja dengan Produktivitas Kerja ... 56

4.9 Hubungan Kebisingan dengan Produktivitas Kerja ... 57

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Konsep Penelitian………. 36

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 77

2. Hasil Pengolahan Data ... 79

3. Master Data Penelitian ... 85

4. Surat Izin penelitian ... 88

5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 89

6. Hasil Pengukuran Lingkungan Fisik ... 90

7. Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin ... 91

(19)

ABSTRAK

Tenaga kerja bongkar muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan melakukan pekerjaan dengan mengandalkan kekuatan fisik. TKBM bekerja secara tim, mengangkat barang dengan kondisi pola makan yang tidak teratur dan tidak seimbang serta pada lingkungan kerja dengan tekanan panas dan intensitas bising yang tinggi namun TKBM tetap mampu menyelesaikan pekerjaan sebanyak 2,1 ton/jam/orang.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan lingkungan fisik terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. Jenis penelitian ini adalah explanatory research. Populasi yakni seluruh tenaga kerja bongkar muat yang bekerja pada 3 kapal yang sedang berlabuh berjumlah 108 orang. Sampel yang diambil adalah total populasi. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan pengukuran. Untuk mengetahui pengaruh indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin terhadap produktivitas kerja dianalisis dengan uji regresi logistik ganda (α = 0,05), pengaruh lingkungan fisik (iklim kerja dan kebisingan) terhadap produktivitas kerja dianalisis dengan uji t-independent (α = 0,05).

Hasil penelitian menunjukkan variabel indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Variabel kadar hemoglobin merupakan variabel paling dominan berpengaruh terhadap produktivitas kerja dengan nilai koefisien β = 4,126. Variabel lingkungan fisik tidak berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

Hendaknya Koperasi Upaya Karya menyediakan kantin dan memberikan makanan sesuai kebutuhan pekerja serta menyediakan air minum mineral. Bagi Petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan, agar mengawasi proses kerja sehingga pekerjaan berjalan sesuai dengan prosedur.

(20)

ABSTRACT

Loading and unloading worker (TKBM) at Belawan Seaport do their jobs by relying on their physical strength. The loading and unloading work in a team, to lift things in condition irregular and imbalance diet and them in environment heat stress and high intensity noise but loading and unloading worker still able to accomplish their jobs of 2,1 tons/hour/man.

This study aims to analyze the relationships body mass index, haemoglobine level, physical environment on work productivity of the loading and unloading in Sector II, Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. This type of research is the explanatory research. The population of this study are all of the employed as loading and unloading worker at 3 ship anchor the sum 108 man, draw by totally sample technique. Data obtained through observasion, interviews and examination. Body mass index and haemoglobine level were analyze with multiple logistic regression (α = 5 %) and physic environment were analyze work climate and noise with t-test independent ( α = 5 %).

The result of this study showed that the variable body mass index and haemoglobine level had influence on work productivity. Haemoglobine level was the variabel where the most dominant influence to work productivity with β = 4,12. The variable of physical environment did not have influence on their work productivity.

Cooperative efforts should work provides a cafeteria and provide food according to the needs of workers and providing mineral water and for Officer Belawan Port Health Office, to oversee the work process so that work is progressing in accordance with the procedure.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan”. Pekerjaan dan penghidupan yang layak ini merupakan pekerjaan yang bersifat manusiawi memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat, sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta mendapat penghidupan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Pasal di atas mendasari Undang-undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menimbang bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, merata baik materil maupun spiritual. Untuk mewujudkan ini tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan.

(22)

pekerjaan tidak terdapat keamanan kerja, tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan unit usaha tidak berbadan hukum.

Ciri-ciri kegiatan sektor informal adalah mudah masuk, bersandar pada sumber daya lokal biasanya usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, tidak diatur dan keterampilan diperoleh di luar sistem formal sekolah dengan pasar yang kompetitif. Kegiatan ini seperti pedagang kaki lima, tukang becak, penata parkir, pengamen, anak jalanan, pedagang pasar, buruh dan lain-lain. Sektor informal sering dimaknai sebagai pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik, dalam kelompok usaha di Indonesia biasanya masuk dalam jenis pekerjaan di sektor usaha pertanian, kehutanan, perburuan, perikanan, tenaga produksi, alat angkut dan pekerja kasar.

Semua pekerjaan baik sektor formal maupun informal diharapkan dapat menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tingginya produktivitas kerja berkaitan dengan gizi yaitu gizi kurang atau lebih akan menurunkan daya kerja. Individu dengan gizi baik akan memiliki ketahanan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan produktivitas yang memadai (De Maeyer, 1989).

(23)

tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan berprestasi dan status gizi (Suma’mur, 2009).

Menurut Almatsier (2002), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi menjadi sumber energi yang diperlukan untuk kinerja fisik. Bagi pekerja berat keadaan gizi merupakan faktor penentu tingkat produktivitas. Gizi lebih dan kurang menimbulkan gangguan kesehatan dan penurunan daya tahan sehingga mangkir kerja, target tidak tercapai dan pendapatan menurun.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007) dalam (Depkes, 2009), terhadap penduduk 15 tahun keatas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) menunjukkan prevalensi gizi kurang sebesar 14,8%, berat badan lebih sebesar 19,1%. Selain itu diketahui bahwa prevalensi anemia pada wanita sebesar 11,3% dan pada laki-laki sebesar 12,3% diketahui juga bahwa prevalensi anemia pada pekerja wanita dan laki-lakipun masih tinggi.

(24)

Risnaningsih (1996), mengemukakan dengan status gizi baik seperti IMT normal dan kadar hemoglobin ≥ 12 gr/dl memengaruhi produktivitas kerja dan didapat bahwa 64,8% tenaga kerja telah mencapai rata-rata produksi membungkus teh/bulan. Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2007), pemenuhan asupan makanan pekerja dan mempertahankan gizi seimbang merupakan faktor penting dalam peningkatan produktivitas kerja pada tenaga kerja wanita dibagian pengepakan PT. Java Tobacco Gembongan Kartasura.

Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor kebutuhan seseorang seperti kebutuhan akan gizi yang dapat meningkatkan status gizi seseorang. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangan berdasarkan data kualitatif maupun kuantitatif seperti IMT dan kadar Hb (Baliwati dkk, 2010).

Lingkungan kerja sebagai kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi dan psikologis (Tarwaka dkk, 2004). Lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja yang dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tugas yang dibebankan mencakup tingkat produktivitas kerja (Nitisemito, 1996) dalam Suseno (2000). Faktor fisik seperti iklim kerja, penerangan, kebisingan, getaran.

(25)

pekerja untuk menyeimbangkan suhu dalam tubuh yang menimbulkan peningkatan proses metabolisme. Respon tubuh terhadap iklim yang lebih antara lain banyak keringat, lemas, bekerja tidak semangat, kurang konsentrasi bahkan gangguan kesehatan dan mangkir kerja sehingga produktivitas kerja tidak tercapai.

