• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : DESKRIPSI DATA

A. Hubungan Pengasuh dan Anak Panti

Ini kisah kehidupan keseharian anak yatim yang memiliki berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Yang mana mereka semua ditempatkan disatu tempat yang sama yang disebut Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1. Panti yang dipimpin oleh Drs. Siti Turat Aly, M. Pd (ketua) ini terletak di Kartasura tepatnya di Jalan Sawo Nomor 27B Gempol, Kalurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.Tempatnya cukup luas dan fasilitas yang disediakan cukup memadai.

Panti yang didirikan pada tanggal 10 februari tahun 1994 ini telah memiliki 18 anak asuh perempuan. Kegiatan keseharian mereka semua hampir sama. Dari jam 04.00 sudah dibangunkan untuk melaksanakan shalat subuh di masjid Mardhatillah yang bertempat di belakang bangunan Panti Mardhatillah-1 tersebut, jarak dari Panti Mardhatillah-Mardhatillah-1 ke masjid tidaklah jauh. Hanya dengan berjalan kaki tidak lebih dari 5 menit untuk sampai di Masjid tersebut.Pelaksanaan shalat subuh tersebut secara tepat waktu, setelah adzan dikumandangkan anak-anak asuh berjalan menuju ke Masjid dan setelah iqomah dikumandangkan mereka shalat secara berjama’ah.

Namun, para pengasuh panti terkadang memiliki kendala saat akan dilaksanakan shalat subuh, yakni anak-anak asuh yang masih sulit untuk dibangunkan. Sebut saja mbak Sri, panggilan yang sering dilontarkan

anak-22

anak kepada pengasuh yang dinilai tegas ini.Wanita kelahiran 21 maret 1991 ini sudah berada di panti Mardhatillah-1 dari tahun 2006. Wanita yang memiliki nama lengkap Sri Sunarti ini mengatakan kepada penulis: “Ya gitu

mbak, anak-anak masih susah untuk dibangunkan, dan waktu shalat tiba masih harus selalu dan selalu diingatkan untuk shalat.” “Ya maklumlah mbak

namanya juga anak-anak masih harus dilatih terus agar bisa disiplin shalat tepat

waktu.”Tambah mbak Muji yang juga pengasuh panti. Mbak Muji yang juga seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan pendidikan matematika ini terkadang mengeluhkan bahwa memang tidak mudah melatih anak dalam menanamkan sikap kedisiplinan. Perlu kesabaran, ketelatenan, dan harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anak asuhnya.

“Bahkan tidak jarang ada anak asuh yang pada waktu shalat tiba malah

berlarian”, ucap Putri yang merupakan anak asuh Panti Mardhatillah-1. Gadis yang masih duduk dibangku SMA kelas 1 ini memiliki kepribadian yang cerewet dan sedikit bandel. Dia bercerita kepada penulis bahwa temannya yang bernama Fatimah pernah dihukum karena terlambat mengikuti shalat di masjid. Karena kebiasaan Fatimah yang malasan ini membuatnya sering terlambat untuk shalat subuh di Masjid. Hukuman yang diberikan berupa hafalan surat.

“Biasanya hafalan Surat Al-Waqiah, bahkan ada yang pernah sampai dipukul

karena tidak mengikuti kegiatan mengaji bersama.” ujar Ana.

Ana adalah gadis yang seumuran dengan Putri. Gadis yang bersekolah di SMK Al-Islam ini bercerita kepada penulis kalau pada waktu adzan subuh dikumandangkan, mbak Sri yang merupakan pengasuh panti tersebut

23

mendatangi tiap kamar untuk mengingatkan dan mengajak shalat. Bukan hanya mbak Sri yang berperan untuk mengingatkan anak-anak asuhnya masalah shalat, mbak muji yang merupakan partner dari mbak Sri ini juga tidak pernah lelah untuk memberikan contoh untuk shalat secara tepat waktu.

