2.2.11. PENDAPATAN NASIONAL
2.2.11.2. HUBUNGAN PENDAPATAN NASIONAL TERHADAP J UMLAH UANG BEREDAR
Dengan adanya pembentukan dan penggunaan dari hasil tersebut terwujudlah suatu arus uang yang disebut sebagai peredaran atau sirkulasi uang, sehingga dengan peningkatan pendapatan nasional maka jumlah uang yang beredar akan meningkat (Iswardono, 1994:33)
2.2. Kerangka Pikir
Jumlah uang beredar, tidak boleh terlalu berlebih ataupun kurang. kontrol terhadap jumlah uang yang beredar perlu dilakukan untuk menciptakan iklim yang baik bagi stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi, serta kontrol terhadap kegiatan kredit. Kontribusi kebijakan moneter terhadap stabilitas harga sangat penting artinya untuk mengurangi atau menekan tingkat inflasi. (Judisseno, 2002:21)
Pada dasarnya Jumlah uang beredar dipengaruhi oleh banyak faktor namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada faktor – faktor antara lain : tingkat suku bunga kredit, tingkat inflasi, investasi dan pendapatan nasional.
1.Tingkat Suku Bunga Kredit
Dengan turunnya tingkat suku bunga, akan mendorong pengusaha atau investor melakukan investasi. sehingga iklim investasi menjadi meningkat. Dalam kesempatan ini pengusaha atau investor mengambil lebih rendah biaya bunga tersebut yang digunakan untuk membiayai
produksi perusahaan. hal inilah yang akan meningkatkan permintaan kredit sehingga bisa mendorong kenaikan Jumlah Uang Beredar. (Susanti, 2001:26)
2. Inflasi
Dengan turunnya inflasi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat naik karena dengan turunnya tingkat inflasi maka harga – harga barang akan turun sehingga jumlah permintaan barang juga akan naik pula yang tentunya akan mempengaruhi meningkatnya Jumlah Uang Beredar. (Nopirin, 2000:14)
3. Investasi
Dengan adanya hubungan yang penting antara skedul permintaan Investasi menghubungkan tingkat pembelanjaan investasi dengan permintaan akan uang. Mengakibatkan adanya hubungan positif dengan jumlah uang beredar. Apabila investasi naik maka mengakibatkan modal dalam negeri menjadi naik. Dengan adanya kenaikan modal dalam negeri maka akan membuka kesempatan kerja baru, dan dengan banyaknya tenaga kerja yang terserap maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat dan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat tentu akan meningkatkan konsumsinya hal inilah yang nantinya akan menyebabkan meningkatnya Jumlah Uang Beredar. (Samuelson dan Nordhaus, 2004:145)
4. Pendapatan Nasional
Tingkat pendapatan masyarakat yang cukup tinggi menyebabkan bagian dari pendapatan yang di konsumsi akan semakin meningkat yang berdampak pada jumlah uang beredar. Kenaikan jumlah kekayaan menambah konsumsi yang di inginkan. Pengeluaran konsumsi yang berubah – ubah merupakan akibat adanya perubahan pendapatan nasional. Dengan demikian, semakin meningkatnya pendapatan nasional maka akan mendorong kenaikan pendapatan perkapita. Sehingga akibat dari kenaikan tersebut jumlah uang beredar di masyarakat meningkat. (iswardono, 1997:33)
Gambar 8 : Kerangka Konseptual Paradigma Penelitian
Tingkat suku bunga kredit (X1) Tingkat inflasi (X2) Investasi (X3) Pendapatan Nasional (X4) Permintaan kredit Jumlah permintaan barang Kesempatan Kerja Pendapatan Perkapita Jumlah Uang Beredar (Y)
Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori dan kerangka pikir diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
1. Di duga bahwa tingkat suku bunga kredit tingkat inflasi investasi dan pendapatan nasional sebagai variable bebas mempunyai pengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia.