Penurunan angka target bongkar muat dari hari ke hari disebabkan suhu lingkungan pada saat bongkar muat sangat tinggi sehingga tenaga kerja membutuhkan waktu istirahat untuk menyeimbangkan suhu tubuh dengan suhu lingkungan. Tenaga kerja yang bekerja di tempat suhu tinggi akan mengeluarkan banyak keringat, sehingga kebutuhan air dan garam sebagai pengganti cairan yang telah hilang (seperti keringat dan urin) harus diperhatikan.

Penelitian Mulyono (2004), pekerja di bagian produksi dengan intensitas suara <85 dB produktivitasnya 25% lebih tinggi dari pekerja di bagian produksi dengan intensitas >85 dB. Tidak tercapainya produktivitas kerja merupakan akibat dari hilangnya konsentrasi kerja, komunikasi antara tenaga kerja yang tidak baik serta timbulnya penyakit akibat kerja.

(26)

dilaksanakan oleh TKBM yang terdaftar di Kantor Pelabuhan Belawan, terhimpun dalam satu wadah yaitu Koperasi Upaya Karya bekerja sama dengan Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Oleh karena itu syarat untuk menjadi TKBM adalah bergabung dalam keanggotaan Koperasi Upaya Karya.

Pekerjaan bongkar muat berlangsung secara borongan dan dalam waktu tertentu, sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa sehingga memungkinkan waktu kerja lebih dari 8 jam/hari. Upah yang diterima buruh TKBM Belawan rata-rata dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun Upah Minimum Kota (UMK) sekitar Rp. 1.197.000,-/bulan, sedangkan besarnya pendapatan yang diterima sekitar Rp. 1.000.000,-/bulan. Jumlah ini diterima berdasarkan bagian dari upah borongan dan hanya dibayar ketika mereka bekerja walaupun TKBM bekerja lebih dari 8 jam/hari.

(27)

Pekerjaan bongkar muat kapal dilakukan TKBM dari pagi hingga malam sampai pekerjaan selesai. Pekerjaan berlangsung di lingkungan kerja dengan iklim kerja panas dan intensitas bising yang tinggi. Iklim kerja panas berasal dari terik matahari dan kurangnya sirkulasi udara. Sedangkan intensitas bising berasal dari alat yang sedang bekerja seperti mesin kapal, crane, hiruk-pikuk lalu-lintas.

Iklim kerja panas dapat menyebabkan ketidak nyamanan dan hilangnya cairan dalam tubuh sebagai akibat dari keluarnya keringat yang berlebihan pada TKBM. Intensitas bising menyebabkan menurunnya konsentrasi kerja dan gangguan komunikasi. TKBM dengan beban kerja berat bekerja tanpa memperhatikan lingkungan fisik yang dapat memengaruhi tingkat produktivitas kerja. Mereka bekerja sesuai waktu yang ditentukan pihak pengguna jasa, karena TKBM memiliki waktu istirahat yang terbatas sehingga hanya mengonsumsi makanan yang dijual disekitar mereka tanpa memperhitungkan kandungan gizi dan kesesuaian kebutuhan kalori terhadap beban kerja yang memungkinkan status gizi tidak baik.

(28)

Kondisi keseharian yang dilihat dari pola makan, waktu istirahat yang tidak teratur serta lingkungan kerja yang panas dan adanya intensitas bising di atas dapat memengaruhi tingkat produktivitas kerja TKBM. Berdasarkan latar belakang pada TKBM di sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Pengaruh Indeks Massa Tubuh, Kadar Hemoglobin, dan Lingkungan fisik terhadap Produktivitas Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan”.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan lingkungan fisik terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan.

1.3. Tujuan Penelitian

(29)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, lingkungan fisik (iklim kerja dan kebisingan) terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Koperasi Upaya Karya Belawan, sebagai sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan agar memperhatikan status gizi TKBM dengan membuat suatu upaya untuk meningkatkan nilai IMT, kadar Hb serta menanggulangi iklim kerja panas dan kebisingan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja.

1.5.2. Secara teoritis, dapat bermanfaat untuk menambah khasanah di bidang kesehatan masyarakat khususnya tentang kesehatan kerja serta pengembangan penelitian sejenis dimasa yang akan datang.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produktivitas Kerja

Produktivitas lahir karena adanya pengembangan di dunia industri sehingga dapat dikatakan bahwa produktivitas itu adalah saudara kembar industri. Peningkatan produktivitas merupakan sebuah motor pengggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan suatu perusahaan, sangat penting untuk meningkatkan upah dan penerimaan perseorangan yang berpengaruh ke status ekonomi. Suatu negara yang tidak dapat meningkatkan produktivitasnya baik itu secara cepat ataupun lambat, akan segera mengalami penurunan dalam standar kehidupannya.

Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini sering lebih umum dinyatakan sebagai rasio output dibagi input (Nasution, 2006). Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, tim atau organisasi terletak pada produktivitasnya. Apabila tinggi atau bertambah, dinyatakan berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun, dinyatakan tidak berhasil. Sebagai konsekuensi produktivitas yang lebih baik merupakan ukuran yang paling berharga tentang seberapa baik sumber daya dipergunakan dalam masyarakat. Berarti lebih sedikit masukan diperlukan untuk menghasilkan keluaran, lebih sedikit pemborosan dan lebih baik konservasi sumber daya.

(31)

pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud berupa beban fisik, mental atau sosial. Misalnya seorang pekerja berat seperti tenaga bongkar muat barang di pelabuhan, tentu beban fisiknya lebih besar daripada beban mental atau sosial atau sebaliknya seorang pengusaha mungkin beban mentalnya relatif lebih besar.

Produktivitas sering diukur dalam bentuk masukan dan keluaran ekonomi. Akan tetapi, masukan dan keluaran sumber daya manusia dan sosial juga merupakan faktor penting. Jika perilaku organisasi lebih baik akan dapat memperbaiki kepuasan kerja sehingga terjadi peningkatan hasil sumber daya manusia. Produktivitas dari suatu kegiatan/kerja dikatakan meningkat apabila pengembangan program memberikan hasil tambahan sebagai produk sampingan atau by product.

Menurut Blecher dalam Wibowo (2007), secara konseptual produktivitas adalah hubungan keluaran atau hasil organisasi dengan masukan yang diperlukan. Meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan memperbaiki rasio produktivitas dengan menghasilkan lebih banyak keluaran atau output yang lebih baik dengan tingkat masukan sumber daya tertentu.

(32)

Produktivitas adalah sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan atau perbandingan jumlah produksi (output) dengan sumber daya yang digunakan (input) dikemukakan oleh Soeprihanto yang dikutip oleh Triton (2010). Berdasarkan pengertian di atas keluaran (output) dan masukan (input) harus sudah nampak dalam bentuk nilai. Pada umumnya keluaran berupa fisik yaitu produk akhir yang dihasilkan dapat berupa satuan jumlah. Total tenaga kerja yang dipekerjakan bisa berbentuk satuan waktu (man-hours) yakni berupa jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjaan.