Bukan hanya shalat subuh saja yang dilaksanakan secara bersama-sama.Tetapi pelaksanaan shalat maghrib dan isya’ juga dilaksanakan secara tepat waktu berjama’ah di masjid. Hal tersebut lama kelamaan akan

menimbulkan sikap disiplin di bidang shalat bagi anak-anak asuhnya. Terbukti dari pengakuan Putri, anak kelas 1 SMK Batik 2 itu dia bercerita bahwa pada waktu di sekolahpun Putri tetap melaksanakan shalat dzuhur secara tepat waktu di mushola yang sudah disediakan di sekolahnya. Bukan hanya Putri saja, bahkan Lia anak terkecil yang berada di Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 ini mengaku bahwa saat berada di sekolah dia juga menjalankan shalat dzuhur secara tepat waktu. Meskipun Lia baru duduk di kelas 6 SD Ngadirejo 4 tetapi sikap kedisiplinan dalam ibadah shalat telah tertanam di dalam diri anak yang berkulit kuning itu.

Mulai pukul 06.15 anak-anak panti melakukan aktivitas sekolah. Anak-anak panti berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda yang telah disediakan oleh panti. Ada juga yang menggunakan bus karena jarak menuju ke sekolah lumayan jauh. Sepulangnya dari sekolah anak-anak panti makan siang dengan lauk yang sudah disediakan oleh pihak panti.Tetapi bagi anak-anak yang pulang sore mereka menggunakan uang saku untuk membeli makanan di sekolahnya.

24

Dalam sehari anak-anak panti dijadwalkan tiga kali makan. “Tapi

terkadang pada jam-jam tertentu dimana anak merasa lapar ya mereka pergi ke dapur untuk mengambil makanan sendiri, tidak harus sesuai jadwal mbak. Karena kasihan juga kalau anak-anak merasa lapar tetapi tidak diperbolehkan untuk makan, takutnya nanti anak-anak malah sakit, dan tidak bisa melakukan

aktivitasnya.” Ujar mbak Muji selaku pengasuh tersebut. Untuk menu makanannya bervariasi, tidak setiap hari sama, terkadang nasi sayur terkadang daging agar anak-anak tidak merasa bosan. Ibu-ibu yang sudah ditugaskan untuk memasak, ada enam orang yaitu Ibu Mrajak, Ibu Parto, Ibu Das, Ibu Siti, Ibu Marto dan Ibu Fatimah. Agar gizi anak-anak terpenuhi ibu-ibu juga membuatkan snack berupa bubur mutiara, bubur kacang hijau, terkadang juga membuatkan kolak pisang dan sebagainya. Agar anak-anak tetap terjaga kesehatannya dengan makanan yang sehat dan gizi yang tercukupi.Merekalah sosok ibu-ibu koki yang berperan aktif dalam memberikan asupan gizi, jasanya harus selalu kita hargai sepanjang masa.

Kegiatan yang berlangsung setelah mandi sore dan shalat ashar adalah

TPA (Taman Pedidikan Al Qur’an) yang dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu. Ustadzahnya adalah anak-anak panti tersebut yang sudah bersekolah di jenjang SMA dan santrinya adalah anak-anak yang masih bersekolah di SD dan SMP. Sedangkan pada hari Selasa, Jum’at dan Minggu kegiatan yang dilakukan adalah memproduksi kue. Anak-anak panti tersebut diberi keterampilan untuk membuat kue yang nantinya akan dipasarkan di

25

rumah-rumah warga sekitar panti yang hasilnya nanti bisa menambah anggaran untuk Panti.

Setelah adzan maghrib dikumandangkan, anak-anak pergi ke Masjid Mardhatillah untuk melaksanakan shalat maghrib kemudian dilanjutkan untuk ngaji dan disambung shalat isya’. Alat-alat ibadah untuk anak-anak berasal dari dana yang didapat dari usaha kue tadi, dan dana dari para donator. Bukan hanya alat untuk beribadah, alat-alat untuk sekolah, baju, dan kebutuhan lainnya.Pukul 19.30 anak dijadwalkan untuk belajar dan setelah itu anak-anak boleh berisitirahat dan tidur di kamar yang sudah disediakan. Kamarnya cukup luas, yakni 4 x 6 m2 yang berjumlah 4 kamar untuk 18 anak panti. Dan terdapat 6 kamar mandi.

Fasilitas yang disediakan oleh pihak panti cukup memadai, dan menurut penulis sendiri Panti Mardhatillah ini nyaman untuk ditinggali. Di panti tersebut anak-anak merasa senang dan nyaman berada dipanti yang telah merawat mereka serta mendidik mereka agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Dokumen terkait