2. Di duga bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi Jumlah uang beredar ialah Pendapatan Nasional.
2.1. Penelitian Ter dahulu
Penelitian yang berhubugan degan jumlah uang beredar pernah disampikan oleh beberapa penelitian, antara lain :
2.1.1. Jatmiko (2001:68) dalam penelitian yang berjudul “Beberapa faktor yang mempegaruhi jumlah uang beredar Di indonesia “.Hasil penelitian menunjukan secara simultan suku bunga kredit (X1), pendapatan nasional (X2) dan jumlah kantor bank (X3) berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar (Y) dimana F hitung (457,563)>F tabel (4,07). Secara parsial hanya pendapatan nasional yang berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar dimana t hitung (14,448)>t tabel (2,306), sedangkan variabel tingkat suku bunga kredit dan jumlah kantor bank tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar, dimana diperoleh t hitung (-1,6027)<t tabel (2,306) untuk suku bunga kredit dan untuk variabel jumlah kantor bank diperoleh t hitung (-0,930) <t tabel (2,306).
2.1.2. Wijoyo (2002:60) dalam penelitian yang berjudul “Beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar Di indonesia”. Hasil penelitian secara kuantitatif statistik menunjukan bahwa tingkat suku bunga kredit (X1), pendapatan nasional (X2), suku bunga SBI (X3) secara simultan bersama-sama berpengaruh positif terhadap variabel terikat jumlah uang beredar (Y) dimana ,F hitung (588,255)>F tabel (4,76). Secara parsial pendapatan nasional dan suku bunga SBI berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar dimana t
hitung (14,534)>t tabel (2,447) untuk X1 t hitung (7,592)>t tabel (2,447) untuk X2, sedangkan tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar karena t hitung (-0,829)< t tabel (2,447).
2.1.3. Suwarno (2003:13) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Fluktuasi kurs Rupiah Mata Uang US dollar Di indonesia”. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pengujian secara keseluruhan atau simultan (uji F), (X1) pendapatan nasional, (X2) tingkat bunga deposito, (X3) inflasi dan (X4) krus valuta asing dengan variabel terikat (Y) dimana, F hitung (9,28)>F tabel (29,17)>9,28. dimana Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti secara keseluruhan faktor tingkat bunga deposito, inflasi dan jumlah uang beredar secara nyata mempengaruhi kurs rupiah mata uang US dollar.
2.1.4. Pratomo (2004:x) “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar Di indonesia. Hasil penelitian menunjukan suku bunga deposito, pengeluaran pemeritah, investasi dan kurs valuta asing di dalam model cukup bermakna memberikan kontribusi pengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia, sedangkan uji secara parsial diketahui suku bunga deposito dan investasi tidak berpengaruh pada jumlah uang beredar di indonesia. Untuk lain diantara pengeluaran pemerintah dan kurs valuta asing dinyatakan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di indonesia.
2.1.5. Febriane (2004:x) “Analisis beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar Di indonesia”. Secara simultan menunjukan adanya hubungan secara nyata antara suku bunga kredit investasi (X1), nilai pembelian SPBU (X2), jumlah
kantor bank (X3) dan inflasi (X4) terhadap jumlah uang beredar (Y). Dari analisis uji t, variabel suku bunga kredit investasi tidak berpengaruh terhadap jumlah uang beredar, hal ini dikarenakan keadaan perekonomian indonesia masih kurang stabil membuat masyarakat enggan untuk memegang uang dalam bentuk riil. Variabel nilai pembelian SPBU berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar dimana. Variabel jumlah kantor bank berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar.
penelitan terdahulu dengan penelitian sekarang memang berbeda, namun memiliki persamaan yaitu berkaitan dengan variabel terikat jumlah uang beredar tetapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar arti luas yakni M3 (uang kartal dan uang giral ditambah dengan uang kuasi ) dan penelitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya serta dilakukan pada tahun yang berbeda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Bank menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
Pengertian bank yang terdapat pada pasal 1 undang – undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang – undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan yakni bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Dendawijaya, 2003:17)
Berikut ini dikemukakan beberapa definisi bank dari berbagai sumber lain :
1. Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,baik dengan alat – alat pembayaranya sendiri atau dengan uang yang di perolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat – alat penukar baru berupa uang giral (Simorangkir, 1991:18)
2. Bank adalah lembaga perantara keuangan yang mentrasfer dana dari para pemberi pinjaman kepada para peminjam. (chendler, 1998:144)
3. Menururut undang – undang nomor 14 tahun 1967 tentang dasar- dasar perkreditan, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang (Suyatno, 1991:3)
Dari beberapa pegertian diatas maka dapat disimpulkan bahwasanya bank ialah lembaga keuangan yang bertujuan untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit maupun dengan jalan mengedarkan alat – alat penukar baru berupa uang giral serta jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.