Rasio antara masukan dan keluaran yang merupakan produktivitas kerja, ini merupakan efisiensi kerja. Dimana masukan dan keluaran di sini masih bersifat abstrak. Produktivitas tenaga kerja dapat diukur menurut sistem masukan fisik perorangan (per-orang) atau per-jam kerja menurut Sinungan (2000).

2.1.1. Faktor yang Memengaruhi Produktivitas Kerja

(33)

banyak faktor yang memengaruhi tingkat tinggi-rendahnya produktivitas kerja seperti motivasi, kedisiplinan, etos kerja, ketrampilan dan pendidikan.

Manuaba yang dikutip oleh Tarwaka dkk (2004), juga mengemukakan bahwa tingkat peroduktivitas kerja dipengaruhi juga oleh faktor alat, cara kerja serta lingkungan kerja. Untuk mendapatkan produktivitas kerja yang tinggi, maka faktor tersebut harus betul-betul serasi terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia pekerja. Suma’mur (2009), mengemukakan tingkat produktivitas kerja dipengaruhi oleh:

a. Riwayat kesehatan umum, terdapatnya penyakit infeksi dan infestasi parasit, penyakit endemis. Gangguan kesehatan atau penyakit yang menimpa tenaga kerja biasanya diperburuk oleh faktor pekerjaan, lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

b. Penyakit akibat kerja, efek kronis pekerjaan dan lingkungan kerja menyebabkan kondisi kesehatan terganggu. Apabila pengurus perusahaan dan tenaga kerja tidak memahami dan menindak lanjuti maka kondisi kesehatan semakin buruk dan tidak mampu bekerja seperti biasa.

(34)

d. Lingkungan kerja, sering tidak membantu untuk upaya mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Suhu, kelembaban, ventilasi udara memberi kemudahan dan kenyamanan kerja. Pencahayaan atau penerangan untuk memudahkan melakukan pekerjaan. Intensitas kebisingan tidak melebihi 85 dB tidak mengganggu komunikasi dan alat pendengaran. Uap, gas, debu dan kondisi lingkungan sekitar tidak menjadi beban tambahan bagi tenaga kerja. Lingkungan kerja hendaknya sesuai dengan NAB karena dapat mengurangi mutu hasil kerja, sangat negatif bagi kesehatan dan mengurangi tingkat produktivitas kerja. Lingkungan kerja dibagi beberapa faktor yaitu kimia, fisik, biologis dan psikologi.

e. Fasilitas dan kesejahteraan yang memadai akan mendorong pekerja untuk semakin produktif karena akan memperoleh hasil yang lebih.

Pada umumnya proses dari efek faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kerja secara langsung bagi tenaga kerja disertai terhadap perusahaan. Tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan seperti lemah tidak bertenaga, berat badan menurun, sakit menyebabkan motivasi kerja berkurang, cepat lelah dan mangkir kerja sehingga target tidak tercapai/tidak produktif.

(35)

yang akan dilakukan sehari-hari karena sikap dan perilaku yang saling menjalin mampu memengaruhi produktivitas kerja.

2.1.2. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran merupakan bagian integral dari proses manajemen produktivitas. Apabila produktivitas diintegrasikan ke dalam budaya organisasi, monitoring progres yang memberikan umpan balik, menetapkan sasaran yang dapat dihitung dan mengevaluasi kinerja manajerial merupakan suatu keharusan. Model pengukuran secara garis besar yaitu :

1. Pengukuran produktivitas total (total productivity ratio) menghubungkan nilai semua pengeluaran dengan masukan, tidak terdapat ukuran produktivitas tunggal atau satu satuan ukuran. Cocok untuk organisasi besar dan kompleks

2. Pengukuran produktivitas partial (partial productivity ratio) menghubungkan nilai pengeluaran terhadap kategori utama masukan, membagi keluaran total dengan masukan tunggal organisasi, ukuran ini mempunyai keterbatasan yang disebut pengaruh substitusi satu ukuran parsial memperbaiki atas beban lainnya dikemukan Tarwaka dkk, (2004).

Waktu produktivitas adalah waktu kerja yang sebenarnya dipakai yaitu jumlah jam kerja sehari (Arsad, 1998), mengetahui keluaran dan waktu produktivitas, maka produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai berikut :

(36)

Untuk jenis produk yang berbeda-beda dimana tenaga diharuskan mencapai jumlah target produk tertentu selama jam kerja tertentu, maka produktivitas tenaga kerja dapat dihitung dengan membandingkan jumlah produk (unit barang) yang dihasilkan selama jam kerja dengan jumlah target produk (unit barang) yang seharusnya diperoleh selama 1 jam kerja, seperti formula berikut :

Produktivitas kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkat seberapa besar elemen produksi telah digunakan. Persamaan sederhana ini sering disebut dengan formula dasar dalam pengukuran produktivitas (Ravianto, 1991), sebagai berikut :

(37)

2.2. Hubungan IMT dengan Produktivitas Kerja

Jelliffe (1966) dikutip Baliwati dkk, (2010), mengatakan status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat dari keseimbangan antara masukan makanan dan penggunaannya oleh tubuh yang dapat diukur dari berbagai dimensi. Status gizi dapat dinilai dari setiap jenis zat gizi, baik gizi makro maupun mikro. Zat gizi makro yang utama adalah energi, protein, lemak dan karbohidrat. Lemak dan karbohidrat adalah unsur utama sebagai penghasil energi.

Pemenuhan kebutuhan akan zat makanan dapat menentukan status gizi. Status gizi sangat tergantung pada latar belakang pendidikan, kondisi sosial ekonomi, budaya masyarakat dan derajat kesehatan. Unsur terpenting bagi penilaian status gizi adalah tinggi badan dan berat badan yang menentukan indeks massa tubuh. Penilaian dengan antropometri digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan energi protein terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air. Pengukuran antropometri gizi dilakukan untuk mengetahui status gizi masa lampau dan saat ini.

Pengukuran dengan metode antropometri dapat dilakukan antara lain : 1) Pengukuran Tinggi Badan / Panjang Badan (TB/PB)

(38)

dua tahun sedangkan panjang badan untuk anak di bawah dua tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan adalah mikrotoise dan untuk mengukur panjang badan adalah infantometer.

2) Pengukuran Berat Badan (BB)

Berat badan dapat memberikan gambaran tentang massa tubuh, karena sangat sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya terserang penyakit, menurunnya nafsu makan. Dalam keadaan normal berat badan akan berkembang mengikuti pertumbuhan umur sedangkan dalam keadaan abnormal terdapat dua kemungkinan yaitu berkembang lebih cepat atau lambat. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan.

3) Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)

(39)

Secara umum kategori IMT adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Kategori IMT

Kategori Batas Ambang

Kurus sekali < 17,0

Kurus 17,0-18,4

Normal 18,5-25,0

Gemuk 25,1-27,0

Gemuk sekali > 27,1

Sumber : Baliwati dkk, (2010).

