Hubungan Pemberian Makanan Prelakteal dengan Proses

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Hubungan Pemberian Makanan Prelakteal dengan Proses

Menyusui adalah memberikan ASI kepada bayinya. Ibu yang baru melahirkan seharusnya menyusui bayinya segera mungkin sampai 30 menit setelah kelahiran karena pada saat itu bayi mempunyai puncak mengisap yang kuat sehingga merangsang hormon prolaktin memproduksi ASI lebih banyak lagi. ASI yang keluar setelah persalinan sedikit, sehingga banyak ibu yang khawatir ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi. Ibu yang khawatir bayi kekurangan nutrisi

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

biasanya memberikan makanan prelakteal sambil menunggu ASI keluar. Pemberian ASI 30 menit pertama bukan dimaksudkan memberikan nutrisi, tetapi lebih ditekankan untuk bayi belajar menyusui atau mengisap puting payudara ibu serta mendukung produksi ASI.

Bayi baru lahir yang cukup umur memiliki sistem pencernaan yang belum sempurna untuk mencerna berbagai makanan atau minuman selain ASI sampai dengan usia 6 bulan (Khasanah, 2011). Ibu yang memberikan makanan prelakteal pada bayinya dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan bayinya tidak tepat. Bayi setelah lahir hanya membutuhkan ASI tanpa makanan apapun. Apabila ASI setelah kelahiran keluar sedikit tidak perlu diberikan makanan prelakteal karena cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup untuk bertahan sampai 4 hari setelah kelahiran (Proverawati dan Rahmawati, 2010).

Ibu yang memberikan makanan prelakteal pada bayinya akan mempengaruhi proses menyusui. Bayi yang diberi makanan prelakteal akan merasa kenyang sehingga malas untuk menyusu pada ibunya dan ASI lambat terbentuk serta bayi akan kurang mendapat kolostrum yang kaya kandungan gizi. Pemberian makanan prelakteal dengan menggunakan botol akan mempengaruhi isapan bayi. Isapan bayi yang tidak kuat menyebabkan kurangnya stimulasi rangsangan sensor-sensor sensorik untuk mengeluarkan hormon oksitoksin sehingga produksi ASI berkurang. Produksi ASI yang kurang menyebabkan proses menyusui tidak efektif. Selain itu rasa yang berbeda antara makanan prelakteal dengan ASI juga dapat menyebabkan bayi menolak untuk menyusu dan cenderung memilih makanan prelakteal yang memiliki rasa lebih manis.

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

Penelitian sebelumnya mengenai makanan prelakteal dilakukan oleh Afifah (2007) dengan judul ”Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI Eksklusif”. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan 11 dari 12 ibu memberikan makanan prelakteal berupa susu formula, madu, kelapa muda, dan kurma. Responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa pemberian makanan prelakteal diberikan penolong persalinan karena bayi menangis dan ASI sulit keluar. Penelitian ini menyatakan pemberian makanan prelakteal adalah cara yang baik untuk menghentikan tangisan bayi. Hal ini memberi pengaruh negatif terhadap keyakinan ibu dalam kemampuan memproduksi ASI untuk memuaskan bayinya.

http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id http://digilib.unej.ac.id

Faktor-Faktor yang berhubungan dengan proses menyusui:

a. Dukungan Keluarga; b. _Pengetahuan; c. Keadaan ibu; d. Keadaan bayi; e. Produksi ASI; f. Bayi mendapatkan prelacteal feeding;

g. Iklan produk susu formula.

Dalam dokumen HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PRELAKTEAL DENGAN PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOTENGAH KECAMATAN SUMBERBARU KABUPATEN JEMBER (Halaman 49-52)