2.2.1.1. J enis Bank
Berdasarkan undang – undang nomor 4 tahun 1998 terhadap berbagai macam bank, namun hanya membagi dalam dua jenis, yaitu dilihat dari fungsinya, dan dari segi kepemilikanya.
A. Dilihat dari segi fungsinya:
1. Bank sentral (Central Bank) adalah Bank Indonesia sebagaimana yang di maksud dalam undang – undang 1945 dan berdasarkan Undang – undang nomor 13 tahun 1968.
2. Bank Umum (Comercial Bank) adalah bank dalam pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. 3. Bank Tabungan (Saving Bank) adalah bank yang dalam
pengumpulan dananya menerima simpanan dalam bentuk tabungan dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam bentuk surat berharga.
4. Bank Pembangunan (Developement bank) adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan mengeluarkan surat berharga jangka menengah dan jangka panjang dalam bidang pembangunan.
5. Bank Desa (Rurar Bank) adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk uang dan natura (padi, jagung, palawija) dan dalam usahanya memberikan natura kepada sektor pertanian dan pedesaan. (suyatno dkk, 1997:15)
B. Dilihat dari segi kepemilikanya:
1. Bank Umum milik pemeritah, yaitu bank yang hanya dapat di dirikan berdasarkan undang – undang.
2. Bank Umum milik Swasta, yaitu bank yang hanya dapat didirikan dengan menjalankan usaha setelah mendapat ijin dari menteri keuangan dengan pertimbangan dari Bank Indonesia.
3. Bank Koperasi, yaitu bank yang modalnya berasal dari perkumpulan – perkumpulan koperasi (Suyatno dkk, 1997:15)
2.2.1.2. Fungsi Bank
Fungsi Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkanya kembali pada masyarakat untuk berbagi tujuan atau sebagai finansial intermediary.
Secara spesifik fungsi bank adalah sebagai berikut:
a. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah Trust atau kepercayaan, baik dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila di landasi oleh unsur kepercayaan.
b. Agen of Development
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu moneter dan sektor riil, tidak dapat dipisahkan. Kedalam sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
c. Agen of Services
Disamping melakkan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat.
Jasa – jasa yang di tawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum (Susilo dkk, 2000:6)
2.2.2. Uang 2.2.2.1. Pengertian Uang
Berdasarkan definisi uang menurut penulis ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang – barang (Robertson dalam Manulang, 1983:13)
2. Uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai pembayar hutang (Sayers dalam Manulang, 1983:13).
3. Uang adalah segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat penukar (Pigou dalam Manulang, 1983:14).
4. Uang adalah segala sesuatu yang siap sedia dan pada umumnya diterima umum dalam pembayaran pembelian barang-barang, jasa-jasa dan untuk pembayaran hutang (Thomas dalam Manulang, 1983:14).
5. Uang adalah kekayaan dengan mana (dimana) atau pemilik kekayaan dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah tertentu pada waktu itu juga (Hart dalam Manulang, 1983:14)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, uang adalah segala sesuatu yang umum diterima sebagai alat pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, pembayaran hutang dan penimbunan kekayaan.
2.2.2.2. Fungsi Uang
Menurut Iswardono (1996:6-9), uang merupakan beberapa fungsi yaitu: 1. Satuan hitung (unit of account)
Dalam hal ini yang dimaksud adalah sebagai alat yang digunakan untuk menunjukan nilai dari barang – barang dan jasa dijual (beli), besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya kredit atau utang dapat dikaitkan sebagai alat yang di gunakan dalam menentukan barang dan jasa.