4) Penggunaan indeks antropometri gizi

Berdasarkan interpretasi di atas dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi yang disajikan dalam tiga cara yaitu persen terhadap median (nilai tengah dari suatu populasi), persentil median (nilai tengah dari jumlah populasi berada di atas dan tengah), standar deviasi unit (Z-skor) dimana WHO menyarankan untuk menggunakan cara ini dalam meneliti dan memantau pertumbuhan. Waterlow juga merekomendasikan penggunaan standar deviasi untuk menyatakan hasil pengukuran pertumbuhan.

2.3. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja

(40)

asupan makanan yang cukup, apabila tenaga kerja mengalami kekurangan asupan makanan maka tenaga yang dihasilkan oleh tubuh akan berkurang dan badan menjadi cepat lelah dan produktivitas kerjapun menurun.

Hemoglobin adalah senyawa protein terkonjugasi yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdapat dalam eritrosit mampu hidup rata-rata 120 hari. Dengan demikian apabila eritrosit hancur maka hemoglobin juga ikut pecah. Hemoglobin diperlukan tubuh untuk melakukan transport oksigen ke jaringan tubuh. Di dalam jaringan oksigen berfungsi sebagai zat pembakar bagi unsur gizi sumber zat tenaga seperti karbohidrat, protein dan lemak. Tubuh orang dewasa mengandung kira-kira 4,5 gram zat besi dari jumlah tersebut 73% diantara terdapat di dalam Hb dan 2% di dalam otot, enzim tubuh sedangkan 25% sisanya disimpan di dalam hati, sumsum tulang dan limpa (Setyohadi, 1997).

Kadar Hb normal untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar Hb ini sangat bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun, WHO (1999) telah menetapkan patokan batas kadar anemia berdasarkan umur, jenis kelamin, sebagai berikut :

Tabel 2.2 Batas Kadar Hemoglobin

Kelompok Batas Nilai Hb (gr/dl)

Anak 6 bulan-6 tahun 11

Anak 6 tahun-14 tahun 12

Pria dewasa 13

Ibu hamil 11

Wanita dewasa 12

(41)

Konsentrasi normal Hb pada orang dewasa adalah 14-16 gram/dl darah yang semuanya terdapat di dalam eritrosit. Diperkirakan terdapat 750 gram Hb yang beredar di dalam seluruh tubuh manusia dengan asumsi berat badan 70 kg dan sekitar 6,25 gram akan dibentuk kemudian dipecah setiap harinya (Setyohadi, 1997).

Kekurangan zat gizi makanan akan berdampak terjadinya gangguan kesehatan dan penurunan produktivitas kerja. Rendahnya kadar Hb dalam tubuh sering disebut dengan anemia. Tanda dan gejala seseorang mengalami anemia adalah lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L), sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang, gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pada orang dewasa akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit dan produktivitas kerja (Sampoerna, 2004).

Wirakusumah (1999), beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami anemi adalah :

a. Makanan yang banyak mengandung zat besi namun tidak dapat diserap usus dengan baik.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi seperti pada masa pertumbuhan dan pada ibu hamil.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari dalam tubuh seperti perdarahan dan pada penderita kecacingan.

d. Pola konsumsi makanan yang kurang beragam

(42)

Usaha yang dilakukan untuk pencegahan dan pengobatan anemi adalah meningkatkan konsumsi makanan bergizi, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Asupan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus (Olivia dkk, 2004).

Agar tetap sehat dan mampu mempertahankan kesehatannya, manusia memerlukan sejumlah zat gizi. Untuk itu jumlah zat gizi yang diperoleh harus mencukupi kebutuhan tubuh untuk dapat melakukan kegiatan (internal dan eksternal), pemeliharaan tubuh bagi orang dewasa dan pertumbuhan bagi yang masih dalam taraf pertumbuhan. Kegiatan internal adalah kegiatan organ dalam tubuh yang melakukan kegiatan secara rutin dalam keadaan tubuh istirahat seperti kegiatan jantung, paru-paru, metabolisme dan lainnya. Sedangkan kegiatan eksternal adalah kegiatan fisik tubuh seperti duduk, berjalan, berlari, belajar, makan.

2.4. Hubungan Lingkungan Fisik dengan Produktivitas Kerja

(43)

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan kerja adalah kondisi tempat pelaksanaan kerja berlangsung meliputi faktor fisik, sosial, psikologi dan lingkungan.

Nitisemito (1996) dalam Suseno (2000), mengatakan lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerja dapat memengaruhi individu dalam menjalankan tugas yang dibebankan mencakup pencapaian tingkat produktivitas kerja dari tenaga kerja itu sendiri. Lingkungan yang sering menggangu kenyamanan kerja seperti lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab akan menimbulkan cepat lelah dan menurunkan produktivitas kerja. Sutrisno (2010), lingkungan kerja yang baik dan bersih mencakup cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan yang akan memotivasi pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan baik.

Suma’mur (2009), mengungkapkan untuk dapat bekerja secara produktif pekerjaan harus dilakukan dengan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan, apabila syarat tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi gangguan kesehatan dan daya kerja akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Lingkungan fisik yang memengaruhi produktivitas kerja antara lain :

1. Iklim Kerja

(44)

lingkungan kerja yang meliputi tekanan panas dan dingin. Suhu panas biasanya menjadi masalah yang dominan daripada tekanan dingin bagi tenaga kerja (Matondang dkk, 2004).

Iklim kerja merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara kecepatan gerakan dan suhu radiasi dalam suatu ruangan yang berimplikasi terhadap tingkat pengeluaran panas dari tubuh. Kombinasi ke-empat faktor ini dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut suhu panas.

Suhu udara dapat diukur dengan thermometer disebut dengan suhu kering, kelembaban udara dapat diukur dengan menggunakan hygrometer dimana suhu dan kelembaban telah dapat diukur secara bersama-sama, misalnya dengan menggunakan sling psychometer dan arsman psychrometer yang menunjukkan suhu basah

sekaligus. Suhu basah adalah suhu yang ditunjukkan suatu thermometer yang dibasahi dan ditiupkan udara kepadanya dengan demikian suhu tersebut dapat menunjukkan kelembaban relativif. Selain alat di atas, terdapat alat yang lebih modern seperti Questtemp Heat Stress Monitoring dioperasikan secara digital meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan ISBB yang hasilnya tinggal membaca alat dengan menekan tombol ºC atau ºF (Tarwaka, 2004).

(45)

aklimatisasi untuk melindungi tenaga kerja baru tersebut perlu diatur pembagian pekerjaan secara bertahap. Efisiensi kerja dapat dipengaruhi cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja jadi tidak dingin dan tidak panas. Suhu nikmat bekerja bagi orang Indonesia diantara 24-26ºC (suhu basah alami) dapat mendorong tingkat produktivitas.