2. Alat penukar
Sebagai alat mandasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi masing-masing barang dengan uang, orang tidak harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang diproduksinya di pasar sebagai alat penukar.
3. penimbun kekayaan
Dengan menyimpan uang berarti meninbun kekayaan dalam bentuk uang kas. Penyimpanan uang ini dimaksud untuk mempermudah penukaran atau transaksi di masa sekarang ataupun di masa yang akan datang.
4. Standar pencicilan utang
Begitu uang diterima umum sebagai alat penukar atau satuan hitung maka secara langsung uang akan bertindak sebagai unit atau satuan pembayaran cicilan utang ataupun juga untuk menyatakan besaran utang kita. Dengan menggunakan uang tersebut kita dapat
melakukan pembayaran utang piutang secara tepat dan cepat baik secara kontan atau angsuran.
2.2.2.3. J enis-jenis Uang
Banyaknya jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dipengaruhi oleh pemerintah, tetapi peranan dalam pengeluaran uang bukan hanya dipengaruhi oleh pemerintah tetapi juga badan-badan kredit. Hal ini yang menimbulkan dalam masyarakat terlihat berbagai jenis uang yaitu:
1) Full Bodied Money
Merupakan mata uang yang nilai materinya sama dengan nilai yang tertulis di dalam mata uangnya. Jadi mata uang yang nilai materinya sama dengan nilai nominalnya disebut full bodied money. Hal ini hanya mugkin terdapat pada mata uang yang terbuat dari logam-logam mulia dan jika didalam masyarakat tersebut dipenuhi dua syarat yaitu:
a) Ada kebebasan masing-masing orang untuk menempa mata uang, melebur, menjual atau memakainya.
b) Tiap orang mempunyai hak yang terbatas dalam menyimpan uang logam. Adanya dua syarat tersebut, dapat menyebabkan terjadi kesamaan dua nilai, maka orang cenderung melebur mata uang ini berakibat cenderung turunnya harga logam dipasar.
2) Token Money
Token Money adalah mata uang yang nilai nominalnya (nilai moneter ) lebih
kertas. Jadi baik uang kertas bank maupun uang kertas pemerintah adalah token money.
Perbedaan full bodied money dengan token money adalah jika pada token
money mata uang hanya dibuat oleh badan-badan tertentu seperti Bank sentral,
pemerintah dan bank-bank deposito, maka dalam full bodied money pencipta uang itu menjadi milik masyarakat. (manulang, 1993:28)
3) Uang kertas
Umumnya negara-negara mata uang yang terbuat dari kertas. Uang kertas dapat disebuat Folding money, karena uang kertas dapat dilipat oleh pemegangnya.
Sebab-sebab banyak negara mempunyai mata uang yang terbuat dari kertas: a) Ongkos pembuatan mata uang kertas itu tidak seberapa, jika dibandingkan
dangan pembuat mata uang logam.
b) Uang kertas mudah dibawa dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. c) Jika mata uang bertambah maka mudah untuk mendapatkannya.
4) Uang giral
Uang giral atau biasa disebut bank deposit money, adalah hutang sesuatu bank kepada seseorang atau kepada suatu badan perusahaan. Bank deposit money merupakan uang giral.
5) Near money
Time deposit money dan obligasi pemerintah disebut near money, karena
dalam waktu dekat kedua jenis uang tersebut dapat menjadi uang. Karena dalam waktu dekat ia akan menjadi uang biasa. Demikian obligasi pemerintah dianggap
sebagai near money, karena obligasi pemerintah dapat searah menjadi uang dengan menjual obligasi kepada anggota masyarakat atau kepada bank. (Manulang, 1993:28)
2.2.3. Uang Beredar
Uang beredar dalam arti sempit (M1) adalah uang kartal ditambah uang giral sedangkan dalam arti luas adalah M1 ditambah deposito berjangka atau time
deposit (TD) ditambah saldo tabungan atau seving deposit (SD). pengertian uang
beredar lebih luas (M3) adalah M1 ditambah degan uang kuasi. (Boediono, 1985:3-6)
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas maka diambil suatu batasan mengenai pengertaian uang beredar, yaitu:
1. Menurut Budiono (1985:4) uang beredar yang didefinisikan sebagai uang kartal plus (atau currency plus Demand Deposit ) disebut uang dalam arti sempit atau norrow money (M1).
M1 = C + DD Dimana, C = currency ( uang kartal )
2. Menurut Budiono (1985:6) uang dalam arti luas atau uang M2 adalah kewajiban moneter sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang diatas terdiri atas uang M1 ditambah deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-bank.
M2 = M1 + TD +SD
Dimana, TD = time deposits (deposito berjangka ) SD = saving deposits (saldo tabungan )
3. Menurut Budiono (1985:6) definisi uang beredar yang lebih luas adalah M3, yang mencakup semua TD dan SD, besar kecil, rupiah atau dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan non bank.
M3 = M1 + QM Dimana QM = quasi money
Uang kuasi merupakan aktiva milik sektor swasta domestik yang dapat memenuhi sebagian fungsi uang atau sementara kehilangan fungsinya sebagai media pertukaran.( Insekindro,1993:78)
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa uang beredar adalah jumlah uang yang ada ditanggan masyarakat yang dapat berupa uang kartal, uang giral, deposito berjangka, saldo tabungan dan uang kuasi”Quasi money” (M3)
2.2.4. Teori Per mintaan Uang 2.2.4.1. Teori Kuantitas Uang
Menurut Sukirno (2000:410) dalam menerangkan teori kuantitas yang dilakukan oleh Irfing Fiser digunakan persamaan aljabar yang dimana persamaan pertukaran. Persamaan pertukaran tersebut dinyatakan sebagai berikut :
MV = PT
Dimana :
M = Uang beredar
V = Kelakuan peredaran uang P = Tingkat harga-harga
T = Jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan didalam suatu tahun tertentu.
Didalam persamaan itu M diartikan dalam pengertian uang beredar yang sempit. Ini berarti M adalah sama dengan jumlah uang kertas, logam dan uang giral yang terdapat dalam perekonomian. Kelajuan peredaran uang, yaitu V ditentukan berdasarkan keseringan (beberapa seringnya) uang beredar yang terdapat dalam masyarakat berpindah tangan dalam satu tahun. Dalam menentukan nilai P yang perlu diketahui adalah indeks harga. Faktor yang terakhir dalam persamaan pertukaran diatas, yaitu menunjukkan jumlah barang – barang jadi dan setengah jadi yang diperjualbelikan. (Sukirno, 1985:221)
2.2.4.2. Teori Per mintaan Keynes
Pada hakekatnya Keynes mengemukakan fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini dikenal dengan nama teori liquidity preference. (Boediono, 1985:27)
Keynes menggolongkan sebab-sebab keinginan untuk memegang uang tunai dalam 3 golongan, yaitu :
1. Motif transaksi (transaction motive)
Alasan memiliki uang tunai dan tidak membelanjakannya ialah untuk membiayai pembayaran-pembayaran atau kewajiban yang harus dilakukan agar usahanya dapat berjalan terus. Alasan menyimpan uang tunai untuk kebutuhan disebut dengan transaction
2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)
Permintaan akan uang untuk tujuan melakukan pembayaran yang tidak reguler atau yang di luar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan – keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit dan pembayaran tidak terduga lainnya. (Boediono, 1985:28)
3. Motif spekulasi (speculative motive)
Keynes memberi definisi speculative motive sebagai tujuan untuk mendapatkan keuntungan karena mengetahui dengan lebih baik dari pasar apa yang akan terjadi pada masa depan.
Gambar 1 : Kur va Per mintaan Uang
Kurva (a) mengambarkan permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga. Kedua jenis permintaan kedua tersebut tidak dipengaruhi tingkat bunga yaitu jumlahnya tetap tidak dipengaruhi tingkat bunga Kurva Dt1 menggunakan permintaan untuk transaksi berjaga – jaga apabila pendapatan nasional (Y1).