Suhu panas adalah perpaduan dari suhu udara, kelembaban, panas radiasi dan kecepatan udara dalam suatu ruangan yang berimplikasi terhadap tingkat pengeluaran panas dari tubuh seorang tenaga kerja sebagai akibat dari melakukan pekerjaan (Matondang dkk, 2004). Ketika kemampuan fisiologi tenaga kerja, mengimbangi tekanan panas yang berlebih maka paparan panas menimbulkan gangguan penampilan kerja, meningkatkan resiko kecelakaan kerja.

Potensi bahaya paparan panas di lingkungan kerja dapat dipantau dengan melakukan pengukuran secara kuantitatif untuk mengetahui kondisi iklim kerja digunakan sebagai dasar dalam penanggulangannya. Panas mempunyai pengaruh yang buruk terhadap tubuh. Hal penting diketahui oleh tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja panas adalah sumber panas. Dua hal penting tentang sumber panas di tempat kerja (Moejosoedarmo, 2008) :

a. Panas metabolisme

(46)

konstan sebesar 37ºC. Kenyataan bahwa tubuh hanya memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam menimbun panas yang dihasilkan metabolisme. Oleh karena itu kelebihan panas metabolisme yang terbanyak harus dibuang atau dikeluarkan dari dalam tubuh ke udara sekitarnya (udara lingkungan tempat kerja).

b. Panas dari luar tubuh penting diketahui dengan alasan :

1) Panas dari lingkungan tempat kerja secara nyata dapat menambah beban panas kepada tubuh

2) Faktor panas lingkungan termasuk suhu udara, kecepatan udara, kelembaban udara dan panas radiasi dapat menentukan kecepatan tubuh dalam mengeluarkan panas ke udara lingkungan kerja.

Panas diperoleh tidak hanya dari suhu udara, melainkan tergantung dari kecepatan gerak udara, kelembaban udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari faktor ini disebut faktor dari cuaca kerja. Sedangkan yang tidak termasuk faktor cuaca kerja adalah panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi (kemampuan beradaptasi).

Darah membawa panas dari dalam tubuh ke kulit, dimana panas dapat dipindahkan ke sekitarnya. Kecepatan panas yang dipindahkan ini tergantung kepada keadaan lingkungan. Panas dapat dipindahkan dari tubuh ke tempat kerja (Moejosoedarmo, 2008) melalui :

(47)

udara, namun agar dapat berlangsung maka suhu udara harus lebih dingin dari suhu kulit

b. Konveksi sirkulasi udara di atas kulit yang hasilnya adalah peningkatan kegiatan pendinginan. Adanya angin dingin atau angin sepoi-sepoi serta penyediaan kipas angin secara terus menerus mempunyai pengaruh mendinginkan tubuh. Makin tinggi kecepatan udara lebih besar jumlah panas konveksi yang hilang

c. Penguapan cara pendinginan tubuh yang dilakukan dengan menguapkan keringat yang ada dipermukaan kulit. Kecepatan penguapan untuk mendinginkan tubuh ini umumnya menjadi lebih besar oleh karena dipercepat oleh konveksi atau cepat gerak udara yang melintasi kulit

d. Radiasi perpindahan panas dari benda yang panas ke suatu benda yang lebih dingin yang ada disekitarnya dalam suatu lingkungan tempat kerja. Panas dipindahkan melalui suatu ruangan sedangkan benda-benda tidak saling menyentuh antara yang satu dengan yang lain.

(48)

Pada dasarnya tubuh akan tetap mempertahankan suhu dalam kondisi yang stabil pada 37ºC. Untuk menjaga kestabilan suhu tubuh maka terjadi pertukaran panas tubuh dengan lingkungan bentuk paling ringan dari suhu panas adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Paparan suhu panas dalam waktu lama juga menyebabkan iritabiliti, lesu, moral menurun, meningkatkan gelisah dan tidak dapat berkonsentrasi. Sumber paparan panas di tempat kerja yaitu: cuaca panas dimana paparan panas matari terutama pada pekerjaan diluar ruangan seperti pertambangan logam, konstruksi, pertambangan, pertanian dan pekerja di pelabuhan. Sumber paparan panas dapat juga berasal dari proses produksi yang menggunakan mesin, peralatan dapur pijar, tungku pembakaran dan sistem ventilasi yang tidak baik terutama pada pekerjaan di dalam ruangan.

(49)

a. Heat stroke akibat bekerja di lingkungan kerja yang panas sekali, maka suhu tubuh akan naik sampai 40ºC, sedangkan tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat sehingga penderita akan kehilangan kesadaran.

b. Heat exhaustion terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas, terutama terjadi pada orang yang belum teraklimatisasi terhadap panas. Penderita akan banyak mengeluarkan keringat sedangkan suhu tubuh normal atau sub normal, tekanan darah akan menurun dan frekuensi nadi akan menjadi cepat. Penderita merasa lemah sekali dan apabila dibiarkan akan menjadi pingsan

c. Dehidrasi terjadi akibat pengaruh lingkungan kerja yang panas dan disertai dengan pengeluaran keringat yang berlebihan, akan terjadi kehilangan garam-garam natrium. Seorang pekerja dapat kehilangan 1 liter/jam cairan dan elektrolit dalam keringat. Kehilangan ini harus digantikan dengan minum air setiap 15-20 menit dalam jumlah banyak diperlukan bila benar-benar haus. Dan setelah beberapa minggu biasanya penderita akan mengalami kejang-kejang otot tubuh dan otot perut yang menimbulkan rasa sakit sekali, disamping itu terdapat pula gejala pingsan, lemah dan muntah atau rasa mual

d. Kelainan kulit terjadi miliria akibat pengaruh iklim kerja yang panas dan keringat berlebihan sehingga menimbulkan rasa gatal-gatal pada permukaan kulit.

(50)

pendidikan atau penyuluhan terhadap tenaga kerja yang bekerja dalam kondisi panas yang berlebih. Pengendalian suhu panas yang lazim dilakukan :

a. Terhadap lingkungan kerja dengan mempercepat aliran udara atau gerakan udara dengan ventilasi umum dimana dengan kecepatan udara yang cukup tinggi dapat membantu untuk mempercepat penguapan keringat, dengan pemasangan metal shielding pemasangan plat logam biasanya ditempatkan antara sumber panas dan tenaga kerja yang bersifat reflektif permukaan dinding yang mengkilap, pemasangan alat pendingin dimana cara ini baik namun sangat mahal dan digunakan hanya pada ruangan terbatas, menyediakan tempat istirahat yang memenuhi syarat untuk recovery.

b. Terhadap tenaga kerja menyediakan air minum yang cukup dan memenuhi syarat dekat tenaga kerja, pada kondisi dimana lingkungan mempunyai tingkat radiasi rendah dianjurkan berpakaian sedang dan untuk lingkungan yang mempunyai radiasi tinggi dianjurkan dengan pakaian kerja yang menutup seluruh permukaan kulit dan warna putih, dihindarkan bagi tenaga kerja yang harus bekerja di lingkungan kerja panas apabila berbadan gemuk sekali dan menderita suatu penyakit jantung.

(51)

menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3. NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) yang Diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap jam ISSB (ºC) Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75%-100% 31,0 28,0 -

50%-75% 31,0 29,0 27,5

25%-50% 32,0 30,0 29,0

0%-25% 32,2 31,1 30,5

Sumber : Permenakertrans No.PER.13/MEN/X/2011 Tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, Kemenakertrans, 2011.

Catatan :

a. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai 200 Kkal/jam b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200-350 Kkal/jam c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350-500 Kkal/jam

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering

Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.

2. Kebisingan

(52)

bunyi dan bergerak di udara dengan kecepatan ± 340 m/detik dan kecepatan akan bertambah besar apabila bergerak di dalam air dengan sebesar 1500 m/detik sedang di dalam baja kecepatan bunyi sebesar 5000 m/detik. Membahas suara, berarti ikut juga membahas tentang frekuensi, frekuensi sebagai gelombang lengkap yang merambat persatuan waktu yang dinyatakan per-detik (cps) atau dalam Hertz (HZ). Bunyi dapat didengar manusia sangat terbatas terletak pada kisaran 20-20.000 HZ. Frekuensi 4.000 HZ adalah frekuensi paling peka yang ditangkap telinga. Kebisingan adalah adanya bunyi yang tidak dikehendaki (Santoso, 2004).

Pengaruh gangguan kebisingan tergantung pada intensitas dan frekuensi nada. Sumber bising di tempat kerja adalah pemintalan dan penenunan pada industri kecil, peleburan logam kilang kayu, boiler, percetakan, kontruksi, pengrajin besi dan bandar udara. Intensitas suara atau bunyi merupakan besarnya tekanan yang dipancarkan oleh sumber bunyi.

Alat untuk mengukur suara adalah Sound Level Meter (SLM) dengan satuan decibel (dB) (Suma’mur, 2009). Peralatan ini dapat berfungsi sebagai fungsi telinga manusia dalam hal kepekaannya terhadapat suara pada berbagai frekuensi, dimana mekanisme kerja dari pada SLM adalah apabila ada benda yang bergetar maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat, selanjutnya perubahan tekanan udara tersebut diubah menjadi energi yang akan menggerakkan meter petunjuk.

(53)

1 Kebisingan yang kontiniu dengan spektrum frekuensi yang luas misalnya mesin, kipas angin, dapur pijar dan lainnya.

2 Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi sempit misalnya gergaji sirkuler, katub gas dan lainnya.

3 Kebisingan terputus-putus misalnya lalu-lintas, pesawat terbang di lapangan udara. 4 Kebisingan impulsif misalnya tembakan bedil, meriam dan ledakan.

5 Kebisingan impulsif berulang misalnya mesin tempa di perusahaan.

NAB kebisingan menurut Permenakertrans No PER.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor Fisik dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4. NAB Kebisingan

Waktu Pemaparan Per-hari Intensitas Kebisingan (dBA)

8 Jam 85

(54)

Catatan : tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat. Efek umum tingkat kebisingan yang berbeda menyebabkan :

1. Pengaruh fisiologi pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih terputus-putus, datangnya tiba-tiba dan tidak terduga menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan lainnya.

2. Pengaruh psikologi memengaruhi stabilitas mental dan reaksi psikologis, menimbulkan rasa khawatir, jengkel, mudah tersinggung dan marah.

3. Gangguan komunikasi resiko pendengaran terjadi apabila komunikasi dijalankan dengan teriak, menyebabkan terganggunya pekerjaan bahkan terjadi kecelakaan kerja, menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja.

4. Ketulian merupakan efek paling serius, dibagi menjadi tuli sementara, ketulian menetap dan trauma akustik.

2.5. Landasan Teori

Produktivitas kerja merupakan ukuran dari hasil perbandingan antara keluaran dan masukan, biasanya ditentukan dalam satuan. Tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya dapat dicapai apabila beban kerja, beban tambahan dan kapasitas kerja berada dalam keadaan seimbang.

(55)

waktu kerja yang dibutuhkan. Biasanya unit produksi berupa barang atau jasa dengan satuan berat atau buah, waktu kerja dengan satuan jam atau hari.

Meningkatnya produktivitas kerja memiliki manfaat yang banyak baik terhadap perusahaan, pekerja bahkan bagi negara. Peningkatan produktivitas kerja menciptakan pendapatan perkapita lebih besar, cenderung memperkecil inflasi, dapat mengendalikan stabilitas gaji, meningkatkan keuntungan perusahaan, peningkatan upah/pendapatan yang memengaruhi tingkat sosial serta status kesehatan pekerja.

Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat produktivitas kerja menurut Suma’mur (2009), antara lain :

a. Keadaan gizi merupakan gambaran dari pola asupan makan sehari–hari seseorang. Tujuan pengaturan makanan mencakup upaya meningkatkan status gizi, antara lain menjaga keseimbangan berat badan (IMT) dan meningkatkan kadar Hb. Status gizi yang baik dapat mengurangi angka kesakitan, tidak masuk kerja dan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sebaliknya status gizi buruk menyebabkan lemah tidak bertenaga, timbulnya penyakit dan mangkir kerja.

b. Riwayat kesehatan dan penyakit akibat kerja yang diperburuk oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.

(56)

kerja, penerangan, kebisingan, getaran dan bau-bauan. udara, merupakan kondisi tempat aktivitas tenaga kerja berlangsung. Kondisi lingkungan kerja fisik yang tidak sesuai dengan ketentuan NAB memengaruhi efektivitas dan efisiensi dalam bekerja erat hubungannya dengan daya kerja. Dalam melakukan pekerjaan, hendaknya lingkungan memberikan rasa nyaman baik segi penataan tempat kerja, penerangan, intensitas suara, suhu lingkungan, higiene. Lingkungan kerja yang tidak sesuai dapat mengganggu konsentrasi kerja tenaga, dalam jangka pendek dan panjang dapat mengganggu kesehatan memengaruhi berlangsungnya proses kerja dan menurunkan produktivitas.

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini adalah variabel Indeks massa tubuh, kadar Hemoglobin, iklim kerja, kebisingan dan variabel produktivitas kerja. Agar memperjelas dapat dilihat pada kolom di bawah ini :

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Indeks Massa Tubuh

Kadar Hemoglobin

Produktivitas Kerja

(57)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan explanatory research yaitu penelitian yang bersifat penjelasan yang ditujukan untuk menganalisis pengaruh indeks massa tubuh, kadar hemoglobin dan lingkungan fisik terhadap produktivitas kerja pada tenaga kerja bongkar muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan. Rancangan penelitian dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional yaitu cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoadmodjo, 2010).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

(58)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai dengan Juli 2012 terdiri dari studi pustaka, survei, mempersiapkan proposal, kolokium, penelitian, análisis data, seminar hasil penelitian dan ujian komprehensif.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh TKBM yang bekerja di bagian palka dan dermaga pada 3 kapal yang sedang berlabuh di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan, kapal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kapal 1 dengan kapasitas 6.000 ton pupuk, dibongkar oleh 48 orang TKBM selama 5 hari.