0 Dt1 Dt2 r1 ro Tingkat bunga 0 Ds1 Ds2 Ds Tingkat bunga Permintaan uang (a) Transaksi dan berjaga-jaga
Permintaan uang (b) Spekulasi Dm(y2) Dm(y1) Tingkat bunga ro Dm1 Permintaan uang (c) Jumlah permintaan uang
Kedua jenis permintaan tersebut tergantung pada pendapatan nasional, makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga – jaga.
Kurva (B) mengganbarkan permintaan untuk spekulasi. Pada ro permintaan uang spekulasi adalah sebanyak Dsi semakin menurun tingkat bunga, semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi karena orang – orang akan lebih suka memegang uangnya dari pada obligasi. Pada tingkat bunga r1 permintaan uang untuk spekulasi telah menjadi sebanyak Ds2
Kurva (C) adalah kurva permintaan uang dalam perekonomian yang merupakan gabungan antara permintaan untuk transaksi dan berjaga – jaga dengan permintaan uang untuk spekulasi. Kurva Dm (y1) adalah permintaan uang dalam perekonomian pada pendapatan nasional sebanyak ro di bentuk dengan menjumlahkan Dm(y1) dengan Dm(y2).
2.2.5. Teori Penawaran Uang 2.2.5.1. Teori Penawaran Uang
Teori penawaran uang yang paling sederhana adalah merupakan gambaran dari sistem standar emas. Disini emas dianggap sebagai satu-satunya alat pembayaran. Uang beredar atau uang yang ditawarkan di masyarakat. Jumlah uang (emas) beredar bisa turun apabila, misalnya emas dikirim keluar negeri untuk menutup defisit neraca pembayaran yaitu untuk membayar barang – barang yang diekspor atau karena industri – industri yang menggunakan emas dalam proses produksinya menyedot emas yang ada sehingga mengurangi jumlah emas
yang tersedia untuk alat pembayaran atau karena produksi emas meningkat (misalnya ditemukannya tambang baru).
Dalam sistem moneter seperti ini uang beredar benar – benar ditemukan oleh proses pasar. Pada suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat pembayaran, penawaran uang hanya bertambah apabila orang memproduksi emas (baru). semakin bertambahnya jumlah emas yang tersedia dan sesuai dengan hukum pasar, akan menyebabkan turunnya harga emas begitu sebaliknya. Apabila harga emas turun, produksi emas berkurang atau berhenti dan ini cenderung untuk menghentikan penurunan harga. Jadi penawaran uang akan secara otomatis menyesuaikan diri dengan permintaan akan uang, sehingga harga emas secara otomatis selalu mencapai kestabilan. (Boediono, 1998:117-118)
Gambar 2 : Kur va penawaran uang
Tingkat bunga (%)
LM
0 y0 y1 Pendapatan Nasional (Y) Sumber : Nopirin, 1992. Ekonomi Moneter. Buku 1
r0
2.2.5.2. Teori Penawaran Uang Modern
Dalam perekonomian modern, para produsen emas tidak lagi mempunyai peranan moneter yang penting seperti dahulu dalam sistem standar emas. Dalam sistem standar kertas, sumber dari terciptanya uang beredar adalah Otoritas Moneter (pemerintah dan bank sentral) dan lembaga keuangan (keduanya bersama-sama disebut sebagai “sistem moneter”). Otoritas moneter keuangan (perbankan) merupakan supplier uang sekunder bagi masyarakat.
Proses penciptaan uang beredar adalah merupakan “proses pasar” artinya hasil interaksi permintaan dan penawaran dan bukan sekedar pencetakan uang atau suatu keputusan pemerintah belaka. Misalnya pada suatu waktu permintaan akan uang inti tidak “klop” dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam pasar uang masing – masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan – tindakan di sub-pasar uang inti sehingga akhirnya terjadi keseimbangan antara permintaan dan penawaran. (Boediono, 1998:121).
Tindakan – tindakan ini tidak lain berupa usaha dari para pelaku tersebut untuk mengubah struktur dan komposisi dari kekayaan yang ia pegang menuju ke arah struktur dan komposisi yang ia inginkan.
Seandainya pasar uang inti dari otorita moneter kepada masyarakat, misalnya pemerintah tiba-tiba menaikkan pembelanjaa karena kenaikan gaji