2. Kapal 2 dengan kapasitas 3.000 ton pupuk, dibongkar oleh 24 orang TKBM selama 3 hari.

3. Kapal 3 dengan kapasitas 4.800 ton biji kelapa sawit, dibongkar oleh 36 orang TKBM selama 4 hari.

(59)

3.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel (total sampling) yakni sebanyak 108 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan cara :

1) Primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dengan cara interview dan pengukuran.

2) Sekunder data yang dikumpulkan berasal dari profil dan data laporan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

1. IMT adalah gambaran keadaan tubuh TKBM yang dilihat dari berat badan dalam kg per-tinggi badan² dalam meter.

2. Kadar Hb adalah hemoglobin yang terdapat dalam darah TKBM.

3. Lingkungan fisik adalah segala kondisi yang ada di sekitar TKBM selama melakukan proses bongkar muat yang terdiri dari iklim kerja dan kebisingan.

4. Iklim kerja adalah kondisi suhu tempat kerja TKBM selama 3 hari berturut-turut diukur pada pagi, sore, malam hari dan nilai dirata-ratakan.

5. Kebisingan adalah kondisi intensitas suara tempat kerja TKBM selama 3 hari berturut-turut diukur setiap jam dan nilai dirata-ratakan.

(60)

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Cara Ukur Alat Ukur Kategori Skala

IMT Pengukuran Mikrotoise 0. Kurus Ordinal

Tinggi Dan IMT < 18,4

badan dan Timbangan 1. Normal

Berat badan IMT 18,5-25,0

2. Gemuk

IMT > 25,1

Kadar Hb Pemeriksaan Spektofoto 0. Normal Ordinal

Hb Meter ≥ 13 gr/dl

1. Tidak normal

< 13 gr/dl

Iklim Kerja Pengukuran Questtemp 0. Iklim kerja nyaman Ordinal suhu tempat Heat Stress ISBB < 27,5ºC

Kerja Monitoring 1. Iklim kerja tidak

Nyaman

ISBB > 27,5ºC

Kebisingan Pengukuran Sound 0. Sesuai NAB Ordinal

intensitas suara Level ≤ 85 dB

tempat kerja Meter 1. Tidak sesuai

NAB >85 dB

Produktivitas Perhitungan Kuesioner 0. Produktivitas baik Ordinal

Kerja jumlah barang ≥ 2,1 ton/jam

(61)

Data berskala ordinal dengan kriteria : 0. Kurus, jika IMT < 18,4

1. Normal, jika IMT 18,5-25,0 2. Gemuk, jika IMT > 25,1

2) Kadar Hb adalah pemeriksaan hemoglobin yang terdapat dalam darah TKBM. Pemeriksaan kadar Hb dengan metode Chyanmethemoglobin dan prosedur pengukuran sebagai berikut :

1. Darah diisap dari ujung jari yang sudah ditusuk dengan lanset steril menggunakan pipet hemoglobin sebanyak 0,02 ul.

2. Darah tersebut diteteskan ke kertas whotman kemudian dibiarkan mengering dan dimasukkan ke dalam plastik putih.

3. Darah yang menempel pada kertas digunting sampai sekecil mungkin lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi 5 ml larutan drapkins (NaHCO3, KCN, K3Fe(CN)6

4. Tuang ke dalam kuvet kemudian baca dengan alat spektofotometer pada panjang gelombang 540 nm, kadar hemoglobin akan terlihat pada monitor spektofotometer. Satuan hemoglobin dinyatakan dalam gr/dl.

dan aquadest) dicampur hingga menyatu kemudian biarkan hingga 24 jam lalu disaring.

(62)

Kriteria kadar hemoglobin : 0 Normal, jika Hb ≥ 13 gr/dl

1 Tidak normal, jika Hb < 13 gr/dl

3) Iklim kerja adalah pengukuran kondisi suhu tempat kerja TKBM selama 3 hari berturut-turut diukur 1 jam setelah shift kerja dimulai, pertengahan shift dan 1 jam sebelum shift kerja berakhir yaitu pukul 10.00-11.00 WIB, 15.00-16.00 WIB dan 20.00-21.00 WIB. Iklim kerja yang diukur adalah iklim panas. Pengukuran dilakukan sesuai SNI 16-7061-2004 menggunakan alat Questtemp Heat Stress Monitoring dengan prosedur pengukuran :

1. Letakkan alat pada titik pengukuran, sesuaikan antara ketinggian sensor dengan kondisi pekerja.

2. Buka termometer suhu basah alami dan tutup ujung termometer dengan kain katun.

3. Tekan tombol logging untuk memulai proses pengukuran.

4. Biarkan alat bekerja selama 15 menit kemudian lakukan pembacaan hasil pengukuran.

5. Pengukuran dilakukan oleh petugas laboratorium Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan. Hasil pengukuran dirata-rata 9 kali pengukuran.

Data pengukuran berskala ordinal dengan kategori : 0. Iklim kerja nyaman, jika ISBB < 27,5°C

(63)

4) Kebisingan adalah pengukuran kondisi intensitas suara tempat kerja TKBM selama 3 hari berturut-turut diukur tiap 1 jam yakni pukul 09.00-10.00, 10.00-11.00, 11.00-12.00, 13.00-14.00, 14.00-15.00, 15.00-16.00, 16.00-17.00, 17.00-18.00, 19.00-20.00 dan 20.00-21.00 WIB. Pengukuran dilakukan sesuai SNI 19-7063-2004 menggunakan alat Sound Level Meter dengan prosedur pengukuran: 1. Pegang alat pada tangan.

2. Lalu arahkan mikropon pada sumber bising yang akan diukur.

3. Aktifkan alat untuk memulai pengukuran kemudian lakukan pembacaan hasil pengukuran, satuan intensitas bising dalam desibel (dB).

4. Pengukuran dilakukan oleh petugas laboratorium Kantor Kesehatan Pelabuhan Belawan. Hasil pengukuran dijumlah kemudian dirata-rata 30 kali pengukuran. 5. Intensitas suara di ukur pada 3 sumber suara yakni mesin kapal, crane dan mobil

truck.

Data pengukuran berskala ordinal dengan kategori : 0. Sesuai NAB jika intensitas suara ≤ 85 dB

1. Tidak sesuai NAB jika intensitas suara > 85 dB 3.6.2. Pengukuran Variabel Terikat

(64)

16.00-17.00, 17.00-18.00, 19.00-20.00 dan 20.00-21.00 WIB. Prosedur pengukuran produktivitas kerja :

1. Menghitung jumlah karung barang yang diangkat oleh TKBM tiap jam.

2. Kemudian dijumlahkan dan dibandingkan dengan standar perusahaan sebesar 2,1 ton/jam/orang.

3. Penghitungan produktivitas kerja dibantu oleh 4 orang enumerator. Hasil pengukuran dijumlah kemudian dirata-rata 30 kali pengukuran.

Data berskala ordinal dengan kategori :

0. Produktivitas baik jika mengangkat barang ≥ 2,1 ton/jam/orang 1. Produktivitas tidak baik jika mengangkat barang < 2,1ton/jam/orang

3.7. Metode Analisis Data

Data sekunder dan primer yang telah dikumpulkan dalam penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Editing data, mengumpulkan semua data responden dengan tujuan memeriksa

kelengkapan dan keseragaman data yang diperlukan.

(65)

Keterangan : k = 1+3,3 log n

r = nilai maksimum-nilai minimum c = lebar kelas

c. Entry data, setelah proses koding dimasukkan data ke perangkat lunak.

d. Analisis univariat, untuk melihat gambaran dan karakteristik dari variabel independen (indeks massa tubuh, kadar hemoglobin, iklim kerja dan kebisingan) dan variabel dependen (produktivitas kerja).

e. Analisis bivariat, untuk melihat hubungan indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja dianalisis dengan menggunakan uji kai kuadrat pada tingkat kepercayaan 95% dengan hipótesis jika nilai p < α berarti hasil perhitungan statistik bermakna atau ada hubungan dan jika nilai p > α berarti tidak bermakna atau tidak ada hubungan. Hubungan iklim kerja dan kebisingan dengan produktivitas kerja dianalisis dengan menggunakan uji statistik t-test independen. Jika nilai p < α berarti hasil perhitungan statistik bermakna atau ada perbedaan dan jika nilai p > α berarti tidak bermakna atau tidak ada perbedaan (Sugiyono, 2003).

(66)

Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik gandaPengolahan data akan menghasilkan persamaan sebagai berikut :

p(x)= a b1x1 b2x2 b3x3

1

1

+ + + −

(67)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pelabuhan laut Belawan secara geografis terletak pada 030 43′ 00′ Lintang Utara dan 980

Bagian perairan terdiri dari kolam pelabuhan di saat pasang naik kedalaman air mencapai 12 meter pada saat surut kedalaman air mencapai 10 meter. Pelabuhan Belawan dapat disandari kapal besar dengan ukuran panjang 127 meter dan bobot mati sekitar 20.000 ton. Fasilitas yang ada di Pelabuhan Belawan :

42' 00' Bujur Timur dengan luas 8,8884,4 Ha perairan dan 550 Ha daratan. Bagian daratan pelabuhan terdiri dari bangunan perkantoran, gudang, open storage, bangunan milik Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), jalan raya, tempat parkir kendaraan umum, bangunan milik perusahaan pelayaran dan daerah perumahan penduduk.

1. Dermaga untuk menunjang bersandarnya kapal dalam kegiatan bongkar muat. 2. Pelabuhan barang ataupun penumpang, antara lain :

a. Pelabuhan Lama (Sektor 1) dengan panjang 601,20 meter lebar 9 meter, kedalaman mencapai 8 meter dengan konstruksi dari beton.

b. Pelabuhan Ujung Baru (Sektor II) dengan panjang 2,182 meter lebar 15 meter, kedalaman 8 meter dengan konstruksi beton.

(68)

Perusahaan Bongkar Muat Pelabuhan Belawan melalui Koperasi Upaya Karya tergabung yang dalam Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Industri (APBMI) Sumatera Utara, dipercayakan Menteri Koperasi sebagai satu perusahaan untuk Unit Kerja Buruh (TKBM).

Kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Belawan dibagi dalam tiga bagian terdiri dari steverdoring (pekerjaan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga dan sebaliknya), corgodoring (pekerjaan membawa barang dari dermaga ke gudang dan sebaliknya), receivieing/delivery (pekerjaan mengambil barang dari gudang ke atas kendaraan dan sebaliknya). Kesiapan sumber daya operasional dan tenaga kerja bongkar muat merupakan salah satu persyaratan operasional pelabuhan dalam 24 jam.

Proses bongkar muat yang dilakukan di Pelabuhan Belawan memiliki koridor yang telah ditentukan melalui peraturan-peraturan yang mengikat antara Perusahaan Bongkar Muat dengan Tenaga Kerja Bongkar Muat serta Penyedia Jasa Bongkar Muat. Ketentuan tersebut merupakan ketentuan pelaksanaan bongkar muat, antara lain :

1. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1954. 2. Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1969.

(69)

4. INPRES No. 4 tahun 1985 tentang kebijakan pelaksanaan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan No. 88/AL 305/Phb.85 dan KM No.13, 1989

5. Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 (Gunawan, 2010).

4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Umur

International Labour Organisation (ILO) mengemukakan usia kerja adalah 15-60 tahun dan mengelompokkan dengan interval 5 tahun (Sektor Ketenagakerjaan ILO, 2010). Berdasarkan hasil pengukuran umur responden berada antara 25-73 tahun. Karakteristik umur responden dikelompokkan dengan interval 10 tahun yakni kategori umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun. Umur responden disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Sektor II Ujung Baru PT. Pelindo I Belawan

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 25-34 tahun 21 19,44

2 35-44 tahun 33 30,55

3 45-54 tahun 33 30,55

4 55-64 tahun 18 16,66

5 65-74 tahun 3 2,77

Jumlah 108 100

Gambar

Tabel  2.2 Batas Kadar Hemoglobin
Tabel 2.4. NAB Kebisingan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang dibutuhkan untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja pada unit rekam medis adalah kuantitas kegiatan pokok, standar beban kerja dan standar kelonggaran. Kuantitas

Untuk kegiatan operasional pembenihan guna mendapatkan benih yang baik dan dalam jumlah yang besar, maka teknik dan prosedur penyediaan induk, pemijahan, perawatan benih,

Tes kompetensi strategis siswa dalam menyelesaikan soal cerita dilaksanakan pada Rabu 23 November 2016. Tes ini terdiri dari 2 soal uraian dan dilaksanakan dengan rentang

3. Tidak menuntut hasil seleksi administrasi Penyediaan Biaya Pendidikan dari Pemerintah Kab. Seluruh dokumen yang saya sampaikan sebagai bahan larnpiran permohonan

Gambaran umum lulusan prodi Akuntansi FEKON-UT yang telah disurvei mencakup profil lulusan, pengalaman belajar di UT, pengalaman pekerjaan, kinerja lulusan, daya

Penelitian pembuatan bahan bakar cair dengan memanfaatkan limbah ban bekas menggunakan katalis dari limbah bekas perengkahan minyak bumi Pertamina RU III Palembang dengan

Mengetahui formula terbaik tepung komposit uwi (Dioscorea alata) dan koro glinding (Phaseolus lunatus) terhadap terhadap karakteristik fisik, kimia dan fungsional

Seperti pada Gambar 3.19, diagram berjenjang aplikasi penilaian kinerja pegawai ini terdari dari empat proses utama yaitu mengelola data master pegawai, mengelola data master